Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SEJARAH PEMIKIRAN

EKONOMI ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Syariah

Dosen pengampu : Rahman, S.Kel., M.E

Disusun oleh :

Kelompok 2

Arfa Meilinda P 21612010302242

Eliyana sazidah 21612010302248

Fenty nur 21612010302251

Muhammad Mirsyad Syahputra 21612010302261

Nurfadila Mashar 21612010302265

Ramadhani Krestanto 21612010302270

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI NUSANTARA SANGATTA

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuha Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam”, atas
dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Rahman, S.Kel., M.E selaku dosen mata kuliah Ekonomi Syariah
yang telah memberikan materi pada penulis.
2. Teman-teman kelompok yang ikut berpartisipasi untuk menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca snagatlah dibutuhkan
untuk penyempurnaan makalah ini.

Sangatta, 21 November 2022

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Semakin berjalannya kehidupan dari zaman ke zaman kehidupan
ekonomi telah menjadi standar kehidupan individu akan kolektif suatu
negara. Keunggulan suatu negara diukur berdasarkan tingkat kemajuan
ekonominya. Ukuran derajat keberhasilan menjadi sangat materialistik.
Oleh karena itu, ilmu ekonomi menjadi sangat penting bagi kehidupan
suatu bangsa. Namun demikian, pakar ilmu ekonomi sekaliber Masrhal
menyatakan bahwa kehidupan dunia ini dikendalikan oleh dua kekuatan
besar, ekonomi dan keimanan (agama), hanya saja kekuatan ekonomi lebih
kuat pengaruhnya daripada agama.

Sejarah pemikiran ekonomi Islam, mulai dikenal sejak era Nabi


Muhammad s.a.w. Dalam perkembanganya, mengalami puncak
kejayaanya sejalan dengan puncak kejayaan peradaban Islam pada abad 6
Masehi hingga abad 13 Masehi. Kala itu, ekonomi Islam berkembang
pesat, diterapkan di berbagai wilayah di dunia utamanya di bawah
kepemimpinan Islam.

Ilmu ekonomi Islam sebagai sebuah studi ilmu pengetahuan


modern barumuncul pada tahun 1970-an, tetapi pemikiran tentang
ekonomi Islam telah muncul sejak Islam itu diturunkan melalui Nabi
Muhammad s.a.w. Karena rujukan utama pemikiran ekonomi Islami
adalah Al-Qur’an dan hadist maka pemikiran ekonomi ini munculnya juga
bersamaan dengan diturunkannya dengan Al-Qur’an dan masa kehidupan
Rasulullah pada abad akhir enam masehi hingga abad awal tujuh masehi.
Setelah masa tersebut banyak sarjana muslim yang memberikan kontribusi
karya pemikiran ekonomi

