Anda di halaman 1dari 9

Fasiha, Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah….

105

PEMIKIRAN EKONOMI IBNU TAIMIYAH


Fasiha*

Abstract: The development of Islamic economics can not be separated from the historical
development of Islamic civilization. The study of the history of economic thought by analyzing
the description of economic thinking Ibn Taymiyyah and the history of life that affect the
economic thinking of Ibn Taymiyyah. According to Ibn Taymiyyah pricing by the government
is good, but not absolute, because the actual prices are set by the forces of demand and supply.
Another case, if the price increases caused by injustice market mechanism, the government may
intervene in pricing. To achieve this purpose, it is necessary formation hisbah institutions with
the aim of protecting the interests of buyers and sellers
Kata kunci; Ibnu Taymiyyah, pemikiran, harga, pemerintah, hisbah

Pendahuluan yang spesifik, sehingga ada kesan terjadi


dikotomi antara perkembangan ilmu tersebut
Pemikiran ekonomi yang banyak
dengan perkembangan sosial kemasyarakat-
ditulis para ulama masa lalu kalau ditilik
an. Jika pemisahan itu terjadi, hal tersebut
dari perkembangan dan kemajuan ilmu
hanyalah karena pemisahan antara satu
pengetahuan memiliki relevansi dengan per-
persoalan dengan persoalan lain dalam
kembangan dan dinamika ekonomi melalui
mencari keridhoan Allah Swt.1
teori-teori ilmu ekonomi di era modern
Kajian pemikiran ekonomi Islam
sekarang. Masalah-masalah harga dan
masa yang silam sangat besar peranannya
perubahannya sudah dapat dijumpai dari
terhadap perkembangan dan kemajuan pemi-
berbagai pemikiran ekonom Muslim pada
kiran ekonomi di zaman modern sekarang
masa lampau hingga sekarang ini masih
ini. Sejarah membuktikan bahwa banyak
relevan dengan kondisi perekonomian global
pemikir Muslim merupakan penemu, peletak
saat ini. Jika pada saat ini terkesan bahwa
dasar dan pengembang dalam berbagai
perkembangan pemikiran ekonomi Islam
bidang kajian ilmu. Kontribusi pemikiran
kurang dikenal dan kurang “menyentuh”
intelektual Muslim pada saat itu, dimulai
dalam kehidupan masyarakat, hal itu di-
dalam bidang kajian ilmu-ilmu social, fil-
karenakan kajian-kajian pemikiran ekonomi
safat, matematika, astronomi, biologi, ke-
Islam kurang tereksploitasi di tengah domi-
dokteran, sejarah, sosiologi, psikologi, sam-
nasi ilmu ekonomi konvensional yang lebih
pai sastra termasuk ilmu ekonomi.
mapan dan banyak digunakan, baik di
Menurut Dawam Raharjo, ada dua
negara maju maupun berkembang. Akibat-
macam sejarah ekonomi: 1) sejarah pemi-
nya, perkembangan ekonomi Islam yang
kiran ekonomi yang merefleksikan evolusi
telah ada sejak tahun 600 M, kurang begitu
pemikiran tentang ekonomi pada suatu
dikenal oleh masyarakat. Hal inilah yang
periode tertentu yang memberikan suatu
menjadikan pemikiran-pemikiran eko-nomi
gambaran adanya perbedaan ideologis yang
Islam kurang mendapatkan perhatian, sebab
mewarnai ekonomi suatu masyarakat, tokoh,
mereka tidak mendapat informasi yang
atau bangsa, dan karenanya dapat diambil
memadai.
muatan nilai atau prinsip-prinsip dasar
Perkembangan ekonomi Islam tidak
didalamnya bagi pengembangan teoritis; 2)
dapat dipisahkan dari perkembangan sejarah
sejarah perekonomian suatu bangsa atau
peradaban Islam itu sendiri. Walaupun
sejumlah literatur tidak secara implisit
menyebutkan keberadaan pemikiran eko- * Dosen Tetap Fakultas Eknomi dan
nomi Islam, tetapi hal ini bukan berarti Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
perkembangan ekonomi Islam tidak ada, Palopo
karena dinamika dan geliat masyarakat 1
Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah
Islam tatkala itu terus berjalan. Di samping Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka
itu, ekonomi bukanlah suatu disiplin ilmu Pelajar, 2000) hal. vi
106. Al Amwal, Vol I. No. 2 September 2016

