Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RAHMAT SUTIANA

NIM : 3403200085
KELAS : AKUNTANSI KARYAWAN B
MATKUL : TATA KELOLA, RISIKO, DAN PENGENDALIAN

A. Substansi permasalahan.

Kasus dumulai pada saat AISA menjalankan bisnisnya melalui dua entitas
anak usaha yang dibagi dalam tujuh perusahaan food dan enam perusahaan beras.
Pemerintah melakukan penggerebekan kepada PT. Indo Beras Unggul yang
selanjutnya di singkat menjadi IBU, dengan tuduhan mengepul beras petani yang
menimati subsidi pemerintah untuk di proses dan dikemas ulang menjadi beras
premium.

Setelah kejadian tersebut AISA kehilangan sumbangan pendapatannya yang


mencapai 50% atau sekitar Rp 2 triliun per tahun dan bisnis tersebutpun tidak lagi
beroprasi, perusahaan memutuskan untuk memecat 1.700 karyawannya dan
menyatakan akan menjual perusahaan IBU.

Kondisi ini menjadi awal dari permasalahan keuangan TPS Food. Perusahaan
hingga saat ini gagal bayar atas suku ijarah I tahun 2013 dengan pokok senilai Rp 300
miliar dan jatuh tempo pada 5 April 2018 dan obligasi I tahun yang sama dengan nilai
emisi Rp 600 miliar, jatuh temponya pada 5 April 2018.

Lalu, laporan keuangan untuk tahun buku 2017 malah ditolak oleh investor
dan pemegang sahamnya karena ada dugaan penyelewangan dana. Hingga dalam
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2018 yang dihelat pada 30 Juli
2018 direktur utama TPS Food kala itu Stefanus Joko Mogoginta, merasa bahwa salah
satu pemegang sahamnya KKR melakukan hostile take over atau pengambilalihan
paksa.

Pada Oktober 2018 komisaris mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham


Luar Biasa (RUPSLB) yang mengganti direksinya menjadi Hengky Koestanto dan
mengajukan investigasi terhadap laporan keuangan tahun 2017. Hasil investigasi yang
dilakukan oleh PT Emst & Young Indonesia (EY) ditemukan penggelembungan dana
senilai Rp. 4 triliun, penggelembungan pendapatan Rp. 662 miliar dan
penggelembunganlain Rp. 329 miliar, serta temuan lain adanya aliran dana Rp. 1,78
triliun dari grup AISA yang terafiliasi dengan manajemen lama.

Hal tersebut melanggar Keputusan Badan Pengawas Pasar Modaldan Lembaga


Keuangan (Bapepam-LK) No.KEP-412/BL/2009 tentang Transaksi Afiliasi dan
Benturan Kepentingan Transaksi tertentu.

B. Persfektif implementasi GCG Shareholder dan Ownership, dalam hal :

1) Struktur Kepemilikan.

Yang di dominasi oleh para pemegang saham sebagaimana yang


tercantum dalam 5 prinsip GCG yang salah prinsipnya adanya transparansi
yang mengedepankan aspek keterbukaan informasi baik dalam hal proses
pengambilan keputusan maupun pengungkapan informasi material yang
relevan, akurat, dan tepat waktu guna menjamin pemenuhan pemangku
kepentingan stakeholder dan ownership dalam hal klarifikasi informasi baik
yang bersifat terbuka maupun yang bersifat tertutup yang digunakan sebagai
panduan.

2) Struktur Minoritas

Pemegang saham pengendali menggunakan kemampuannya


mengendalikan manajemen untuk kepentingan pribadi dengan melakukan
ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas. Kemampuan pemegang
saham pengendali untuk melakukan ekspropriasi ditunjukkan oleh besar
kecilnya kontrol yang dimiliki pemegang saham pengendali tersebut terhadap
perusahaan. Pemegang saham minoritas (investor luar) yang waspada akan
kemampuan pemegang saham pengendali mempengaruhi kebijakan
perusahaan untuk kepentingan pribadi akan menilai perusahaan lebih rendah.
Karena itu, para pemegang saham pengendali untuk tidak mengekspropriasi
pemegang saham minoritas.

Struktur Minoritas pada kasus ini adalah pihak investor luar yang
kepemilikan sahamnya kecil di bawah 50% dari saham yang di edarkan
perusahaan, sehingga pada saat terjadinya suatu masalah pada perusahaan
AISA, para pemegang saham minoritas hanya bersedia menerima berbagai
konsekwensi dari pemegang saham pengendali yang berharap tidak di
ekspropriasi.