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masa awal pemikiran islam

2
2. Bagaimana perkembangan pemikiran ekonomi islam
3. Bagaimana pemikiran ekonomi islam di masa Rasulullah
4. Apasaja mahzab pemikiran ekonomi islam
5. Bagaimana menurut pendapat para ahli tentang ekonomi islam
kontemporer
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Awal Pemikiran Islam
Sejarah perkembangan ekonomi Islam di Indonesia dimulai dari
masuknya Islam ke Indonesia dan dengan berdirinya kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara. Islam telah menyebar di Sumatera pada tahun 1200
Masehi (597 Hijriyah) berdasarkan fakta-fakta sejarah seperti pada
kuburan raja-raja Aceh terdapat makam Al-Malik Kamil yang meninggal
dunia pada hari ahad 7 Jumadil Awal 607 H (1210 M) di desa Blang Mel,
Aceh. Dapat dikatakan ketika Islam masuk di suatu daerah atau wilayah,
maka tidak hanya praktek ibadah saja yang menjadi cara hidup
penganutnya tetapi juga aspek muamalah seperti dalam praktek ekonomi
baik di level individu, masyarakat dan negara.
Perkembangan pemikiran ekonomi Islam mengalami penurunan
ketika terjadinya kolonialisasi oleh Bangsa Barat ke seluruh dunia
termasuk wilayah-wilayah yang kebanyakan dihuni oleh orang-orang
Islam, telah berdampak pada Sekularisasi dan Baratisasi politik,
ekonomi, dan budaya masyarakat Indonesia. Periode abad ke-16
pertengahan sampai pada awal abad ke-19 dapat dikatakan sebagai
periode kemunduran dalam pengembangan pemikiran ekonomi Islam
dengan banyaknya kerajaan-kerajaan Islam yang jatuh oleh penjajah
Portugis dan Belanda, sehingga sistem pun berganti menjadi sistem
berasaskan pemikiran-pemikiran Barat. Abad ke-19 Masehi adalah
periode kebangkitan Islam (Islamic resurgence) setelah berabad-abad
mengalami stagnasi. Periode ini bertujuan untuk mengembalikan Islam
sebagai cara pandang dunia (worldview) di segala aspek kehidupan
seperti politik, ekonomi, pendidikan, dan budaya dari Timur Tengah dan
Asia Tenggara.
Dampak dari penjajahan terhadap Islam dan orang-orang Muslim
sangat berpengaruh terhadap politik, ekonomi, budaya dan agama.
Hukum Islam dan syari’at dibirokratisasikan oleh para penjajah dengan
cara mengatur, membuat standar dan mengawasinya. Dapat dikatakan
terjadinya sekularisasi di segala bidang aspek kehidupan sosial, ekonomi,
politik, dan budaya. Dalam ekonomi, beberapa sistem ekonomi telah
diterapkan seperti sistem ekonomi monopolistic ala VOC
(1600 – 1800), sistem ekonomi komando ala Tanam Paksa (1830 –
1870), dan sistem ekonomi
kapitalis liberal sejak 1870. Pada 200 tahun pertama masa kolonialisme
(1600-1800), Persatuan Pedagang Belanda (VOC) menerapkan sistem
monopoli (monopsoni) dalam membeli komoditi perdagangan seperti
rempah-rempah (lada dan pala, cengkeh, kopi dan gula), sehingga
harganya tertekan karena ditetapkan sepihak oleh VOC. Penindasan dan
eksploitasi ekonomi ini mendapatkan perlawanan dari umat Islam yaitu
perang Jawa terbesar (Perang Diponegoro 1825-1830), dan Perang Paderi
di Sumatera Barat (1821-1837) yang menyebabkan kebangkrutan pada
tahun 1830. Pergerakan umat yang khusus di bidang ekonomi yaitu
Sarekat Dagang Islam (SDI), yang lahirnya sebagai lanjutan perjuangan
umat Islam menantang penjajah Belanda pada abad ke-19. Serikat Islam
nama awalnya berdiri pada tahun 1911 dan menetapkan tujuan-tujuan
program kerjanya di tahun 1912, yaitu memajukan perdagangan dan
meluaskannya, memberikan pertolongan kepada anggota yang
memerlukan, memajukan penduduk dalam lapangan moral dan material,
dan memajukan kehidupan secara beragama Islam. Pendirinya adalah
Haji Samanhudi, seorang penjual batik yang kaya di Solo, Jawa Tengah.
Kemudian pada tahun 1915 dibentuk Central Sarikat Islam (CSI), yang
terdiri dari Haji Samanhudi sebagai ketua kehormatan, Haji Oemar Said
Tjokroaminoto sebagai ketua dan Raden Gunawan sebagai wakil
ketuanya.
Haji Oemar Said Tjokroaminoto selain sebagai ketua pergerakan
ekonomi Islam pada masa itu, beliau juga aktif menulis terkait dalam
ekonomi Islam seperti Islam dan Sosialisme yang pertama kalinya pada
tahun 1924. Menurutnya sosialisme itu satu peraturan tentang urusan
harta benda berasaskan pada agama dan falsafah, karena itu sosialisme
yang wajib dituntut dan dilakukan oleh umat Islam adalah socialisme
yang berdasar kepada asas-asas Islam semata.
Kemudian tulisannya banyak mengsinspirasi cendekiawan Muslim
lainnya untuk menulis dengan topik yang sama yaitu Islam dan
Sosialisme seperti Khalid Muhammad Khalid di tahun 1950 dan Mustafa
al-Shibai’ di tahun 1959. Banyak karya-karya inteletual Muslim yang
mencoba menyandingkan Islam dan sosialisme merupakan bentuk
perlawanan terhadap penjajahan yang terlalu menonjolkan kapitalisme
nya dalam menguasai sumber daya yang dimiliki di wilayah-wilayah
jajahannya.
Di saat kajian sosialisme dan Islam masih menjadi bahan diskusi
dalam kajian ekonomi, beberapa tokoh atau cendekiawan Muslim asal
Minangkabau Zainal Abidin Ahmad dan Kahruddin Yunus menawarkan
sesuatu yang berbeda dalam pengembangan ekonomi. Keduanya melihat
ekonomi Islam itu sebagai suatu disiplin yang tiada kaitannya dengan
sosialisme apalagi kapitalisme. Zainal Abidin Ahmad telah menulis
‘Dasar-Dasar Ekonomi Islam’ tahun 1950 dan ‘Sistem ekonomi
kemakmuran bersama Bersamaisme’ tahun 1955. Kedua sumber
ekonomi Islam ini merupakan buku-buku awal yang secara khusus
membahas ekonomi Islam secara lengkap dan komprehensif samapai ke
masa islam moderen.

2. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam


Ekonomi Islam merupakan bagian dari fiqh Islam. Oleh karena itu untuk
menelususri perkembangan pemikiran ekonomi Islam perlu
memperhatikan perkembangan fiqh Islam secara luas terlebih dahulu.
Muhammad Khudari Bek, seorang ahli fiqh dari Mesir membagi
periodisasi fiqh, yaitu :

a. Periode Risalah
Periode ini di mulai sejak kerasulan Muhammad SAW sampai
wafatnya Nabi Muhammad s.a.w. (11 H/632 M). Pada periode ini
kekuasaan penentuan hukum sepenuhnya berada di tangan
Rasulullah s.a.w. Sumber hukum ketika itu adalah Al-Qur'an dan
sunnah Nabi Muhammad s.a.w. Pengertian fiqh pada masa itu
identik dengan syarat, karena penentuan hukum terhadap suatu
masalah seluruhnya terpulang kepada Rasulullah s.a.w. Periode
awal ini juga dapat dibagi menjadi periode Makkah dan periode
Madinah.