masyarakat yang dibutuhkan dalam peren- Fase Kedua, berkembang dengan


canaan strategi pembangunan suatu masya- lahirnya ekonom kenamaan yaitu al-Ghazali
rakat. (451-505. H/1055-111. M) dengan kitabnya
Sejarah pemikiran ekonomi, dapat di- Ihya' 'Ulum al-Din, Ushul al-Fiqh, al-
bedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) Musytasyfa, Mizan al-'amal, dan al-Tibr al-
sejarah yang memaparkan evolusi pemikiran Masbuk fii Nasihat al-Mulk. Dalam kitabnya
dari suatu tokoh atau beberapa tokoh yang ia menjelaskan tentang korupsi, evolusi
menitikberatkan pembahasan pada uraian uang, riba dan penimbunan barang. Sedang-
pemikiran dengan maksud mengenali ideo- kan Ibn Taimiyah (661-728. H/1263-1328.
logi pemikiran, dan 2) sejarah yang men- M) dalam kitabnya al-Fatawa, al-Hisbah
ceritakan riwayat hidup tokoh-tokoh besar di dijelaskan mengenai konsep harga yang fair
bidang ekonomi yang menekankan pemba- dan adil sesuai landasan moral masyarakat.
hasan pada sejarah hidup yang mempenga- Lalu Ibn Kholdun (732-808. H/1332-1404.
ruhi tokoh yang bersangkutan.2 Dalam M) dalam buku Muqoddimah membahas
makalah ini, penulis menggunakan kajian tentang politik, sosial ekonomi Islam hingga
sejarah pemikiran ekonomi dengan meng- perdagangan luar negeri.
analisa uraian pemikiran ekonomi Ibnu Fase Ketiga, lahirlah Shah Waliyullah
Taimiyah dan sejarah hidup yang mempe- (1114-1176. H/1703-1762. M) dengan kitab-
ngaruhi pemikiran ekonomi Ibnu Taimiyah. nya Hujjatullah al-Baligho yang menjelas-
kan tentang rasionalisasi pendapatan dan
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
hingga dewasa ini muncul pakar ekonomi
Ekonomi berbasis syari'ah ini sudah
syari'ah seperti Umar Chapra, Najetullah
dimulai sejak Islam berdiri diatas landasan
Siddiqi dan lainnya. Di Indonesia seperti
al-qur'an dan hadist dibawah pimpinan
Syafi'ie Antonio, Dawam Raharjo dan para
ekonom bijak yaitu Muhammad SAW.
ekonom muslim lain.
Setelah wafatnya perkembangan ekonomi
Pada periode pertengahan, kekuatan
Islam dibagi menjadi tiga fase :
politik Islam mengalami kemunduran. Ber-
Pertama, Tahap Dasar - 450. H. pada
bagai doktrin yang dikembangkan pada
fase ini muncul ekonom-ekonom Islam
masa sebelumnya tidak efektif lagi dihadap-
seperti Abu Yusuf (182. H/798. M) dengan
kan kepada situasi obyektif. Maka pada
kitab al-Khorroj yang banyak membahas
periode pertengahan itu lahirlah pemikiran
mengenai keuangan publik (public Finance)
politik yang berbeda dengan sunni periode
dan akuntansi syari'ah. Kemudian Muham-
klasik, yang salah satunya dipresentasikan
mad bin al-Hasan (189. H/804. M) menge-
oleh Ibnu Taimiyah. Mengkaji pemikiran
luarkan kitab al-Iktisab fii al-rizqi al-Mus-
Ibnu Taimiyah sangat menarik, karena itulah
tahab (tentang bagaimana mendapatkan
di dalam makalah ini akan mendeskripsikan
penghasilan hidup yang bersih) dengan cara
pemikiran politik Ibnu Taimiyah dan
sewa-menyewa, perdagangan, pertanian dan
menganalisa latar belakang pemikirannya
industri dan kitab al-Ashl yang membahas
dengan pendekatan sosiopolitik. Kemudian
mengenai jual-beli salam, kemitraan, dan
mendeskripsikan secara analitik bagaimana
bagi hasil (mudhorobah). Abu 'Ubaid
pandangan Ibnu Taimiyah tentang politik,
dengan kitabnya al-Amwal yang menjelas-
pemerintahan, kepemimpinan dan hakikat
kan tentang materi zakat, khums, dan fay'ie
negara, di tengah suasana sejarah yang
yang merupakan intervensi pemerintah atas
mengitari pemikirannya, serta relevansi
keinginan masyarakat yang berlebihan.
gagasan politik Ibnu Taimiyah dalam konsep
Mawardi dengan kitabnya Al-Ahkam al-
negara modern dengan cara menempatkan
Sulthoniyyah dan al-Din Wad-Dunya yang
pemikiran Ibnu Taimiyah sebagai cermin
membahas mengeni penerimaan negara dan
dari pemikiran yang lahir di abad modern.
perilaku individu sebagai pro-dusen maupun
konsumen. Riwayat singkat Ibnu Taimiyah
Ahmad bin Abd al-Halim bin Abd al-
2 Salam bin Abd Allah bin al-Khidr bin
Dawam Raharjo dalam Nur Chamid,
Jejak Langkah Sejarah., hal. 399 Muhammad bin al-Khidir bin Ali bin Abd
Fasiha, Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah….107

