Anda di halaman 1dari 7

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK PEMEGANG SAHAM

(CORPORATE GOVERNANCE)

Dosen Pengampu: Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E., M.Si., Ak. CA.

Kelompok 9

Ni Kadek Ani Jumariati (1707532004)

Ni Luh Rosa Aprilianti (1707532015)

Ni Komang Megi Megayani (1707532032)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI REGULER DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
Organ-Organ dalam Perseroan Terbatas
Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UU
PT”), Perseroan Terbatas memiliki 3 (tiga) organ penting, yaitu Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris. Ketiga organ ini mempunyai fungsi dan
kewenangannya masing-masing sebagai berikut:
1. RUPS
RUPS adalah organ Perseroan Terbatas yang memiliki kewenangan eksklusif
yang tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris. Menurut Pasal 1 angka 4
UU PT, RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak
diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam
Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar. RUPS mempunyai kewenangan untuk:
1) Mengambil keputusan dengan ketentuan forum yang terdapat dalam UU PT.
2) Mengubah anggaran dasar sesuai ketentuan forum yang terdapat dalam UU PT.
3) Menyetujui penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan,
pengajuan permohonan pailit, perpanjangan jangka waktu berdirinya dan
pembubaran Perseroan sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UU PT.
2. Direksi
Direksi mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjalankan perseroan
sesuai dengan tujuan dan maksud didirikannya perseroan. Dalam Pasal 46 ayat (1)
UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa “Tenaga
kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau
jabatan-jabatan tertentu”, sehingga dapat diartikan jika tenaga kerja asing boleh
menjadi direktur suatu perusahaan kecuali untuk jabatan yang mengurusi atau
berhubungan secara langsung dengan kepegawaian atau personalia seperti Direktur
HRD. Direksi mempunyai kewenangan untuk menjalan pengurusan perusahaan
dengan kebijakan yang dipandang tepat dan dengan batas yang ditentukan oleh
Undang-Undang dan/atau anggaran dasar. Selain itu, direksi mempunyai kewajiban
untuk:
1) Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah
rapat direksi
2) Membuat laporan tahunan untuk disampaikan kepada RUPS.
3) Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan Perseroan diatas
dan dokumen Perseroan lainnya.

1
3. Komisaris
Komisaris mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan atas kebijakan
pengursan, jalannya pengurusan pada umumnya kepada Perseroan ataupun usaha
Perseroan kepada Direksi. Ketentuan ini terdapat dalam Pasal 108 UU PT. Komisaris
yang melakukan pengawasan mempunyai beban tanggung jawab yang sama dengan
Direksi. Kewajiban mengenai tugas komisaris terdapat dalam Pasal 116 UU PT:
1) Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya
2) Melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau
keluarganya pada Perseroan dan Perseroan lain
3) Memberikan laporan tentang tugas pengawsan yang telah dilakukan selama
tahun buku yang baru lampau kepada RUPS.

Pemegang Saham
Menurut Pasal 3 ayat (1) UU PT, pemegang saham Perseroan Terbatas (“Perseroan”)
tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan
tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki. Ketentuan di
dalam pasal ini mempertegas ciri dari Perseroan bahwa pemegang saham hanya bertanggung
jawab sebesar setoran atas seluruh saham dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya.
Namun, masih ada kemungkinan pemegang saham harus bertanggung jawab hingga
menyangkut kekayaan pribadinya berdasarkan Pasal 3 ayat (2) UU PT yang menyatakan
bahwa ketentuan di dalam Pasal 3 ayat (1) tidak berlaku apabila:
1. Persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi
2. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad
buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi
3. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh Perseroan
4. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara
melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan kekayaan
Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang Perseroan.