b. Periode Al-Khulafaur Rasyidun


Periode ini dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad s.a.w. sampai
Mu'awiyah bin Abu Sufyan memegang tampuk pemerintahan Islam
pada tahun 41 H/661 M. Sumber fiqh pada periode ini, disamping
Al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad s.a.w., juga ditandai
dengan munculnya berbagai ijtihad para sahabat. Ijtihad ini
dilakukan ketika persoalan yang akan ditentukan hukumnya tidak
dijumpai secara jelas dalam nash. Pada masa ini, khususnya
setelah Umar bin Khattab menjadi khalifah (13 H/634 M), ijtihad
sudah merupakan upaya yang luas dalam memecahkan berbagai
persoalan hukum yang muncul di tengah masyarakat.

c. Periode Awal Pertumbuahan Fiqh


Masa ini dimulai pada pertengahan abad ke-1 sampai awal abad ke-
2 H. Periode ketiga ini merupakan titik awal pertumbuhan fiqh
sebagai salah satu disiplin ilmu dalam Islam. Dengan
bertebarannya para sahabat ke berbagai daerah semenjak masa al-
Khulafaur Rasyidun (terutama sejak Usman bin Affan menduduki
jabatan Khalifah, 33 H/644 M), munculnya berbagai fatwa dan
ijtihad hukum yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain,
sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat daerah tersebut.
1) Periode Keemasan
Periode ini dimulai dari awal abad ke-2 sampai pada pertengahan
abad ke-4 H. Dalam periode sejarah peradaban Islam, periode ini
termasuk dalam periode Kemajuan Islam Pertama (700-1000).
Seperti periode sebelumnya, ciri khas yang menonjol pada periode
ini adalah semangat ijtihad yang tinggi dikalangan ulama, sehingga
berbagai pemikiran tentang ilmu pengetahuan berkembang.
Perkembangan pemikiran ini tidak saja dalam bidang ilmu agama,
tetapi juga dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan umum lainnya.
Perkembangan ekonomi islam dalam kalangan perdesaan dan
masyarakat juga sangat baru bagi penduduk yang beragama islam.
Ekonomi Islam dikembangkan agar masyarakat Indonesia yang
beragama Islam, dapat menjalankan ekonomi sesuai syariat agama
Islam yang sudah ada dalam Al-qur’an dan Hadits. Bukan
melainkan dari hal-hal yang konvensiaonal atau tidak bersyariat
Islam.
Karena yang kita terapkan dalam masyarakat beragama Islam
bukan hanya untuk keuntungan semata atau untuk kepentingan
pribadi saja, akan tetapi kita harus menguntungkan untuk
kemakmuran masyarakat secara bersama dan untuk kebahagiaan
dunia akhirat. Secara luas kita pandang dalam ajaran agama Islam,
ekonomi Islam tersebut akan mudah dipengaruhi karena dalam hal
keyakinan agamanya, perilaku, dan moral yang sudah ada dalam
diri masyarakat perdesaan masing-masing kebanyakan menganut
agama Islam. Oleh karena itu, jika kita mengembangkan ekonomi
didalam masyarakat perdesaan indonesia akan lebih mudah untuk
diterima secara baik. Dalam ekonomi syariah di Indonesia dari
tahun ketahun akan semakin berkembang, yang sudah dibuktikan
dengan adanya praktek nilai-nilai yang berdasarkah syariah Islam
yang sudah diterapkan oleh masyarakat Indonesia seperti berikut:
 Berhutang dengan akad tanpa adanya riba
Melakukan hutang yang diperbolehkan dalam syariat Islam kepada
orang atau lembaga yang akan dipinjami hartanya. Dalam
meminjam harta, kita harus ada kesepakatan antara si peminjam
dengan orang yang meminjam harta tersebut untuk mengembalikan
hartanya pada jangka waktu yang sudah disepakati antara kedua
belah pihak.
 Bank syariah
Dalam bank konvensional yang sudah ada banyak di negara
Indonesia dengan bank syariah yang belum seberapa banyak
dibandingkan dengan bank konvensional akan tetapi cara kerjanya
pun juga sangat berbeda. Bank konvensional jika melakukan simpan
pinjam harus dengan sistem riga atau bunga. Sedangkan bank
syariah melakukan simpan pinjam sistemnya tanpa bunga, tetapi
dengan sistem bagi hasil yang bersyariatkan berdasarkan Al Qur’an
dan hadits yang sudah ditentukan oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI).
 Jual beli produk halal
Jual beli dalam transaksi ekonomi Islam untuk menjual produk yang
halal memiliki perjanjian atau syarat untuk melakukan transaksi
tersebut seperti, tidak boleh adanya sistem atau unsur yang haram
dalam produk yang akan dijual karena kita menerapkan sistem Islam
jadi secara tidak langsung produk yang akan kita jual belikan harus
halal, tidak boleh haram seperti makanan yang mengandung babi,
minuman yang memabukkan, dan produk yang lainnya yang
diharamkan oleh Islam. Tidak boleh ada produk yang diharamkan
seperti dari hasil penipuan, pencurian, ketidakjelasakn akan
pemiliknya tersebut. Dan dalam melakukan jual beli tidak ada unsur
paksaan harus melalui suka sama suka antara produk tersebut dengan
orang yang akan membelinya.
Sistem ekonomi Islam sudah berkembangan dalam kalangan
masyarakat baik itu perdesaan maupun perkotaan. Sistem ekonomi
Islam akan menuju dalam syariat Islam hal ini bisa terjadi karena,
sistem ekonomi Islam memiliki nilai dan norma kehidupan yang
datang dari Allah SWT. Karena Allah SWT merupakan Tuhan para
umat manusia yang beragama Islam maupun non muslim yang
memiliki kekuatan, Maha Tau segalanya, dan kemampuan
memakmurkan dan mensejahterakan.

