Abstrak
Studi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pemikiran ekonomi dalam Islam yang
berkembang pada periode kedua dan mengelompokkan pandangan-pandangan tersebut baik yang sama
maupun yang berbeda, sehingga diperoleh gambaran yang jelas apa saja yang menjadi topik dan sorotan
para tokoh pada masa tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada banyak pemikir Islam
yang digolongkan pada periode kedua (450 – 850 H/ 1058 – 1446 M) ini. Tokoh-tokoh ini dikenal
sebagai seorang teolog, filsuf dan sufi. Di zamannya, mereka tidak dikenal sebagai ahli ekonomi, Namun
dalam pemikiran-pemikikan mereka, ada beberapa hal yang berhubungan dengan ekonomi. Ketiga tokoh
yang menjadi obyek utama tulisan ini, Al-Ghazali (451-505 H/ 1055-1111 M), Nasiruddin Tusi
(1201-1274 M), dan Ibnu Khaldun (732-808 H/ 1332-1404 M), ternyata telah mengembangkan
kajian ekonomi (bukan fikih muamalat) dalam kitab mereka. Bahkan kajian ekonomi empiris yang
menjelaskan fenomena aktual aktivitas ekonomi secara riil di masyarakat dan negara sudah dibahas oleh
Ibnu Khaldun. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemikiran ulama tentang ekonomi Islam
pada masa klasik sangat maju dan cemerlang.
Manthiq wa Mizan al-‘Amal, al-Mustazhhiri, al- yang bekerja (kullu muslim muktasib). Tujuan
Risalat al-Qudsiyah fi Qawa’id al-‘Aqaid, dan mempelajarinya adalah untuk menghindari
karya terbesarnya Ihya ’Ulum al-Din kesulitan dalam bermuamalah dan hal-hal
(menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama) yang dapat menjerumuskan kepada
yang menjadi sumber primer tulisan ini. larangan-larangan agama.
Pemikiran ekonomi al-Ghazali dalam
2. Pemikiran Ekonomi al-Ghazali
Ihya’, dapat dilihat dari tiga konstruktur
Dalam kitabnya, Mi’yar al-‘ilm, Ihya’, nalar yang dibutuhkan untuk memahami isi
ar-Risalat, Mizan dan Jawahir al-Quran, dapat Ihya’. Yaitu nalar syar’iyyah, untuk membahas
ditemukan empat sistem klasifikasi ilmu ekonomi Islam dari aspek legal formal
yang berbeda, yaitu: ekonomi Islam, nalar falsafiyah, berbicara
1) Ilmu teoritis dan Praktis; pada aspek filosofis ekonomi Islam, dan
2) Ilmu Huduri dan ilmu Husuli; nalar sufiyah membahas aspek normatif dan
3) Ilmu Syar’iyyah dan ilmu aspek transendensi ekonomi Islam.
’Aqliyyah Penggunaan ketiga nalar tersebut dalam
4) Ilmu-ilmu fardhu ’Ain dan membahas ekonomi Islam sejalan dengan
fardu Kifayah konstruksi ekonomi Islam yang sedang
Dari keempat sistem klasifikasi di dibangun saat ini, bahkan lebih menyentuh
atas, al-Ghazali menempatkan ilmu pada aspek yang lebih fundamental. Nalar
ekonomi ke dalam klasifikasi terakhir, yaitu ekonomi dalam Ihya’ dapat diilustrasikan
ilmu-ilmu fardhu ’ain dan fardhu kifayah. sebagai berikut:
Menurutnya, mempelajari ilmu ekonomi
adalah wajib (fardhu ’ain) bagi setiap muslim
Gambar 1. Struktur Nalar Ekonomi
Dalam Ihya ’Ulum ad-Din
Ihya’Ulum
Ad-Din
Al-Ghazali mengajukan suatu teori antara barang yang berbeda, seperti kain
”saling ketergantungan” atau dikenal dengan dengan makanan, hewan dengan kain.
