105
Abstract: The development of Islamic economics can not be separated from the historical
development of Islamic civilization. The study of the history of economic thought by analyzing
the description of economic thinking Ibn Taymiyyah and the history of life that affect the
economic thinking of Ibn Taymiyyah. According to Ibn Taymiyyah pricing by the government
is good, but not absolute, because the actual prices are set by the forces of demand and supply.
Another case, if the price increases caused by injustice market mechanism, the government may
intervene in pricing. To achieve this purpose, it is necessary formation hisbah institutions with
the aim of protecting the interests of buyers and sellers
Kata kunci; Ibnu Taymiyyah, pemikiran, harga, pemerintah, hisbah
Allah bin Taimiyah al-Harani al-Damayqi kekuasaan di Suriah dan Mesir. Penguasa
atau Ibnu Taimiyah. Ibnu Taimiyah lahir di pertama dari Dinasti Mamluk (1260-1383
kota Harran pada tanggal 22 Januari 1263 M) dikenal dengan nama Bahrite Mamluks.
M, dan dibesarkan dalam lingkungan Masa pemerintahan awal dinasti itu bersa-
keluarga ulama besar mazhab Hambali. maan dengan masa hidup Ibnu Taimiyah
Tradisi lingkungan keilmuan yang baik (1263-1328 M), ketika ia tinggal di
ditunjang dengan kejeniusannya telah meng- Damaskus maupun di Kairo. Baibar menjadi
antarkan beliau menjadi ahli dalam tafsir, sultan Mesir pada tahun 1260-1277 M. Pada
hadist, fiqih, matematika dan filsafat dalam masanya, banyak ulama, ahli hukum tertarik
usia masih belasan tahun. Selain itu beliau pergi ke Mesir yang menjadi fokus dari per-
terkenal sebagai penulis, orator dan sekali- kembangan dunia Islam dan pusat peng-
gus pemimpin perang yang handal.3 Pada kajian di dunia Islam pada saat itu. Setelah
musa mudanya ia mengungsi karena penyer- Baibar meninggal dunia, Sultan Nasir
buan suku Mongol, dan tiba di Damaskus Muhammad Qawalun menaiki tahta (1293-
bersama orang tuanya pada 1268 M pada 1341 M). Inilah masa emas bagi Dinasti
waktu itu ia hampir berusia enam tahun. Mamluk, Ia memperkenalkan sejumlah pem-
Pada tahun 1282 M ketika ayahnya mening- baruan politik dan ekonomi dan memperluas
gal Ibnu Taimiyah menggantikan kedudukan hubungan diplomatik dengan negara-negara
sang ayah sebagai Guru Besar Hukum tetangga. Ia sangat menghargai ulama para
Hambali dan memangku jabatan ini selama ulama dan kaum terpelajar. Pada masa ini,
17 tahun.4 Ibnu Taimiyah mampu meraih pengalaman
Pemikiran ekonomi beliau banyak ter- akademik, politik dan ekonomi. Sultan Nasir
dapat dalam sejumlah karya tulisnya, seperti memberinya kedudukan yang tinggi di
majmu‟ Fatawa Syaikh Al-Islam, As-Siyasah antara para ulama, setelah dia dijemput dari
Asy-Syar‟iyyah fi Ishlah Ar-Ra‟I wa Ar- penjara akibat sejumlah kesalahpahaman,
Ra‟iyah, serta Al-Hisbah fi Al-Islam. Selain perbedaan dan perselisihan pendapatnya
karya tersebut Ibnu Taimiyah mengarang dengan sejumlah ahli hukum (ulama) yang
buku mencapai tiga ratus jilid, antara lain menentang dirinya dan gagasan-gagasan-
Iqtifa Al-Sirat Al-Mustaqim wa Mukhalaf as- nya.6
Hab Al-jalum, Fatwa Ibnu Taimiyah, Al- 2. Sosial
Sarim Al-Maslul Al-Syatim Al-Rasul, Al- Struktur masyarakat Mamluk terbagi
Sarim Al-Maslul fi Bayan Wajibat Al- dalam beberapa kelas. Pertama, bangsa
Ummah Nahwa Al-Rasul, al-Jawab Al-Sahih Mamluk, yaitu mereka yang seketurunan