3. Pemikiran Ekonomi Islam di Masa Rasulullah


a. Sistem Ekonomi Pada Masa Rasulullah SAW
Kehidupan Rasulullah s.a.w. dan masyarakat Muslim di masa
Beliau adalah teladan yang paling baik dari implementasi Islam,
termasuk dalam bidang ekonomi. Pada periode Makkah, masyarakat
Muslim belum sempat membangun perekonomian, sebab masa itu
penuh dengan perjuangan untuk mempertahankan diri dari intimidasi
orang-orang Quraisy. Barulah pada periode Madinah Rasulullah
memimpin sendiri membangun masyarakat Madinah sehingga
menjadi masyarakat sejahtera dan beradab. Meskipun perekonomian
pada masa beliau relatif masih sederhana, tetapi beliau telah
menunjukkan prinsip-prinsip yang mendasar bagi pengelolaan
ekonomi (Hasbi Hasan, 2009).
Islam mempunyai pandangan yang jelas mengenai harta dan
kegiatan ekonominya sebagaimana telah dicontohkan oleh teladan kita
Rasulullah Muhammad s.a.w. Beberapa pemikiran ekonomi Islam
yang disadur ilmuwan Barat antara lain, Teori Invisible Hands yang
berasal dari Nabi Muhammad s.a.w. dan sangat populer di kalangan
ulama. Teori ini berasal dari hadits Nabi Muhammad s.a.w.
Sebagaimana disampaikan oleh Anas r.a., sehubungan dengan adanya
kenaikan harga-harga barang di kota Madinah.
Dalam hadits tersebut diriwayatkan sebagai berikut: “Harga
melambung pada zaman Rasulullah s.a.w. Orang-orang ketika itu
mengajukan saran kepada Rasulullah dengan berkata: “Ya Rasulullah
hendaklah engkau menentukan harga”.
Rasulullah s.a.w. bersabda: ”Sesungguhnya Allah-lah yang
menentukan harga, yang menahan dan melapangkan dan memberi
rezeki. Sangat aku harapkan bahwa kelak aku menemui Allah dalam
keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntutku tentang kezaliman
dalam darah maupun harta.”
Karakter umum pada perekonomian pada masa ini adalah
komitmennya yang tinggi terhadap etika dan norma, serta
perhatiannya yang besar terhadap keadilan dan etis dalam bingkai
syariah Islam, sementara sumber daya ekonomi tidak boleh
menumpuk pada segelintir orang melainkan harus beredar bagi
kesejahteraan pada seluruh umat. Pasar menduduki peranan penting
sebagai mekanisme ekonomi, tetapi pemerintah dan masyarakat juga
bertindak aktif dalam mewujudkan kesejahteraan dan menegakkan
keadilan. Rasulullah s.a.w. membuang sebagian besar tradisi dan
nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam dari seluruh aspek
kehidupan masyarakat Muslim. Kondisi negara baru yang dibentuk
ini, tidak diwarisi sumber keuangan sedikitpun sehingga sulit
dimobilisasi dalama waktu dekat. Karenanya, Rasulullah s.a.w.
segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat, yaitu:
a. Membangun masjid sebagai Islamic Centre.
b. Menjalin ukhuwwah islamiyyah antara kaum Muhajirin dengan
kaum Anshar.
c. Menjalin kedamaian dalam negara.
d. Mengeluarkan hak dan kewajiban bagi warga negaranya.
e. Membuat konstitusi negara.
f. Meletakkan dasar-dasar keuangan negara.
1. Kebijakan Ekonomi Pada Masa Rasulullah s.a.w.
Rasulullah membangun Baitul Mal pada masa kepemimpinannya.
Tujuan dari pembangunan Baitul Mal adalah sebagai tempat
pengelolaan semua pemasukan dan pengeluaran harta kaum muslim.
Baitul Mal menjadi pengelola sistem moneter pada masa itu yaitu
mengalokasikan dana untuk penyebaran Islam, pendidikan dan
kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pengembangan infrastruktur, dan penyediaan layanan kesejahteraan
sosial. Pengalokasian dana Baitul Mal tersebut berdampak positif
pada pertumbuhan ekonomi dan kenaikan permintaan dan penawaran
agregat.
Pada masa Rasulullah penerimaan APBN bersumber dari kharaj,
zakat, khums, jizyah, dan penerimaan lainnya. Pengalokasian dana
selain yang telah disebutkan di atas dan juga dialokasikan untuk
belanja pegawai. Perhitungan zakat dan khums dilakukan secara
proporsional dalam presentase dan bukan ditentukan dari nilai
nominalnya. Sedangkan zakat perniagaan sistemnya dihitung dari
hasil usaha, sehingga tidak mempengaruhi harga dan jumlah
penawaran. Beberapa kebijakan fiskal pada masa Rasulullah adalah
kebijakan peningkatan, kebijakan nasional dan tingkat partisipasi
kerja, kebijakan pajak, anggaran, dan kebijakan fiskal khusus. Berikut
beberapa kebijakan yang ada pada masa Rasulullah s.a.w.:
A. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah penggunaan mata uang dinar dan
dirham, namun yang paling sering digunakan adalah dirham
karena tentara Islam berhasil menakhlukkan hampir seluruh
wilayah kekaisaran Persia. Kebijakan moneter sebenarnya bukan
hanya mengotak atik suku bunga. Bahkan sejak zaman Rasulullah
s.a.w. dan Khulafaur Rasyidin, kebijakan moneter dilaksanakan
tanpa menggunakan instrumen bunga sama sekali.
B. Kebijakan Fiskal
Ketika keadaan perekonomian masih lesu dan pemerintah baru
saja mendapat hutang baru dari Consultative Group on Indonesia
(CGI) dan Dana Moneter Internasional (IMF), perlunya kebijakan
fiskal yang tepat mengemuka di antara beberapa usulan kebijakan
dari para ekonom.
Sebenarnya kebijakan fiskal telah sejak lama dikenal dalam teori
ekonomi Islam, yaitu sejak zaman Rasulullah dan Khulafaur
Rasyidin, dan kemudian dikembangkan oleh para ulama. Pada
jaman Rasulullah s.a.w., sisi penerimaan APBN terdiri atas kharaj
(sejenis pajak tanah), zakat, khums (pajak 1/5), jizya (sejenis
pajak atas badan orang non-muslim), dan penerimaan lain-lain (di
antaranya kaffarah/denda). Di sisi pengeluaran, terdiri atas
pengeluaran untuk kepentingan dakwah, pendidikan dan
kebudayaan, iptek, hankam, kesejahteraan sosial, dan belanja
pegawai.

