EKONOMI ISLAM
Disusun oleh :
Kelompok 2
2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuha Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam”, atas
dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Rahman, S.Kel., M.E selaku dosen mata kuliah Ekonomi Syariah
yang telah memberikan materi pada penulis.
2. Teman-teman kelompok yang ikut berpartisipasi untuk menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca snagatlah dibutuhkan
untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Semakin berjalannya kehidupan dari zaman ke zaman kehidupan
ekonomi telah menjadi standar kehidupan individu akan kolektif suatu
negara. Keunggulan suatu negara diukur berdasarkan tingkat kemajuan
ekonominya. Ukuran derajat keberhasilan menjadi sangat materialistik.
Oleh karena itu, ilmu ekonomi menjadi sangat penting bagi kehidupan
suatu bangsa. Namun demikian, pakar ilmu ekonomi sekaliber Masrhal
menyatakan bahwa kehidupan dunia ini dikendalikan oleh dua kekuatan
besar, ekonomi dan keimanan (agama), hanya saja kekuatan ekonomi lebih
kuat pengaruhnya daripada agama.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masa awal pemikiran islam
2
2. Bagaimana perkembangan pemikiran ekonomi islam
3. Bagaimana pemikiran ekonomi islam di masa Rasulullah
4. Apasaja mahzab pemikiran ekonomi islam
5. Bagaimana menurut pendapat para ahli tentang ekonomi islam
kontemporer
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Awal Pemikiran Islam
Sejarah perkembangan ekonomi Islam di Indonesia dimulai dari
masuknya Islam ke Indonesia dan dengan berdirinya kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara. Islam telah menyebar di Sumatera pada tahun 1200
Masehi (597 Hijriyah) berdasarkan fakta-fakta sejarah seperti pada
kuburan raja-raja Aceh terdapat makam Al-Malik Kamil yang meninggal
dunia pada hari ahad 7 Jumadil Awal 607 H (1210 M) di desa Blang Mel,
Aceh. Dapat dikatakan ketika Islam masuk di suatu daerah atau wilayah,
maka tidak hanya praktek ibadah saja yang menjadi cara hidup
penganutnya tetapi juga aspek muamalah seperti dalam praktek ekonomi
baik di level individu, masyarakat dan negara.
Perkembangan pemikiran ekonomi Islam mengalami penurunan
ketika terjadinya kolonialisasi oleh Bangsa Barat ke seluruh dunia
termasuk wilayah-wilayah yang kebanyakan dihuni oleh orang-orang
Islam, telah berdampak pada Sekularisasi dan Baratisasi politik,
ekonomi, dan budaya masyarakat Indonesia. Periode abad ke-16
pertengahan sampai pada awal abad ke-19 dapat dikatakan sebagai
periode kemunduran dalam pengembangan pemikiran ekonomi Islam
dengan banyaknya kerajaan-kerajaan Islam yang jatuh oleh penjajah
Portugis dan Belanda, sehingga sistem pun berganti menjadi sistem
berasaskan pemikiran-pemikiran Barat. Abad ke-19 Masehi adalah
periode kebangkitan Islam (Islamic resurgence) setelah berabad-abad
mengalami stagnasi. Periode ini bertujuan untuk mengembalikan Islam
sebagai cara pandang dunia (worldview) di segala aspek kehidupan
seperti politik, ekonomi, pendidikan, dan budaya dari Timur Tengah dan
Asia Tenggara.
Dampak dari penjajahan terhadap Islam dan orang-orang Muslim
sangat berpengaruh terhadap politik, ekonomi, budaya dan agama.
