Anda di halaman 1dari 27

Kedudukan, Hak dan Pelindungan Hukum terhadap Pemegang

Saham dalam Suatu Perusahaan


Berdasarkan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas

Oleh :
Afifah Nur Azizah
NIM. 180720201049

MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan perekonomian Indonesia dewasa ini, menunjukan
kecenderungan sektor swasta semakin menonjol. Terlebih lagi dengan adanya
serangkaian deregulasi ekonomi, peran swasta yang kebanyakan memilih badan usaha
berupa Perseroan Terbatas (PT) menjadi semakin dominan jika dibandingkan dengan
bentuk usaha lainnya.1
Kedudukan PT sebagai institusi adalah sebagai badan hukum, sehingga ia adalah
subyek hukum, pelaku ekonomi, yang mempunyai beberapa nilai lebih dibandingkan
dengan organisasi ekonomi yang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PT
mempunyai nilai lebih baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun aspek yuridisnya.
Kedua aspek tersebut saling mengisi satu dengan lainnya. Aspek hukum memberikan
rambu agar keseimbangan kepentingan semua pihak dapat diterapkan dengan baik
dalam menjalankan kegiatan ekonomi.2

PT sebagai institusi kegiatan ekonomi memiliki struktur organisasi yang


dianggap memiliki kelebihan. Kelebihan tersebut terletak pada Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Komisaris serta tanggung jawabnya terhadap
pemegang saham dan pihak ketiga sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang
Perseroan Terbatas. Keberadaan RUPS sebagai organ tertinggi yang mempunyai
wewenang tertentu dan kewajiban direksi untuk meminta persetujuan RUPS dalam
melakukan tindakan tertentu dinilai merupakan bentuk perlindungan yang memadai
bagi pemegang saham dan pihak kreditur.3

Pemilik modal sebagai pemegang saham dalam sebuah Perseroan Terbatas


sangat bervariatif seperti pemegang saham mayoritas atau pemegang saham minoritas,

1
Absori, 1998, Hukum Ekonomi Beberapa Aspek Pengembangan, Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta, hal. 37.
2
Ibid., hal. 38.
3
Ibid.

2
pemegang saham mayoritas seringkali bergabung dalam suatu kelompok kekuatan
yang kadang-kadang membuat kedudukan para pemegang saham dalam kelompok
tersebut tidak berimbang. Terhadap pemegang saham mayoritas pada prinsipnya
perlindungan hukum kepadanya cukup terjamin terutama melalui mekanisme RUPS
yang jika diambil keputusan secara musyawarah, maka akan dipastikan kelompok
pemilik saham mayoritas cenderung mempengaruhi keputusan RUPS. 4

Namun demikian tetap saja hak-hak dari pemegang saham mayoritas maupun
minoritas tetap harus diberikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka didapat permasalahan yang berkaitan
dengan pelaksanaan hak pemegang saham, yaitu :
1. Regulasi apa yang menaungi proses pelaksanaan hak pemegang saham ?
2. Bagaimana proses pelaksanaan hak pemegang saham ?
3. Bagaimana perlindungan hak pemegang saham ?

1.3. Metode Penulisan


Dalam menyusun makalah ini, untuk mendapatkan data tersebut penulis memilih
metode studi pustaka dengan mencari referensi dari buku dan internet.

4
Dippos Ekario, Perlindungan Hukum saham Minoritas Dalam Pembagian Dividen Berdasarkan
keputusan RUPS Dihubungkan dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007Tentang Perseroan
Terbatas, Ripository Jurnal Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Sabtu, 23 Oktober 2021,
http://fh.unpad.ac.id/repo/2020/10/perlindungan-hukum-pemegang-saham-minoritas-
dalampembagian-dividen-berdasarkan-keputusan-rups-dihubungkan-dengan-uu-no-40-tahun-
2007tentang-perseroan-terbatas/ di unduh 23 Oktober 2021, pukul 22:51.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Saham dan Pemegang Saham


Saham
Saham merupakan tanda penyertaan modal dalam suatu perusahaan sebagai
tanda bukti kepemilikan modal. Saham juga dapat didefinisikan sebagai bagian dari
pemegang saham di dalam perusahaan, yang dinyatakan dengan angka dan bilangan
tertulis pada surat saham yang dikeluarkan perseroan.5 Saham dapat juga didefinisikan
sebagai sejumlah uang yang diinvestasikan oleh investor dalam suatu perseroan.6
Kepada pemegang saham diberikan bukti pemilikan saham untuk saham yang
dimilikinya. Bukti pemilikan saham atas tunjuk berupa surat saham, sedangkan bukti
pemilikan saham atas nama, diserahkan kepada para pihak pemegang saham dan
ditetapkan dalam anggaran dasar sesuai dengan kebutuhan.
Setiap saham memberikan hak yang tidak dapat dibagi kepada pemiliknya. Para
pemegang saham tidak diperkenankan membagi hak atas saham menurut kehendaknya
sendiri. Dalam hal satu saham dimiliki oleh satu orang, maka hak yang timbul dari
saham itu hanya dapat digunakan dengan cara menunjuk satu orang sebagai wakil
bersama. Pembagian hak atas saham hanyda dapat dilakukan dengan bantuan
perseroan yang dapat menentukan pecahan nilai nominal saham dalam anggaran dasar.
Sebagaimana diatur dalam pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007
tetang perseroan terbatas, setiap saham harus mempunyai nilai nominal yang
ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan. Saham yang tidak mempunyai nilai
nominal tidak dapat dikeluarkan dan nilai saham tersebut harus dicantumkan dalam
mata uang rupiah. Akan tetapi, pengeluaran saham tanpa nilai nominal dimungkinkan
dalam pengaturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