”inter-dependence” (sekarang), yang Padahal barang-barang itu tidak sama harga
menyebutkan bahwa: ”Setiap manusia, atau nilainya.” Terlihat bahwa pandangan
dalam kebutuhan hidupnya, saling ini sesuai dengan keadaan saat itu.
bergantung satu sama lain. Kaum produen Lalu, adanya barang-barang dan
yang menghasilkan bahan makanan di desa transportasi, akan menimbulkan hubungan
memerlukan alat-alat industri yang jasa diantara manusia. Antara pemilik
dihasilkan oleh pabrik di kota, dan barang dagangan dan pemilik kendaraan,
keduanya memerlukan kaum pedagang akan antara pemilik kendaraan dan para kuli,
mengusahakan tukar-menukar barang- pengusaha dan buruh. Dalam istilah al-
barang yang dibutuhkan oleh masing- Ghazali hubungan ini disebut kira atau
masing pihak. Para konsumen memerlukan dalam istilah fikih Islam disebut ijarah.
barang-barang dari pihak produsen. Mereka Hubungan kerja bisa juga terjadi antara
menjadi produsen karena menghasilkan pemilik harta (the have) baik pedagang atau
macam-macam barang yang diperlukan, dan pemilik kendaraan dengan kuli atau pekerja
sekaligus menjadi konsumen karena (the have not), kemudian terjadilah hukum
memerlukan barang-barang yang dihasilkan hubungan kerja antara majikan dengan
orang lain.” Itulah sebabnya, al-Ghazali buruh, pembesar dengan pegawai dan
menyebutkan, demi kepentingan ekonomi, pengusaha dengan anak buahnya. Persoalan
janganlah semua orang menjadi orang ini tidak selamanya bernilai sama dan
zuhud, orang suci yang akan menjauhi berjalan lancar. Karena itu diperlukan
barang-barang kebutuhan duniawi, baik pengusaha yang adil sebagai perantara
sebagai penghasil maupun sebagai pemakai. antara pihak yang berjual beli. Unsur
Pekerjaan duniawi ini, melalaikan manusia pemerintah sebagai instansi resmi, bukanlah
dan men-jahil-kan mereka, karena itu perlu berdiri di luar pagar hubungan ekonomi,
adanya peraturan untuk menjaga agar tidak tetapi merupakan syarat penting yang tidak
terjadi pelanggaran hak masing-masing. Baik dapat diabaikan. Tugas pemerintah adalah
peraturan yang datangnya dari pemerintah melakukan keadilan antara seluruh rakyat
atau pun timbul dari kesadaran masyarakat, yang saling bertukar kepentingan dan
terutama peraturan yang datangnya dari kebutuhan hidup itu. Rakyat baik sebagai
Tuhan. produsen maupun sebagai konsumen harus
Menurut al-Ghazali: ”Bukan mustahil mendapatkan keadilan dalam ekonominya
bahwa antar kota dan desa terjadi perjalanan dan dalam seluruh penghidupannya.
pulang pergi, untuk membeli bahan Kemudian, al-Ghazali menyebutkan
produksi pangan dari desa dan membeli bahwa: ”perkembangan ekonomi
alat-alat industri dan keperluan sandang dari memerlukan suatu benda yang
kota. Kota mempunyai semua alat-alat penggunaannya kekal sepanjang zaman.
industri, desa menghasilkan semua macam Benda yang paling tahan adalah barang
produksi pangan. Dalam hal ini, diperlukan logam dari pertambangan. Maka digunakan
adanya pengangkutan, untuk membawa mata uang tersebut dari emas, perak dan
segala barang-barang kebutuhan itu.” tembaga. Lalu timbul kebutuhan akan
Lebih lanjut ia menyebutkan: ”karena adanya percetakan (mata uang), pelukisan,
adanya perdagangan, timbullah kebutahan dan penghitungan. Kebutuhan itu
akan adanya dua mata uang. Orang yang menimbulkan perlunya rumah pembuatan
akan membeli makanan dengan kain, dari mata uang dan kantor perbankan
manakah dia mengetahui nilai yang sama (shayarifah)9.”