li Man Baddala Din Al-Masih dan sejumlah dengan penguasa, para pemimpin yang
buku lain di bidang fiqih. Ibnu Taimiyah menduduki jabatan pemerintahan dan yang
meninggal dunia di Damaskus tahun 728 H ikut berperang. Kedua, kaum serbanan (ahl
dan dikebumikan di pemakaman kaum sufi.5 al-imamah), yaitu mereka yang bekerja di
Sketsa Setting Politik, Sosial, dan sejumlah kantor pemerintahan. Ketiga, kelas
Ekonomi pada masa Ibnu Taimiyah para pedagang dan pengusaha, mereka
sangat kaya raya karena berkembangnya
1. Politik sektor perdagangan. Selain ketiga kelas di
Sekitar 13 tahun sebelum Ibnu Taimi- atas, ada kelas masyarakat lainnya, yaitu:
yah lahir, Dinasti Mamluk membangun para buruh, perajin, pedagang kecil dan
kaum miskin. Mayoritas di antara mereka
3
adalah kaum fallahin (petani dan buruh tani).
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, Kondisi mereka sangat buruk karena men-
(Yogyakarta: Ekonosia, 2004), hal. 154 jadi sasaran dari berbagai pungutan pajak
4
Abdul Azim Islahi, Konsepsi Ekonomi yang tak sesuai dengan tingkat pendapatan
Ibnu Taimiyah. (terj) Anshari Thayib. (Surabaya: masyarakat di wilayah itu.
PT. Bina Ilmu, 1997) hal. 15
5 6
Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah., Abdul Azim Islahi, Konsepsi Ekonomi.,
hal. 230 hal. 15-18
108. Al Amwal, Vol I. No. 2 September 2016
doktrin Islam pokok dari tauhid dan secara umum sebagai hal yang sepadan dengan
wajar mementingkan keadilan. Berkaitan barang yang dijual itu ataupun barang yang
dengan keadilan ini, beliau menulis, sejenis lainnya di tempat dan waktu tertentu.
“Keadilan berkait dengan tauhid dan tauhid Keadilan yang dikehendaki oleh Ibnu Taimi-
merupakan fondamen dari keadilan. Inilah yah berhubungan dengan prinsip la dharar
yang memberikan keunggulan berkaitan yakni tidak melukai dan merugikan orang
dengan korupsi, yang merupakan dasar dan lain sehingga dengan berbuat adil akan
fondasi dari ketidakadilan. mencegah terjadinya tindak kezaliman.
Harga yang setara menurut Ibnu
Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah
Taimiyah adalah harga baku (si‟r), di mana
1. Kompensasi dan Harga penduduk menjual barang-barang mereka
Dua istilah yang sering ada dalam dan secara umum diterima sebagai sesuatu
pembahasan Ibnu Taimiyah tentang masalah yang setara dengan itu dan untuk barang
harga, yaitu: 1) Kompensasi yang setara yang sama pada waktu dan tempat yang
(„iwad al-mitsl) diukur dan ditaksir oleh hal- khusus.15 Atau harga yang setara itu sesuai
hal yang setara dan itulah esensi dari dengan keinginan atau lebih persisnya harga
keadilan (nafs al-„adl); 2) harga yang setara yang ditetapkan oleh kekuatan pasar yang
(tsaman al-mitsl). Ibnu Taimiyah membeda- berjalan secara bebas antara penawaran dan
kan ada 2 (dua) jenis harga, yaitu: a) Harga permintaan. Selain itu Ibnu Taimiyah meng-
yang tak adil/terlarang dengan b) harga yang gambarkan perubahan harga di pasar “jika
adil/disukai.12 Harga yang setara itu sebagai penduduk menjual barangnya dengan cara
harga yang adil. Jadi dua kata: “adil” dan yang normal (al-wajah al-ma‟ruf) tanpa
“setara” digunakan saling mengganti.13 menggunakan cara-cara yang tidak adil,
Konsep Ibnu Taimiyah tentang kom- kemudian harga meningkat karena pengaruh
pensasi yang adil („iwad al-mitsl) dan harga kekurangan persediaan barang (misalnya