5
Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, Cetakan Pertama, (Salatiga: Griya Media, 2011), hal. 88.
6
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas. Cetakan 2, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm.
257
4
Sesuai dengan ketentuan pasal 48 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007, saham yang
boleh dikeluarkan hanyalah saham atas nama. Dengan kata lain, saham atas tunjuk
tidak boleh dikeluarkan oleh perseroan. Hal ini berbeda dengan ketentuan pasal 42
ayat (3) UU No. 1 Tahun 1996 tentang Perseroan Terbatas, yang memperbolehkan
pengeluaran saham atas tunjuk dengan syarat apabila nilai nominal saham atau nilai
yang diperjanjikan disetor penuh.
Berdasarkan pasal 60 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007, saham merupakan benda
bergerak, karena saham merupakan ‘uang’ atau ‘kekayaan’ bagi pemegang sahamnya.
Oleh karena itu, saham mempunyai nilai material yang dapat diperjual belikan atau
diagunkan dalam bentuk gadai maupun fidusia. Sehingga, saham yang merupakan
benda bergerak ini memberikan hak kebendaan kepada pemiliknya dan hak tersebut
dapat dipertahankan terhadap setiap orang. Saham merupakan tanda bukti bagi orang
yang namanya tercantum di dalam saham tersebut. Setelah saham yang menjadi milik
seseorang dicatatkan dalam daftar pemegang saham perseroan, orang tersebut berhak
mendapatkan hak-hak yang melekat pada saham tersebut.
Saham sendiri memiliki beberapa bentuk, yaitu:
1. Saham yang dicap (assented shares).
Saham bentuk ini dapat terjadi apabila perseroan mengalami kerugian besar yang
tidak dapat dihapuskan dari cadangan perseroan
2. Saham tukar.
Jenis saham ini saham yang ditukar oleh pemiliknya dengan jenis saham lain,
biasanya saham preferen dengan saham biasa.
3. Saham tanpa suara.
Jenis saham ini pemiliknya tidak diberi hak suara pada RUPS (Nonvoting S
Saham Tanpa Pari: saham yang tidak memiliki nilai nominal atau pari). Tetapi
hak pemilikannya dapat diketahui dengan cra menjumlahkan seluruh kekayaan,
kemudian dibagi dengan jumlah saham.
4. Saham preferen unggul.
Saham preferen unggul adalah saham prefern yang hak prioritasnya lebih besar
dari preferen lain.

5
5. Saham preferen tukar.
Saham preferen tukar adalah saham preferen yang dapat ditukar oleh pemiliknya
dengan saham biasa.
6. Saham preferen partisipasi.
Saham yang di samping hak prioritasnya masih dapat turut serta dalam
pembagian deviden selanjutnya.
7. Saham preferen kumulatif.
Saham yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden yang belum dibayar
pada tahun sebelumnya secara kumulatif saja.
8. Saham-saham pendiri (Founder’s shares).
Saham ini sebagai jasa yang diberikan oleh para pendiri, baik berupa penyertaan
modal yang bersumber dari penarikan beberapa peserta lainnya atau relasi
penting.
9. Saham bonus.
Pada saat perbandingan antara cadangan dan modal saham yang tidak berimbang
pada suatu perseroan dapat dihilangkan dengan memberikan saham bonus
kepada para pemegang saham. Dengan penyerahan saham seperti ini kekayaan
perusahaan tidak berubah, karena tidak ada modal yang dibayarkan.
Pemegang Saham
Perseroan Terbatas (PT) memiliki beberapa komponen utama, yaitu adanya
Perseroan Terbatas itu sendiri sebagai badan hukum, pemegang saham, dan pengurus.
Hubngan hukum yang terjadi di antara komponen-komponen dalam Perseroan
Terbatas akan tampak bahwa sebenarnya ada dua sisi yang terkait, yaitu Perseroan
Terbatas itu sendiri dan pengurusnya sebagai pengendali jalannya kegiatan usaha
Perseroan Terbatas. Di sisi lain, terdapat pemegang saham (investor) sebagai pihak
yang memiliki Perseroan Terbatas.
Kedudukan pemegang saham dalam Perseroan Terbatas didasarkan atas prinsip
pertanggungjawaban terbatas. Artinya, pemegang saham hanya bertanggung jawab
pada jumlah pemasukan modalnya di dalam Perseroan Terbatas, tetapi pengaruh dan
kepentingan para pemegang saham tersebut dapat menimbulkan konflik yang cukup
rumit. Hal ini mengingat masing-masing pemegang saham memiliki kepentingan yang
berbeda-beda.

6
Pemegang saham merupakan salah satu komponen penting dalam Perseroan
Terbatas, baik sebagai unsur kepemilikan maupun unsur permodalan. UU No. 40
Tahun 2007 tidak memberikan definisi mengenai apa yang dimaksud dengan
pemegang saham. Namun pengertian pemegang saham dapat disimpulkan melalui
ketentuan pasal 7 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa setiap
pendiri perseroan wajib mengambil saham pada saat perseroan didirikan. Berdasarkan
ketentuan ini, setiap pendiri yang telah mengambil bagian saham dan telah
menyetorkan nilai nominal saham tersebut ke dalam perseroan menjadi pemegang
saham dalam Perseroan Terbatas. Pemegang saham adalah seseorang atau badan
hukum yang secara sah memiliki satu atau lebih saham di dalam perseroan. Para
pemegang saham adalah pemilik dari Perseroan Terbatas yang mereka dirikan.
Namun, pemegang saham melimpahkan kewenangan pengurusan Perseroan Terbatas
kepada direksi serta kewenangan pengawasan tugas dan wewenang direksi tersebut
kepada dewan komisaris.
Pemegang saham yang memiliki saham, memiliki hak kebendaan terhadap
saham tersebut. Sebagai subjek hukum, pemegang saham mempunyai hak dan
kewajiban yang timbul atas saham tersebut. Selaku pemegang hak, pemegang saham
berhak mempertahankan haknya terhadap setiap orang.
Kedudukan dan tanggung jawab pendiri sebagai pemegang saham dalam
Perseroan Terbatas senantiasa berubah-ubah. Pada tahap persiapan pendirian
Perseroan Terbatas, para pendiri belum mempunyai kedudukan apa pun karena
Perseroan Terbatas belum berdiri. Dengan demikian, masing-masing bertanggung
jawab secara pribadi atas segala perbuatan hukum yang telah dilakukan dalam rangka
pendirian Perseroan Terbatas. Tanggung jawab atas akibat perbuatan hukum yang
telah dilakukan ini, yaitu perbuatan hukum yang berekaitan dengan suusanan dan
penyertaan modal serta susunan saham perseroan, akan menjadi tanggung jawab
pribadi dari para pendiri, kecuali sebagaimana disebutkan dalam pasal 12 ayat (1), (2),
dan (3) UU No. 40 Tahun 2007.
Sementara itu, jika hal di atas tidak dilakukan, menurut pasal 12 ayat (4) UU No.
40 Tahun 2007, perbuatan hukum dari para pendiri tersebut tidak menimbulkan hak
dan kewajiban bagi perseroan.