untuk harga makanan itu, sedangkan Melihat kenyataan bahwa pekerjaan
pergaulan menghendaki terjadinya jual beli perbankan selalu menghadapi persoalan
f) Sedikit sekali praktek perbankan yang bahasa arab berjudul Risalah fi Tahqiq al-’Ilm.
bisa selamat dari riba, karena itu harus Berbagai edisi dicetak di India, dan ada pula
berhati-hati. beberapa bagian dari buku itu
3) Berhubungan dengan norma ekonomi diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa
Islam jerman dan Inggris. 11
a) Perekonomian memerlukan 2. Pemikiran Ekonomi Tusi
peraturan baik dari Tuhan,
pemerintah dan Dalam bukunya, Akhlaq-i- Nasiri, Tusi
b) dari masyarakat itu sendiri. menjelaskan bahwa: ”Apabila seseorang
c) Perekonomian membutuhkan uang harus tetap menghasilkan makanan,
dari benda yang paling tahan. pakaian, rumah, dan alat-alatnya sendiri,
d) Perekonomian memerlukan tentu dia tidak akan dapat bertahan hidup
percetakan uang dan perbankan yang karena tidak akan mempunyai makanan
bebas dari riba dan terpelihara dari yang cukup untuk jangka lama. Akan tetapi,
hal-hal yang dilarang oleh Allah. karena orang bekerja sama dengan lainya
Pendapat di atas terdapat kesamaan dan setiap orang melakukan pekerjaan
dengan beberapa hal yang diungkapkan oleh sesuai dengan profesinya sehingga
tokoh ekonom Islam belakangan ini. menghasilkan konsumsi yang lebih dari
Pemikiran al-Ghazali ini dapat menjadi cukup untuk dirinya sendiri. Keadilan
bukti bahwa ide penerapan ekonomi Islam hukum pun mengendalikan pertukaran
telah ada di zamannya. produk barang-barang yang menjamin
ketersediaannya untuk semua orang.
C. Pemikiran Ekonomi Islam Dengan demikian, Tuhan dengan segala
Nasiruddin Tusi kebijaksanaan-Nya, membedakan aktivitas
dan cita rasa orang sedemikian rupa,
1. Riwayat singkat Tusi
sehingga mereka mungkin melakukan
Nama lengkapnya Abu Ja’far pekerjaan yang berbeda-beda untuk saling
Muhammad bin muhammad al-Hasan membantu. Perbedaan-perbedaan inilah
Nasiruddin at-Tusi al-Muhaqqiq. Pemikir yang melahirkan struktur internasional dan
besar Islam yang jenius ini menguasai sistem ekonomi umat manusia. Maka
banyak ilmu, seperti matematika, astronomi, terjadilah kerjasama timbal balik. Kemudian
optik, geografi, kedokteran, farmasi, filsafat, timbulah berbagai bentuk kontrak sosial.”
logika, musik, mineralogi, dan etika. Karena Uraiannya di atas menunjukkan
memiliki keahlian yang terbilang komplet bahwa, Tusi menekankan pentingnya kerja
itu Tusi diangkat menjadi penasehat sama, spesialisasi dan pembagian tenaga
terpercaya Hulagu Khan (panglima perang kerja, serta kontrak sosial merupakan proses
mongol), ketika dan setelah penaklukan alamiah yang mesti terjadi dalam memenuhi
kota Baghdad serta pendirian dinasti Ilkhan kebutuhan hidup manusia. Dalam
yang menguasai kawasan Islam yang sangat pelaksanaan itu semua penting sekali
luas. keadilan hukum, dan jaminan ketersediaan
Karyanya sekitar 56 buah dalam kebutuhan semua orang. Memang tidak
berbagai disiplin ilmu. Bukunya dalam banyak pendapatnya tentang ekonomi.