Hukum Islam dan syari’at dibirokratisasikan oleh para penjajah dengan
cara mengatur, membuat standar dan mengawasinya. Dapat dikatakan
terjadinya sekularisasi di segala bidang aspek kehidupan sosial, ekonomi,
politik, dan budaya. Dalam ekonomi, beberapa sistem ekonomi telah
diterapkan seperti sistem ekonomi monopolistic ala VOC
(1600 – 1800), sistem ekonomi komando ala Tanam Paksa (1830 –
1870), dan sistem ekonomi
kapitalis liberal sejak 1870. Pada 200 tahun pertama masa kolonialisme
(1600-1800), Persatuan Pedagang Belanda (VOC) menerapkan sistem
monopoli (monopsoni) dalam membeli komoditi perdagangan seperti
rempah-rempah (lada dan pala, cengkeh, kopi dan gula), sehingga
harganya tertekan karena ditetapkan sepihak oleh VOC. Penindasan dan
eksploitasi ekonomi ini mendapatkan perlawanan dari umat Islam yaitu
perang Jawa terbesar (Perang Diponegoro 1825-1830), dan Perang Paderi
di Sumatera Barat (1821-1837) yang menyebabkan kebangkrutan pada
tahun 1830. Pergerakan umat yang khusus di bidang ekonomi yaitu
Sarekat Dagang Islam (SDI), yang lahirnya sebagai lanjutan perjuangan
umat Islam menantang penjajah Belanda pada abad ke-19. Serikat Islam
nama awalnya berdiri pada tahun 1911 dan menetapkan tujuan-tujuan
program kerjanya di tahun 1912, yaitu memajukan perdagangan dan
meluaskannya, memberikan pertolongan kepada anggota yang
memerlukan, memajukan penduduk dalam lapangan moral dan material,
dan memajukan kehidupan secara beragama Islam. Pendirinya adalah
Haji Samanhudi, seorang penjual batik yang kaya di Solo, Jawa Tengah.
Kemudian pada tahun 1915 dibentuk Central Sarikat Islam (CSI), yang
terdiri dari Haji Samanhudi sebagai ketua kehormatan, Haji Oemar Said
Tjokroaminoto sebagai ketua dan Raden Gunawan sebagai wakil
ketuanya.
Haji Oemar Said Tjokroaminoto selain sebagai ketua pergerakan
ekonomi Islam pada masa itu, beliau juga aktif menulis terkait dalam
ekonomi Islam seperti Islam dan Sosialisme yang pertama kalinya pada
tahun 1924. Menurutnya sosialisme itu satu peraturan tentang urusan
harta benda berasaskan pada agama dan falsafah, karena itu sosialisme
yang wajib dituntut dan dilakukan oleh umat Islam adalah socialisme
yang berdasar kepada asas-asas Islam semata.
Kemudian tulisannya banyak mengsinspirasi cendekiawan Muslim
lainnya untuk menulis dengan topik yang sama yaitu Islam dan
Sosialisme seperti Khalid Muhammad Khalid di tahun 1950 dan Mustafa
al-Shibai’ di tahun 1959. Banyak karya-karya inteletual Muslim yang
mencoba menyandingkan Islam dan sosialisme merupakan bentuk
perlawanan terhadap penjajahan yang terlalu menonjolkan kapitalisme
nya dalam menguasai sumber daya yang dimiliki di wilayah-wilayah
jajahannya.
Di saat kajian sosialisme dan Islam masih menjadi bahan diskusi
dalam kajian ekonomi, beberapa tokoh atau cendekiawan Muslim asal
Minangkabau Zainal Abidin Ahmad dan Kahruddin Yunus menawarkan
sesuatu yang berbeda dalam pengembangan ekonomi. Keduanya melihat
ekonomi Islam itu sebagai suatu disiplin yang tiada kaitannya dengan
sosialisme apalagi kapitalisme. Zainal Abidin Ahmad telah menulis
‘Dasar-Dasar Ekonomi Islam’ tahun 1950 dan ‘Sistem ekonomi
kemakmuran bersama Bersamaisme’ tahun 1955. Kedua sumber
ekonomi Islam ini merupakan buku-buku awal yang secara khusus
membahas ekonomi Islam secara lengkap dan komprehensif samapai ke
masa islam moderen.
a. Periode Risalah
Periode ini di mulai sejak kerasulan Muhammad SAW sampai
wafatnya Nabi Muhammad s.a.w. (11 H/632 M). Pada periode ini
kekuasaan penentuan hukum sepenuhnya berada di tangan
Rasulullah s.a.w. Sumber hukum ketika itu adalah Al-Qur'an dan
sunnah Nabi Muhammad s.a.w. Pengertian fiqh pada masa itu
identik dengan syarat, karena penentuan hukum terhadap suatu
masalah seluruhnya terpulang kepada Rasulullah s.a.w. Periode
awal ini juga dapat dibagi menjadi periode Makkah dan periode
Madinah.
b. Mazhab Mainstream
Mazhab ini berbeda pendapat dengan Mazhab Baqir. Mazhab kedua
ini justru setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya
yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak
terbatas. Keterbatasan sumber daya memang ada, bahkan diakui pula
oleh Islam. Dalil yang dipakai adalah: "Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar" (QS: Al-Baqarah [2]: 155).
