Anda di halaman 1dari 24

EQUITABLE TREATMENT

OF SHAREHOLDERS,
RELATED PARTY TRANSACTION

HAFIZ TRI ZURIANSYAH


NAVIRA ISLAMY
PUTRI DIYAH MAKARTI DESI
RIO WANDRIANTO
Pendahuluan
LATAR BELAKANG
Dalam mekanisme pengambilan keputusan di perusahaan dapat dipastikan pemegang
saham minoritas ini akan selalu kalah dibanding pemegang saham mayoritas, sebab pola
pengambilan keputusan didasarkan atas besarnya prosentase saham yang dimiliki.
Keadaan demikian akan semakin parah, jika ternyata pemegang saham mayoritas
menggunakan peluang ini untuk mengendalikan perusahaan berdasarkan kepentingannya
saja dan tidak mengindahkan kepentingan pemegang saham minoritas. Benturan
kepentingan antara pemegang saham minoritas dan pemegang saham mayoritas seringkali
terjadi, tidak jarang Minority Shareholders hanya dijadikan sebuah pelengkap dalam sebuah
perusahaan. Untuk itu, agar terpenuhinya unsur keadilan, diperlukan suatu keseimbangan
sehingga pihak pemegang saham minoritas tetap dapat menikmati haknya.
KASUS
PT. LIPPO KARAWACI, TBK
1. PT Lippo Land development Tbk (bisnis
properti dan real estate) LATAR BELAKANG
2. PT Siloam healthcare Tbk (bisnis rumah
sakit)
3. PT Aryaduta Hotels Tbk (bisnis pariwisata
PERUSAHAAN
dan hotel)
4. Lippo karawa!i Tbk (bisnis properti dan
real estate)
PT. Lippo Karawaci TBk
1. PT kartika abadi sejahtera (perusahaan
investasi dengan aset utama PT Gowa-
makassar Tourism development Tbk)
2. PT sumber waluyo (bisnis
mengoperasikan rumah sakit budi mulia
surabaya)
3. PT ananggadipa berkat mulia
(perusahaan investasi)
4. PT metropolitan Tatanugraha 1. PT. Sentralindo Wirasta
(operasional hotel)
2. PT. Ryaduta Internasional
Management.
LATAR BELAKANG
KASUS
Laporan keuangan yang di keluarkan PT. Bank Lippo, Tbk per 30
September 2002, BAPEPAM menemukan bahwa terdapat 3 (tiga)
versi laporan keuangan, yang semuanya dinyatakan audited.

Laporan keuangan PT Bank Lippo Tbk. per 30 September 2002


yang disampaikan ke BEJ pada tanggal 27 Desember 2002,
manajemen PT Bank Lippo Tbk. bahwa laporan keuangan yang
disampaikan adalah laporan keuangan audited yang tidak disertai
dengan Laporan Auditor Independen yang berisi opini Akuntan
Publik

Laporan keuangan PT Bank Lippo Tbk. per 30 September 2002


yang disampaikan oleh Akuntan Publik KAP Prasetio, Sarwoko &
Sandjaja kepada Manajemen PT Bank Lippo Tbk. pada tanggal 6
Januari 2003.
Penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
(Princple 3, OECD 2004), PT Lippo Karawaci Tbk.

• Prinsip Pertama adalah mengenai kesamaan perlakuan antara


pemegang saham dalam kelas saham yang sama.

PEMBAHASAN • Mengenai larangan transaksi orang dalam (insider trading) dan


perdagangan tutup sendiri yang merugikan pihak lain (abusive self
dealing)

• Kewajiban dari komisaris, direksi dan manajemen kunci untuk


mengungkapkan kepentingannya kepada dewan komisaris jika
baik langsung maupun tidak langsung atau atas nama pihak ketiga
mempunyai kepentingan yang material dalam suatu transaksi atau
suatu hal yang mempengaruhi perusahaan.
KONSEP CORPORATE
GOVERNANCE
Shareholders

Pemegang saham (shareholder) adalah seseorang atau badan


hukum yang secara sah memiliki satu atau
lebih saham pada perusahaan.

Teori yang menjelaskan hubungan antara manajemen perusahaan


dan pemegang saham ini, memiliki tujuan membantu manajemen
perusahaan dalam meningkatkan penciptaan nilai sebagai dampak
dari aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan dan meminimalkan
kerugian yang mungkin muncul bagi shareholder mereka
Prinsip Corporate Governance menurut
OECD 2004 (Principle 3)

Pertama adalah mengenai kesamaan perlakuan


antara pemegang saham dalam kelas saham
yang sama. Di dalam prinsip ini terdapat 5 sub
prinsip yang didiskusikan.