bahasa Persia yang berjudul Akhlaq-i- nasiri Namun pandangannya tentang etika
(Nasirian Ethics), adalah buku yang terkenal ekonomi di atas, membuat pandangannya
dalam bidang etika. Buku ini dipandang sedikit berbeda dengan al-Ghazali. Hal ini
sangat baik sehingga masih digunakan kemungkinan dikarenakan Tusi ahli di
sebagai buku teks di sekolah agama di bidang geografi dan matematika.
seluruh dunia islam, terutama di kalangan Seharusnya ilmu ini dijadikan sebagai
kaum Syiah. Telah diterjemahkan ke dalam metode analisis Tusi dalam menyusun teori
Cara kerja lingkaran ini menyerupai perhatian terhadap ekonomi politik sebagai
rantai reaksi untuk jangka waktu yang ilmu yang mandiri. Sebelum Ibn Khaldun,
panjang dan merupakan sebuah fenomena-fenomena ekonomis adakalanya
kedinamisan yang diperkenalkan dalam dikaji dalam kaitannya dengan rumah tangga
seluruh analisis. Dimensi ini menjelaskan atau dari tinjauan hukum atau filsafat. Atau
bagaimana faktor-faktor politik, agama, dengan kata lain masalah-masalah ekonomis
sosial, dan ekonomi saling mempengaruhi selalu dikaji secara normatif. Sementara Ibn
selama kurun waktu tertentu sehingga Khaldun mengkaji masalah-masalah tersebut
faktor-faktor tersebut dapat menuntun dengan jalan mengkaji sebab-sebabnya,
suatu peradaban menuju pembangunan dan memperbandingkannya, untuk kemudian
kemunduran atau kejayaan dan mengikhtisarkan hukum-hukum yang
keruntuhan.13 mengendalikan fenomena-fenomena tersebut.”14
Dengan demikian, jelas bahwa
Pendapat yang senada juga
pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun sudah
diungkapkan oleh Muhammad ’Ali Nasy’at,
sangat luas dan sistematis, dan ini dalam karyanya al-Fikr al-iqtishadi fi
membedakannya dengan tokoh-tokoh Muqaddimah Ibn Khaldun. Menurut Nasy’at,
sebelumnya, termasuk al-Ghazali dan Tusi.
Ibnu Khaldun dalam kajiannya
Murad, mengatakan bahwa:
menggunakan metode deduksi dan analogi,
“Abu al-Iqtishad: Ibn Khaldun adalah
dengan demikian ia dapat dipanang sebagai
penggagas ilmu ekonomi. Adapun karya-karya
orang yang pertama-tama menggagaskan
tentang masalah ekonomi sebelumnya bernada aliran ekonomi yang ilmiah, ia lebih dahulu
kurang ilmiah, karena para pemikir Yunani, dari Adam Smith, seorang ahli ekonomi
Romawi, dan para pemikir zaman pertengahan
Inggris dengan karyanya The Wealth of
memasukkan masalah-masalah ekonomi
Nations. Tulisan Ibnu Khaldun dalam
dalam kajian moral atau hukum, dan tidak
masalah ekonomi bukanlah merupakan
ada seorang pemikir pun sebelum Ibn Khaldun,
sejumlah pengetahuan atau pikiran yang
baik Muslim maupun bukan, yang menaruh
teori yang dikemukakannya, maka apa yang tidak akrab dengan pemikiran ekonominya.
diutarakan oleh beberapa ahli yang Akibatnya ia tidak memiliki dampak atas
diungkapkan di atas adalah benar. Bahwa evolusi pemikiran ekonomi. Ia sendiri,
Ibnu Khaldun disebut sebagai bapak ilmu tanpa pendahulu dan tanpa penerus. Tanpa
ekonomi, juga tidak salah karena pemikiran- perangkat, tanpa konsep-konsep yang telah
pemikirannya tentang ekonomi cukup ada sebelumnya, ia menguraikan penjelasan
sistematis dan dinamis. Dan yang lebih ekonomi yang canggih tentang dunia. Oleh
penting bahwa pemikiran ekonomi Ibnu karena itu, namanya harus diperhitungkan
Khaldun juga telah menggunakan analisis diantara para perintis ilmu ekonomi.
matematis dengan teori lingkarannya,
bagaimana faktor yang satu mempengaruhi Daftar Pustaka
faktor yang lainnya, namun memang belum
sempurna, adalah tugas ahli ekonomi Islam Arifin, Zainul, Memahami Bank Syari’ah:
masa sekarang untuk menyempurnakannya Lingkup, Peluang, Tantangan dan
dan menyesuaikannya dengan kebutuhan Prospek, Jakarta, Alvabet, 1999.
dan perkembangan zaman saat ini.
Black, Antony, Tinjauan Historis Terlengkap
E. Penutup dan Terkini Pemikiran Politik Islam dari
Masa Nabi hingga Masa Kini, Jakarta,
Kejayaan peradaban Islam dan Serambi Ilmu Semesta, 2006.
pengaruhnya atas panggung sejarah dunia
untuk 1000 tahun, tidak mungkin tanpa Fanjari, Muhammad Syauqi al-, Al-Madzhad
diiringi dengan ide-ide ekonomi dan al-Iqtishadi al-Islamiy, Jeddah: Syirkah
sejenisnya. Dari Abu Yusuf pada abad ke 2 Maktabah’ Ukkaz, 1981.
Hijriyah sampai ke Tusi dan Waliullah abad Gamal, Merza, Dinamika Sosial Ekonomi
ke 18. Syari’ah, bagian II, www.yahoo.com,
Di masa Islam klasik, sejak abad 2 diakses tanggal 24 Oktober 2007.
Hijrah s/d 9 Hijriyah, banyak lahir ilmuwan
Islam yang mengembangkan kajian Ghazali, Imam al-, Ihya ‘Ulum al-Din, vol. 2.
ekonomi (bukan fikih muamalat), akan Haneef, Muhamed Aslam, Pemikiran
tetapi kajian ekonomi empiris yang Ekonomi Islam Kontemporer: Analisis
menjelaskan fenomena aktual aktivitas Komparatif Terpilih, Diterjemah oleh
ekonomi secara riil di masyarakat dan Suherman Rosyidi, Surabaya,
negara. Antara lain pemikiran Al-Ghazali, Airlangga, 2006.
Tusi dan ibnu Khaldun. Bahkan Ibnu
Khaldun, menemukan pemikiran-pemikiran Imam Malik, al-Muwatta’.
ekonomi yang mendasar beberapa abad Isfahani, al-Ragib al-, Mufradat Alfaz al-
sebelum kelahirannya ”secara resmi”. Ia Quran, ttp: Maktabah Murtadawiyah,
menemukan manfaat-manfaat dan perlunya 1362 H.
pembagian kerja sebelum Smith dan prinsip Journal of Islamic Business and Economics,
nilai tenaga kerja sebelum Ricardo, dan
Volume 1, No. 1, Desember 2007,
menandaskan peran negara dalam Yokyakarta, LEBI UGM.
perekonomian sebelum Keynes. Ibnu
Khaldun diklaim sebagai pendahulu bagi Khaldun, Ibnu, al-Muqaddimah, cet. Kedua,
banyak pemikir Eropa, oleh kebanyakan Beirut, al-Mathba’ah al-Adabiyyah,
sosiolog, sejarawan dan filsuf. Namun 1886.