7
Pemilik modal sebagai pemegang saham juga mempunyai kontrol terakhir
terhadap pengeloalaan dananya oleh direksi dan hal tersebut dilakukan melalui RUPS.
Perseroan selaku badan hukum merupakan subjek hukum yang mandiri, yang
mempunyai keberadaan dan kepentingan terpisah dari pemegang sahamnya. Oleh
karena itu, meskipun pemegang saham mempunyai kontrol terakhir melalui RUPS, hal
tersebut tidak boleh disalahgunakan oleh pemegang saham. Pemegang saham yang
mempunyai itikad buruk dengan memanfaatkan perseroan semata-mata untuk
kepentingan pribadi diancam dengan sanksi kehilangan tanggung jawab terbatasnya.
Pemegang saham dalam Perseroan Terbatas dapat diklasifikasikan berdasarkan
komposisi jumlah kepemilikan sahamnya maupun berdasarkan hak yang dimilikinya.
Walaupun pada dasarnya pemegang saham memiliki hak dan kewajiban yang sama,
tetapi melalui RUPS bisa saja diberikan hak-hak yang lebih atau berbeda. Misalnya,
hak dalam memilih dan/atau mengangkat atau mencalonkan anggota direksi dan/atau
dewan komisaris.
Pemegang saham dapat dibedakan menjadi:
a. Pemegang Saham Mayoritas
Klasifikasi pemegang saham mayoritas didasarkan pada komposisi
jumlah kepemilikan saham dan hak yang dimilikinya. Pada dasarnya, hak dan
kewajiban pemegang saham tersebut sama, tetapi dalam RUPS dapat diberikan
hak yang lebih.
Istilah mayoritas diartikan dalam konteks kemampuan terhadap
pengendalian perseroan. Secara umum, pengendalian perseroan yang
dimaksud adalah pemegang saham yang mempunyai kepemilikan hak atas
saham melebihi 50% atau jumlah lain dari seluruh saham yang ditempatkan
dan disetor dalam perseroan. Sehingga menyebabkan pemegang saham
tersebut dapat menyelenggarakan dan mengambil keputusan dalam RUPS
tanpa kehadiran pemegang saham lainnya.
Pengendalian perseroan khusus untuk Perseroan Terbatas yang berupa
perusahaan publik, dilakukan oleh pemegang hak atas 20% saham atau lebih,
atau dari hak suara yang dikeluarkan yang melebihi kuorum. Ketentuan
pemegang saham mayoritas terdapat dalam Peraturan Bapepam No. IX.F.1
tetang Penawaran Tender. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa pemegang

8
saham utama dalah setiap pihak yang memiliki sekurang-kurangnya 20% hak
suara dari seluruh saham yang dikeluarkan perseroan. Pengaturan mengenai
pemegang saham mayoritas mengacu pada UUPT, karena didalamnya terdapat
pengaturan tentang hak dan kewajibannya serta aspek dan kemungkinan yang
timbul berkaitan dengan kepentingan pemegang saham tersebut.
b. Pemegang Saham Minoritas
Yang dapat dikategorikan sebagai pemegang saham minoritas adalah
perorangan atau badan hukum yang memiliki sejumlah saham, tetapi tidak ikut
mengendalikan perseroan secara langsung.
Pada umumnya, pemegang saham minoritas bukan anggota pendiri
perseroan, sehingga dapat dikatakan bahwa golongan ini adalah masyarakat
umum.
Oleh karena klasifikasi pemegang saham didasarkan atas jumlah
kepemilikan saham, maka yang termasuk golongan ini adalah perorangan atau
badan hukum yang memiliki jumlah saham di bawah 20%, yang konteksnya
tidak mengenalikan perseroan. Golongan ini juga termasuk pemegang saham
independen, yaitu pemegang saham yang tidak memiliki benturan kepentingan
sehubungan dengan adanya suatu transaksi tertentu. Selain itu, pemegang
saham minoritas juga tidak ikut mengendalikan perseroan.

2.2. Regulasi mengenai Hak Pemegang Saham


Kepemilikan atas suatu saham memberikan hak pada pemilik saham. UU No. 40
Tahun 2007 telah memberikan pengaturan mengenai apa saja hak-hak yang diberikan
pada pemilik saham. Yangmana hak-hak tersebut diatur dalam pasal 52 ayat (1) UU
No. 40 Tahun 2007, yakni:
a) Hak untuk menerima deviden sepanjang perseroan masih berlangsung dan
sisa kekayaan hasil likuidasi jika perseroan dibubarkan.
b) Hak untuk berpatisipasi dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
yang diselenggarakan perseroan.
c) Menjalankan hak lainnya yang diberikan oleh UU No. 40 Tahun 2007.