Bagian kedua prinsip 3 ini berbicara mengenai


larangan transaksi orang dalam (insider trading)
dan perdagangan tutup sendiri yang merugikan
pihak lain (abusive self dealing).

Bagian terakhir dari pinsip 3 adalah kewajiban dari


komisaris, direksi dan manajemen kunci untuk
mengungkapkan kepentingannya kepada dewan
komisaris jika baik langsung maupun tidak langsung
atau atas nama pihak ketiga mempunyai kepentingan
yang material dalam suatu transaksi atau suatu hal
yang mempengaruhi perusahaan
Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG 2006)

Prinsip Dasar Pemegang Saham


(Bab V KNKG 2006)

Pemegang saham sebagai pemilik


modal, memiliki hak dan tanggung
jawab atas perusahaan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan
anggaran dasar perusahaan.
Hak dan Tanggungjawab
Pemegang Saham:
Hak pemegang saham harus dilindungi dan dapat
dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan dan
anggaran dasar perusahaan

3
2
Hak untuk menerima bagian dari keuntungan
Hak untuk memperoleh informasi perusahaan yang diperuntukkan bagi pemegang
mengenai perusahaan secara saham dalam bentuk dividen dan pembagian
tepat waktu keuntungan lainnya

Dalam hal terdapat lebih dari satu


Hak untuk menghadiri Hak untuk memperoleh penjelasan
lengkap jenis dan klasifikasi saham dalam
perusahaan

1 4 5
Pemegang saham harus menyadari tanggung jawabnya sebagai pemilik
modal dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan
anggaran dasar perusahaan
Pemegang saham menjadi
pemegang saham pengendali
pada beberapa perusahaan,
Memisahkan kepemilikan perlu diupayakan agar
harta perusahaan dengan akuntabilitas dan hubungan
kepemilikan harta pribadi, antar-perusahaan dapat
Pemegang saham memisahkan fungsinya dilakukan secara jelas.
pengendali harus dapat sebagai pemegang
memperhatikan Pemegang saham saham dengan fungsinya
kepentingan pemegang minoritas bertanggung sebagai anggota Dewan
saham minoritas dan jawab untuk Komisaris
pemangku kepentingan menggunakan haknya
lainnya, mengungkapkan dengan baik
kepada instansi penegak
hukum tentang pemegang
saham pengendali yang
sebenarnya.
Perusahaan harus melindungi hak pemegang
01 saham sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan anggaran dasar perusahaan

Perusahaan harus menyelenggarakan daftar


02 pemegang saham secara tertib sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan anggaran
Tanggungjawab dasar.

Perusahaan terhadap Perusahaan harus menyediakan informasi mengenai

Hak dan Kewajiban


03 perusahaan secara tepat waktu, benar dan teratur
bagi pemegang saham, kecuali hal-hal yang bersifat
rahasia
Pemegang saham
Perusahaan tidak boleh memihak pada pemegang
04 saham tertentu dengan memberikan informasi yang
tidak diungkapkan kepada pemegang saham lainnya.

Perusahaan harus dapat memberikan penjelasan


05 lengkap dan informasi yang akurat mengenai
penyelenggaraan RUPS
Analisis kasus
PT Karwell Indonesia, Tbk
PROFIL PERUSAHAAN

PT Karwell Indonesia Tbk (“Perusahaan”) didirikan di


Jakarta dengan nama PT Karwell Indonesia Knitting &
Garment Industry sesuai dengan Undang- Undang No. 12
tahun 1970 mengenai penanaman modal dalam negeri
berdasarkan akta Notaris Soetanto, SH No. 11 tanggal 18
Februari 1978. Akta pendirian Perusahaan telah
mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dalam
Surat Keputusan No. YA5/36/17 tanggal 18 Februari 1981
dan telah diumumkan dalam Berita Negara No. 78
Tambahan No. 3668 tanggal 28 September 1990
Kasus ini bermula dari informasi yang disampaikan oleh Kepala Biro
Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil (PKP Sektor Riil) melalui nota
dinas perihal indikasi pelanggaran peraturan nomor IX.E.1 dan IX.E.2 oleh
LATAR Perusahaan dalam nota dinas tersebut, Kepala Biro PKP Sektor Riil
menginformasikan antara lain sebagai berikut:
BELAKANG 1. Pemeriksaan teknis telah dilakukan terhadap Perusahaan untuk
KASUS memastikan indikasi pelanggaran peraturan No. IX.E.1 dan IX.E.2;
2. Laporan akuntan publik Tjahjadi, Pradono & Teramihardja kepada
BAPEPAM-LK yang mengaudit laporan keuangan tahun (“LKT”) 2008
atas Perusahaan. Akuntan publik menemukan penjualan aset divisi jaket
pada tanggal 5 Desember 2008 yang terdiri dari mesin-mesin dan
perlengkapan serta peralatan pabrik seharga Rp8.061.119.00,00
kepada PT. Kaho Indah Citragarment.