demikian, walaupun ide-idenya sudah Khaldun, Ibnu, al-Ta’rif bi Ibn Khaldun wa
dikenal di Eropa sejak abad ke- 17, dan Rihlatuh Gharban wa Syarqan, disunting
karya-karyanya sudah diterjemahkan sejak oleh Muhammad Ibn Tawit al-Thanji,
abad ke- 19, kelihatanya para penerusnya
economics, United Kingdom: The yang diikuti dengan menjamurnya korupsi, dekadensi
Islamic Foundation, 1985. moral, dan kesenjangan pendapatan. Situasi ini telah
mempengaruhi pandangan-pandangan dan kajian-
Mugniyah, Muhammad Jawwad, at-Tafsir al- kajian para ahli hukum Islam dalam berbagai hal,
Kasysyaf, beirut, Dar al-Fikr, 1968. termasuk masalah ekonomi. Pada masa ini terdapat
pemikir-pemikir besar Islam yang memiliki
Nasy’at, Muhammad ’Ali, al-Fikr al-iqtishadi konstribusi penting dalam perkembangan pemikiran
fi Muqaddimah Ibn Khaldun, Kairo: tnp, ekonomi Islam. Pembahasan tentang pemikiran
1944. tokoh-tokoh periode ini merupakan kajian pokok
dalam tulisan ini, oleh karena itu tidak akan diuraikan
Siddiqi, Muhammad Najetullah History of pada sub bahasan ini. Namun, penting diingat bahwa
Islamic Economic: Thought, Lectures on para ahli menyebut masa ini adalah sebagai tahap
pengembangan konsep pemikiran ekonomi dalam
Islamic Economics, Jeddah, IDB-IRTI,
Islam.
1992. 4Keluarganya taat beragama dan hidup
Taimiyah, Ibnu, Al-Fatawa al-Kubra, ditahqiq sederhana. Ayahnya bernama Muhammad dan
sangat menaruh perhatian pada pendidikan anak-
oleh Muhammad Abdul Qadir Ata’ anaknya. Ia tidak ingin kedua anaknya, Ahmad dan
dan Mustafa Abdul Qadir ’Ata, al-Ghazali miskin ilmu seperti keadaannya. Ayahnya
Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1987. seorang pemintal wol di kota Thus. Ia mulai belajar
al-Quran pada ayahnya. Sepeninggal ayahnya ia dan
Wafi, ‘Ali ‘Abd al-Wahid, ‘Abd al-Rahman saudaranya dititipkan pada teman ayahnya, Ahmad
ibn Khaldun, Kairo, Wazarah al- bin Muhammad ar-Razikani, seorang sufi besar,
Tsaqafah, 1962. darinya al-Ghazali belajar ilmu fkih, riwayat hidup
para wali dan kehidupan spiritual mereka, menghafal
Yusuf, Abu, al-Kharaj. syair-syair tentang mahabbah (cinta) kepada Tuhan, al-
Quran dan Sunnah. Al-Ghazali kemudian
∗
dimasukkan ke sekolah yang menyediakan biaya
Tulisan ini pernah dipresentasikan dalam hidup bagi para muridnya. Ia memahami
forum Annual Conference on Islamic Studies (ACIS) 2008 pengetahuan bahasa arab, persia dan agama dari
di kota Palembang, 3-6 Nopember 2008. gurunya Abu Nasr al-Isma’ili di kota Jurjan (pusat
** STAIN Bengkulu, email:
kegiatan ilmiah). Karena kurang puas ia kembali ke
asnainibkl@yahoo.co.id Thus. Beberapa tahun kemudian ia pergi ke Nisabur
1Seorang ahli ekonomi Perancis, Jack dan memasuki madrasah Nizhamiyah yang dipimpin
Austruy, mengakui kagum pada keserasian ekonomi oleh ulama besar al-Imam al-Haramain al-Juwaini,
Islam dalam menyeimbangkan kepentingan individu salah seorang tokoh aliran Asy’ariyah, ia belajar ilmu
dan publik. Dalam bukunya Islam Face Au Development Ushul fiqh, ilmu mantik dan kalam. Ia diangkat
Economic (Islam Dalam Menghadapi Kemajuan Ekonomi), menjadi asisten al-Juwaini, mengajar bila gurunya
1961, berkata: ”Metode pembangunan ekonomi berhalangan dan mewakili sebagai pimpinan
tidak hanya terpaku pada dua sistem ekonomi yang Nizhamiyah. Di Nisabur inilah bakat menulisnya
kita kenal, yaitu kapitalisme dan sosialisme, tetapi ada berkembang.