3) Hak dan Kewajiban pemegang saham

- Hak
1. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS
2. Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan likuidasi
3. Menjalankan hak lainnya berdasarkan undang-undang
4. Hak atas kedudukan minoritas

Dalam kasus ini para Shareholder dan Ownership berhak untuk


mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPSLB) yang mengganti direksinya menjadi Hengky Koestanto
dan mengajukan investigasi terhadap laporan keuangan tahun 2017.

- Kewajiban
1. Memberikan dukungan dalam hal keuangan perusahaan.
2. Menjadi stakeholder perusahaan (meskipun tidak wajib)
3. Mendapatkan pengaruh atas keberlangsungan perusahaan
Sebab saham bisa saja menjadi modal bagi sebuah perusahaan
untuk bisa berdiri dan terus beroprasional, pemegang saham harus
ikut andil dalam pengambilan keputusan dan dalam hal ini jika
perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham juga
mengalami kerugian pada aset sahamnya (penurunan nilai) dan
begitu pula sebaliknya.
4) Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham

Kerangka corporate governance harus memastikan perlakuan adil semua


pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Semua
pemegang saham harus memiliki kesempatan untukmemperoleh ganti rugi atas
pelanggaran yang efektif dari hak-hak mereka.

Seluruh saham harus membawa hak yang sama. Semua investor harus dapat
memperoleh informasi tentang hak-hak yang melekat pada semua seri dan kelas
saham sebelum mereka membeli. Setiap perubahan dalam hak suara harus disetujui
oleh golongan-golongan saham yang mana terpengaruh secara negative.

Pemegang saham minoritas harus dilindungi dari tindakan pelanggaran oleh,


atau di kepentingan, pemegang saham pengendali bertindak baik secara langsung
maupun tidak langsung, dan harus memilikicara yang efektif untuk ganti rugi.

5) RUPS, Transaksi material dan Transaksi Afiliasi.

Oktober 2018 komisaris mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar


Biasa (RUPSLB) yang mengganti direksinya menjadi Hengky Koestanto dan
mengajukan investigasi terhadap laporan keuangan tahun 2017.

Transaksi material yang terjadi adalah adanya penyelewengan untuk mengepul


beras petani yang menimati subsidi pemerintah untuk di proses dan dikemas ulang
menjadi beras premium dan itu menjadi esensi dari permasalahan AISA.

Transaksi afiliasi yang terjadi pada AISA adalah adanya aliran dana Rp. 1,78
triliun dari grup AISA yang terafiliasi dengan manajemen lama.

C. Simpulan dan Saran.

1. Simpulan.

Masalah awal terjadi pada saat dua entitas anak usaha yang dibagi dalam tujuh
perusahaan food dan enam perusahaan beras. Pemerintah melakukan penggerebekan
kepada PT. Indo Beras Unggul yang selanjutnya di singkat menjadi IBU, dengan
tuduhan mengepul beras petani yang menimati subsidi pemerintah untuk di proses dan
dikemas ulang menjadi beras premium.

Setelah kejadian tersebut AISA kehilangan sumbangan pendapatannya yang


mencapai 50% atau sekitar Rp 2 triliun per tahun dan bisnis tersebutpun tidak lagi
beroprasi, perusahaan memutuskan untuk memecat 1.700 karyawannya dan
menyatakan akan menjual perusahaan IBU.

Kondisi ini menjadi awal dari permasalahan keuangan TPS Food. Perusahaan
hingga saat ini gagal bayar atas suku ijarah I tahun 2013 dengan pokok senilai Rp 300
miliar dan jatuh tempo pada 5 April 2018 dan obligasi I tahun yang sama dengan nilai
emisi Rp 600 miliar, jatuh temponya pada 5 April 2018.
2. Saran.

Untuk tidak melanggar peraturan pemerintah yang berlaku karena itu


sangat berisiko pada perusahaan yang sedang berjalan dan untuk transparansi
kepada para stakeholder dan ownership dalam hal kegiatan transaksi
perusahaan dan kegiatan operasional perusahaan.

D. Daftar Pustaka

- Coursehero.com (04/28/2017) OECD Prinsip Tata Kelola Perusahaan, dari


https://www.coursehero.com/file/p1nofg1j/III-Perlakuan-Adil-terhadap-
Pemegang-Saham-Kerangka-corporate-governance-harus/
- Republika.co.id (04/12/2021) Pemengan saham, dari
https://www.republika.co.id/berita/r3j9806616000/pemegang-saham-
pengertian-hak-dan-kewajiban-mereka.

Anda mungkin juga menyukai