yang adil (tsaman al-mitsl) tidaklah sama. karena menurunnya suplai/penawaran) atau
Kompensasi yang adil adalah penggantian meningkatnya jumlah penduduk (yaitu me-
sepadan yang merupakan nilai harga yang ningkatnya permintaan), itu semua karena
setara dari sebuah benda menurut adat Allah. Dalam kasus seperti itu, memaksa
kebiasaan. Kompensasi yang setara diukur penjual untuk menjual barang mereka pada
dan ditaksir oleh hal-hal yang setara tanpa harga khususnya, merupakan paksaan yang
ada tambahan dan pengurangan. Penggunaan salah (ikhrah bi ghoiri haqq).16
kata kompensasi yang adil setara untuk
2. Keuntungan yang setara (adil)
membongkar masalah moral atau kewajiban
Ibnu Taimiyah menganjurkan penjual
hukum berkaitan dengan barang-barang, dan
berhak memperoleh keuntungan yang di-
bukan merupakan kasus nilai tukar, tetapi
sebagai kompensasi atau pelaksanaan se- terima secara umum (al-ribh al-ma‟ruf)
buah kewajiban.14 Sedangkan harga yang tanpa merusak kepentingannya dan kepen-
adil adalah nilai harga di mana orang-orang tingan pelanggannya.17 Keuntungan yang
menjual barangnya dapat diterima secara adil adalah keuntungan normal yang secara
umum diperoleh dari berbagai macam model
12 perdagangan, tanpa saling merugikan. Ia
Ibnu Taimiyah, Al-Hisbah fil Islam,
(Kairo: Daar al-Sha‟b, 1976), hal. 24-25; Abdul
Azim Islahi, Economic Concepts of Ibn 15
Ibnu Taimiyah, Majmu‟ Fatawa Shaikh
Taimiyah. London: Islamic Foundation, 1988)
al-Islam, Vol. 29, (Riyadh: Matabi‟ al-Riyad,
hal. 81
1963) hal. 345; Abdul Azim Islahi, Economic
13
Abdul Azim Islahi, Economic Concepts Concepts., hal.83
of Ibn Taimiyah. London: Islamic Foundation, 16
Ibnu Taimiyah, Al-Hisbah., hal. 25, 42;
1988) hal. 81
14 Abdul Azim Islahi, Economic Concepts ., hal.
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran
83
Ekonomi Islam: Dari Masa Klasik Hingga
17
Kontemporer, (Jakarta: Pustaka Asatrus, 2005), Ibid., Ibnu Taimiyah, hal. 37; Abdul
hal. 169 Azim Islahi, hal. 85
110. Al Amwal, Vol I. No. 2 September 2016
benda diketahui nilainya.25 Mengenai ke- atas transaksi masyarakat, tanpa menim-
bijakan moneter, Ibnu Taimiyah berpendapat bulkan kezaliman terhadap mereka. Pernya-
bahwa pemerintah harus mencetak mata taan tersebut memperlihatkan Ibnu Taimiyah
uang yang sesuai dengan nilai transaksi yang memiliki beberapa pemikiran tentang hubu-
adil dari penduduk, tanpa keterlibatan ke- ngan antara jumlahh mata uang, total volu-
zaliman didalamnya. Dan juga para me transaksi dan tingkat harga. Pernyataan-
penguasa jangan memplopori bisnis mata nya tentang volume fulus harus sesuai
uang dengan membeli tembaga kemudian dengan proporsi jumlah transaksi yang
mencetaknya menjadi mata uang koin, terjadi adalah untuk menjamin harga yang
bahkan pemerintah harus mencetak mata adil. Ia menganggap bahwa nilai intrinsik
uang dengan harga yang sebenarnya tanpa mata uang, misalnya nilai logam, harus
bertujuan mencari keuntungan apapun dari sesuai dengan daya beli di pasar sehingga
pencetakannya agar kesejahteraan publik tdak seorang pun, termasuk penguasa, dapat
terjamin.26 mengambil untung dengan melebur uang
a. Karakteristik dan Fungsi Uang: tersebut dan menjual dalam bentuk logam
atau mengubah logam tersebut menjadi koin
Secara khusus Ibnu Taimiyah menye- dan memasukkannya dalam peredaran mata
butkan dua utama fingsi uang yaitu sebagai uang.
