Anda di halaman 1dari 14

Pemikiran Ekonomi dalam Islam

Periode Kedua (450 – 850 H/ 1058 – 1446 M)∗


Asnaini**

Abstrak
Studi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pemikiran ekonomi dalam Islam yang
berkembang pada periode kedua dan mengelompokkan pandangan-pandangan tersebut baik yang sama
maupun yang berbeda, sehingga diperoleh gambaran yang jelas apa saja yang menjadi topik dan sorotan
para tokoh pada masa tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada banyak pemikir Islam
yang digolongkan pada periode kedua (450 – 850 H/ 1058 – 1446 M) ini. Tokoh-tokoh ini dikenal
sebagai seorang teolog, filsuf dan sufi. Di zamannya, mereka tidak dikenal sebagai ahli ekonomi, Namun
dalam pemikiran-pemikikan mereka, ada beberapa hal yang berhubungan dengan ekonomi. Ketiga tokoh
yang menjadi obyek utama tulisan ini, Al-Ghazali (451-505 H/ 1055-1111 M), Nasiruddin Tusi
(1201-1274 M), dan Ibnu Khaldun (732-808 H/ 1332-1404 M), ternyata telah mengembangkan
kajian ekonomi (bukan fikih muamalat) dalam kitab mereka. Bahkan kajian ekonomi empiris yang
menjelaskan fenomena aktual aktivitas ekonomi secara riil di masyarakat dan negara sudah dibahas oleh
Ibnu Khaldun. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemikiran ulama tentang ekonomi Islam
pada masa klasik sangat maju dan cemerlang.

Kata Kunci: Kemajuan, Pemikiran ekonomi, Islam, periode kedua.

A. Pendahuluan Islam sesuai dengan situasi dan kondisi yang


dihadapi. Oleh karena itu pada periode
Islam menyediakan konsep dasarnya
awal, tokoh-tokoh Islam belum
sendiri tentang sistem ilmu ekonomi.
mengembangkan ilmu ekonomi secara
Termasuk di dalamnya adalah: pandangan
independen, bahkan mereka tidak mengenal
hidup, metodologi, rasionalitas dan
istilah ”ekonomi Islam”. Namun dalam
kelangkaan, yang merupakan issue sentral
setiap pembahasan mereka, baik ahli
dalam membahas ilmu. Islam, melalui para
hukum, ahli tafsir maupun yang lainnya,
pewaris nabinya, menyusun metodologinya
melakukan pengkajian dan pembahasan
secara umum, kemudian
terhadap tema-tema yang berkaitan erat
mengklasifikasikannya ke dalam beberapa
dengan tema-tema ekonomi yang dibahas
kategori ilmu termasuk ilmu fiqh (dibawah
oleh para ahli dan sarjana ekonomi saat ini.
kategori ilmu-ilmu syari’ah), yang di
Perkembangan pemikiran ekonomi dalam
dalamnya terdapat cabang-cabangnya.
Islam ini sangat panjang dimulai sejak
Artinya Islam datang dengan ajarannya yang
adanya agama Islam itu sendiri, kemudian
kaffah seyokyanya dapat menjadi
berlanjut sampai sekarang ini.
rahmatallil’alamin, termasuk di dalamnya
Menurut Siddiqi, perkembangan
ajaran tentang ekonomi.
ekonomi Islam dapat dibedakan ke dalam
Dunia telah mengakui, bahwa banyak
tiga periode, yaitu: Periode pertama, (awal
ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini,
Islam/masa kekhalifaan – 450 H/ 1058 M);
lahir dari pemikiran para ilmuwan Islam,
periode kedua, (450 – 850 H/ 1058 – 1446
termasuk ilmu ekonomi. 1 Ilmu ekonomi
M); periode ketiga (850 – 1350 H/ 1446 –
Islam berkembang secara bertahap sebagai
1931).2 Selanjutnya, sampai saat ini dikenal
suatu bidang ilmu interdisiplin yang menjadi
dengan periode kontemporer. Karena
bahan kajian ahli tafsir, ahli hukum, ahli
panjangnya masa dan luasnya pembahasan
sejarah, ahli ilmu sosial, ahli politik, serta
tentang perkembangan pemikiran ekonomi
ahli filsafat moral. Para ahli pemikir hukum
Islam ini, maka penulis membatasi
Islam mengembangkan konsep-konsep

