Dosen Pengampu :
Prayogi Restia Saputra, S.IP, M.M
Di susun Oleh :
1. Syaiful Umar (22612061001)
2. Fitriyah Latifatus Sholihah (22612061011)
3. Sella Pertiwi (22622061015)
Pemikiran ekonomi sepanjang yang diketahui dimulai sejak jaman Yunani Kuno.
Dari sinilah kata ekonomi berasal, yaitu dari penggabungan dua suku kata Yunani oikos
dan nomos yang berarti pengaturan atau pengelolaan rumah tangga.Pada masa Yunani
Kuno pembahasan tentang ekonomi masih merupakan bagian dari filsafat.Pemikiran
tentang ekonomi pada waktu itu sering dikaitkan dengan rasa keadilan, kelayakan atau
kepatutan yang perlu diperhatikan dalam rangka penciptaan suatu masyarakat yang adil
dan makmur secara merata. Satu hal yang dilewatkan dalam pembahasan mengenai
pemikiran ekonomi adalah sering abainya para akademisi dalam melihat sumbangan
pemikiran para cendekiawan Muslim. Hal ini dikarenakan para pemikir ekonomi barat
tidak secara tegas menyebutkan rujukan-rujukannya yang berasal dari kitab-kitab klasik
keilmuan Islam. Josep Schumpeter menyebutnya sebagai “Great Gap” dalam sejarah
pemikir ekonomi selama 500 tahun (Euis Amalia : 2005, 69). Sejarah pemikiran ekonomi
timbul pertama kali pada abad 4 SM dan bangkit kembali pada abad 13 M ketika Thomas
Aquinas dari aliran Skolastik muncul.
Selain karena faktor “Great Gap” di atas, redupnya pemikiran ekonomi Islam
ditengarai akibat kolonialisme. Pada awal abad 19 dan 20 negara-negara Muslim
menghadapi tantangan-tantangan politik dan sosial yang berat, yaitu perjuangan untuk
melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Perkembangan pemikiran di bidang ekonomi
bukanlah persoalan pokok sehingga gerakan dan pemikiran utama yang mengemuka
adalah bagaimana bisa lepas dari penjajahan dan menjadi merdeka. Dengan situasi jaman
yang seperti ini, pemikiran ataupun gagasan di bidang ekonomi yang muncul adalah
tentang ideologi politik dan cita-cita kemasyarakatan. Belum ada upaya untuk
merumuskan pemikiran ekonomi Islam yang bersifat komprehensif.
Pemikiran ekonomi Islam pada saat itu bersifat pragmatis dan adaftif. Abad ke-19
Masehi adalah periode kebangkitan Islam (Islamic resurgence) setelah berabad-abad
mengalami stagnasi. Periode ini bertujuan untuk mengembalikan Islam sebagai cara
pandang dunia (worldview) di segala aspek kehidupan seperti politik, ekonomi,
Pendidikan, dan budaya. Diantara tokoh kebangkitan Islam dari Timur Tengah yaitu
Muhammad ibn ‘Abd al-Wahab dari Arab Saudi, Sayyid Muhammad ibn Ali al-Sanusi,
Jamaluddin al-Afgani, Sayyid al-Mawdudi, Muhammad Abduh, Sayyid Qutb, Shah
Waliullah, dan sebagainya. Di Asia Tenggara seperti Hasim al-‘Asyari, Ahmad Dahlan,
HOS Cokroaminoto, Syafruddin Parawiranegara, Muhammad Natsir, Muhammad Agus
Salim, Rasyidi, Muhammad Yunus, Khairuddin Yunus, Zainal Abidin Ahmad, Hamka,
Daud Patani, Tok Kenali, Sayyid Naquib al-Attas, dan sebagainya. Diantara tokoh-tokoh
dunia tersebut ada yang memberikan kontribusinya secara khusus dalam bidang ilmu
ekonomi islam yaitu Shah Waliullah dalam Hujjat- Allah al-Balighah, Sayyid al-
Mawdudi dengan judul Ma’ashiyat-i Islam (Dasar-Dasar Ekonomi Islam), antara tahun
1930 dan 1960, Keadilan Sosial dalam Islam oleh Sayyid Qutb antara tahun 1945-1948,
Muhammad Hamidullah dalam Anjuman-hae-bi-la-sudi ki Ahammiyat aur Hyderabad
mein uski halat (Pentingnya pinjaman masyarakat tanpa bunga di Hyderabad dan
Keadaannya), Mustafa al-Siba’I dalam al-Isytirak al-Islami (Sosialisme Islam),
Muhammad Tahir ibn Asyur dalam Usul al-Nizâm al-Ijtima’ fil Islam(Prinsip-Prinsip
Sistem Sosial dalam Islam), dan masih banyak lagi lainnya. Di Indonesia, beberapa tokoh
pergerakan Islam seperti HOS Cokroaminoto dalam Islam dan Sosialisme (1924),H.M.
Rasjidi dalam Islam dan Sosialisme (1966), Sjafruddin Parawiranegara dalam Apa Jang
Dimaksud dengan Sistem Ekonomi Islam (1967), Zainal Abidin Ahmad dalam Dasar-
Dasar Ekonomi Islam (1950), Kahruddin Yunus dalam Sistem ekonomi kemakmuran
bersama Bersamaisme (1955), dan Buya Hamka dalam Keadilan Sosial dalam Islam
(1951).
Thaba, A. A. (1996). Islam and the State in New Order Politics. Gema
Insani Press. Jakarta.