Allah bin Taimiyah al-Harani al-Damayqi kekuasaan di Suriah dan Mesir. Penguasa
atau Ibnu Taimiyah. Ibnu Taimiyah lahir di pertama dari Dinasti Mamluk (1260-1383
kota Harran pada tanggal 22 Januari 1263 M) dikenal dengan nama Bahrite Mamluks.
M, dan dibesarkan dalam lingkungan Masa pemerintahan awal dinasti itu bersa-
keluarga ulama besar mazhab Hambali. maan dengan masa hidup Ibnu Taimiyah
Tradisi lingkungan keilmuan yang baik (1263-1328 M), ketika ia tinggal di
ditunjang dengan kejeniusannya telah meng- Damaskus maupun di Kairo. Baibar menjadi
antarkan beliau menjadi ahli dalam tafsir, sultan Mesir pada tahun 1260-1277 M. Pada
hadist, fiqih, matematika dan filsafat dalam masanya, banyak ulama, ahli hukum tertarik
usia masih belasan tahun. Selain itu beliau pergi ke Mesir yang menjadi fokus dari per-
terkenal sebagai penulis, orator dan sekali- kembangan dunia Islam dan pusat peng-
gus pemimpin perang yang handal.3 Pada kajian di dunia Islam pada saat itu. Setelah
musa mudanya ia mengungsi karena penyer- Baibar meninggal dunia, Sultan Nasir
buan suku Mongol, dan tiba di Damaskus Muhammad Qawalun menaiki tahta (1293-
bersama orang tuanya pada 1268 M pada 1341 M). Inilah masa emas bagi Dinasti
waktu itu ia hampir berusia enam tahun. Mamluk, Ia memperkenalkan sejumlah pem-
Pada tahun 1282 M ketika ayahnya mening- baruan politik dan ekonomi dan memperluas
gal Ibnu Taimiyah menggantikan kedudukan hubungan diplomatik dengan negara-negara
sang ayah sebagai Guru Besar Hukum tetangga. Ia sangat menghargai ulama para
Hambali dan memangku jabatan ini selama ulama dan kaum terpelajar. Pada masa ini,
17 tahun.4 Ibnu Taimiyah mampu meraih pengalaman
Pemikiran ekonomi beliau banyak ter- akademik, politik dan ekonomi. Sultan Nasir
dapat dalam sejumlah karya tulisnya, seperti memberinya kedudukan yang tinggi di
majmu‟ Fatawa Syaikh Al-Islam, As-Siyasah antara para ulama, setelah dia dijemput dari
Asy-Syar‟iyyah fi Ishlah Ar-Ra‟I wa Ar- penjara akibat sejumlah kesalahpahaman,
Ra‟iyah, serta Al-Hisbah fi Al-Islam. Selain perbedaan dan perselisihan pendapatnya
karya tersebut Ibnu Taimiyah mengarang dengan sejumlah ahli hukum (ulama) yang
buku mencapai tiga ratus jilid, antara lain menentang dirinya dan gagasan-gagasan-
Iqtifa Al-Sirat Al-Mustaqim wa Mukhalaf as- nya.6
Hab Al-jalum, Fatwa Ibnu Taimiyah, Al- 2. Sosial
Sarim Al-Maslul Al-Syatim Al-Rasul, Al- Struktur masyarakat Mamluk terbagi
Sarim Al-Maslul fi Bayan Wajibat Al- dalam beberapa kelas. Pertama, bangsa
Ummah Nahwa Al-Rasul, al-Jawab Al-Sahih Mamluk, yaitu mereka yang seketurunan
li Man Baddala Din Al-Masih dan sejumlah dengan penguasa, para pemimpin yang
buku lain di bidang fiqih. Ibnu Taimiyah menduduki jabatan pemerintahan dan yang
meninggal dunia di Damaskus tahun 728 H ikut berperang. Kedua, kaum serbanan (ahl
dan dikebumikan di pemakaman kaum sufi.5 al-imamah), yaitu mereka yang bekerja di
Sketsa Setting Politik, Sosial, dan sejumlah kantor pemerintahan. Ketiga, kelas
Ekonomi pada masa Ibnu Taimiyah para pedagang dan pengusaha, mereka
sangat kaya raya karena berkembangnya
1. Politik sektor perdagangan. Selain ketiga kelas di
Sekitar 13 tahun sebelum Ibnu Taimi- atas, ada kelas masyarakat lainnya, yaitu:
yah lahir, Dinasti Mamluk membangun para buruh, perajin, pedagang kecil dan
kaum miskin. Mayoritas di antara mereka
3
adalah kaum fallahin (petani dan buruh tani).
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, Kondisi mereka sangat buruk karena men-
(Yogyakarta: Ekonosia, 2004), hal. 154 jadi sasaran dari berbagai pungutan pajak
4
Abdul Azim Islahi, Konsepsi Ekonomi yang tak sesuai dengan tingkat pendapatan
Ibnu Taimiyah. (terj) Anshari Thayib. (Surabaya: masyarakat di wilayah itu.
PT. Bina Ilmu, 1997) hal. 15
5 6
Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah., Abdul Azim Islahi, Konsepsi Ekonomi.,
hal. 230 hal. 15-18
108. Al Amwal, Vol I. No. 2 September 2016