Hak-Hak Pemegang Saham terkait dengan Undang-Undang tentang Perseroan


Terbatas
Berdasarkan UU ini (Pasal 52 ayat (1) Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas atau UUPT). Ketentuan Pasal 52 ayat (1) menunjukkan bahwa pemegang

2
saham terbagi di dalam dua kategori besar hak. Pertama, hak-hak, sebagaimana diatur Pasal
52 ayat (1) UUPT, dalam kerangka RUPS bahwa pemegang saham dapat menyatakan
pendapatnya, menerima keuntungan RUPS dalam bentuk dividen dan menerima sisa
kekayaan dari terjadinya likiudasi perusahaan. Kedua, terdapat hak-hak lain yang tersebar
(diluar hak-hak yang pertama) diatur beberapa pasal dalam UUPT. Kedua hak-hak itu
menunjukkan bahwa UUPT tidak bermaksud mengatur hak-hak pemegang saham dalam bab
tersendiri dan tidak terintegrasi pengaturannya. Hal itu dapat dijelaskan bahwa hak-hak lain
tersebut antara lain:
1. Hak Perseorangan (Personal Rights). Hak ini telah diatur oleh Pasal 61 ayat (1)
UUPT yang antara lain menentukannya bahwa setiap pemegang saham berhak
mengajukan gugatan terhadap perseroan ke Pengadilan Negeri apabila dirugikan
karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai
akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris.
2. Hak Menilai Harga Saham (Appraisal Right). Hak ini telah diatur dalam Pasal 62 ayat
(1) UUPT menentukan bahwa setiap pemegang saham berhak meminta kepada
perseroan agar sahamnya dapat dibeli dengan harga yang wajar.
3. Hak Meminta Didahulukan (Pre-Emptive Right). Hak ini telah diatur Pasal 43 ayat (1)
dan Ayat (2) UUPT yang menentukan bahwa (1) saham yang dikeluarkan untuk
penambahan modal harus terlebih dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang saham
seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama; (2) Dalam hal
saham yang akan dikeluarkan untuk penambahan modal merupakan saham yang
klasifikasinya belum pernah dikeluarkan, yang berhak membeli terlebih dahulu adalah
seluruh pemegang saham sesuai dengan perimbangan jumlah saham yang dimilikinya.
4. Hak Gugatan Derivatif (Derivative Right). Hak ini diatur melalui Pasal 97 ayat (6)
untuk gugatan terhadap Direksi dan Pasal 114 ayat (6) gugatan terhadap Komisaris
perseroan.
5. Hak Pemeriksaan (Enqueterecht). Hak ini oleh UUPT telah diatur khusus Pasal 138
ayat (3) UUPT yang menyatakan bahwa permohonan pemeriksaan perseroan dapat
diajukan. a) 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang telah mewakili paling sedikit
1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara; b). pihak
lain yang berdasarkan peraturan perundang-undangan, anggaran dasar perseroan atau
perjanjian dengan perseroan diberi wewenang untuk mengajukan permohonan
pemeriksaan; atau c). kejaksaan untuk kepentingan umum.

3
6. Hak meminta mengadakan RUPS. Hak untuk mengadakan RUPS ini dengan telah
diatur Pasal 79 ayat (2) UUPT yang menentukan bahwa penyelenggraan RUPS dapat
dimintakan oleh 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama
mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari seluruh saham dengan hak suara yang
sah, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil.
7. Hak meminta pembubaran Perseroan. Hak ini telah diatur dalam Pasal 144 ayat (1)
UUPT yang menentukan bahwa Direksi, Dewan Komisaris atau 1 (satu) pemegang
saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara, dapat mengajukan usul pembubaran
Perseroan kepada RUPS.