pengukur nilai dan media pertukaran bagi c. Mata Uang yang Buruk Akan
sejumlah barang yang berbeda. Ia menyata- Menyingkirkan Mata Uang yang
kan. “Atsman (harga atau yang dibayarkan Baik.
sebagai harga, yaitu uang) dimaksudkan
sebagai pengukur nilai barang (mi‟yar al- Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa
amwal) yang dengannya jumlah nilai uang yang berkualitas buruk akan menying-
barang-barang (maqadir al-amwal) dapat kirkan mata uang yang berkualitas baik dari
diketahui; dan uang tidak pernah dimaksud- peredaran. Ia menggambarkan hal ini seba-
kan untuk diri mereka sendiri.” Berdasarkan gai berikut. “Apabila penguasa membatal-
pandangannya tersebut, Ibnu Taimiyah kan pengggunaan mata uang tertentu dan
menentang keras segala bentuk perdagangan mencetak jenis mata uang yang lain bagi
uang, karena hal ini berarti mengalih-kan masyarakat, hal ini akan merugikan orang-
fungsi uang dari tujuan sebenarnya. Apabia orang kaya yang memiliki uang karena
uang dipertukarkan dengan uang yang lain, jatuhnya nilai uang lama menjadi hanya
pertukaran tersebut harus dilakukan secara sebuah barang. Ia berarti telah melakukan
simultan (taqabud) dan tanpa penundaan kezaliman karena menghilanhkan nlai tinggi
(hulul). Dengan cara ini, seseorang dapat yang semuka mereka miliki. Lebih daripada
mempergunakan uang sebagai sarana untuk itu, apabila nilai intrisik mata uang tersebut
memperoleh berbagai kebutuhannya. berbeda, hal iniakan menjadi sebuah sumber
keuntungan bagi penjahat untuk mengum-
b. Penurunan Nilai Mata Uang pulkan mata uang yang buruk dan menu-
Ibnu Taimiyah menentang keras ter- karnya dengan mata uang yang baik dan
jadinya penurunan nilai mata uang dan per- kemudian mereka akan membawannya
cetakan mata uang yang sangat banyak. Ia kedaerah lain dan menukarkannya dengan
menyatakan, Penguasa seharusnya mencetak mata uang yang buruk di daerah tersebut
fulus (mata uang selain dari emas dan perak) untuk dibawa lagi kedaerahnya. Dengan
sesuai dengan nilai yang adil (proporsional) demikian, nilai barang-barang masyarakat
akan menjadi hancur. Pada pernyataan
25 tersebut, Ibnu Taimiyah menyebutkan akibat
Ibnu Taimiyah, Majmu‟ Fatawa., Vol.
29, hal. 472; Abdul Azim Islahi, Economic yang terjadi atas masuknya nilai mata uang
Concepts., hal.139 yang buruk bagi masyarakat yang sudah
26 trlanjur memilikinya. Jika mata uang ter-
Ibnu Taimiyah, Majmu‟ Fatawa., Vol.
sebut kemudian dinyatakan tidak berlaku
29, hal. 472; Abdul Azim Islahi, Economic
Concepts., hal.141-142 lagi sebagai mata uang, berarti hanya
112. Al Amwal, Vol I. No. 2 September 2016
atas pajak ilegal. Ia mengingatkan konse- dungi kepentingan pembeli dan penjual.