3. Ekonomi buat nilainya merosot dan mendorong ter-


Orang-orang Mamluk mengetahui jadinya situasi inflatoar yang terus mem-
bahwa stabilitas dan kesuksesan pemerin- buruk.9
tahannya sangat tergantung pada kekuatan Secara umum, Sultan-sultan Mamluk
ekonomi. Oleh karena itu mereka berusaha mengenakan pajak atas hasil pertanian, yang
menggali sumber-sumber kesejahteraan, terbagi menjadi dua kategori: 1) pajak atas
mengembangkan pertanian, perdagangan penggarapan tanah, 2) pajak atas kebun
dan industri. Sektor pertanian memperoleh buah-buahan.10 Pajak dipungut oleh para
prioritas pertama masa itu sebagai sumber muqta‟. Terkadang para pejabat kesultanan
utama kesejahteraan masyarakat. Karena diberi tanggungjawab untuk memungut
kehidupan masyarakat pada waktu itu sangat pajak. Sistem pemungutan lainnya adalam
tergantung kepada hasil produksi pertanian. daman, di mana damin (penjamin) mem-
Sejumlah lahan tanah pada masa Dinasti bayar sejumlah uang jaminan, tak peduli
Mamluk didistribusikan kepada para Amir apakah hasil yang diperoleh dari penduduk
sebagai bentuk iqta‟ (pengganti gaji atau nanti meningkat atau menurun. Ada sejum-
tanah ganjaran) sebagai bentuk hadiah dari lah diwan (departemen) yang menangani
pemerintah.7 berbagai pungutan pajak dan keuangan.
Masa Dinasti Mamluk berkembang Misalnya: diwan al-rawatib, diwan al-sa‟id,
berbagai macam jenis industri di Mesir dan diwan al-jawali wal-mawarith al-hasriyah,
Suriah, seperti: industri tekstil, logam, pem- diwan al-kharaj, diwan al-hilali. Sebagai
bangunan kapal, pertukangan. Para sultan pusat koordinator dari diwan-diwan tadi
memberi kemudahan untuk perkembangan adalah Baitul Mal. Ada istilah lain, misalnya
perdagangan domestik. Di setiap kota Mesir diwan al-nazar atau diwan nazar al-
dan Suriah memiliki sejumlah pasar. dawamin, yang secara bergantian merupakan
Sedangkan untuk mengembangkan perda- bentuk lain dari Baitul Mal yang merupakan
gangan luar negeri, para sultan Mamluk menteri keuangan. Seluruh rekening pen-
membuat perjanjian persahabatan dengan dapatan dan pembelanjaan pemerintah diatur
negara-negara Eropa dengan mengembang- oleh departemen ini. Pendapatan dari kharaj
kan hubungan kerja sama. Untuk pengem- diprioritaskan untuk pengeluaran militer,
bangan perdagangan dan industri, lembaga membiayai keluarga kerajaan, pemerintahan
hisbah memiliki peran sangat penting. Tugas raja, para menteri, gubernur, wazir, hakim,
utamanya melakukan pengawasan umum, pengawas diwan, akuntan, para penulis,
khususnya kegiatan pasar dengan melakukan penyediaan pelayanan umum seperti: dam,
pengecekan timbangan, ukuran, kualitas kanal, sekolah dan rumah sakit menjadi
barang, menjaga jual beli yang jujur dan tanggungjawab pemimpin departemen ang-
menjaga agar harga selalu konstan.8 garan pembelanjaan umum.11
Sistem mata uang semasa Dinasti Pandangan Ibnu Taimiyyah tentang
Mamluk menggunakan tiga jenis mata uang, masalah ekonomi sangat jelas. Seluruh
yaitu uang dinar (emas), dirham (perak), dan kegiatan ekonomi dibolehkan, kecuali apa
fulus (tembaga). Uang dinar sangat langka, yang secara tegas dilarang oleh syari‟at.
yang banyak digunakan adalah uang logam Dalam batasan larangan syari‟at itu, semua
dari tembaga. Sirkulasi uang dirham selalu orang mengetahui hal itu demi kebaikan
berfluktuasi, kadang langka di pasaran. bagi mereka dan mereka bebas melakukan
Secara umum, sistem mata uang selama transaksi, membuat kontrak atau mengerja-
periode itu memang tidak stabil. Peredaran kan berbagai masalah keduniaan dengan
sejumlah besar mata uang tembaga fulus dan cara yang adil dan jujur. Hal ini mengikuti
peningkatan proporsi dirham, menghilang-
kan kepercayaan terhadap mata uang, mem-
9
Ibid., 42-44
7 10
Abdul Azim Islahi, Konsepsi Ekonomi., Abdul Azim Islahi, Konsepsi Ekonomi.,
hal. 29-35 hal. 41
8 11
Ibid., hal. 36-41 Ibid., hal. 51-53
Fasiha, Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah….109