Perlindungan terhadap Hak Pemegang Saham dalam Perusahaan


Prinsip Perlindungan terhadap Hak Pemegang Saham
1. Perlindungan Terhadap hak-hak Pemegang Saham
UUPT mengenal beberapa prinsip, misalnya prinsip pencatatan saham atau bukti
pemilikan maupun prinsip perolehan informasi yang relevan mengenai perseroan pada
waktu yang tepat, demikian juga pada perusahaan publik.
2. Persamaan Perlakuan terhadap Seluruh Pemegang Saham
Hukum Perusahaan di Indonesia telah mengatur prinsip ini, seperti yang diatur dalam
UUPT ditegaskan bahwa: “Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk:
1) menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS
2) menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi
3) menjalankan hak lainnya berdasarkan UUPT
3. Peranan Stakeholders dan Corporate Governance
Prinsip ini merupakan wacana baru dalam praktik bisnis di Indonesia di bawah payung
UUPT, tidak ada ketentuan hukum perusahaan yang secara jelas dan tegas mengatur
hubungan organisasi perseroan dengan stakeholder di luar Perseroan Terbatas, kecuali
aturan tanggungjawab social perusahaan (pasal 74) UUPT.
4. Keterbukaan dan Transparansi
Hukum Perusahaan yang berlaku di Indonesia tampaknya baru mengakomodir
prinsip disclosure and transparancy bahwa kewajiban Direksi dan Komisaris dalam
menjalankan tugas-tugasnya harus dilandasi iktikad baik, tidak ada ketentuan yang jelas
mengatur kewajiban, atau sanksi apabila perseroan tidak menerapkan keterbukaan dan
atau transparansi.

4
5. Akuntabilitas Dewan Komisaris (Board of Directors)
Kerangka corporate governace harus menjamin adanya pedoman strategis perusahaan,
pengawasan yang efektif terhadap manajemen yang dilaksanakan oleh dewan komisaris,
serta akuntabilitas dewan komisaris terhadap pemegang saham maupun perseroan.
Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham
1. Perlindungan dari Perundang-Undangan
Perlindungan terhadap pemegang saham dimuat dalam ketentuan perundang-undangan
dalam pasar modal, seperti UU pasar modal dan perlindungan terhadap pemegang
saham yang dilakukan Bapepam dalam UU Pasar Modal Pasal 82 Ayat (2) Peraturan
No. IX.E.1
2. Perlindungan dari Penerapan Good Corporate Governance
Penerapan GCG dalam pengelolaan perusahaan dapat memberikan perlindungan
terhadap pemegang saham karena dalam GCG terdapat prinsip-prinsip yang dapat
melindungi kepentingan perusahaan, pemegang saham, manajemen, dan investor
sertapihak-pihak yang terkait dengan perusahaan. GCG juga dijadikan sebagai suatu
aturan atau standar yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, Direksi, Manajer,
dengan merinci tugas dan wewenang serta bentuk pertanggung jawaban kepada
pemegang saham.

Upaya Hukum yang Dapat Ditempuh Pemegang Saham


Pemegang Saham yang meminta penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan
permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan Perseroan untuk menetapkan pemberian izin kepada pemohon melakukan sendiri
pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dalam hal jika Direksi atau Dewan
Komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Pemberian izin dan penolakan Ketua Pengadilan Negeri dituangkan dalam
bentuk penetapan. Dalam hal Ketua Pengadilan Negeri mengabulkan permohonan pemegang
saham, penetapan Ketua Pengadilan Negeri bersifat final, mempunyai kekuatan hukum tetap,
dan tertutup terhadap segala upaya hukum. Dalam hal penetapan Ketua Pengadilan
Negeri menolak permohonan pemegang saham, maka dapat dilakukan upaya
hukum kasasi dan tidak mungkin mengajukan peninjauan kembali.

5
Daftar Pustaka

https://elson.co.id/2017/03/3-organ-penting-perseroan-terbatas/ (diakses pada 6 Oktober


2019, pukul 11.15 WITA)

https://business-law.binus.ac.id/2018/02/17/hak-hak-pemegang-saham-di-indonesia/ (diakses
pada 6 Oktober 2019, pukul 11.25 WITA)

https://www.hukumperseroanterbatas.com/pemegang-saham-2/tanggung-jawab-pemegang-
saham-dalam-perseroan-terbatas/ (diakses pada 6 Oktober 2019, pukul 11.30 WITA)

https://m.hukumonline.com/klinik/detail/lt5aaf1f48e268b/upaya-hukum-terhadap-penetapan
pengadilan-atas-permohonan-penyelenggaraan-rups (diakses pada 6 Oktober 2019,
pukul 11.45 WITA)

http://fekool.blogspot.com/2016/05/corporate-governance-perlindungan.html (diakses pada 6


Oktober 2019, pukul 11.50 WITA)

Anda mungkin juga menyukai