satu lagi sistem ekonomi yang lebih baik, yaitu sistem 5Tahun 1085 (Usianya 28 tahun), dia menuju
ekonomi Islam dimana ia akan memimpin masa Muaskar untuk memenuhi undangan perdana
depan karena ia adalah sebuah Un mode total de vie menteri Nizam al-Mulk pendiri Madrasah
(sebuah cara hidup yang sempurna) yang akan Nizamiyah. Kesuksesan, kesenangan dan popularitas
mampu merealisasikan segala kemajuan dan di bidang keduniaan telah ia peroleh, namun
menghindari segala keburukan”. Hal senada juga semuanya itu tidak mampu mendatangkan
dikemukakan oleh Louis Garder dalam bukunya La ketenangan dan kebahagiaan baginya. Dari segi
Cite Muslumane, dan Raymond Charles dalam agama dan bathin ia gelisah dan menderita. Hal ini
bukunya, Droit Muslumane. Baca: Al-Fanjari, Al- berlangsung lebih kurang dua bulan. Tahun 1095 ia
Madzhad al-Iqtishadi al-Islamiy, (Jeddah: Syirkah mengundurkan diri. Kehidupannya goncang karena
Maktabah’ Ukkaz, 1981), P. 87. keraguan yang meliputi dirinya. Perasaan syak-nya
2Lihat: Siddiqi, History of Islamic Economic:
muncul setelah ia mempelajari ilmu kalam dari al-
Thought, Lectures on Islamic Economics (Jeddah: IDB- Juwaini. Pada tahun ini pula ia meninggalkan
IRTI, 1992), pp. 69-81; Arifin, Memahami Bank profesinya sebagai guru, mengembara dari satu
tempat ke tempat lain. Sepuluh tahun ia menjadi sufi tahun 759 setelah raja meninggal dunia. Baca: Ibnu
banyak yang tidak mengenalnya lagi. Disinilah ia Khaldun, al-Ta’rif bi Ibn Khaldun wa Rihlatuh Gharban
mengarang Ihya’, kitab yang merupakan paduan wa Syarqan, disunting oleh Muhammad Ibn Tawit al-
antara fikih dan tasawuf. Al-Ghazali melewatkan Thanji (Kairo: Lajnah al-Ta’lif wa al-Tarjamah wa
pengasingan spiritual pertamanya di masjid Umayah an-Nasyr, 1951), Pp. 15-66; Ibnu Khaldun, al-
di damaskus, kemudian pindah ke Yerussalem, lalu Muqaddimah, cet. Kedua (Beirut: al-Mathba’ah al-
ke Makkah untuk menjalankan ibadah haji. Kembali Adabiyyah, 1886), P. 29; ‘Ali ‘Abd al-Wahid Wafi,
lagi ke Damaskus pada awal 490/1097. Dia tinggal di ‘Abd al-Rahman ibn Khaldun ‘Abd al-Rahman ibn
kota ini untuk beberapa saat. Dan sebelum Jumadil Khaldun, (Kairo: Wazarah al-Tsaqafah, 1962), P. 42.
akhir 490 H/Juni 1075 M dia kembali ke Baghdad. Perjalanan panjang Ibnu Khaldun ini banyak
Di sini al-Ghazali tidak dapat sepenuhnya diuraikannya dalam al-Ta’rif.