doktrin Islam pokok dari tauhid dan secara umum sebagai hal yang sepadan dengan
wajar mementingkan keadilan. Berkaitan barang yang dijual itu ataupun barang yang
dengan keadilan ini, beliau menulis, sejenis lainnya di tempat dan waktu tertentu.
“Keadilan berkait dengan tauhid dan tauhid Keadilan yang dikehendaki oleh Ibnu Taimi-
merupakan fondamen dari keadilan. Inilah yah berhubungan dengan prinsip la dharar
yang memberikan keunggulan berkaitan yakni tidak melukai dan merugikan orang
dengan korupsi, yang merupakan dasar dan lain sehingga dengan berbuat adil akan
fondasi dari ketidakadilan. mencegah terjadinya tindak kezaliman.
Harga yang setara menurut Ibnu
Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah
Taimiyah adalah harga baku (si‟r), di mana
1. Kompensasi dan Harga penduduk menjual barang-barang mereka
Dua istilah yang sering ada dalam dan secara umum diterima sebagai sesuatu
pembahasan Ibnu Taimiyah tentang masalah yang setara dengan itu dan untuk barang
harga, yaitu: 1) Kompensasi yang setara yang sama pada waktu dan tempat yang
(„iwad al-mitsl) diukur dan ditaksir oleh hal- khusus.15 Atau harga yang setara itu sesuai
hal yang setara dan itulah esensi dari dengan keinginan atau lebih persisnya harga
keadilan (nafs al-„adl); 2) harga yang setara yang ditetapkan oleh kekuatan pasar yang
(tsaman al-mitsl). Ibnu Taimiyah membeda- berjalan secara bebas antara penawaran dan
kan ada 2 (dua) jenis harga, yaitu: a) Harga permintaan. Selain itu Ibnu Taimiyah meng-
yang tak adil/terlarang dengan b) harga yang gambarkan perubahan harga di pasar “jika
adil/disukai.12 Harga yang setara itu sebagai penduduk menjual barangnya dengan cara
harga yang adil. Jadi dua kata: “adil” dan yang normal (al-wajah al-ma‟ruf) tanpa
“setara” digunakan saling mengganti.13 menggunakan cara-cara yang tidak adil,
Konsep Ibnu Taimiyah tentang kom- kemudian harga meningkat karena pengaruh
pensasi yang adil („iwad al-mitsl) dan harga kekurangan persediaan barang (misalnya
yang adil (tsaman al-mitsl) tidaklah sama. karena menurunnya suplai/penawaran) atau
Kompensasi yang adil adalah penggantian meningkatnya jumlah penduduk (yaitu me-
sepadan yang merupakan nilai harga yang ningkatnya permintaan), itu semua karena
setara dari sebuah benda menurut adat Allah. Dalam kasus seperti itu, memaksa
kebiasaan. Kompensasi yang setara diukur penjual untuk menjual barang mereka pada
dan ditaksir oleh hal-hal yang setara tanpa harga khususnya, merupakan paksaan yang
ada tambahan dan pengurangan. Penggunaan salah (ikhrah bi ghoiri haqq).16
kata kompensasi yang adil setara untuk
2. Keuntungan yang setara (adil)
membongkar masalah moral atau kewajiban
Ibnu Taimiyah menganjurkan penjual
hukum berkaitan dengan barang-barang, dan
berhak memperoleh keuntungan yang di-
bukan merupakan kasus nilai tukar, tetapi
sebagai kompensasi atau pelaksanaan se- terima secara umum (al-ribh al-ma‟ruf)
buah kewajiban.14 Sedangkan harga yang tanpa merusak kepentingannya dan kepen-
adil adalah nilai harga di mana orang-orang tingan pelanggannya.17 Keuntungan yang
menjual barangnya dapat diterima secara adil adalah keuntungan normal yang secara
umum diperoleh dari berbagai macam model
12 perdagangan, tanpa saling merugikan. Ia
Ibnu Taimiyah, Al-Hisbah fil Islam,
(Kairo: Daar al-Sha‟b, 1976), hal. 24-25; Abdul
Azim Islahi, Economic Concepts of Ibn 15
Ibnu Taimiyah, Majmu‟ Fatawa Shaikh
Taimiyah. London: Islamic Foundation, 1988)
al-Islam, Vol. 29, (Riyadh: Matabi‟ al-Riyad,
hal. 81
1963) hal. 345; Abdul Azim Islahi, Economic
13
Abdul Azim Islahi, Economic Concepts Concepts., hal.83
of Ibn Taimiyah. London: Islamic Foundation, 16
Ibnu Taimiyah, Al-Hisbah., hal. 25, 42;
1988) hal. 81
14 Abdul Azim Islahi, Economic Concepts ., hal.
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran
83
Ekonomi Islam: Dari Masa Klasik Hingga
17
Kontemporer, (Jakarta: Pustaka Asatrus, 2005), Ibid., Ibnu Taimiyah, hal. 37; Abdul
hal. 169 Azim Islahi, hal. 85
110. Al Amwal, Vol I. No. 2 September 2016

tidak menyetujui tingkat dasar keuntungan Ibnu Taimiyah mengidentifikasikan


yang tidaak biasa, bersifat eksploitatif atau beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
situasi di mana masyarakat tak mengambil permintaan dan konsekuensinya terhadap
peduli pada kondisi pasar yang ada.18 Ia juga harga, yaitu: 1) keinginan penduduk atas
berpendapat bahwa “seseorang yang mem- jenis yang berbeda dan sesekali berubah-
peroleh barang untuk menghasilkan penda- rubah, 2) perubahannya tergantung pada
patan dan memperdagangkannya, diboleh- jumlah para peminta, 3) meluasnya jumlah
kan melakukan itu tetapi dia tidak boleh dan ukuran dari kebutuhan baik kecil atau
menarik ongkos dari orang yang membutuh- besar berpengaruh terhadap menguat atau
kan untuk meraih keuntungan yang lebih melemahnya tingkat kebutuhan atas barang,
tinggi ketimbang kebiasaannya (al-ribh al- 4) harga berubah-rubah sesuai dengan siapa
mu‟tad) dan sebaiknya tidak meningkatkan saja pertukaran barang itu dilakukan, 5)
harganya bagi orang yang sangat membutuh- harga dipengaruhi oleh bentuk alat pemba-
kan.19 yaran yang digunakan dalam jual beli, 6) di-
sebabkan oleh tujuan dari kontrak adanya
3. Mekanisme Pasar
pemilikan oleh kedua belah pihak, 7) apli-
Ibnu Taimiyah memiliki pandangan
kasi yang sama berlaku bagi seseorang yang
yang jernih bagaimana dalam sebuah pasar
meminjam atau menyewa.22
bebas, harga dipengaruhi oleh kekuatan
permintaan dan penawaran.20 Ia berkata: 4. Regulasi harga
“Naik dan turunnya harga tidak selalu Ibnu Taimiyah membedakan dua tipe
berkait dengan kezaliman (zulm) yang di- penetapan harga yaitu: 1) Tidak adil dan
lakukan seseorang. Sesekali, alasannya ada- tidak sah adalah memaksa penduduk
lah adanya kekurangan dalam produksi atau menjual barang-barang dagangan tanpa
penurunan impor dari barang-barang yang dasar kewajiban untuk menjual, merupakan
diminta. Jadi, jika membutuhkan pening- tindakan yang tidak adil dan ketidakadilan
katan jumlah barang, sementara kemam- itu dilarang; 2) Adil dan sah: saat pemerin-
puannya menurun, harga dengan sendirinya tah memaksa seseorang menjual barang-
akan naik. Di sisi lain, jika kemampuan barangnya pada harga yang jujur, jika pen-
penyediaan barang meningkat dan permin- duduk sangat membutuhkannya.23 Dalam
taannya menurun, harga akan turun. Kelang- menetapkan harga, tingkat tertinggi dan
kaan dan kelimpahan tidak mesti diakibat- terendah bisa ditetapkan, sehingga kepen-
kan oleh perbuatan seseorang. Bisa saja ber- tingan dua pihak, penjual dan pembeli ter-
kaitan dengan sebab yang tidak melibatkan lindungi. Ibnu Taimiyah tidak menyukai
ketidakadilan. Atau, sesekali, bisa juga di- kebijakan penetapan harga oleh pemerintah,
sebabkan ketidakadilan. Maha besar Allah, jika kekuatan pasar yang kompetitif bekerja
yang menciptakan kemauan pada hati dengan baik dan bebas. Ia merekomendasi-
manusia…21 kan kebijakan penetapan harga, dalam kasus
terjadi monopoli dan ketidaksempurnaan
mekanisme pasar.24
18
Ibnu Taimiyah, Majmu‟ Fatawa., Vol. 5. Uang dan Kebijakan Moneter
25, hal. 299; Abdul Azim Islahi, Economic Fungsi uang menurut Ibnu Taimiyah
Concepts., hal.86 sebagai alat tukar dan alat ukur dari nilai
19 suatu benda, melalui uang itu dari sejumlah
Ibid, Ibnu Taimiyah, hal. 501; Abdul
Azim Islahi, hal. 86
22
20 Abdul Azim Islahi, Konsepsi Ekonomi.,
Adi Warman Azwar Karim, Sejarah
hal. 107-108
Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja
23
Grafindo Persada, 2004), hal. 160 Ibid., hal. 117-118
21 24
Ibnu Taimiyah, Majmu‟ Fatawa., Vol. Adi Warman Azwar Karim, Ekonomi
29, hal. 583; Abdul Azim Islahi, Economic Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro, (Jakarta:
Concepts., hal.88-89 IIIT Indonesia, 2002), hal. 30
Fasiha, Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah….111

benda diketahui nilainya.25 Mengenai ke- atas transaksi masyarakat, tanpa menim-
bijakan moneter, Ibnu Taimiyah berpendapat bulkan kezaliman terhadap mereka. Pernya-
bahwa pemerintah harus mencetak mata taan tersebut memperlihatkan Ibnu Taimiyah
uang yang sesuai dengan nilai transaksi yang memiliki beberapa pemikiran tentang hubu-
adil dari penduduk, tanpa keterlibatan ke- ngan antara jumlahh mata uang, total volu-
zaliman didalamnya. Dan juga para me transaksi dan tingkat harga. Pernyataan-
penguasa jangan memplopori bisnis mata nya tentang volume fulus harus sesuai
uang dengan membeli tembaga kemudian dengan proporsi jumlah transaksi yang
mencetaknya menjadi mata uang koin, terjadi adalah untuk menjamin harga yang
bahkan pemerintah harus mencetak mata adil. Ia menganggap bahwa nilai intrinsik
uang dengan harga yang sebenarnya tanpa mata uang, misalnya nilai logam, harus
bertujuan mencari keuntungan apapun dari sesuai dengan daya beli di pasar sehingga
pencetakannya agar kesejahteraan publik tdak seorang pun, termasuk penguasa, dapat
terjamin.26 mengambil untung dengan melebur uang
a. Karakteristik dan Fungsi Uang: tersebut dan menjual dalam bentuk logam
atau mengubah logam tersebut menjadi koin
Secara khusus Ibnu Taimiyah menye- dan memasukkannya dalam peredaran mata
butkan dua utama fingsi uang yaitu sebagai uang.
pengukur nilai dan media pertukaran bagi c. Mata Uang yang Buruk Akan
sejumlah barang yang berbeda. Ia menyata- Menyingkirkan Mata Uang yang
kan. “Atsman (harga atau yang dibayarkan Baik.
sebagai harga, yaitu uang) dimaksudkan
sebagai pengukur nilai barang (mi‟yar al- Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa
amwal) yang dengannya jumlah nilai uang yang berkualitas buruk akan menying-
barang-barang (maqadir al-amwal) dapat kirkan mata uang yang berkualitas baik dari
diketahui; dan uang tidak pernah dimaksud- peredaran. Ia menggambarkan hal ini seba-
kan untuk diri mereka sendiri.” Berdasarkan gai berikut. “Apabila penguasa membatal-
pandangannya tersebut, Ibnu Taimiyah kan pengggunaan mata uang tertentu dan
menentang keras segala bentuk perdagangan mencetak jenis mata uang yang lain bagi
uang, karena hal ini berarti mengalih-kan masyarakat, hal ini akan merugikan orang-
fungsi uang dari tujuan sebenarnya. Apabia orang kaya yang memiliki uang karena
uang dipertukarkan dengan uang yang lain, jatuhnya nilai uang lama menjadi hanya
pertukaran tersebut harus dilakukan secara sebuah barang. Ia berarti telah melakukan
simultan (taqabud) dan tanpa penundaan kezaliman karena menghilanhkan nlai tinggi
(hulul). Dengan cara ini, seseorang dapat yang semuka mereka miliki. Lebih daripada
mempergunakan uang sebagai sarana untuk itu, apabila nilai intrisik mata uang tersebut
memperoleh berbagai kebutuhannya. berbeda, hal iniakan menjadi sebuah sumber
keuntungan bagi penjahat untuk mengum-
b. Penurunan Nilai Mata Uang pulkan mata uang yang buruk dan menu-
Ibnu Taimiyah menentang keras ter- karnya dengan mata uang yang baik dan
jadinya penurunan nilai mata uang dan per- kemudian mereka akan membawannya
cetakan mata uang yang sangat banyak. Ia kedaerah lain dan menukarkannya dengan
menyatakan, Penguasa seharusnya mencetak mata uang yang buruk di daerah tersebut
fulus (mata uang selain dari emas dan perak) untuk dibawa lagi kedaerahnya. Dengan
sesuai dengan nilai yang adil (proporsional) demikian, nilai barang-barang masyarakat
akan menjadi hancur. Pada pernyataan
25 tersebut, Ibnu Taimiyah menyebutkan akibat
Ibnu Taimiyah, Majmu‟ Fatawa., Vol.
29, hal. 472; Abdul Azim Islahi, Economic yang terjadi atas masuknya nilai mata uang
Concepts., hal.139 yang buruk bagi masyarakat yang sudah
26 trlanjur memilikinya. Jika mata uang ter-
Ibnu Taimiyah, Majmu‟ Fatawa., Vol.
sebut kemudian dinyatakan tidak berlaku
29, hal. 472; Abdul Azim Islahi, Economic
Concepts., hal.141-142 lagi sebagai mata uang, berarti hanya
112. Al Amwal, Vol I. No. 2 September 2016

diperlakukan sebagai barang biasa yang miskinan, 2) pengawasan mekanisme pasar,


tidak memiliki nilai yang sama dibanding 3) mengontrol ekspansi mata uang dan
dengan ketika berfungsi sebagai mata uang. mengawasi penurunan nilai mata uang, dan
Disisi lain, seiring dengan kehadiran mata 4) perencanaan ekonomi.29
uang yang baru, masyarakat akan memper- 8. Institusi Hisbah
oleh harga yang lebih rendah untuk barang- Tujuan dari institusi Hisbah menurut
barang mereka. Ibnu Taimiyah adalah untuk memerintahkan
Ibnu Taimiyah juga berpendapat apa yang sering disebut sebagai kebaikan
bahwa: “Jika penguasa membatalkan peng- (al-ma‟ruf) dan mencegah apa yang secara
gunaan mata uang koin tertentu dan men- umum diketahui sebagai keburukan (al-
cetak jenis mata uang lain untuk penduduk, munkar) di dalam wilayah yang menjadi
itu akan merugikan orang-orang kaya yang kewenangan pemerintah untuk mengaturnya,
memiliki uang, karena jatuhnya nilai mata mengadili dalam wilayah urusan umum
uang lama menjadi sekedar barang dagangan khusus lainnya, yang tak bisa dijangkau oleh
biasa. Berarti pemerintah bertindak zalim intitusi biasa.30
kepada mereka dengan menghilangkan nilai Seseorang yang diangkat untuk me-
tinggi sebenarnya yang mereka miliki. Lebih megang peran sebagai muhtasib haruslah
dari itu, jika nilai intrinsik dari koin itu memiliki integrasi moral yang tinggi dan
berbeda, itu bisa menjadi sumber keun- kompeten dalam masalah hukum, pasar dan
tungan bagi seseorang untuk mengumpulkan urusan industrial. Melalui hisbah, negara
mata uang koin yang lebih buruk dan menggunakan lembaga itu untuk mengontrol
ditukarkannya dan kemudian membawanya kondisi sosio-ekonomi secara komprehensif
ke negeri lain untuk ditukar lagi nilainya atas kegiatan perdagangan dan praktik-
untuk dibawa ke negerinya. Akibatnya, praktik ekonomi, seperti: mengawasi indus-
barang-barang milik penduduk akan menjadi tri, jasa profesional, standarisasi produk,
hancur.27 penimbunan barang, dan praktik riba. Selain
6. Kerjasama itu, muhtasib juga perlu mengawasi perilaku
Ibnu taimiyah membagi seluruh tran- sosial penduduk, pelaksanaan kewajiban
saksi dan kegiatan ekonomi menjadi dua agama, dan kerja pemerintahan. Sedangkan
kategori: 1) transaksi yang berpijak pada fungsi ekonominya terdiri dari: 1) memenuhi
asas keadilan dan, 2) yang berpijak asas dan mencukupi kebutuhan, 2) pengawasan
kedermawanan dan manfaat. Transaksi yang terhadap industri, 3) pengawasan atas jasa,
berpijak pada asas keadilan, ada dua 4) pengawasan atas perdagangan.31
kategori: a. transaksi melalui pertukaran, dan 9. Keuangan publik
b. transaksi melalui kerjasama. Transaksi Pembahasan Ibnu Taimiyah tentang
kerjasama ada dua kategori: a) kerjasama anggaran belanja lebih lengkap ketimbang
dalam kepemilikan, dan b) kerjasama dalam tentang penerimaan. Pembagiannya atas
kontrak yang terdiri dari: 1) syirkah al-„inan, penerimaan publik menjadi tiga kategori,
2) syirkah al-abdan, 3) syirkah al-wujuh, 4) yaitu: ghonimah, sadaqah dan fa‟i; yang
syirkah al-mufawadhoh, 5) syirkah al- berkaitan pula dengan pembagian kategori
mudharabah.28 serupa dalam pengeluaran publik. Ia mela-
7. Kebijakan ekonomi rang pengelakan pajak dan menasehati para
Menurut Ibnu Taimiyah negara ber- pedagang untuk bersikap adil dalam penge-
hak melakukan intervensi terhadap hak indi- naan dan pengumpulan pajak meskipun itu
vidual untuk kepentingan manfaat yang
lebih besar, seperti: 1) menghapuskan ke- 29
Abdul Azim Islahi, Konsepsi Ekonomi.,
hal. 227-235
27 30
Ibid., Ibnu Taimiyah, hal. 469; Abdul Ibnu Taimiyah, Al-Hisbah., hal. 18;
Azim Islahi, Economic Concepts., hal.143 31
Abdul Azim Islahi, Konsepsi Ekonomi.,
28
Ibid., Ibnu Taimiyah, hal. 99 hal. 239-241
Fasiha, Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah….113

atas pajak ilegal. Ia mengingatkan konse- dungi kepentingan pembeli dan penjual.
kuensi dari pengenaan pajak yang diskrimi- Kajian pemikiran ekonomi Ibnu Taimiyah,
natif dan tak adil.32 menunjukkan kedewasaannya dalam ber-
Sumber pendapatan yang paling pen- pikir tentang masalah ekonomi dan keserius-
ting adalah zakat. Tetapi jumlah pokok annya terhadap keadilan mengenai kebijakan
kepentingan yang bisa dibiayai dari dana yang berkaitan dengan masalah ekonomi.
zakat itu sangat terbatas. Penerimaan dari
Daftar Pustaka
ghanimah adalah tak menentu, hanya bisa
diharapkan jika terjadi perang melawan Amalia, Euis.2005. Sejarah Pemikiran
orang-orang kafir. Sumber ketiga peneri- Ekonomi Islam: Dari Masa Klasik
maan, yaitu fa‟I termasuk di dalamnya Hingga Kontemporer, Jakarta:
jizyah, pajak atas tanah dan berbagai jenis Pustaka Asatrus
pajak lainnya, tidak bisa digunakan untuk Chamid, Nur. 2010. Jejak Langkah Sejarah
mencukupi seluruh kebutuhan pembiayaan Pemikiran Ekonomi Islam.
untuk pertahanan keamanan dan pengem- Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
bangan sepanjang waktu.
http://yanasatia.wordpress.com, diakses
Simpulan pada tanggal 8 September 2011 pkl.
Ibnu Taimiyah bukanlah seorang teo- 13.30.
ritis murni, juga bukan ahli sejarah ekonomi Islahi, Abdul Azim. 1988. Economic
murni. Sikapnya lebih seorang dokter pra- Concepts of Ibn Taimiyah. London:
ktik yang mendiagnosa penyakit dan mem- Islamic Foundation
berikan resep untuk mengobati, seperti hal-
nya dalam regulasi harga, menurut Ibnu ------------------------1997. Konsepsi Ekonomi
Taimiyah penetapan harga oleh pemerintah Ibnu Taimiyah. (terj) Anshari Thayib.
adalah baik, tapi tidak bersifat absolut, Surabaya: PT. Bina Ilmu.
karena sebenarnya harga ditetapkan oleh Karim, Adi Warman Azwar.2002. Ekonomi
kekuatan permintaan dan penawaran. Lain Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro,
halnya, apabila kenaikan harga terjadi akibat Jakarta: IIIT Indonesia
ketidakadilan mekanisme pasar, pemerintah
boleh campur tangan dalam menetapkan -------------------------2004. Sejarah
harga. Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta:
Dua istilah yang sering ada dalam PT. Raja Grafindo Persada
pembahasan Ibnu Taimiyah tentang masalah Sudarsono, Heri.2004. Konsep Ekonomi
harga, yaitu: 1) Kompensasi yang setara Islam, Yogyakarta: Ekonosia
(„iwad al-mitsl) diukur dan ditaksir oleh hal-
hal yang setara dan itulah esensi dari Taimiyah, Ibnu.1963. Majmu‟ Fatawa
keadilan (nafs al-„adl); 2) harga yang setara Shaikh al-Islam, Vol. 25&29, Riyadh:
(tsaman al-mitsl). Ibnu Taimiyah membeda- Matabi‟ al-Riyad
kan ada 2 (dua) jenis harga, yaitu: a) Harga --------------------1976. Al-Hisbah fil Islam,
yang tak adil/terlarang dengan b) harga yang Kairo: Daar al-Sha‟
adil/disukai.33
Harga yang setara itu sebagai harga
yang adil. Jadi dua kata: “adil” dan “setara”
digunakan saling mengganti. Untuk
mewujudkan kepentingan ini, perlu diben-
tuknya institusi hisbah dengan tujuan melin-
32
Abdul Azim Islahi, Konsepsi Ekonomi.,
hal. 280
33
Ibnu Taimiyah, Al-Hisbah fil Islam,
(Kairo: Daar al-Sha‟b, 1976), hal. 24-25;

Anda mungkin juga menyukai