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


206 Asnaini: Pemikiran Ekonomi dalam Islam...

pembahasan dalam penelitian ini pada 3. Ibnu Khaldun (732-808 H/ 1332-


perkembangan ekonomi dalam Islam 1404 M).
periode kedua (450–850 M/ 1058–1446 M). Ketiga tokoh ini, di masa hidupnya dekat
3
dengan kehidupan istana/pemerintahan.
Studi ini bertujuan untuk Mereka pernah menjadi penasehat pejabat
mendiskripsikan dan menganalisis negara, bahkan menetap di istana.
pemikiran ekonomi dalam Islam yang
berkembang pada periode kedua dan B. Pemikiran Ekonomi Islam al-Ghazali
mengelompokkan pandangan-pandangan 1. Riwayat Singkat Al-Ghazali
tersebut baik yang sama maupun yang
berbeda, sehingga diperoleh gambaran yang Al-Ghazali adalah seorang teolog,
jelas apa saja yang menjadi topik dan filsuf, dan sufi terbesar Islam yang
sorotan para tokoh pada masa tersebut. mendalami fikih, kalam dan filsafat. Nama
Para pemikir Islam yang digolongkan lengkap al-Ghazali adalah Abu Hamid
pada periode kedua (450 – 850 H/ 1058 – Muhammad bin Muhammad bin
1446 M), yaitu: Muhammad al-Thusi Al-Ghazali, sering
1. Ibn Hazm (w. 1064 M); disebut al-Ghazali atau Abu Hamid. Ia
2. Al-Sarakhsi (w. 1090 M); dilahirkan pada tahun 450 H/1058 M di
3. Nizam al-Mulk al-Tusi (1018-1099 M); Ghazalah, Iran Utara sebuah desa di
4. Al-Ghazali (451-505 H/ 1055-1111 M); pinggiran Thus, dekat Masyhad (sekarang)
5. Al-Kasani (w. 1193); di Khurasan, Iran. Khurasan, ketika itu
6. Al-Shairazi (w. 1193); merupakan salah satu pusat ilmu
7. Abdul Qadir Jaelani (w. 1169 M); pengetahuan di dunia Islam.4 Ia menulis
8. Ibnu Rusyd (w. 1198 M); hampir 100 buku, di bidang Ilmu kalam,
9. Fakhruddin al-Razi (w. 1210); fikih, tasawuf, filsafat, akhlak, dan
10. Nasiruddin Tusi (1201-1274 M) autobiografi. Waktunya diisi dengan belajar,
11. Ibnu Taimyah (661-728 H/ 1263-1328 mengajar dan pencurahan spiritual hingga
M); wafatnya, minggu 14 Jumadul Akhir 505
12. Ibnu al-Ukhuwah (w. 1329 M); H/18 Desember 1111 M, pada usia 53
13. Ibnul Qayyim (w. 1350 M), tahun.
14. Abu Ishaq al-Syatibi (w. 1388 M), Pada tahun 1090, ia menjadi guru
15. Ibnu Khaldun (732-808 H/ 1332-1404 besar pada Madrasah Nizhamiyah di
M), Baghdad. Ketika menjadi guru ia diserahi
16. Taqiuddin Ahmad al-Maqrizi (767-846 tugas sebagai rektor Universitas Nizham al-
H/ 1364-1441 M), Mulk Baghdad, dan ia sukses. Kesuksesan
ini menarik simpati dan perhatian para
Pada masanya, tokoh-tokoh ini pembesar dinasti Saljuk untuk meminta
dikenal sebagai seorang teolog, filsuf dan nasehat dan pendapatnya dalam masalah
sufi. Mereka tidak dikenal sebagai agama dan negara. Sejak inilah ia
ahli/pemikir ekonomi, Namun dalam kitab- berpengaruh dalam Dinasti Saljuk. Ia
kitab dan tulisan mereka ada beberapa hal merupakan guru istana dan mufti besar yang
yang berhubungan dengan ekonomi. Untuk hidup dibawah lindungan penguasa-
itu perlu kita kaji lebih jauh. Karena penguasa keluarga Saljuk.5
keterbatasan ruang, waktu dan data yang Sebagian karya terpenting dan
dimiliki, maka yang akan dibahas dalam terkenalnya dalah: al-Munqiz min ad-Dalal
studi ini, adalah pemikiran: (penyelamat dari kesesatan), Maqashid al-
1. Al-Ghazali (451-505 H/ 1055-1111 Falasifah (Tujuan para Filsuf), Tahafut al-
M), Falasifah (kekacauan para filsuf), Mi’yar al-
2. Nasiruddin Tusi (1201-1274 M), ‘Ilm, Qawa’id al-‘Aqaid, Mizan al-Nazhar fi al-
dan

