Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan kemudahan dan
kesehatan kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan sebuah makalah kelompok untuk mata kuliah Hukum
Dagang dengan tema Perseroan Terbatas (PT). Makalah yang sudah kami susun ini untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Hukum Dagang yang mesti digarap bersama karena membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar.
Kemudian makalah berikut bisa rampung berkat pihak-pihak yang sudah membantu, khususnya Ibu Nisa
Lestari, S.H.,M.H. selaku dosen mata kuliah Hukum Dagang, dan narasumber yang sudah berkenan untuk kami
wawancara.
Kami pun menyadari jika isi makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan kami. Oleh sebab itu,
kami harapkan adanya umpan balik berupa kritik dan saran yang membangun agar di kemudian hari kami sanggup
makalah yang lebih maksimal. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua terutama kami seaku penyusun
makalah ini. Terimakasih.
Penyusun
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat
BAB 2 PEMBAHASAN
Dalam UU PT dijelaskan bahwa organ dari Perseroan Terbatas (PT) terdiri atas tiga bagian yaitu
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Komisaris.
(1) RUPS mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau komisaris
dalam batas yang ditentukan dalam UU ini dan atau Anggaran Dasar.
(2) RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan
perseroan dari direksi aau komisaris.
Dari ketentuan ini, diketahui RUPS sebagai organ tertinggi dari Perseroan Terbatas (PT)
mempunyai wewenang yang cukup luas. Namun tidak berarti RUPS dalam menjalankan
wewenangnya bertindak tanpa batas, dalam arti RUPS dalam menjalankan tugas harus tunduk
kepada UU dan AD PT. Pada galibnya dalam AD disebutkan diselenggarakan setahun sekali
yang dikenal dengan Rapat Tahunan dan Rapt Umum Pemegang Saham Luar Biasa.
Melihat kedudukan RUPS sebagai organ tertinggi dalam Perseroan Terbatas (PT). RUPS
mempunyai beberapa kewenangan ekslusif yang tidak dapat diserahkan kepada direksi dan
komisaris. Adapun beberapa contoh wewenang yang dimaksud antara lain :
b. Direksi
Salah satu organ yang cukup penting dalam PT adalah Direksi, karena direksi inilah yang
mengendalikan perusahaan dalam kegiatan sehari-hari. Prinsip pengelolaan suatu perusahaan
dalam literatur dikenal beberapa prinsip yakni :
a) Prinsip Kolegial. Menurut prinsip ini, kedudukan para direktur sama tingginya sehingga
tidak ada yang menjadi Presiden Direktur, Perbedaan hanya terletak tugas, wewenang dan
tanggung jawab.
b) Prinsip Derektorial. Menurut prinsip ini seorang direktur menjadi presiden direktur atau
direktur utama. Sedangkan direktur lainnya, berada di bawahnya dan bertanggung jawab
kepadanya. Sedangkan presiden direktur bertanggung jawab kepada dewan komisaris.
Apabila dikaji secara seksama UU PT, kiranya dapat dikemukakan menganut prinsip
kolegial. Hal terlihat dari pasal berikut:
Pasal 1 angka 4 :
“Direksi adalah organ pereroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di
dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan AD”.
Pasal 82
“Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan
tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan”.
Pasal85
(1) “Dalam hal anggota direksi terdiri lebih dari 1(satu) orang, maka yang berwenang
mewakili perseroan adalah setiap anggota direksi kecuali ditentukan lain dalam UU ini
dan atau Anggaran Dasar”.
(2)”Anggaran Dasar dapat menentukan pembatasan wewenang anggota direksi
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)”.
Pasal 86
(1) Direksi wajib :
a) Membuat dan memelihara daftar pemegang saham, risalah RUPS dan
risalah rapat direksi; dan
b) Menyelenggaran pembukuan perseroan.
(2) Daftar pemegang saham, risalah dan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) disimpan di tempat kedudukan perseroan.
(3) Atas permohonan tertulis dari pemegang saham, direksi memberi izin kepada
pemegang sahamk untuk memriksa dan mendapatkan salinan daftar pemegang
saham, risalah dan pembukuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1).
Apabila diperhatikan persyaratan yang ditentukan oleh UU untuk menjadi direksi cukup
berat, karena harus memenuhi kualifikasi tertentu. Pembentuk UU, tampaknya
mempunyai alasan mengapa untuk menjadi direksi harus memenuhi syarat tertentu.
Disamping itu, tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh direksi pun cukup berat.
Apabila salah dalam mengelola perusahaan dapat dituntut oleh pemegang saham. Untuk
itu, jabatan direksi pasca berlakunya UU PT bukanlah pekerjaan ringan, tapi harus betul-
betul profesional. Melihat besarnya risiko yang akan dihadapi oleh direksi dalam
mengoperasikan perusahaan ada gagasan agar jabatan direksi diasuransikan.
c. Komisaris
Perseroan memiliki Komisaris yang wewenang dan kewajibannya ditetapkan dalam Anggaran
Dasar. Perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat , Perseroan yang
menerbitkan surat pengakuan utang, atau Perseroan Terbuka (Tbk.) wajib mempunyai paling
sedikit 2 (dua) oarang Komisaris. (Ps. 94 UUPT).
Komisaris diangkat oleh RUPS, dan untuk pertama kalinya pengangkatan Komisaris
dicantumkan dengan mencantumkan susunan dan nama komisaris dalam Akta Pendirian.
Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali. Hal ini diatur
dalam Anggaran Dasar yang mengatuir mengenai tata cara pencalonan, pengangkatan, dan
pemberhentian komisaris tanpa mengurangi hak Pemegang Saham dalam pencalonan.
Yang dapat diangkat menjadi Komisaris adalah orang perorangan yang mampu melaksanakan
perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau
menjadi anggota Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan perseroan dinyatakan
pailit, atau orang yang pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan. (ps. 96 UUPT)
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA