Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beberapa dekade terakhir ini banyak para pemikir dan praktisi
dalamberbagai bidang termasuk bidang ekonomi yang menilai telah terjadikrisis
global, kompleks, dan multidimensional. Krisis ini timbul tidik saja disebabkan
kesalahan pada tingkat operasional tetapi bahkan lebih dahsyat pada tingkat
konsepsional dan paradigmatik meliputi intelektual, moral dan spiritual
Dalam bidang ekonomi, Fritjop misalnya memberikan kritik terhadap
para ekonom yang membicarakan ilmu ekonomi melalui pendekatan yang
reduksionis dan terpecah-pecah dari bidang-bidang keilmuan dan bidang
lainnya seolah-olah sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, statis, dan stagnan.
Padahal menurutnya, ilmu ekonomi adalah organisme hidup yang dalam
perkembangannya mengalami evolusi dinamis.Bahkan ia juga memberikan
penjelasanlebih lanjut, bahwa akibat dari pemahaman yang statis dan
tidakmengakui adanya evolusi, perubahan dan adaptasi, menimbulkan
kekeliruan di kalangan ilmuwan ekonotni dan juga ilmu-ilmu sosial lain yang
menganggap ilmu-ilmu tersebut “bebas nilai”.
Sebenarnya berbagai kritik dan kecaman terhadap kelemahanteori
ekonomi atau teori pembangunan sosio-ekonomi yang menjadi acuan dalam
proses pembangunan global selama ini, tidak saja. Fritjop, tetapi sudah
banyak pula dilontarkan oleh para ilmuwanlain, diantaranya: E.F.
Schumacher, Kenneth Boulding, Quentin Skin-ner, Theodore Roszak, Erich
Fromm, Gunnar Myrdal, J.K Galbraith,R Heilbroner, John Brome dan
Amartya Sen. Mereka berpendapat bahwa kelemahan paling mendasar dari
paradigma teori ekonomi tersebut adalah pengabainnya terhadap dimensi
moral, nilai-nilai sosial dan etika.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pemikiran ekonomi islam?
2. Bagaimana Pemikiran ekonomi islam kontemporer?

C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui sejarah pemikiran ekonomi islam
2. Untuk mengetahui pemikiran ekonomi islam kontemporer.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam


1. Perkembangan Ekonomi dalam Sejarah
Dalam buku-buku sejarah ekonomi konvensional yang dipelajari oleh
para mahasiswa ekonomi di seluruh belahan dunia sekarang ini,
ditemukan bahwa dalam rangkaian perjalanan sejarah tersebut adamasa
“kekosongan” yang cukup lama yaitu sekitar 500 tahun. Penulis-penulis
buku tersebut menilai bahwa seolah-olah ilmu ekonomi ini menjelma
dengan sendirinya (mengalami reinkarnasi) dari masa Yunani kuno seperti
Aristoteles (367-322 SM) ke St. Thomas Aquinas (1225-1274 M). atau
sejak abad 7-12 M tidak ada masa diskurus intelektual berkaitan
dengan ekonomi.
Di antara buku sejarah ekonomi ini adalah buku yang ditulis oleh
Joseph Alois Schumpeter, History of Economic Analysis
(1954).Dalam buku ini ia berpendapat bahwa analisa ekonomi dimulai
sejak masa Yunani dan tidak dikembangkan beberapa lama hingga muncul
ekonomi scholastic dengan tokohnya St. Thomas Aquinas (1225- 1274M).
Masa kekosongan tersebut sering kemudian dinamakan “greatgap the
schurnpeterian”. Schumpeter hanya menulis tiga baris dalam catatan
kakinya nama Ibn Sina dan Ibn Rusyd dalam kaitan proses transmisi
pemikiran Aristoteles kepada St. Thomas tanpa sedikitpun menjelaskan
kedudukan mereka dalam transmisi tersebut termasuk kemungkinan hanya
ia mengutip atau “mencuri” dari pemikiran mereka. Sekalipun sudah
mulai banyak yang menentang pendapat ini,tetapi “great gap” ini tetap
dianggap suatu yang benar-benar terjadi.
Sebenarnya adanya kekosongan pencatatan sejarah ekonomi tidak
saja antara tahun pertama Masehi sampai ditemukannya pemikiran St.
Thomas Aquinas tetapi juga menjadi kekosongan pencatatan antara tahun

3
1270 M sampai dengan ditemukannya pemikiran Quesney (1758 M).
Adanya kaitan yang lepas (missing link) dalam sejarah tersebut
menunjukkan bahwa baik disengaja atau tidak disengaja, menimbulkan
pertanyaan besar bagi kaiangan sejarawan ekonomi khususnya. Ada apa
dan kenapa hal itu bisa terjadi?
Beberapa jawaban bisa dimunculkan atas pertanyaan tersebut,tetapi
satu hal yang penting bahwa yang dianggap masa kekosongan atau great
gap tersebut adalah masa dimana peradaban dunia diisioleh umat Islam
sejak mulai munculnya di Mekah pertengahan abad ke 6 dengan kelahiran
Nabi Muhammad SAW (570 M) sampai lemah terlepasnya kekhalifahan
Usmani ke penjajahan Barat sekitar abad 12 Masehi.
Kenyataan adanya penghilangan kronologis sejarah, tidak saja
memberikan “kekaburan” terhadap fakta-fakta peradaban tetap juga
terjadinya penghilangan substansi peradaban itu sendiri. Esensi
normatif berupa kebenaran dan kebijaksanaan (wisdom) yang sudah
dikembangkan oleh para filosof pada masa Yunani dalam berbagai hal
termasuk fenomena sosial dan ekonomi dan ditumbuh kembangkan oleh
umat Islam, seolah-olah diputus dan tidak mempunyai ikatan dengan
yang dikembangkan setelahnya.
2. Pemikiran Ekonomi Islam
a. Proses transmisi dan diskursus awal
Fakta sejarah menunjukkan bahwa periode yang dianggap oleh
Shumpeterian sebagai “great gap” adalah masa di mana umat Islam
mengalami pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuanatau umat
Islam sering menyebut masa-masa the golden agesedangkan bagi
Barat merupakan masa-masa the dark age.
Para pemikir muslim sejak awal terutama pada masa transmisi
berbagai keilmuwan yang dilakukan di masa Bani Abbas, terutama
pada masa Pemerintahan Al-Ma’mun (813-833 M)dengan
lembaganya yang terkenal Bait al-Hikmah atau Rumah Kebijaksanaan

4
hingga seterusnya tetap mengakui bahwa pernahmempelajari dan
melakukan transmisi besar-besaran dari ilmu-wan Yunani dalam
berbagai disiplin ilmu pengetahuan. kemudian mereka melakukan
penyesuaian dengan doktrin yang diajarkan Nabi Muhammad SAW
baik dalam al-Quran maupun Hadisnya. Proses transmisi ini
melahirkan penemuan-penemuan baru dan meletakkan kerangka
dasar dalam pengembangan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, baik
ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial. Mulai dari filsafat,
matematika, astronomi,ilmu optik, biologi, kedokteran, sejarah,
sosiologi, psikologi,pedagogi, sampai sastra termasuk juga tentunya
ilmu ekonomi.
Para pemikir muslim klasik tidak terjebak untuk meng-
kotak-katakkan berbagai macam ilmu tersebut seperti yang
dilakukan oleh para pemikir saat ini. Mereka melihat ilmu-ilrnu
tersebut sebagai ayat-ayat Allah yang bertebaran di seluruhalam.
Dalam pandangan mereka, ilmu-ilmu itu walaupun sepintas terlihat
berbeda-beda dan bermacam-macam jenisnya namun pada
hakekatnya berasal dari sumber yang satu yaitu Tuhan. Mereka
melakukan klasifikasi terhadap berbagai macam ilmu sebatas sebagai
pembedaan bukan pemisahan. Karenanya tidaklah mengherankan bila
para pemikir klasik muslim menguasai berbagai bidang ilmu. Ibn
Sina (980-1037 M), sebagaicontoh, selain terkenal sebagai ahli
filsafat, bahkan ia juga mendalami psikologi dan musik. Al-
Ghazali (1058-1111 M),selain banyak membahas masalah filsafat,
pendidikan, psikologi,ekonomi dan pemerintahan ibn Khaldun
(1332-1404 M) selain banyak membahas masalah sejarah juga
banyak menyinggung masalah-masalah sosiologi dan antropologi
budaya, ekonomi,geografi pembangunan dan peradaban bahkan
futurologi.Dengan karakter pemahaman keilmuwan tersebut, maka
bidangekonomi juga menjadi bagian dari diskurus

5
pembahasanmereka. Namun secara umum, pemikiran ekonomi
dimaksud terangkum dalam berbagai tema di bidang tafsir, flkih,
ushulfikih, bahkan teologi. la belum berdiri sendiri. Dan seperti dika-
takan oleh Muhammad Baqir Al-Shadr, kita harus membedakan antara
ekonomi sebagai sistem, dan ekonomi sebagai ilmu.
Sebagai sistem, ekonomi mengacu pada cara suatu masyarakat
mengatur kehidupan ekonominya. Sedangkan sebagai ilmu
ekonomi mengacu kepada upaya memahami berbagai peristiwa dan
gejala ekonomi berdasarkan kerangka teori tertentu yang
menjelaskan korelasi antara peristiwa dan gejata itu
denganberbagai faktor yang melatarinya. Yang dibakukan oleh
ilmu fikih dari ekonomi ketika itu adalah aspek hukum yang kemu-
dian membentuk sistemnya. Selain itu, sebenarnya ekonomi
sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri baru muncul sekitar 4 abad
yang lalu walaupun akar pemikirannya sudah lahir jauh sebelum
itu.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pemikiran ekonomi islam
Pemikiran ekonomi Islam sebagai sebuah sistem yaitu
mengacu pada cara suatu masyarakat mengatur kehidupan
ekonominya, sebagaimana dikatakan Shadr di atas, pada dasar-nya
telah ada sejak ajaran Islam itu sendiri di bawa oleh Nabi
Muhammad SAW dengan mengutip ungkapan Siddiqie, pemi kiran
ekonomi Islam berusia setua Islam itu sendiri. Hal iniberdasarkan
bahwa ajaran Islam, yang bersumber pada Al-Quran dan Hadis,
sejak awak sangat mendorong dan berpandangan positif terhadap
kegiatan ekonomi, misalnya 10 surat pertama yang diturunkan
Tuhan setelah surat al-’Alaq dan al-Mudatsir, hampir seluruhnya
berkaitan dengan respon al-Quran terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat.

6
.Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri adalah
sebagaipelaku ekonomi. Begitu pula para sahabatnya pada
generasiawal (masa Khulafaur al-Rasyidin) sebagaian besar terlibat
dalamkegiatan ekonomi di samping kegiatan lainnya.
Pembahasan berkaitan dengan pertumbuhan dan perkem-
bangan ekonomi Islam ini, sebenarnya sudah banyak dibahasoleh
para penulis yang peduli pada pengembangan ekonomi Islam. Di
antaranya Siddiqie (1982), Akram Khan, Sabzwari,dan Kadim
Sadr.
Siddiqie misalnya mencoba melakukan survei dengan urut-an
secara kronologis waktu dari pemikir-pemikir ekonomi Islamberikut
dasar-dasar pemikirannya. Menrutnya, kronologis pemikir Islam
dibagi pada 4 (empat) fase, yaitu fase pertamasejak awal Islam
sampai 1058 M, fase kedua 1058-1446; fase ketiga dari tahun 1446-
1932, dan fase dari 1932 hingga sekarang. Penulis tidak akan
melakukan pembahasan masing-masing pemikiran mereka
berkaitandengan ekonomi kecuali hanya sekilas pada fase
kontemporeryang akan dibahas pada sub berikutnya. Tetapi
berdasarkanhasil survei di atas, kita dapat melakukan perbandingan
menge-nai sejarah perkembangan ekonomi Islam dengan ekonomi
konvensional. Karnaen, salah seorang yang mengembangkanekonomi
syariah di Indonesia, telah melakukan penelitianmengenai
perbandingan ini. Berikut adalah penjelasan perban-dingan tersebut.
Kalau kita menyimak apa yang disebut “Themain stream of
economics” pada the family of economics-nya Paul ASamuelson,
segera kita akan jumpai kekosongan pemikiran ekonomi dari
tahun pertama masehi sampai ditemukannya pemikiran St. Thomas
Aquinas pada tahun 1270. pada jeda waktuitu menurut “the family
trees of economics” diisi oleh para scholasticyang sifatnya normative.
Sementara itu menurut catatan parapengamat muslim, sejak

7
datangnya agama Islam di abad ke-7,telah banyak para pemikir muslim
yang memberikan sumbang-annya. Para pemikir muslim ini adalah
para fukaha (ahli fikih),sufi, dan ahli filsafat yang memberikan
sumbangan pemikirannyasecara universal termasuk didalamnya
menyangkut masalahekonomi. Mereka inilah yang merupakan
peletak dasar pemikiran Islam tentang ekonomi. Sepanjang para
scholastic dan para fukaha, sufi, dan ahli filsafat muslim ini mengacu
kepada bukusuci mereka masing-masing, maka dalam hal
pelaranganterhadap bunga atau riba mereka sama dan sejalan.
Kemudian antara ditemukannya pemikiran St. Thomas
Aquinas di tahun 1270 dengan ditemukannya ekonomi Quesneydi
tahun 1758 terdapat jeda waktu 5 abad yang menurut “Thefamily
trees of economic” diisi oleh para Physiocrats dan
paraMerchantilis. Pandangan ekonomi mereka disebut aliran
klasik(Classical School). Sementara itu pada abad ke 11 -15 yang
samaterdapat para pemikir muslim yang terkenal seperti al-Ghazali,Ibn
Taimiyah, dan Ibn Khaldun. Pemikiran para pemikir Muslimini
memang komprehensif dan menyangkut juga tentangekonomi.
Mereka mewakili fase kedua dari pemikiran ekonomidari sudut ajaran
Islam. Akhirnya pada waktu pemikiran ekono-mi Adam Smith (1776
M) ditemukan dan diikuti oleh T.R Maltus(1798 M), David Ricardo,
JS. Mill (1848 M), W. Marshal (1890M) dan JM. Keynes (1936)
yang membentuk mazhab Kapitalis,dan ilmu ekonomi neo-klasik, yang
kemudian dicoba ditandingidengan pemikiran Karl Marx (1867 M),
V Lenin (1914) yangmembentuk mazhab Sosialisme-Komunisme,
muncul pada diabad ke-15 sampai abad ke-20 para pemikir
ekonomi muslimseperti Shah Waliyullah, Jamaluddin al-Afgani, dan
Muhammad Iqbal. Mereka mewakili fase ketiga dari pemikiran
ekonomi dari sudut ajaran Islam.
B. Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer

8
Babak baru perkembangan pemikiran mengenai ekonomi islam secara
dramatik di tingkat internasional mulai timbul pada dasa warsa tahun 1970-an
sekalipun secara lokal dan sporadis telah muncul sejak awal abad 20-an.
Beberapa faktor yang memunculkan perkembangan baru ini, diantaranya
adalah: Pertama, mulai terjadinya kemerdekaan negara-negara yang mayoritas
penduduknya muslim di hamper seluruh wilayah terutama wilayah Asia, Timur
Tengah, dan Afrika. Kedua, timbulnya apa yang disebut sebagai kekuatan
ekonomi petrodollar, yaitu yang dihasilkannya industri perminyakan yang
berasaldari negara-negara Islam (Islamic countries) seperti Libya, Kuwait,Iran,
Brunai Darussalam, Irak, Persatuan Emirat Arab, Aljazair,Malaysia, dan
Indonesia.
Dengan berbagai faktor dan kegiatan internasional tersebut.Maka
muncul berbagai literatur mengenai Ekonomi Islam danderivasinya. Dalam
literatur-literatur tersebut ditunjukkan pertum-buhan dan perkembangan
cukup signiflkan dalam pengembangan pemikiran ekonomi Islam. Bukan saja
pada tataran teoritis konsepsional tetapi juga sudah masuk pada tataran
praktis-operasional. Menurut Siddiqie, misalnya cakupan bahasan dalam
literatur ekonomi Islam meliputi diantaranya dasar-dasar filosofis
ekonomiIslam, perbandingan ekonomi antara sistem Islam dan “isme-isme”
lainnya, kritik Islam terhadap sistem ekonomi kontemporer, analisis ekonomi
dalam kerangka Islam, dan sejarah pemikiran Islam.Berdasarkan survei yang
dilakukan Siddiqie (1981) tersebut dan juga Akram Khan (1989) sebagaimana
dijelaskan Haneef terha-dap literatur-literatur mengenai ekonomi Islam yang
muncul sejakpertengahan abad 20, diketahui bahwa dalam perkembangan pemi-
kiran ekonomi Islam para penulis muslim memiliki pendekatan dantinjauan
yang berbeda.Secara garis besar peta pemikiran dan kecenderungan dalam
memahami ekonomi Islam, menurut Siddiqie dan Khan, terdapattiga
bagian besar, mereka adalah:
1. Pendekatan yuridis. Mereka memberikan kontribusi dalampembahasan
ekonomi Islam melalui pendekatan legalistik danmembahas konsep-konsep

9
dasar dari prinsip ajaran Islam berka-itan dengan ekonomi, misalnya
pembahasan masalah riba, zakat,bank, kemiskinan dan pembangunan.
2. Pendekatan modernis, mereka tidak melakukan pendekatanlegalistik,
tetapi lebih kepada pendekatan rasionalitas-kritisterhadap term-term dan
persoalan-persoalan ekonomi danmasyarakat yang langsung dari
sumbernya yaitu Al-Qur’an danHadits. Dengan proses ijtihad yang
mereka lakukan memberi-kan kontribusi pada pengembangan pemikiran
ekonomi yanglebih realistik dengan kenyataan sosiai. Meskipun
mendapatkanreaksi dari pihak-pihak lain yang tidak mengakui
pendekatanmetodologi yang dilakukannya.
3. Pendekatan yang dilakukan oleh para sarjana ekonomi yangbelajar di
Barat dan mengembangkan pemikiran ekonomi Islam melalui istilah-istilah
dan pendekatan “mainstream” ekonomikonvensional (pendekatan neo-
klasik dan sintesa keynesian).Analisa mereka menggunakan teknik-
teknik pendidikan danpelatihan ekonomi yang mereka pelajari.
Menurut Haneef, yang masuk kategori pertama diantaranya adalah
Muhammad Baqir Taleghani. Sedangkan yang masukkategori ketiga adalah
M.A Mannan, M. Najetullah Siddiqie, Syed Nawab Heidar Naqvi, dan
Monzer Kahf. Sedangkan yang masukkategori kedua, Haneef nampaknya
tidak secara jelas menyebutkan orang-orangnya. Namun dengan melakukan
perbandingkan terhadap kategorisasi yang dilakukan oleh yang lainnya, yang
termasukkategori kedua di antaranya Timur Kuran, Jomo, Muhammad Arid,dan
lain-lain. Oleh karenanya, untuk memudahkan kategorisasipemikiran
ekonomi Islam kontemporer ada yang mengklasifikasikansebagai berikut:
Mazhab Baqir as-Shadr, Mazhab Alternatif kritisdan mazhab
mainstream.Dari semua pendekatan tersebut, masing-masing
mempunyaikelebihan dan kelemahan, di samping ada kesamaan dan
perbedaan.Di antara persamaan dari pendekatan-pendekatan tersebut
adalahmengenai dasar-dasar filosofi dari sistem ekonomi Islam. Dasar-
dasar tersebut yaitu Tauhid, Khilafah, Ibadah, Takaful, dan ‘Adalah.Di samping

10
mereka juga sepakat terhadap sumber hukum yaitu al-Qur’an dan Sunnah,
serta prinsip-prinsip umum yang dijelaskankeduanya seperti kewajiban zakat
dan pelarangan riba sebagai dasardari sistem ekonomi Islam.
Adapun beberapa pendekatan yang muncul di antara mereka adalah:
1. Penafsiran dari istilah-istilah dan konsep tertentu dalam al-Qur’an dan
Sunnah.
2. Metodologi atau pendekatan yang digunakan untuk memba-ngun
kerangka teori atau sistem ekonomi Islam.
3. Sebagai akibat dari perbedaan kedua hal di atas, mereka jugaberbeda
dalam memberikan pandangan (views) dan karakteristik (features) dari
sistem ekonomi Islam.
Oleh karenanya dalam membicarakan pemikiran ekonomi
Islam,sekalipun dasar-dasarnya sama tetapi dalam pengaktualisasiandasar-
dasar tersebut mengalami perbedaan karena berbeda latarbelakang
pendidikan dan kecenderungan. Namun demikian, semuapemikiran yang ada,
secara positif memberikan kontribusi yang luarbiasa dalam upaya memahami
pemikiran ekonomi Islam. Di samping juga sangat terbukanya bagi generasi
selanjutnya untuk melakukankajian ekonomi Islam.
Berikut sekilas perbedaan cara pandang pemikiran ekonomi Islam
kontemporer:
1. Mazhab Baqir As-Shadr
Mazhab ini berpendapat bahwa ilmu ekonomi (economics)tidak
pernah bisa sejalan dengan Islam. Ekonomi tetap ekonomidan Islam tetap
Islam, keduanya tidak akan pernah dapatdisatukan karena keduanya
berasal dari filosofi yang salingkontradiktif. Yang satu anti-Islam, yang
lainnya Islam. Perbedaanfilosofi ini berdampak pada perbedaan cara
pandang melihatmasalah ekonomi. Misalnya, mazhab Baqir menolak
pernyataanbahwa sumber daya itu terbatas. Menurutnya Islam
tidakmengenal adanya sumber daya yang terbatas.
2. Mazhab Mainstream

11
Mazhab ini melihat masalah ekonomi hampir tidak adabedanya
dengan pandangan ekonomi konvensional. Mazhabini tidak pernah
membuang sekaligus teori-teori ekonomikonvensional ke keranjang
sampah, tetapi mengambil hal-halyang baik dan bermanfaat. Mereka
berpendapat bahwa himahatau ilmu bagi umat Islam adalah bagaikan
barang yang hilang.Di mana saja ditemukan maka berhak untuk
mengambilnya.Tentu selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
ajaranIslam.
3. Mazhab Alternatif Kritis
Mazhab ini mengkritik kedua mazhab sebelumnya. MazhabBaqir
dikritik sebagai mazhab yang seolah-olah ingin mene-mukan sesuatu
yang baru padahal sebenarnya sudah ada danditemukan orang lain,
sedangkan mazhab mainstream dikri-tiknya sebagai jiplakan dari
ekonomi konvensional denganmenghilangkan variabel riba dan
memasukkan variabel zakatserta niat. Mazhab ini berpendapat, analisa
kritis bukan sajaharus dilakukan terhadap sosialisme dan kapitalisme,
tetapi jugaterhadap ekonomi Islam itu sendiri. Proposisi dan teori
yangdiajukan oleh ekonomi Islam harus selalu diuji
kebenarannyasebagaimana yang dilakukan terhadap ekonomi
konvensional.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berbagai kritik yang disampaikan oleh para pakar terhadap kelemahan
teori ekonomi dan pembangunan dewasa ini menunjukkan perlunya
terobosan dan keberanian berbagaipihak untuk tidak terpaku terhadap
pakem atau arus utama(mainstream) pemikiran ekonomi yang ada dan
mencobamenumbuhsuburkan teori lain yang didasarkan pada pende-
katan holistik, yaitu nilai-nilai aj aran Islam.
2. Sejarah pemikiran ekonomi yang dipelajari selama ini ternyatamemutus dan
menghilangkan rangkaian atau kesinambunganperadaban manusia
melalui tidak terelaborasinya pemikiran-pemikiran yang tumbuh dalam
rentang waktu lama menjadisatu kesatuan sehingga adanya nilai-nilai luhur
yang terkuburdari proses pemutusan tersebut.
3. Adanya upaya-upaya melahirkan kembali pemikiran yangterkubur
tersebut, yaitu pemikirian ekonomi yang dikembang-kan umat Islam, akan
memberikan khazanah yang sangatberharga bagi peradaban umat manusia
ke depan.
4. Perjalanan ekonomi Islam telah tumbuh sejak adanya Islam itusendiri yaitu
sejak Muhammad SAW menyampaikan risalahTuhan kepada umatnya.
Kemudian dikembangkan secaraperiodik oleh penerus dan peminatnya
hingga sekarang.
5. Pemikiran ekonomi Islam kontemporer (sekarang)
mengalamiperkembangan yang dinamis, sehingga memberikan
wacanayang sangat variatif. Meskipun menggunakan dasar filosofisyang
sama, tetapi sesuai dengan pendekatan dan kencende-rungan dalam
aktualisasinya mengalami perkembangan yangdinamis pula bahkan
sedikit perbedaan, mereka berprinsip“kesatuan dalam keragaman”.

13
DAFTAR PUSTAKA

Baqir al-Hasana & Abbas Mirakhor (edt), Essay On Iqtishad Islamic


Approach to Economics Problems, USA: Nur Corp, 1989.
Capra, Pritjop. Titik Batik Peradaban: Sains, Masyarakat, dan Kebudayaan,
Yogyakarta: Yayasan benteng Budaya, 1997.
Chapra, M. Umer, Islamic and Economic Challenge, Jeddah: Islamic
Foundation, 1996.
Chapra, M. Umer, The Future of Economic an Islamic Perspective, Jakarta:
SEBI, 2001.
Ghazanfar, SM. History if Islamic Thought: The Schumpeterian Great
Gap The Lost Arab-Islamic Legacy and the Literature Gap,
dalam
Jurnal Islamic Studies, Vol. 6: 2 1995.

14

Anda mungkin juga menyukai