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


Asnaini: Pemikiran Ekonomi dalam Islam... 207

Manthiq wa Mizan al-‘Amal, al-Mustazhhiri, al- yang bekerja (kullu muslim muktasib). Tujuan
Risalat al-Qudsiyah fi Qawa’id al-‘Aqaid, dan mempelajarinya adalah untuk menghindari
karya terbesarnya Ihya ’Ulum al-Din kesulitan dalam bermuamalah dan hal-hal
(menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama) yang dapat menjerumuskan kepada
yang menjadi sumber primer tulisan ini. larangan-larangan agama.
Pemikiran ekonomi al-Ghazali dalam
2. Pemikiran Ekonomi al-Ghazali
Ihya’, dapat dilihat dari tiga konstruktur
Dalam kitabnya, Mi’yar al-‘ilm, Ihya’, nalar yang dibutuhkan untuk memahami isi
ar-Risalat, Mizan dan Jawahir al-Quran, dapat Ihya’. Yaitu nalar syar’iyyah, untuk membahas
ditemukan empat sistem klasifikasi ilmu ekonomi Islam dari aspek legal formal
yang berbeda, yaitu: ekonomi Islam, nalar falsafiyah, berbicara
1) Ilmu teoritis dan Praktis; pada aspek filosofis ekonomi Islam, dan
2) Ilmu Huduri dan ilmu Husuli; nalar sufiyah membahas aspek normatif dan
3) Ilmu Syar’iyyah dan ilmu aspek transendensi ekonomi Islam.
’Aqliyyah Penggunaan ketiga nalar tersebut dalam
4) Ilmu-ilmu fardhu ’Ain dan membahas ekonomi Islam sejalan dengan
fardu Kifayah konstruksi ekonomi Islam yang sedang
Dari keempat sistem klasifikasi di dibangun saat ini, bahkan lebih menyentuh
atas, al-Ghazali menempatkan ilmu pada aspek yang lebih fundamental. Nalar
ekonomi ke dalam klasifikasi terakhir, yaitu ekonomi dalam Ihya’ dapat diilustrasikan
ilmu-ilmu fardhu ’ain dan fardhu kifayah. sebagai berikut:
Menurutnya, mempelajari ilmu ekonomi
adalah wajib (fardhu ’ain) bagi setiap muslim
Gambar 1. Struktur Nalar Ekonomi
Dalam Ihya ’Ulum ad-Din
Ihya’Ulum
Ad-Din

Nalar Nalar Nalar


Syar’iyyah Falsafiyah Sufiyah

Ilmu Ekonomi Filsafat Ekonomi Norma Ekonomi

Dalam term ekonomi, al-Ghazali eksistensi manusia sebagai homo-economics.