9
Dimana hak-hak di atas merupakan hak-hak dasar bagi seorang pemegang
saham. Selain itu, setiap pemegang saham memiliki hak-hak yang berkenaan dengan
kepemilikannya, sebagai berikut:
1. Mengajukan gugatan ke pengadilan negeri terhadap:
a) Perseroan terbatas, apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang
dianggap tidak adil dan tanpa alasan yang wajar, sebagai akibat
keputusan RUPS, direksi dan/atau dewan komisaris. (pasal 61 ayat 1 UU
No. 40 Tahun 2007)
b) Anggota direksi, yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan
kerugian pada perseroan. (pasal 97 ayat 6 UU No. 40 Tahun 2007).
c) Anggota dewan komisaris, yang karena kesalahan atau kelalaiannya
menimbulkan kerugian pada perseroan. (pasal 114 ayat (6) UU No. 40
Tahun 2007)
2. Meminta pada perseroan terbatas agar sahamnya dibeli dengan harga yang
wajar, apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang
merugikan pemegang saham atau perseroan berupa:
a) Perubahan anggaran dasar
b) Penjualan, penjaminan dan pertukaran sebagian besar atau seluruh
kekayaan perseroan.
3. Meminta direksi untuk menyelenggarakan RUPS. Pemegang saham dapat
meminta hal tersebut apabila mewakili 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham,
dengan hak suara yang sah atau suatu jumlah yang lebih kecil apabila ditentukan
dalam anggaran dasar perseroan terbatas. (pasal 79 ayat 2 UU No. 40 Tahun
2007)
4. Mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri untuk melakukan
sendiri pemanggilan RUPS Tahunan atau RUPS lainnya. (Pasal 80 ayat 1 UU
No. 40 Tahun 2007)
5. Menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya.
6. Memeriksa dan mendapatkan salinan daftar pemegang saham, risalah dan
pembukuan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada direksi.
7. Mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri untuk:

10
a) Mengadakan pemeriksaan terhadap perseroan dengan tujuan untuk
mendapatkan data atau keterangan, jika terdapat dugaaan perseroan
melakukan perbuatan melawan hukum yagn merugikan pemegang
saham atau pihak ketiga, maupun anggota direksi atau dewan komisaris
melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan perseroan atau
pemegang saham atau pihak ketiga.
b) Membubarkan perseroan (Pasal 146 ayat (1) huruf (c) UU No. 40 Tahun
2007)
8. Hak memesan efek terlebih dahulu.
Hak memesan efek terlebih dahulu ini juga diatur dalam pasal 82 UU No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dimana dalam pasal 82 ayat (1) berbunyi:
“Bappepam dapat mewajibkan Emiten atau Perusahaan Publik untuk
memberikan hak memesan Efek terlebih dahulu kepada setiap pemegang
saham secara proporsional apabila emiten atau perusahaan publik terserbut
menerbitkan saham atau efek yang dapat ditukar dengan saham emiten atau
perusahaan publik tersebut.” Dalam penjelasannya, yang dimaksud dengan hak
memesan efek terlebih dahulu adalah hak yang melekat pada saham yang
memberikan kesempatan bagi pemegang saham yang bersangkutan untuk
membeli efek baru sebelum ditawarkan kepada pihak lain.

11
2.3. Pelaksanaan Hak Pemegang Saham
Pelaksanaan hak pemegang saham sebagian besar berada di Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). RUPS adalah wadah para pemegang saham untuk
menjalankan hak-haknya.7 Perseroan Terbatas memiliki apa yang disebut organ PT.
Organ PT merupakan institusi atau lembaga yang mempunyai peran penting terhadap
kelangsungan usaha. Maka kita akan membahas salah satu organ PT yang berkaitan
dengan pelaksanaan hak pemegang saham yakni RUPS.8

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)


RUPS merupakan organ perseroan terbatas yang kedudukannya sebagai
organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan terbatas, sehingga sangat
penting kehadiran dan kedudukannya. Karena itu, penyelenggaraan RUPS merupakan
suatu keharusan dan wajib dilakukan. Secara tegas kedudukan hukum RUPS
dinyatakan di dalam pasal 1 angka (3).
UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas berbunyi: “Rapat Umum
Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS perseroan yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak
diserahkan kepada Direksi atau Komisaris.”9
Dari bunyi pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No.40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas tersebut, dapat diketahui bahwa RUPS merupakan organ tertinggi
Perseroan Terbatas yang mempunyai kekuasaan dan kewenangan yang tidak
diserahkan kepada Direksi atau Komisaris. Dengan perkataan lain RUPS adalah
pemegang dan pelaksana kedaulatan tertinggi dalam perseroan terbatas. Putusan-
putusan yang dibuat oleh RUPS wajib untuk ditaati dan dilaksanakan oleh direksi atau
komisaris perseroan terbatas.

7
Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, Cetakan ketiga (Jakarta PT Aditya Bakti, 1996,
hlm 27)
8
Undang‐Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
9
Ibid

12
Pada hakikatnya perseroan terbatas itu adalah wadah kerja sama dari para
pemilik modal atau pemegang saham yang dijelmakan dalam RUPS. RUPS juga
berhak untuk memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan
perseroan dari Direksi dan atau Komisaris. Di dalam UUPT tidak terdapat ketentuan
yang tegas mengenai batas dan ruang lingkup kewenangan yang dapat dilakukan dari
suatu PT. Sehingga, RUPS tersebut tidak dapat dikatakan sewenang-wenang tetapi
dapat ditarik pedoman sebagai berikut:
a. RUPS tidak dapat mengambil keputusan yang bertentangan dengan hukum
yang berlaku
b. RUPS tidak boleh mengambil keputusan yang bertentangan dengan anggaran
dasar

c. RUPS tidak boleh mengambil keputusan dengan kepentingan yang dilindungi


oleh hukum dari stake holder, yaitu pemegang saham minoritas, karyawan,
kreditur, maupun masyarakat sekitar.
d. RUPS tidak boleh mengambil keputusan yang merupakan kewenangan dari
direksi dan dewan komisaris, sejauh kedua organ tersebut tidak
menyalahgunakan kewenangannya. Hal ini sebagai konsekuensi logis dari
prinsip kewenangan residual dari RUPS.
Inti dari wewenang RUPS adalah keputusan-keputusan yang menyangkut
struktur organisasi Perseroan Terbatas, serta hak dan kewajiban para pemegang saham.
Sementara itu, yang menjadi wewenang direksi dan komisaris adalah apa saja ygn
tercakup dalam organisasi usaha Perseroan Terbatas yang dibuat untuk mencapai
maksud dan tujuan Perseroan Terbatas.
Salah satu komponen dari Perseroan yang turut menjadi obyek pengaturan
hukum dan perlu untuk diuraikan secara lebih jelas disini adalah pemegang saham.
Pemegang saham adalah komponen utama dalam perseroan. Pemegang saham
memasukkan andil atau bagian kepemilikannya kepada perseroan dan sebagai
gantinya pemegang saham diberikan Surat Saham sebagai tanda bahwa ia ikut
memiliki perseroan tersebut sebesar jumlah pemasukan atau surat saham yang
dimilikinya.
Pemegang aham bukanlah organ Perseroan Terbatas, tetapi yang merupakan