menjalankan kehidupan spiritualnya. Pada 492/1099 13Merza Gamal, Dinamika Sosial Ekonomi
dia meninggalkan Baghdad untuk kembali ke kota Syari’ah, bagian II, dalam www.yahoo.com, diakses
asalnya Thus. Dan dia juga pernah melewatkan tanggal 24 Oktober 2007.
waktunya di Hamadan. Pada dzulkaidah 499/Juli 14Murad, Muhammad Hilmi, “Abu al-
1106 ia kembali mengajar di madrasah Nizhamiyah, Iqtishad, Ibn Khaldun”, dalam A’mal Mahrajan Ibn
atas permintaan Fakhr al-Mulk, Wazir Saljuk, putra Khaldun (Kairo: Al-Markaz al-Qaumil li al-Buhuts al-
Nizham al-Mulk yang memiliki istana di khurusan. Ijtima’iyyah wa al-Jina’iyyah, 1962), P. 308.
Al-Ghazali mengajar di sana selama kurang lebih tiga 15’Ali Nasy’at, al-Fikr al-iqtishadi fi Muqaddimah
tahun. Sekitar tahun 503-504/1110 dia kembali ke Ibn Khaldun (Kairo: Tp, 1944), Pp. 5-6.
rumahnya di Thus. Di Thus, al-Ghazali mendirikan 16Boulakia, Jean David C., “Ibnu khaldun: A
sebuah Madrasah, dia mengabiskan sisa hidupnya Fourteenth Century Economist” Journal of political
sebagai pengajar agama dan guru sufi serta Economiy 79 (5) September Oktober 1971, dalam
mencurahkan diri pada Pendalaman ilmu tentang Journal of Islamic Business and Economics, 2007, P. 8
tradisi. 17Ibnu Khaldun, al-Muqaddimah…, Pp. 344-
6Istilah Iqtishad populer di kalangan para 350.
pemikir ekonomi Islam saat itu. Iqtishad berasal dari 18Ibid., P. 341.
kata qashada yang berarti ”seimbang” (equilibrium, 19Roger Garaudy, “Ibn Khaldun”, dalam
at-Tafsir al-Kasysyaf (beirut: Dar al-Fikr, 1968), P. 90; 21Ibnu Khaldun, al-Muqaddimah, cet. Kedua
Al-Isfahani, Mufradat Alfaz al-Quran (tp: Maktabah (Beirut: al-Mathba’ah al-Adabiyyah, 1886), Pp. 317-
Murtadawiyah, 1362 H), P. 404. 318.
7Al-Ghazali, Ihya ‘Ulum al-Din, vol. 2, P. 66. 22Tentang teori produksi Ibnu khaldun ini
8Ibid., vol. 3, Pp. 220-223. dapat dibaca: Ibnu Khaldun, al-Muqaddimah, cet.
9Shayarifah atau shariffah sebagai praktek Kedua (Beirut: al-Mathba’ah al-Adabiyyah, 1886),
perbankan yang sudah dilakukan sejak zaman 321, 334-335; Lihat juga: Muhammad ’Ali Nasy’at,
Babylonia dan pada zaman Islam, bankir-bankir yang al-Fikr al-iqtishadi fi Muqaddimah Ibn Khaldun (Kairo:
melakukannya banyak orang yang kristen, lembaga t.p., 1944), 27-29, 31.
perekonomian mengakuinya dalam seluruh transaksi.
Imam al-Ghazali menerima dan mengukuinya
sebagai suatu kenyataan yang dibutuhkan dalam
perkembangan ekonomi Islam, yang sama
pentingnya dengan percetakan uang. Immaddin,
”Islamic Cultur”, vol. XXXIV no. 1, Januari 1960, h.
27, dikutip dari Al-Kaaf, 2002, P. 201.
10Al-Ghazali, Ihya’..., juz. II, P. 70-71.