menggunakan istilah ’ilm al-kasab, ’ilm al- Menurutnya manusia dilahirkan dengan
’uqûd dan iqtishâd.6 Meskipun menggunakan membawa naluri untuk melakukan kegiatan
istilah iqtishâd, namun lebih dekat pada arti ekonomi. Hal ini didorong oleh upaya
istilah ekonomi. Ia menyebutkan bahwa: untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (al-
”mempelajari ilmu ekonomi hukumnya istigal ad-dunyawiyah), yaitu kebutuhan akan
wajib, karena menjadi prasayarat bagi makan, tempat tinggal dan pakaian. Manusia
seseorang untuk mengetahui praktek- juga tidak dapat hidup sendiri, karena itu ia
praktek dalam ekonomi antara yang memerlukan hidup bermasyarakat bahkan
diperbolehkan dan yang dilarang oleh bernegara. Keinginan untuk hidup
agama, dan agar tidak terjadi kerusakan bermasyarakat ini didorong oleh keinginan
dalam kehidupan ekonomi secara luas”. 7 untuk melangsungkan keturunan dan
Jika dikaji konsep ekonomi al-Ghazali memenuhi kebutuhan hidup.8
erat dengan pandangannya terhadap

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


208 Asnaini: Pemikiran Ekonomi dalam Islam...

Al-Ghazali mengajukan suatu teori antara barang yang berbeda, seperti kain
”saling ketergantungan” atau dikenal dengan dengan makanan, hewan dengan kain.
”inter-dependence” (sekarang), yang Padahal barang-barang itu tidak sama harga
menyebutkan bahwa: ”Setiap manusia, atau nilainya.” Terlihat bahwa pandangan
dalam kebutuhan hidupnya, saling ini sesuai dengan keadaan saat itu.
bergantung satu sama lain. Kaum produen Lalu, adanya barang-barang dan
yang menghasilkan bahan makanan di desa transportasi, akan menimbulkan hubungan
memerlukan alat-alat industri yang jasa diantara manusia. Antara pemilik
dihasilkan oleh pabrik di kota, dan barang dagangan dan pemilik kendaraan,
keduanya memerlukan kaum pedagang akan antara pemilik kendaraan dan para kuli,
mengusahakan tukar-menukar barang- pengusaha dan buruh. Dalam istilah al-
barang yang dibutuhkan oleh masing- Ghazali hubungan ini disebut kira atau
masing pihak. Para konsumen memerlukan dalam istilah fikih Islam disebut ijarah.
barang-barang dari pihak produsen. Mereka Hubungan kerja bisa juga terjadi antara
menjadi produsen karena menghasilkan pemilik harta (the have) baik pedagang atau
macam-macam barang yang diperlukan, dan pemilik kendaraan dengan kuli atau pekerja
sekaligus menjadi konsumen karena (the have not), kemudian terjadilah hukum
memerlukan barang-barang yang dihasilkan hubungan kerja antara majikan dengan
orang lain.” Itulah sebabnya, al-Ghazali buruh, pembesar dengan pegawai dan
menyebutkan, demi kepentingan ekonomi, pengusaha dengan anak buahnya. Persoalan
janganlah semua orang menjadi orang ini tidak selamanya bernilai sama dan
zuhud, orang suci yang akan menjauhi berjalan lancar. Karena itu diperlukan
barang-barang kebutuhan duniawi, baik pengusaha yang adil sebagai perantara
sebagai penghasil maupun sebagai pemakai. antara pihak yang berjual beli. Unsur
Pekerjaan duniawi ini, melalaikan manusia pemerintah sebagai instansi resmi, bukanlah
dan men-jahil-kan mereka, karena itu perlu berdiri di luar pagar hubungan ekonomi,
adanya peraturan untuk menjaga agar tidak tetapi merupakan syarat penting yang tidak
terjadi pelanggaran hak masing-masing. Baik dapat diabaikan. Tugas pemerintah adalah
peraturan yang datangnya dari pemerintah melakukan keadilan antara seluruh rakyat
atau pun timbul dari kesadaran masyarakat, yang saling bertukar kepentingan dan
terutama peraturan yang datangnya dari kebutuhan hidup itu. Rakyat baik sebagai
Tuhan. produsen maupun sebagai konsumen harus
Menurut al-Ghazali: ”Bukan mustahil mendapatkan keadilan dalam ekonominya
bahwa antar kota dan desa terjadi perjalanan dan dalam seluruh penghidupannya.
pulang pergi, untuk membeli bahan Kemudian, al-Ghazali menyebutkan
produksi pangan dari desa dan membeli bahwa: ”perkembangan ekonomi
alat-alat industri dan keperluan sandang dari memerlukan suatu benda yang
kota. Kota mempunyai semua alat-alat penggunaannya kekal sepanjang zaman.
industri, desa menghasilkan semua macam Benda yang paling tahan adalah barang
produksi pangan. Dalam hal ini, diperlukan logam dari pertambangan. Maka digunakan
adanya pengangkutan, untuk membawa mata uang tersebut dari emas, perak dan
segala barang-barang kebutuhan itu.” tembaga. Lalu timbul kebutuhan akan
Lebih lanjut ia menyebutkan: ”karena adanya percetakan (mata uang), pelukisan,
adanya perdagangan, timbullah kebutahan dan penghitungan. Kebutuhan itu
akan adanya dua mata uang. Orang yang menimbulkan perlunya rumah pembuatan
akan membeli makanan dengan kain, dari mata uang dan kantor perbankan
manakah dia mengetahui nilai yang sama (shayarifah)9.”
untuk harga makanan itu, sedangkan Melihat kenyataan bahwa pekerjaan
pergaulan menghendaki terjadinya jual beli perbankan selalu menghadapi persoalan