kuensi dari pengenaan pajak yang diskrimi- Kajian pemikiran ekonomi Ibnu Taimiyah,
natif dan tak adil.32 menunjukkan kedewasaannya dalam ber-
Sumber pendapatan yang paling pen- pikir tentang masalah ekonomi dan keserius-
ting adalah zakat. Tetapi jumlah pokok annya terhadap keadilan mengenai kebijakan
kepentingan yang bisa dibiayai dari dana yang berkaitan dengan masalah ekonomi.
zakat itu sangat terbatas. Penerimaan dari
Daftar Pustaka
ghanimah adalah tak menentu, hanya bisa
diharapkan jika terjadi perang melawan Amalia, Euis.2005. Sejarah Pemikiran
orang-orang kafir. Sumber ketiga peneri- Ekonomi Islam: Dari Masa Klasik
maan, yaitu fa‟I termasuk di dalamnya Hingga Kontemporer, Jakarta:
jizyah, pajak atas tanah dan berbagai jenis Pustaka Asatrus
pajak lainnya, tidak bisa digunakan untuk Chamid, Nur. 2010. Jejak Langkah Sejarah
mencukupi seluruh kebutuhan pembiayaan Pemikiran Ekonomi Islam.
untuk pertahanan keamanan dan pengem- Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
bangan sepanjang waktu.
http://yanasatia.wordpress.com, diakses
Simpulan pada tanggal 8 September 2011 pkl.
Ibnu Taimiyah bukanlah seorang teo- 13.30.
ritis murni, juga bukan ahli sejarah ekonomi Islahi, Abdul Azim. 1988. Economic
murni. Sikapnya lebih seorang dokter pra- Concepts of Ibn Taimiyah. London:
ktik yang mendiagnosa penyakit dan mem- Islamic Foundation
berikan resep untuk mengobati, seperti hal-
nya dalam regulasi harga, menurut Ibnu ------------------------1997. Konsepsi Ekonomi
Taimiyah penetapan harga oleh pemerintah Ibnu Taimiyah. (terj) Anshari Thayib.
adalah baik, tapi tidak bersifat absolut, Surabaya: PT. Bina Ilmu.
karena sebenarnya harga ditetapkan oleh Karim, Adi Warman Azwar.2002. Ekonomi
kekuatan permintaan dan penawaran. Lain Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro,
halnya, apabila kenaikan harga terjadi akibat Jakarta: IIIT Indonesia
ketidakadilan mekanisme pasar, pemerintah
boleh campur tangan dalam menetapkan -------------------------2004. Sejarah
harga. Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta:
Dua istilah yang sering ada dalam PT. Raja Grafindo Persada
pembahasan Ibnu Taimiyah tentang masalah Sudarsono, Heri.2004. Konsep Ekonomi
harga, yaitu: 1) Kompensasi yang setara Islam, Yogyakarta: Ekonosia
(„iwad al-mitsl) diukur dan ditaksir oleh hal-
hal yang setara dan itulah esensi dari Taimiyah, Ibnu.1963. Majmu‟ Fatawa
keadilan (nafs al-„adl); 2) harga yang setara Shaikh al-Islam, Vol. 25&29, Riyadh:
(tsaman al-mitsl). Ibnu Taimiyah membeda- Matabi‟ al-Riyad
kan ada 2 (dua) jenis harga, yaitu: a) Harga --------------------1976. Al-Hisbah fil Islam,
yang tak adil/terlarang dengan b) harga yang Kairo: Daar al-Sha‟
adil/disukai.33
Harga yang setara itu sebagai harga
yang adil. Jadi dua kata: “adil” dan “setara”
digunakan saling mengganti. Untuk
mewujudkan kepentingan ini, perlu diben-
tuknya institusi hisbah dengan tujuan melin-
32
Abdul Azim Islahi, Konsepsi Ekonomi.,
hal. 280
33
Ibnu Taimiyah, Al-Hisbah fil Islam,
(Kairo: Daar al-Sha‟b, 1976), hal. 24-25;