Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Dewan Komisaris

Dewan Komisaris adalah sekelompok individu yang dipilih oleh pemegang saham untuk
mengawasi kebijakan perusahaan dan memberikan nasihat kepada direksi/dewan direksi.
Dalam struktur perusahaan publik Indonesia, Dewan Komisaris merupakan posisi kedua
tertinggi setelah Rapat Umum Pemegang Saham. Pemimpin dari Dewan Komisaris disebut
Presiden Komisaris atau Komisaris Utama.

Berdasarkan Peraturan OJK No. 33 Tahun 2014, setiap perusahaan publik diwajibkan
memiliki setidaknya 2 anggota Dewan Komisaris yang dipilih oleh pemegang saham melalui
rapat umum pemegang saham (RUPS). Untuk menjaga independensi Dewan Komisaris,
minimal 30% dari anggota Dewan Komisaris harus merupakan Komisaris Independen.
Namun, jika Dewan Komisaris terdiri dari 2 orang saja, maka 1 di antaranya wajib
merupakan seorang Komisaris Independen.

Seorang anggota Dewan Komisaris dapat merangkap jabatan sebagai anggota Dewan Direksi
maksimal pada 2 perusahaan publik lain, dan anggota Dewan Komisaris maksimal pada 2
perusahaan publik lain. Jadi, tidak heran jika kita sering mendengar ada seorang Direksi atau
Komisaris yang merangkap jabatan.

Tugas Dewan Komisaris

Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, tugas dewan
komisaris meliputi:

1. Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan membuat salinannya


2. Melaporkan kepemilikan saham pribadi dan/atau keluarga pada perusahaan (baik
perusahaan tempat individu menjadi komisaris maupun perusahaan lain)
3. Memberikan laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilakukan selama
tahun buku yang baru lampau kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
4. Memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan
hukum tertentu
5. Melakukan tindakan pengurusan perusahaan dalam keadaan tertentu untuk jangka
waktu tertentu, berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS
Dewan Komisaris wajib mengadakan rapat setidaknya 1 kali dalam 2 bulan. Selain itu,
Dewan Komisaris juga wajib mengadakan rapat bersama Dewan Direksi secara berkala
setidaknya 1 kali dalam 4 bulan.
Persyaratan Menjadi Anggota Dewan Komisaris

Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, siapa saja
yang sudah cakap melakukan perbuatan hukum dapat diangkat menjadi anggota Dewan
Direksi maupun Dewan Komisaris, kecuali dalam 5 tahun sebelum pengangkatan pernah:

1. Dinyatakan pailit;
2. Menjadi anggota Dewan Direksi atau Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah
dalam menyebabkan sebuah perusahaan pailit; atau Dihukum karena melakukan
tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan
sektor keuangan.
3. Dalam hukum Indonesia, seseorang yang cakap dalam melakukan perbuatan hukum
adalah orang yang telah dewasa (21 tahun) atau sudah kawin, berakal sehat, tidak
memliki gangguan jiwa, dan tidak hilang ingatan.

Apabila perusahaan mewajibkan anggota Dewan Direksi maupun Dewan Komisarisnya


untuk memiliki kemampuan teknis tertentu, maka persyaratan ini menambahkan
persyaratan yang sudah ditentukan dalam undang-undang. Seluruh pemenuhan persyaratan
dibuktikan dengan surat yang kemudian akan disimpan oleh perusahaan.
3) Komisaris Organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau
khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan perseroan adalah
Komisaris (I.G, Rai Widjaja,2000: 253).

Keberadaan Komisaris dalam suatu perseroan menurut Kitab Undangundang Hukum Dagang
(selanjutnya disingkat dengan KUHD) bukanlah suatu keharusan, sebagaimana dinyatakan
dalam Pasal 44 ayat (1) KUHD. 35 Sebaliknya keberadaan Komisaris dalam UUPT dinyatakan
dengan tegas sebagai salah satu organ perseroan yang bertugas untuk melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam
menjalankan perseroan,

Sebagaimana Pasal 1 ayat (6) UUPT yang dimaksud dengan Dewan Komisaris adalah organ
perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau secara khusus
sesuai dengan Anggaran Dasar serta memberikan nasihat kepada Direksi.

Mengenai tugas Dewan Direksi tersebut dipertegas dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT. Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas dan kewenangan dari Dewan Komisaris
adalah melakukan pengawasan terhadap perseroan dan memberikan pengarahan
(directing) kepada Direksi (Tri Budiyono, 2011:186).

Dengan demikian Komisaris berfungsi sebagai pengawas dan penasehat direksi, sehingga
keberadaannya merupakan suatu keharusan (Rachmadi Usman, 2004:193). Walaupun
tanggung jawab Direksi demikian besar sebagai pemegang prokurasi (procuratie houder)
dari RUPS dan harus bekerja secara profesional (selaku duty of skill and care), bukan berarti
bahwa Komisaris tidak mempunyai tanggung jawab dan tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban dalam hal terjadi kerugian atas perseroan, karena selain Komisaris
bertugas mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan
nasihat kepada Direksi, juga apabila dalam anggaran dasar telah ditetapkan pemberian
kewenangan kepada Komisaris untuk memberikan persetujuan kepada Direksi/anggota 36
Direksi dalam melakukan suatu perbuatan hukum tertentu, maka dalam hal terjadi suatu
kerugian perseroan atas persetujuan Komisaris tersebut, Komisaris dapat dimintai
pertanggungjawaban atas tindakan hukum yang dilakukan oleh Direksi/anggota Direksi atas
persetujuan Komisaris

Anda mungkin juga menyukai