13
organ Perseroan Terbatas adalah RUPS. RUPS adalah organ Perseroan Terbatas yang
merupakan wadah para pemegang saham berwenang menjalankan dan mewujudkan
hak-haknya. RUPS merupakan media bagi para pemegang saham mengetahui
perkembangan dan kemajuan PT. Oleh karena itu, wajar jika pemegang saham diberi
hak untuk meminta penyelenggaraan RUPS. Selain itu, RUPS mewakili kepentingan
para pemegang saham. Sehingga sudah sewajarnya jika keputusan-keputusan yang
menyangkut struktur organisasi perseroan dan kepentingan para pemegang saham
adalah wewenang RUPS untuk mengaturnya.

14
2. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Rights Issue).
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dalam UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal akan kita dapati pada penjelasan Pasal 82 ayat (1). Pada penjelasan

tersebut Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu didefinisikan sebagai hak yang melekat
pada saham yang memberikan kesempatan bagi pemegang saham yang bersangkutan
untuk membeli Efek baru sebelum ditawarkan kepada pihak lain.
Sedangkan bunyi Pasal 82 ayat 1 UUPM adalah "Bapepam dapat mewajibkan
Emiten atau Perusahaan Publik untuk memberikan hak memesan Efek terlebih
dahulu kepada setiap pemegang saham secara proporsional apabila Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut menerbitkan saham atau Efek yang dapat ditukar dengan
saham Emiten atau Perusahaan Publik tersebut."
Berdasarkan bunyi penjelasan dan pasal 82 ayat 1 UUPM tersebut, maka:
a. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu adalah hak yang melekat pada saham.
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu melekat pada saham yang telah
dikeluarkan sebelumnya. Artinya Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu hanya
akan ada apabila telah ada saham yang diterbitkan sebelum diterbitkan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu. Tanpa ada saham yang telah diterbitkan
sebelumnya maka tidak akan ada Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Saham
adalah efek pokok sedangkan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu adalah efek
turunan atau derivatif dari efek pokok berupa saham yang telah diterbitkan
sebelumnya.
b. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu memberikan kesempatan bagi pemegang
saham yang bersangkutan untuk membeli efek baru sebelum ditawarkan
kepada pihak lain.
Dengan memiliki saham maka pemegang saham tersebut otomatis memiliki
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Dengan memiliki Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu, maka pemegang saham mendapat kesempatan untuk
membeli efek baru. Efek baru artinya efek secara umum, dapat berupa saham
dan selain saham seperti obligasi.
c. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dapat diwajibkan Bapepam (sekarang:
OJK) kepada Emiten atau Perusahaan Publik.
Dapat diwajibkan artinya dapat juga tidak diwajibkan. Tergantung dari
15
kebijakan yang ditetapkan OJK.

d. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu diberikan kepada pemegang saham secara
proporsional.
Diberikan kepada pemegang saham saja. Tidak diberikan kepada pemegang
efek selain dari saham.
e. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, diberikan bila Emiten atau Perusahaan
Publik tersebut menerbitkan saham atau Efek yang dapat ditukar dengan saham
Emiten atau Perusahaan Publik.
Emiten atau Perusahaan Publik dapat menerbitkan saham yang (langsung)
dapat diperoleh pemegang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu ataupun
Emiten atau Perusahaan Publik dapat menerbitkan efek lain selain saham yang
nantinya "dapat ditukar dengan saham."
Artinya Emiten atau Perusahaan Publik memberikan opsi kepada pemegang
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang telah menggunakan haknya apakah
nantinya ia akan menukar efek lain tersebut dengan saham atau tidak
menukarkannya dengan saham dari Emiten atau Perusahaan Publik yang
menerbitkannya.

PRE-EMPTIVE RIGHT. (Pasal 36 UU No.1/1995 tentang Perseroan Terbatas).

Saham yang dikeluarkan dalam rangka penambahan modal harus ditawarkan


terlebih dahulu kepada setiap pemegang saham seimbang dengan jumlah saham yang
dimilikinya (untuk klasifikasi saham yang sama). Jika pemegang saham tidak
menggunakan haknya untuk mengambil saham baru yang akan diterbitkan, maka
saham-saham baru tersebut akan ditawarkan kepada karyawan. Jika karyawan tidak
menggunakan haknya untuk mengambil saham baru yang akan diterbitkan, maka
saham-saham baru tersebut akan ditawarkan kepada pihak luar perusahaan (bukan
pemegang saham dan juga bukan karyawan).
Pelaksanaan Pre-Emptive Right pada PT dilakukan melalui proses Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (Rights Issue). Dengan Rights Issue pemegang saham
yang tidak bersedia mengambil saham-saham baru ketika modal ditingkatkan dapat
memperoleh uang dengan jalan menjual haknya atas saham baru tersebut.

16
Dalam Pre-Emptive Right, pemilik 1 saham berhak atas sejumlah saham baru
yang jumlahnya merupakan pembagian dari jumlah saham baru yang akan di
keluarkan dengan seluruh jumlah saham yang ada (telah disetor dan di tempatkan).
Sedangkan dalam Rights Issue dapat ditentukan misalnya: setiap 5 saham memiliki 12
Rights, dimana 1 Right memberikan hak untuk mengambil 1 saham baru.
Penyimpangan terhadap prinsip Pre Emptive Right (1 saham lama berhak atas 1 saham
baru) dimungkinkan oleh pasal 127 UU No.1/1995 : lex specialis derogat lex generalis.
Catatan: Pre-Emptive Rights berbeda dengan Right Of First Refusal yang diatur
dalam Pasal 50 UU No.1/1995.
Pre-Emptive Right adalah menawarkan saham baru yang akan dikeluarkan dari
portepel saham perusahaan. Dengan demikian terjadi peningkatan modal disetor.
Sedangkan Right Of First Refusal adalah menawarkan saham (yang sudah ada, bukan
saham baru) milik pemegang saham yang akan menjual sahamnya kepada pemegang
saham lain yang mungkin mau membelinya. Dalam ROFR tidak terjadi peningkatan
modal atau pengeluaran saham baru dalam portepel.

Peraturan Bapepam No.IX.D.1: Lampiran Keputusan Ketua Bapepam


No.26/PM/2003 tanggal 14 Juli 2003).
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Rights): hak yang melekat pada saham
yang memberikan hak kepada pemilik Rights tersebut untuk menukarkannya dengan
Efek baru, berupa:
(i) Saham;
(ii) Efek yang dapat dikonversi menjadi saham (misal: Obligasi Konversi atau
Obligasi Tukar); dan
(iii) Waran.
Pengeluaran saham baru dari suatu PT. Tbk harus melalui Rights Issue, kecuali
dalam hal-hal yang diatur dalam:
(i) Peraturan Bapepam No.IX.D.4;
(ii) Peraturan Bapepam No. IX.G.1; dan

17
(iii) mengeluarkan saham sebagai kapitalisasi dari laba yang ditahan atau
pemberian saham bonus.
Sertifikat Rights dapat dialihkan atau ditukarkan dengan Efek baru selama
periode perdagangan (cum period), yang dimulai setelah berakhirnya distribusi Rights
dan berlangsung minimum 5 hari kerja dan maximum 30 hari sejak itu.
Tidak ada Penjamin Emisi Efek dalam Rights Issue, karena pada dasarnya yang
harus mengambil saham-saham baru sebagai akibat peningkatan modal adalah
pemegang saham yang memiliki Rights. Juga tidak selalu diperlukan Pembeli Siaga.
Namun dalam hal manajemen telah menetapkan dalam Prospektus jumlah dana yang
akan diterima dari hasil Rights Issue berikut penggunaan dana tersebut, maka harus
ada Pembeli Siaga yang akan mengambil sisa saham baru yang tidak diambil oleh
pemegang Rights.

2.4. Perlindungan Pemegang Saham


Perlindungan hukum terhadap Pemegang Saham dalam suatu PT menjadi sangat
penting, karena pemegang saham serta stakeholder telah diatur hak dan kewajiban
serta wewenangnya secara proposional. Konsep tersebut hanya dapat berhasil, apabila
pemegang saham dan pengurus perseroan menjunjung tinggi etika yang menjadi
sumber standar tingkah laku individu. Sejalan dengan konsep tersebut, maka perseroan
yang dipimpin oleh Direksi dan Komisaris harus menjunjung tinggi etika bisnis, dan
menjadikan sebagai budaya perusahaan yang pada akhirnya menjadi budaya hukum
dalam perseroan. Kemungkinan timbulnya pertentangan antara pemegang Saham
Mayoritas dengan Pemegang Saham Minoritas dapat dihindari. Dengan
memperhatikan fakta yang ada, maka perlu adanya upaya perlindungan hukum bagi
pemegang saham minoritas dikaitkan dengan hak-hak pemegang saham.
Pada dasarnya, pemegang saham berhak mempertahankan haknya sehubungan
dengan saham yang dimilikinya dengan cara menggugat segala tindakan perseroan
yang merugikan kepentingannya dalam perseroan yang bersangkutan. Tindakan
perseroan tersebut dapat berupa tindakan RUPS, Komisaris dan atau Direksi. Dalam
Pasal 61 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yaitu “Setiap
pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke Pengadilan

18
Negeri, apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan
tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi atau Komisari.“
Perlu diperhatikan bahwa perseroan didirikan dan dijalankan atas dasar
Anggaran Dasar yang dibuat di antara para pemegang saham. Sehingga segala hak dan
kewajibannya pun harus dituangkan sejelas mungkin di dalam Anggaran Dasar
tersebut, yang dapat dikatakan sebagai perjanjian di mereka. Karena dianggap sebagai
perjanjian, maka Anggaran Dasar harus tunduk pada Undang-Undang Perseroan
Terbatas (UUPT), Undang-Undang dan peraturan lain yang terkait dengan hak dan
kewajiban pemegang saham.
Salah satu efek dari struktur kepemilikan melalui saham adalah terciptanya
struktur pemegang saham mayoritas dan minoritas. Pada dasarnya masing-masing
mempunyai hak yang sama. Terutama terhadap hak suara. Yaitu 1 saham adalah 1
suara. Ketentuan tambahan terhadap hak suara dapat diatur secara tegas-tegas
sehubungan dengan klasifikasi saham. Dengan mekanisme pemilikan yang demikian,
pemegang saham mayoritas menjadi pihak yang diuntungkan dengan sendirinya.
Semakin banyak saham yang dimilikinya, maka makin dapat berkuasa ia dalam
menentukan keputusan mengenai keberadaan dan jalannya suatu perseroan terbatas.
Persoalannya adalah bagaimana melindungi kepentingan pemegang saham
minoritas yang beresiko dirugikan oleh kekuasaan pemegang saham mayoritas. Ini
beberapa pasal yang dapat berusaha mengatur kepentingan pemegang saham baik
mayoritas dan minoritas:10
1. Tindakan Derivatif
Ketentuan ini mengatur bahwa Pemegang saham dapat mengambil alih untuk
mewakili urusan perseroan demi kepentingan perseroan, karena ia menganggap
Direksi dan atau Komisaris telah lalai dalam kewajibannya terhadap perseroan.
a. Pasal 85 ayat (3) jo. Pasal 98 ayat (2) bahwa Pemegang saham dapat melakukan
tindakan-tindakan atau bertindak selaku wakil perseoran dalam
memperjuangkan kepentingan perseroan terhadap tindakan perseroan yang

10
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1017/perlindungan-terhadap-pemegang-saham
diakses tanggal 23 Oktober 2021 Jam 19:50