4. Mahzab Pemikiran Ekonomi Islam


Tiga Mazhab pemikiran ekonomi Islam dalam sejarah pemikiran
ekonomi, kehadiran aliran atau mazhab ekonomi biasanya
bertujuan mengkritik, mengevaluasi atau mengoreksi aliran-aliran
ekonomi sebelumnya yang dinilai tidak mampu menyelesaikan
persoalan-persoalan ekonomi. Dalam ekonomi konevensional (umum),
kita mengenal aliran ekonomi klasik, neoklasik, marxis, historis,
instituisonal, moneteris, dan lain sebagainya. Ilmu Ekonomi Islam pun
tidak luput dari aliran atau mazhab-mahzab ekonomi.

a. Mazhab Baqir AsSadr


Mahzab ini dipelopolri Baqir as-Sadr dengan bukunya yang
fenomenal "Iqtishaduna" (OurEconomics). Mazhab ini berpendapat
ilmu ekonomi tidak
pernah bisa sejalan dengan Islam. Ekonomi tetap ekonomi dan
Islam tetap Islam. Keduanya tidak pernah dapat disatukan karena
keduanya berasal dari fislosofi yang kontradiktif. Yang satu anti-
Islam, yang lainnya Islam. Menurut pandangan mereka, perbedaan
filosofis ini berdampak pada perbedaan cara pandang keduanya
dalam melihat masalah ekonomi. Menurut ilmu ekonomi yang
sudah kita kenal, masalah ekonomi muncul karena adanya
keinginan manusia yang tidak terbatas, sementara sumber daya
yang tersedia untuk memuaskan keinginan manusia jumlahnya
terbatas. Mazhab Baqir menolak pernyataan ini, karena menurut
mereka Islam tidak mengenal adanya sumber daya yang terbatas.
Dalil yang dipakai adalah Al-Quran. "Sesungguhnya telah kami
ciptakan segala sesuatu dalam ukuran yang setepat-tepatnya" (QS Al-
Qomar [54]: 49).
Dengan demikian, karena segala sesuatunya sudah diukur
dengan sempurna. Sebenarnya Allah telah memberikan sumber
daya yang cukup bagi seluruh manusia di dunia. Pendapat bahwa
keinginan manusia itu tidak terbatas juga ditolak. Contoh, manusia
akan berhenti minum jika dahaganya sudah terpuaskan. Oleh karena
itu, mazhab ini berkesimpulan bahwa keinginanyang tidak terbatas itu
tidak benar sebab pada kenyataannya keinginan manusia terbatas.
Selain itu, semua teori yang dikembangkan oleh ilmu ekonomi
konvensional ditolak dan dibuang. Sebagai gantinya, mazhab ini
berusaha menyusun teori-teori baru dalam ekonomi yang langsung
digali dan direduksi dari Al-Quran dan As-Sunnah, meskipun kita
belum melihat hasil pengembangan teori ekonomi yang digali dari
wahyu tersebut. Selain Muhammad Baqir as-Sadr, tokoh-tokoh
mazhab ini adalah Abbas Mirakhor, Baqir al-Hasani, Kadim
as-Sadr, IrajToutouchian, Hedayati, dan lainnya.