Sedangkan keinginan manusia yang tidak terbatas dianggap sebagai
hal alamiah. Dalilnya: "Bermegah-megahan telah melalaikan
kamu,sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak
kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)" (QS: At-Takaastur
[102]:1-3). Dan sabda Nabi Muhammad s.a.w., bahwa manusia tidak
akan pernah puas. Bila diberikan emas satu lembah, ia akan meminta
emas dua lembah. Bila diberikan dua lembah, ia akan meminta
tiga lembah, dan begitu seterusnya sampai ia masuk kubur.
Pandangan mahzab ini tentang masalah ekonomi hampir tidak ada
bedanya dengan pandangan ekonomi konvensional. Kelangkaan
sumber dayalah yang menjadi penyebab munculnya masalah ekonomi.
Perbedaan mazhab mainstream dengan ekonomi konvensional terletak
pada cara menyelesaikan masalah tersebut. Tokoh-tokoh mazhab ini
di antaranya M. Umer Capra, M.A. Mannan, M. Nejatullah Siddiqi,
dan lainnya. Mayoritas dari mereka bekerja di Islamic Development
Bank (IDB), yang memiliki dukungan dana dan akses ke berbagai
negara, sehingga penyebaran pemikirannya dapat dilakukan dengan
cepat dan mudah.
B. Monzer Kahf
Monzer Kahf seorang pemikir muslim yang profilik dengan karya
mencakup isu-isu ekonomi Islam. Salah satu karyanya yang
berjudul “The Islamic Economy: Analitical Study of the Functioning
of The Islamic Economic System” merupakan buku yang
memasukkan matematika ekonomi dalam membahas ekonomi Islam.
Dengan kemampuannya yang apik dalam dua bahasa, Arab dan
Inggris, memungkinkan Monzer Kahf yang lahir di Syria pada tahun
1940 ini mengembangkan kemampuannya secara global melalui
karya dan juga kemampuan dalam berinteraksi. Setelah
menyelesaikan pendidikan dengan gelar BA di bidang bisnis,
Monzer Kahf tertarik lebih lanjut mempelajari ekonomi Islam sambil
bekerja sebagai akuntan publik bersertifikat. Pendidikan
doktoralnya diselesaikan pada tahun 1975 pada University of Utah,
Salt Lake City (1971-1975). Pengabdiannya dalam dunia pendidikan
berkisar 34 tahun termasuk di dalamnya menjabat sebagai asisten
dosen di University of Utah dan pengajar pada School of Business,
University of Damascus.
Berlatar belakang pendidikan ekonomi Barat, pemikiran Monzer
Kahf lebih mengarah pada Neoklasik: ini serupa dengan pemikiran
Muhammad Abdul Mannan, dan Nejatullah Siddiqi yang dikenal
dengan Mazhab Mainstream. Kontribusi Kahf yang unik adalah
mengikutsertakan Islamic social finance (zakat, dan sedekah),
institusi distribusi Islam, dalam perhitungan agregat ekonomi
pendapatan, konsumsi, simpanan, dan investasi.
Kahf berpandangan bahwa ilmu ekonomi, apapun pemikiran
yang melatar belakanginya, adalah suatu ilmu yang membahas
produksi, distribusi, dan konsumsi. Oleh sebab itu perbedaan
ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional terletak pada prinsip-
prinsip dan nilai-nilai ilahiah yang menjadi pedoman ekonomi Islam.
Dalam teknik analisis ekonomi tetap membutuhkan ilmu alat seperti
statistik, matematika, ushul fiqh, dan logika. Berhubung ilmu
ekonomi berkaitan erat dengan perilaku manusia maka pembahasan
ekonomi termasuk ekonomi Islam bersifat interdisipliner. Dengan
alam berpikir seperti ini, Kahf meyakini bahwa pembahasan
ekonomi Islam sejatinya lebih luas dari fikih muamalat karena
pemikiran ekonomi tidak hanya berisi halal dan haram atas transaksi
ekonomi tetapi juga landasan untuk mempelajari perilaku konsumen
dalam membeli dan lain sebagainya. Berbicara perilaku manusia,
Kahf memandang ekonomi Islam tidak dibangun atas konsep
‘rational economic man’ layaknya konsep yang dianut dalam
ekonomi konvensional. Ekonomi Islam adalah ekonomi yang
dijalankan dengan pandangan Islamic man atau ibadurrahman yang
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Segala sesuatu mutlak milik Allah Swt. Manusia hanya bertugas
sebagai khalifah-Nya.