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


Asnaini: Pemikiran Ekonomi dalam Islam... 209

tukar-menukar keuangan dan senantiasa ekonomi al-Ghazali dapat dikelompokkan


berada di pinggir dosa, sedikit sekali bank dalam tiga bagian, yaitu:
yang selamat dari dosa meskipun mereka 1) Berhubungan dengan ilmu ekonomi
sangat berhati-hati. Al-Ghazali berulang kali Islam
memperingatkan supaya para bankir dan a) Mempelajari dan memahami ilmu
semua orang yang berhubungan dengan ekonomi sangat penting. Bagi muslim
bakn, berhati-hati terhadap dosa riba. yang bekerja hukumnya fardhu ’ain.
Diingatkan pula supaya berniat jujur, dan b) Kegiatan ekonomi adalah upaya
memandang usahanya sebagai suatu fardhu seseorang untuk memenuhi
kifayah demi keselamatan umat dan kebutuhan hidupnya muai dari
kemajuan mereka, dan jangan sampai makan, tempat tinggal, dan pakaian.
lembaga penting ini terjerumus kepada c) Tujuan ilmu ekonomi adalah:
larangan Allah. Karena itu usaha perbankan 1) untuk menghindari kesulitan
ini disebutnya bersifat fardhu kifayah yang dalam bermuamalah,
harus dilakukan oleh masyarakat Islam.10 2) untuk mengetahui praktek-
Pembahasan al-Ghazali tentang praktek ekonomi yang
ekonomi dan perbankan, diakhiri dengan diperbolehkan dan yang dilarang
uraian: ”Inilah semua kesibukan manusia oleh agama.
dan pernghidupan perekonomian mereka. d) Kegunaan ilmu ekonomi adalah agar
Setiap bagian dari segala usaha itu tidaklah tidak terjadi kerusakan dalam
mungkin dilakukan tanpa mempunyai ilmu kehidupan ekonomi.
yang dipelajari dan mengalami kesusahan 2) Berhubungan dengan filsafat ekonomi
pada mulanya. Di antara manusia itu ada Islam
semacam halangan yang menyebabkan dia a) Sistem ekonomi Islam didasarkan
lemah berusaha karena kekurangan ilmunya pada kerja sama, saling ketergantuan
(kelemahannya) tentang usaha-usaha dan saling membutuhkan antara
tersebut, untuk makan, dia memerlukan masyarakat. Produsen dengan
usaha orang lain. Kelemahan ini konsumen, konsumen dengan
menimbulkan dua pekerjaan yang sangat produsen, produsen, konsumen
buruk, yaitu mencuri atau menipu. Kedua dengan negara dan negara dengan
pekerjaan buruk ini terhimpun dalam konsumen dan produsen.
pekerjaan mencari makan dari hasil keringat b) Sistem ekonomi Islam memerlukan
orang lain. Kemudia karena setiap manusia transportasi, jasa, mata uang, dan
berjaga-jaga dari setiap pencuri dan penipu, perbankan.
untuk memelihara harta milik mereka, dia c) Agar perekonomian berjalan dengan
terpaksa memutar otaknya untuk melakukan lancar, diperlukan pengusaha dan
segala tipu dayanya dan siasat-siasatnya. pemerintah yang adil.
Apa yang diungkapkan oleh al- d) Dalam perekonomian harus ada
Ghazali di atas merupakan responnya kejujuran dan keadilan. Bankir-bankir
terhadap issue yang menjadi tema dan setiap orang yang berhubungan
pembahasan para pemikir Islam saat itu dengan perbankan harus jujur dan
dan problem masyarakat ketika itu, yang adil, demi keselamatan umat dan
meliputi: masalah pajak, regulasi pasar, riba, mereka sendiri.
perilaku ekonomi yang diperbolehkan e) Dalam hal praktek perekonomian
agama, harga, tenaga kerja, uang sebagai alat yang bersifat fardhu kipayah, seperti
tukar, pencetakan uang, fluktuasi harga- keberadaan percetakan uang dan
harga dan etika ekonomi. Dari pendapatnya perbankan, jika tidak dapat dihindari,
yang terpisah-pisah, jika dianalisis pemikiran maka boleh menggunakan yang ada,
walaupun bukan milik orang Islam.