b. Mazhab Mainstream
Mazhab ini berbeda pendapat dengan Mazhab Baqir. Mazhab kedua
ini justru setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya
yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak
terbatas. Keterbatasan sumber daya memang ada, bahkan diakui pula
oleh Islam. Dalil yang dipakai adalah: "Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar" (QS: Al-Baqarah [2]: 155).
Sedangkan keinginan manusia yang tidak terbatas dianggap sebagai
hal alamiah. Dalilnya: "Bermegah-megahan telah melalaikan
kamu,sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak
kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)" (QS: At-Takaastur
[102]:1-3). Dan sabda Nabi Muhammad s.a.w., bahwa manusia tidak
akan pernah puas. Bila diberikan emas satu lembah, ia akan meminta
emas dua lembah. Bila diberikan dua lembah, ia akan meminta
tiga lembah, dan begitu seterusnya sampai ia masuk kubur.
Pandangan mahzab ini tentang masalah ekonomi hampir tidak ada
bedanya dengan pandangan ekonomi konvensional. Kelangkaan
sumber dayalah yang menjadi penyebab munculnya masalah ekonomi.
Perbedaan mazhab mainstream dengan ekonomi konvensional terletak
pada cara menyelesaikan masalah tersebut. Tokoh-tokoh mazhab ini
di antaranya M. Umer Capra, M.A. Mannan, M. Nejatullah Siddiqi,
dan lainnya. Mayoritas dari mereka bekerja di Islamic Development
Bank (IDB), yang memiliki dukungan dana dan akses ke berbagai
negara, sehingga penyebaran pemikirannya dapat dilakukan dengan
cepat dan mudah.

c. Mazhab Alternatif-Kritis Pelopor


Mahzab ini adalah Timur Kuran (Ketua Jurusan Ekonomi University
of Sourthen California), Jomo (Yale, Cambridge, Harvad, Malaya),
Muhammad Arif, dan lain-lain. Mazhab ini mengkritik mazhab
sebelumnya. Mazhab Baqir dikirik sebagai mazhab yang berusaha
menemukan hal baru yang sebenarnya sudah ditemukan oleh orang
lain. Menghancurkan teorilama, kemudian menggantinya dengan
teori baru. Sementara itu, Mazhab Mainstream dikritiknya sebagai
jiplakan dari ekonomi neoklasik (modern) yang menghilangkan
variabel riba dan memasukkan variabel zakat dan niat. Mazhab ini
adalah sebuah mazhab yang kritis. Mereka berpendapat bahwa
analisis kritis bukan hanya dilakukan terhadap sosialisme dan
kapitalisme, tetapi juga terhadap ekonomi Islamitu sendiri. Mereka
yakin bahwa Islam pasti benar, tetapi ekonomi Islam belum tentu
benar karena ekonomi Islam adalah hasil tafsiran mansuia atas Al-
Quran dan As-Sunnah sebagai epistimologi ilmu ekonomi Islam,
sehingga nilai kebenarannya tidak mutlak. Proposisi dan teori yang
diajukan oleh ekonomi Islam harus selalu diuji kebenarannya
sebagaimana dilakukan terhadap ekonomi konevsional.

5. Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer Menurut Para Ahli


Periode pemikiran ekonomi Islam era 1960-an ditandai dengan
perubahan yang cukup menggembirakan di mana dari sisi industri
keuangan mulai terbentuk bank Islam. Dari tahun 1940-an hingga 1970-
an, pembentukan konsep ekonomi Islam terus bergeliat, dan pada tahun
1970-an, saat harga minyak melambung, juga memberi kontribusi dalam
inisiasi pembentukan beberapa Bank Islam di Timur Tengah. Sebagai
penyedia layanan transaksi keuangan, bank memiliki peran sentral
sehingga kajian-kajian mengenai penerapan ekonomi Islam dalam
transaksi keuangan riil terus berkembang pesat.
Pembentukan institusi keuangan terus berlanjut sampai hari ini dengan
berbagai asupan pemikiran-pemikiran baru yang bertujuan membumikan
dan mempraktikkan konsep-konsep ekonomi Islam. Pada bahasan
berikutnya, akan diuraikan beberapa tokoh yang telah berkontribusi
dalam mewujudkan ekonomi Islam.