Dan berdasarkan catatan 12 atas laporan keuangan konsolidasi pada LKT


2008 Perusahaan dan anak Perusahaan, pada tahun 2008, Perusahaan
belum dapat memenuhi kewajiban pembayaran pokok atas pinjaman dari
bank tertentu, atas wanprestasi tersebut, bank setiap saat dapat meminta
pembayaran atau mengambil alih semua jaminan Perusahaan atau
melakukan tindakan tertentu yang dapat menyebabkan operasi
Perusahaan dapat terhenti
Transaksi yang dilakukan Perusahaan dapat digolongkan menjadi
transaksi benturan kepentingan oleh karena itu untuk transaksi tanggal
5 Desember 2008 tunduk pada ketentuan Peraturan Nomor IX.E.1
Tahun 2000 dan untuk tanggal 15 Desember 2008 tunduk pada
Peraturan No. IX.E.1 Tahun 2008. Penerapan dua peraturan terkait
dengan tempus delicti. Selain itu juga harus memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang terkait.
Kewajiban untuk dilakukannya keterbukaan
informasi merupakan suatu bentuk perlakuan
yang sama terhadap pemegang saham.
Setidaknya ada tiga fungsi prinsip keterbukaan Sesuai dengan maksud prinsip CG dari OECD 2004 bagian A, dimana
yaitu untuk memelihara kepercayaan publik, semua saham harus mampunyai hak-hak yang sama. Semua investor
untuk menciptakan mekanisme pasar yang harus dapat memperoleh informasitentang hak-hak yang melekat pada
efisien, dan untuk mencegah penipuan semua klasifikasi saham sebelum membeli saham. Setiap perubahan
pada hak suara harus mendapatkan persetujuan pemegang saham yang
dirugikan.
Dari kasus di atas dapat dilihat pengurusan dari direksi perusahaan tidak
dilakukan dengan itikad baik. Direksi tidak melakukan laporan penilaian,
ANALISIS keterbukaan informasi, dan persetujuan pemegang saham independen.
Dari analisis di atas dapat disimpulkan tindakan dari direksi tidak
KASUS mencerminkan suatu pengurusan yang baik untuk perusahaan karena
tidak memperhatikan kewajiban hukum sehingga disini dapat merugikan
kepentingan pemegang saham terutama pemegang saham minoritas.
JURNAL PENELITIAN
PENGARUH CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP
HUBUNGAN BESARAN DAN
PENGUNGKAPAN TRANSAKSI
PIHAK BERELASI DENGAN
MANAJEMEN LABA
Penelitian ini bertujuan untuk melihat
pengaruh tatakelola perusahaan yang dilihat
dari efektifitas dewan komisaris dan komite
audit terhadap hubungannya dengan
besaran nilai dan tingkat pengungkapan
RPT kepada manajemen laba
HIPOTESIS PENELITIAN
Efektifitas Dewan Komisaris dan
Efektifitas Dewan Komisaris dan
Komite Audit berpengaruh negatif H5 Komite Audit memperlemah
hubungan antara besaran RPT
terhadap akrual diskresioner dengan akrual diskresioner

H4
Pengungkapan RPT
memperlemah hubungan besaran
RPT dan akrual diskresioner
H3

Tingkat pengungkapan RPT H2


berpengaruh negatif terhadap Besaran nilai transaksi pihak
besaran akrual diskresioner H1 berelasi berpengaruh positif
terhadap besaran akrual
diskresioner
HASIL PENELITIAN
Kualitas pengungkapan RPT pada manajemen laba tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba

Efektifitas dewan komisaris dan komite audit tidak mempengaruhi manajemen


laba secara langsung

Efektifitas dewan komisaris dan komite audit secara signifikan memperlemah


hubungan antara besaran RPT dengan manajemen laba
Thank You

Anda mungkin juga menyukai