19
merugikan, sebagai akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh anggota
Direksi dan atau pun oleh komisaris.
Pasal 85 ayat (3) : “Dalam pemungutan suara, suara yang dikeluarkan oleh
pemegang saham berlaku untuk seluruh saham yang dimilikinya dan pemegang
saham tidak berhak memberikan kuasa kepada lebih dari seorang kuasa untuk
sebagian dari jumlah saham yang dimilikinya dengan suara yang berbeda”
Pasal 98 ayat (2) : “Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang,
yang berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali
ditentukan lain dalam anggaran dasar.”
b. Melalui ijin dari Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi
kedudukan perseroan, pemegang saham dapat melakukan sendiri pemanggilan
RUPS (baik RUPS tahunan maupun RUPS lainnya) apabila direksi ataupun
komisaris tidak menyelenggarakan RUPS atau tidak melakukan pemanggilan
RUPS.
c. Pada Pasal 62 bahwa kewenangan PS dalam meminta kepada Persero agar
sahamnya dapat dibeli kembali akibat tidak setujunya PS terhadap tindakan
perseroan tentang perubahan AD, pengalihan atau penjaminan kekayaan
perseroan yang nilainya lebih dari 50 % dan penggabungan, peleburan,
pengambilalihan atau pemisahan.
Pasal 62: “Setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar
sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak
menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham atau
Perseroan, berupa: Perubahan anggaran dasar; Pengalihan atau penjaminan
kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50% (lima puluh persen)
kekayaan bersih Perseroan; atau Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan,
atau Pemisahan.”
d. Pasal 114 ayat (6) bahwa kewenangan untuk mewakili perseroan untuk
mengajukan gugatan terhadap anggota direksi yang menyebabkan kerugian
perseroan.
Pasal 114 ayat (6): “Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili
paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan

20
hak suara dapat menggugat anggota Dewan Komisaris yang karena kesalahan
atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan ke pengadilan
negeri.”
e. Dalam Pasal 79 ayat (2) bahwa kewenangan PS untuk diselengarakannya RUPS,
tanpa kewenangan memutuskan diadakannya RUPS
Pasal 79 ayat (2) : “Penyelenggara RUPS dapat melakukan permintaan: a. 1
(satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10
(satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara,
kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil; atau b.
Dewan Komisaris.”
f. Pasal 138 bahwa kewenangan PS untuk dilakukannya audit terhadap perseroan,
atas dugaan terjadinya Perbuatan Melawan Hukum yang merugikan yang
dilakukan oleh Perseroan, Direksi atau komisaris.
Pasal 138: “Permohonan permeriksaan terhadap perseroan terbatas dapat
diajukan oleh: a. 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling
sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara; b. pihak lain yang berdasarkan peraturan perundang-undangan,
anggaran dasar Perseroan atau perjanjian dengan Perseroan diberi wewenang
untuk mengajukan permohonan pemeriksaan; atau kejaksaan untuk kepentingan
umum.”
g. Pasal 142 sampai dengan Pasal 146 Kewenangan PS untuk mengajukan
permohonan pembubaran perseroan.
2. Hak Pemegang Saham Minoritas
Pada dasarnya ketentuan-ketentuan di bawah ini terutama ditujukan untuk
melindungi kepentingan pemegang saham minoritas dari kekuasaan pemegang saham
mayoritas.
a. Hak Menggugat
Pasal 61 bahwa setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap
perseroan melalui Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi
kedudukan perseroan, bila tindakan perseroan merugikan kepentingannya.

21
Pasal 61 : “Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap
Perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan Perseroan
yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan
RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris”
b. Hak Atas Akses Informasi Perusahaan
Pada Bab XI Pemegang saham dapat melakukan pemeriksaan terhadap
perseroan, permintaan data atau keterangan dilakukan apabila ada dugaan bahwa
perseroan dan atau anggota direksi atau komisaris melakukan perbuatan
melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau pihak ketiga.
c. Hak Atas Jalannya Perseroan
Pasal 146 bahwa pemegang saham dapat mengajukan permohonan kepada
Pengadilan Negeri untuk membubarkan perseroan.
d. Hak Perlakuan Wajar
Pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli
dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan
perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan, berupa:
1) perubahan anggaran dasar perseroan;
2) penjualan, penjaminan, pertukaran sebagian besar atau seluruh
kekayaan perseroan;
3) penggabungan, peleburan atau pengambilalihan perseroan.

Selain dari ketentuan hukum yang diatur dalam UUPT di atas, Persero dalam
menjalankan roda perusahaan dituntut untuk menerapkan prinsip Good Corporate
Governance (“GCG”). Penerapan GCG dalam pengelolaan perusahaan dapat
meberikan perlindungan terhadap pemegang saham karena dalam GCG terdapat
prinsip-prinsip yang dapat melindungi kepentingan perusahaan, pemegang saham,
manajemen, dan investor, serta pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan. Ide dasar
dari GCG adalah memisahkan fungsi dan kepentingan di antara para pihak dalam suatu
perusahaan, seperti perusahan yang menyediakan modal atau pemegang saham,
pengawas dan pelaksana sehari-hari usaha perusahaan dan masyarakat luas. GCG juga
dijadikan sebagai aturan atau standar yang mengatur perilaku pemilik perusahaan,

22
direksi, manager, dengan merinci tugas dan wewenang, serta bentuk pertanggung
jawaban kepada pemegang saham.
Sebagaimana diketahui dalam prinsip GCG mengedepankan:
1) fairness (keseimbangan)

Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak
stakeholder, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Diharapkan
fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan
jaminan perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.
2) transparency(transparan)
Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam
mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang
cukup akurat, tepat waktu kepada segenap stakeholders-nya.
3) accountability (akuntabilitas)
yang dimaksud dengan accountability adalah kejelasan fungsi, struktur, system,
dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan
secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban, dan
wewenang, serta tanggungjawab antara pemegang saham, dewan komisaris, dan
dewan direksi.
4) responsibility (bertanggung-jawab).
Bentuk responsibility adalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang
berlaku, seperti masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan
kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang
kondusif bersama masyarakat dan sebagainya.
5) Indepandency (kemandirian).

Prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional tanpa ada
benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun
yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
Permasalahan adanya corporate action terkait penambahan/peningkatan modal
suatu perseroan acap kali digunakan para pemilik saham mayoritas untuk mendilusi
kepemilikan saham minoritas. Namun, sepanjang corporate action ini sesuai ketentuan

23
hukum yang berlaku pada UUPT, maka tidak adanya pelanggaran hukum yang dapat
dialamatkan kepada perseroan.
Langkah yang dapat dilakukan oleh para PS minoritas atas tindakan yang
dilakukan perseroan adalah meminta agar perseroan membeli saham-saham PS
minoritas tersebut dengan harga wajar (Pasal 62 UUPT) atau dalam hal PS minoritas
dapat membuktikan adanya pelanggaran hukum yang dilakukan persero terkait dengan
tindakan tersebut atau dapat membuktikan adanya kerugian atas tindakan yang
dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar tersebut, PS minoritas dapat mengajukan
gugatan kepada Pengadilan Negeri tempat kedudukan perseroan (Pasal 61 UUPT).11
Ultra Vires doctrine untuk melindungi para kreditor perseroan termasuk
pemegang saham minoritas untuk turut menentukan kebijakan perusahaan. Aset
perseroan hanya dapat digunakan untuk tujuan-tujuan perseroan sebagaimana
dicantumkan dalam klausul mengenai maksud dan tujuan perseroan (objects clause)
dalam anggaran dasarnya dan untuk tujuan-tujuan sampingan dalam rangka maksud
dan tujuan melindungi saham.12

11
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt51b145f3c7171/perlindungan-hukum-bagi-
pemegang-saham-minoritas diakses tanggal 25 Oktober 2021 jam 22:28
12
Sutan Remi Sjahdeni, Tanggung Jawab Pribadi Direksi dan Komisaris,Jurnal Hukum Bisnis,
Juli 2001, hal. 102.

24
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Regulasi mengenai hak pemegang saham berdasarkan pasal 52 ayat 2 UU No.
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yakni hak untuk menerima deviden
sepanjang perseroan masih berlangsung dan sisa kekayaan hasil likuidasi jika
perseroan dibubarkan, hak untuk berpatisipasi dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), hak menjalankan hak lainnya yang diberikan oleh UU No. 40
Tahun 2007. Hak lainnya terkait perlindungan hukum bagi pemegang saham,
ialah
a) mengajukan gugatan ke pengadilan negeri apabila dirugikan terhadap
tindakan Perseroan Terbatas (pasal 61 ayat 1 UU 40 Tahun 2007),
tindakan anggota direksi (pasal 97 ayat 6 UU No. 40 Tahun 2007) dan
Anggota dewan komisaris (pasal 114 ayat (6) UU No. 40 Tahun 2007).
b) meminta direksi untuk menyelenggarakan RUPS apabila mewakili 1/10
bagian hak suara yang sah/jumlah yang lebih berdasarkan anggaran
dasar perseroan terbatas. (pasal 79 ayat 2 UU No. 40 Tahun 2007).
c) mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri untuk
melakukan sendiri pemanggilan RUPS Tahunan atau RUPS lainnya.
(Pasal 80 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007)
d) menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya.
e) memeriksa dan mendapatkan salinan daftar pemegang saham, risalah dan
pembukuan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada direksi.
f) mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri untuk
mengadakan pemeriksaan terhadap perseroan dan membubarkan
perseroan.
g) Hak memesan efek terlebih dahulu (pasal 82 UU 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal)

25
Disamping itu, para pemegang saham memiliki Right Issue, yakni hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu. (diatur dalam pasal 82 ayat 1 UU No 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal).
2. Pelaksanaan hak pemegang saham sebagian besar berada di Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) yang tidak bisa dialihkan ke direksi maupun
komisaris. Di dalam RUPS ini, pemegang saham dapat melaksanakan Pre-
Emptive Right (mengambil saham baru yang akan diterbitkan) pada PT melalui
proses Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Rights Issue) atau dapat menjual
haknya atas saham baru tersebut.
3. Upaya yang dilakukan pemegang saham untuk melindungi haknya yang telah
dirugikan yakni melalui tindakan derivatif (mengambil alih untuk mewakili
urusan perseroan demi kepentingan perseroan, karena ia menganggap Direksi
dan atau Komisaris telah lalai dalam kewajibannya terhadap perseroan).
Pemegang saham dapat menggunakan beberapa haknya, yakni hak untuk
menggugat, hak atas akses informasi perusahaan, hak atas meminta
pembubaran perseroan, hak atas perlakuan wajar.

3.2. Saran
1. Persero dalam menjalankan roda perusahaan dituntut untuk menerapkan
prinsip Good Corporate Governance (“GCG”). Penerapan GCG dalam
pengelolaan perusahaan dapat meberikan perlindungan terhadap pemegang
saham karena dalam GCG terdapat prinsip-prinsip yang dapat melindungi
kepentingan perusahaan, pemegang saham, manajemen, dan investor, serta
pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Absori. 1998. Hukum Ekonomi Beberapa Aspek Pengembangan. Surakarta:


Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Aji, Bonifasius. 2016. Keuntungan & Risiko menjadi Direktur, Komisaris, dan
Pemegang Saham. Jakarta: Visimedia.
Asikin, Zainal. 2013. Hukum Dagang. Jakarta: Rajawali Pers.
Budiyono, Tri. 2011, Hukum Perusahaan. Salatiga: Griya Media.

Fuady, Munir. 2002. Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan


Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Fuady, Munir. 2003. Perseroan Terbatas Paradigma Baru. Bandung: Citra Aditya
Bakti.

Ginting, Jamin. 2007. Hukum Perseroan Terbatas. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Harahap, Yahya. 2009. Hukum Perseroan Terbatas. Salatiga: Griya Media
I.G. Rai Wijaya. 2003. Hukum Perusahaan. Jakarta: Mega Poin.
I.G. Rai Wijaya. 2006. Hukum Perusahaan dan Undang-Undang dan Peraturan
Pelaksana di Bidang Usaha. Jakarta: Kesaint Blanc.

27

Anda mungkin juga menyukai