A. Muhammad Abdul Mannan


Muhammad Abdul Mannan adalah seorang yang berkebangsaan
Bangladesh dan lahir pada tahun 1938. Dari pernikahannya dengan
seorang ahli ilmu politik bernama Nargis, Muhammad Abdul
Mannan memiliki dua orang anak bernama Reshmi dan Ghalib.
Perjalanan hidupnya didedikasikan dalam dunia pendidikan dan
ekonomi Islam. Ketertarikannya dalam bidang ekonomi
mengantarkannya menyelesaikan studi ilmu ekonomi di Universitas
Rajshahi pada tahun 1960 dan melanjutkan studi master dan doktoral
pada Michigan University dengan konsentrasi pada ilmu ekonomi.
Pemikiran ekonomi Islam menurut Muhammad Abdul Mannan
diturunkan dari sumber hukum Islam yang kemudian di atas prinsip-
prinsip dasar ini dibangun langkah-langkah operasional. Rumusan
langkah-langkah tersebut sangat berkontribusi di dalam penerapan
ekonomi Islam karena sifatnya yang konkret sehingga
memungkinkan pengembangan pemikiran ekonomi Islam sebagai
respons atas perubahan-perubahan yang dialami masyarakat.
Mannan (1983: 41- 50) menyatakan bahwa terdapat tujuh langkah
operasional yaitu:
1. Menentukan Basic Economic Functions yang secara umum ada
dalam semua sistem tanpa memperhatikan ideologi yang
digunakan, seperti fungsi konsumsi, produksi, dan distribusi.
2. Menetapkan beberapa prinsip dasar yang mengatur Basic
Economic Functions yang berdasarkan pada syarī’at dan tanpa
batas waktu (timeless), misalnya sikap moderat dalam
berkonsumsi.
3. Mengidentifikasi metode operasional berupa penyusunan konsep
atau formulasi karena pada tahap ini pengembangan teori dan
disiplin ekonomi Islam mulai dibangun. Pada tahap ini mulai
mendeskripsikan tentang apa (what), fungsi, perilaku, variabel
dan sebagainya.

4. Menentukan (prescribe) jumlah yang pasti akan kebutuhan barang


dan jasa untuk mencapai tujuan (yaitu: moderasi) pada tingkat
individu atau agregat.
5. Mengimplementasikan kebijakan yang telah ditetapkan pada
langkah keempat. Langkah ini dilakukan baik dengan pertukaran
melalui mekanisme harga atau transfer payments.
6. Melakukan evaluasi atas tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
atau atas target bagaimana memaksimalkan kesejahteraan dalam
seluruh kerangka yang ditetapkan pada langkah kedua maupun
dalam dua pengertian pengembalian (return), yaitu pengembalian
ekonomi dan non-ekonomi, membuat pertimbangan-
pertimbangan positif dan normatif menjadi relatif tidak berbeda
atau tidak penting.
7. Membandingkan implementasi kebijakan yang telah ditetapkan
pada langkah dengan pencapaian yang diperoleh (perceived
achievement). Pada tahap ini perlu melakukan review atas prinsip
yang ditetapkan pada langkah kedua dan merekonstruksi
konsepkonsep yang dilakukan pada tahap ketiga, keempat dan
kelima.