2. Allah S.W.T. adalah Tuhan Yang Esa (konsep tauhid), segala
hukum-Nya mesti ditaati.
3. Apa yang dilakukan oleh manusia mesti mengarah pada kebajikan.
Bentuk-bentuk kemungkaran adalah hal buruk, dan manusia harus
terus melakukan introspeksi dalam rangka memperbaiki diri.
C. Muhammad Baqir Al-Sadr
Baqir Sadr merupakan ilmuwan masa kontemporer yang memiliki
pandangan berbeda dengan beberapa ilmuwan sezamannya.
Sementara ilmuwan kontemporer lain melihat ada irisan yang dapat
dimanfaatkan dalam ekonomi modern yang digagas dan
dilaksanakan di Barat, Sadr menawarkan cara pandang sendiri yang
melihat bahwa ekonomi Islam memiliki dasar yang sama sekali tidak
mempunyai keterpautan dengan ekonomi Barat.
Sadr dengan tegas membangun gagasan pemikiran ekonomi Islam
dengan menawarkan konsep yang berbeda dari pemikir Islam
lainnya pada era kontemporer. Konstruksi pemikirannya diawali
dengan membedakan ekonomi Islam sebagai ilmu dan mazhab.
Sebagai ilmu, ekonomi Islam adalah bertujuan menemukan
fenomena eksternal kehidupan ekonomi yang mencakup realitas
lahiriah. Sementara itu, pemikiran ekonomi Islam sebagai sebuah
mazhab memiliki tujuan untuk membentuk sebuah sistem yang
berkeadilan sosial untuk kehidupan ekonomi manusia. Sadr melihat
bahwa ekonomi Islam sepatutnya dipandang sebagai sebuah mazhab
(sistem). Lebih lanjut Sadr merumuskan mazhab ekonomi Islam
dengan menyatakan bahwa perbedaan utama antara ekonomi Islam
dan ekonomi konvensional terletak pada sistem ekonomi yang
landasannya nilai-nilai keislaman. Sadr memandang bahwa ekonomi
sebagai ilmu bersifat universal di mana terdapat penjelasan
hubungan antara gejala-gejala dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Muhammad Baqir Al-Sadr menawarkan konsep ekonomi Islam
yang berbeda dari pemikir kontemporer lainnya. Gagasannya adalah
melihat ekonomi Islam sebagai sebuah mazhab, bukan sebagai
sebuah ilmu. Sadr menekankan fungsi negara untuk mengadaptasi
hukumhukum Islam dalam berbagai aktivitas ekonomi di mana
negara harus berperan dalam:
a) menyediakan jaminan sosial.
b) mewujudkan kesetimbangan sosial
c) melakukan intervensi.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga pemikiran itu
mempunyai
perbedaan yang besar dalam pola pemikiran. kritikan serta komentar
menunjukan bahwa setiap pendapat mempunyai keunggulan dalam
pemikiranya. akan tetapi, beberapa persamaan dan perbedaan telah dikenal
pasti yaitu mempunyai tujuan yang sama, mereka menggunakan sumber
yang sama seperti larangan riba dan praktek zakat. persamaan ini hanya
terdapat pada nilai fundamental saja dan perbedaan mereka terdapat pada
penafsirannya.
Sistem ekonomi Islam sudah berkembangan dalam kalangan
masyarakat baik itu perdesaan maupun perkotaan. Sistem ekonomi Islam
akan menuju dalam syariat Islam hal ini bisa terjadi karena, sistem
ekonomi Islam memiliki nilai dan norma kehidupan yang datang dari
Allah SWT.
2. Saran
Dampak dari penjajahan terhadap Islam dan orang-orang Muslim
sangat berpengaruh terhadap politik, ekonomi, budaya dan agama. Oleh
karena itu, untuk menelususri perkembangan pemikiran ekonomi Islam
perlu memperhatikan perkembangan fiqh Islam secara luas terlebih
dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : http://repositori.iain-bone.ac.id/56/1/Perkembangan
%20Perekonomian%20Ekonomi%20Islam_Abdul%20Rahim.pdf
https://knks.go.id/storage/upload/1627876504-Sejarah%20Pemikiran
%20Ekonomi%20Islam%2030072021.pdf
http://papuadalamberita.com/mazhab-dalam-ekonomi-islam/