B. Monzer Kahf
Monzer Kahf seorang pemikir muslim yang profilik dengan karya
mencakup isu-isu ekonomi Islam. Salah satu karyanya yang
berjudul “The Islamic Economy: Analitical Study of the Functioning
of The Islamic Economic System” merupakan buku yang
memasukkan matematika ekonomi dalam membahas ekonomi Islam.
Dengan kemampuannya yang apik dalam dua bahasa, Arab dan
Inggris, memungkinkan Monzer Kahf yang lahir di Syria pada tahun
1940 ini mengembangkan kemampuannya secara global melalui
karya dan juga kemampuan dalam berinteraksi. Setelah
menyelesaikan pendidikan dengan gelar BA di bidang bisnis,
Monzer Kahf tertarik lebih lanjut mempelajari ekonomi Islam sambil
bekerja sebagai akuntan publik bersertifikat. Pendidikan
doktoralnya diselesaikan pada tahun 1975 pada University of Utah,
Salt Lake City (1971-1975). Pengabdiannya dalam dunia pendidikan
berkisar 34 tahun termasuk di dalamnya menjabat sebagai asisten
dosen di University of Utah dan pengajar pada School of Business,
University of Damascus.
Berlatar belakang pendidikan ekonomi Barat, pemikiran Monzer
Kahf lebih mengarah pada Neoklasik: ini serupa dengan pemikiran
Muhammad Abdul Mannan, dan Nejatullah Siddiqi yang dikenal
dengan Mazhab Mainstream. Kontribusi Kahf yang unik adalah
mengikutsertakan Islamic social finance (zakat, dan sedekah),
institusi distribusi Islam, dalam perhitungan agregat ekonomi
pendapatan, konsumsi, simpanan, dan investasi.
Kahf berpandangan bahwa ilmu ekonomi, apapun pemikiran
yang melatar belakanginya, adalah suatu ilmu yang membahas
produksi, distribusi, dan konsumsi. Oleh sebab itu perbedaan
ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional terletak pada prinsip-
prinsip dan nilai-nilai ilahiah yang menjadi pedoman ekonomi Islam.
Dalam teknik analisis ekonomi tetap membutuhkan ilmu alat seperti
statistik, matematika, ushul fiqh, dan logika. Berhubung ilmu
ekonomi berkaitan erat dengan perilaku manusia maka pembahasan
ekonomi termasuk ekonomi Islam bersifat interdisipliner. Dengan
alam berpikir seperti ini, Kahf meyakini bahwa pembahasan
ekonomi Islam sejatinya lebih luas dari fikih muamalat karena
pemikiran ekonomi tidak hanya berisi halal dan haram atas transaksi
ekonomi tetapi juga landasan untuk mempelajari perilaku konsumen
dalam membeli dan lain sebagainya. Berbicara perilaku manusia,
Kahf memandang ekonomi Islam tidak dibangun atas konsep
‘rational economic man’ layaknya konsep yang dianut dalam
ekonomi konvensional. Ekonomi Islam adalah ekonomi yang
dijalankan dengan pandangan Islamic man atau ibadurrahman yang
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Segala sesuatu mutlak milik Allah Swt. Manusia hanya bertugas
sebagai khalifah-Nya.
2. Allah S.W.T. adalah Tuhan Yang Esa (konsep tauhid), segala
hukum-Nya mesti ditaati.
3. Apa yang dilakukan oleh manusia mesti mengarah pada kebajikan.
Bentuk-bentuk kemungkaran adalah hal buruk, dan manusia harus
terus melakukan introspeksi dalam rangka memperbaiki diri.
C. Muhammad Baqir Al-Sadr
Baqir Sadr merupakan ilmuwan masa kontemporer yang memiliki
pandangan berbeda dengan beberapa ilmuwan sezamannya.
Sementara ilmuwan kontemporer lain melihat ada irisan yang dapat
dimanfaatkan dalam ekonomi modern yang digagas dan
dilaksanakan di Barat, Sadr menawarkan cara pandang sendiri yang
melihat bahwa ekonomi Islam memiliki dasar yang sama sekali tidak
mempunyai keterpautan dengan ekonomi Barat.
Sadr dengan tegas membangun gagasan pemikiran ekonomi Islam
dengan menawarkan konsep yang berbeda dari pemikir Islam
lainnya pada era kontemporer. Konstruksi pemikirannya diawali
dengan membedakan ekonomi Islam sebagai ilmu dan mazhab.
Sebagai ilmu, ekonomi Islam adalah bertujuan menemukan
fenomena eksternal kehidupan ekonomi yang mencakup realitas
lahiriah. Sementara itu, pemikiran ekonomi Islam sebagai sebuah
mazhab memiliki tujuan untuk membentuk sebuah sistem yang
berkeadilan sosial untuk kehidupan ekonomi manusia. Sadr melihat
bahwa ekonomi Islam sepatutnya dipandang sebagai sebuah mazhab
(sistem). Lebih lanjut Sadr merumuskan mazhab ekonomi Islam
dengan menyatakan bahwa perbedaan utama antara ekonomi Islam
dan ekonomi konvensional terletak pada sistem ekonomi yang
landasannya nilai-nilai keislaman. Sadr memandang bahwa ekonomi
sebagai ilmu bersifat universal di mana terdapat penjelasan
hubungan antara gejala-gejala dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Muhammad Baqir Al-Sadr menawarkan konsep ekonomi Islam
yang berbeda dari pemikir kontemporer lainnya. Gagasannya adalah
melihat ekonomi Islam sebagai sebuah mazhab, bukan sebagai
sebuah ilmu. Sadr menekankan fungsi negara untuk mengadaptasi
hukumhukum Islam dalam berbagai aktivitas ekonomi di mana
negara harus berperan dalam:
a) menyediakan jaminan sosial.
b) mewujudkan kesetimbangan sosial
c) melakukan intervensi.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga pemikiran itu
mempunyai
perbedaan yang besar dalam pola pemikiran. kritikan serta komentar
menunjukan bahwa setiap pendapat mempunyai keunggulan dalam
pemikiranya. akan tetapi, beberapa persamaan dan perbedaan telah dikenal
pasti yaitu mempunyai tujuan yang sama, mereka menggunakan sumber
yang sama seperti larangan riba dan praktek zakat. persamaan ini hanya
terdapat pada nilai fundamental saja dan perbedaan mereka terdapat pada
penafsirannya.
Sistem ekonomi Islam sudah berkembangan dalam kalangan
masyarakat baik itu perdesaan maupun perkotaan. Sistem ekonomi Islam
akan menuju dalam syariat Islam hal ini bisa terjadi karena, sistem
ekonomi Islam memiliki nilai dan norma kehidupan yang datang dari
Allah SWT.
2. Saran
Dampak dari penjajahan terhadap Islam dan orang-orang Muslim
sangat berpengaruh terhadap politik, ekonomi, budaya dan agama. Oleh
karena itu, untuk menelususri perkembangan pemikiran ekonomi Islam
perlu memperhatikan perkembangan fiqh Islam secara luas terlebih
dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : http://repositori.iain-bone.ac.id/56/1/Perkembangan
%20Perekonomian%20Ekonomi%20Islam_Abdul%20Rahim.pdf
https://knks.go.id/storage/upload/1627876504-Sejarah%20Pemikiran
%20Ekonomi%20Islam%2030072021.pdf

Azwar Karim, Adi Warman, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada, 2004
Chamid, Nur,  jejak langkah sejarah pemikiran ekonomi islam,
(yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010
http://www.forshei.org/2021/10/kebijakan-ekonomi-pada-masa-
rasulullah.html?m=1

http://papuadalamberita.com/mazhab-dalam-ekonomi-islam/

Anda mungkin juga menyukai