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


210 Asnaini: Pemikiran Ekonomi dalam Islam...

f) Sedikit sekali praktek perbankan yang bahasa arab berjudul Risalah fi Tahqiq al-’Ilm.
bisa selamat dari riba, karena itu harus Berbagai edisi dicetak di India, dan ada pula
berhati-hati. beberapa bagian dari buku itu
3) Berhubungan dengan norma ekonomi diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa
Islam jerman dan Inggris. 11
a) Perekonomian memerlukan 2. Pemikiran Ekonomi Tusi
peraturan baik dari Tuhan,
pemerintah dan Dalam bukunya, Akhlaq-i- Nasiri, Tusi
b) dari masyarakat itu sendiri. menjelaskan bahwa: ”Apabila seseorang
c) Perekonomian membutuhkan uang harus tetap menghasilkan makanan,
dari benda yang paling tahan. pakaian, rumah, dan alat-alatnya sendiri,
d) Perekonomian memerlukan tentu dia tidak akan dapat bertahan hidup
percetakan uang dan perbankan yang karena tidak akan mempunyai makanan
bebas dari riba dan terpelihara dari yang cukup untuk jangka lama. Akan tetapi,
hal-hal yang dilarang oleh Allah. karena orang bekerja sama dengan lainya
Pendapat di atas terdapat kesamaan dan setiap orang melakukan pekerjaan
dengan beberapa hal yang diungkapkan oleh sesuai dengan profesinya sehingga
tokoh ekonom Islam belakangan ini. menghasilkan konsumsi yang lebih dari
Pemikiran al-Ghazali ini dapat menjadi cukup untuk dirinya sendiri. Keadilan
bukti bahwa ide penerapan ekonomi Islam hukum pun mengendalikan pertukaran
telah ada di zamannya. produk barang-barang yang menjamin
ketersediaannya untuk semua orang.
C. Pemikiran Ekonomi Islam Dengan demikian, Tuhan dengan segala
Nasiruddin Tusi kebijaksanaan-Nya, membedakan aktivitas
dan cita rasa orang sedemikian rupa,
1. Riwayat singkat Tusi
sehingga mereka mungkin melakukan
Nama lengkapnya Abu Ja’far pekerjaan yang berbeda-beda untuk saling
Muhammad bin muhammad al-Hasan membantu. Perbedaan-perbedaan inilah
Nasiruddin at-Tusi al-Muhaqqiq. Pemikir yang melahirkan struktur internasional dan
besar Islam yang jenius ini menguasai sistem ekonomi umat manusia. Maka
banyak ilmu, seperti matematika, astronomi, terjadilah kerjasama timbal balik. Kemudian
optik, geografi, kedokteran, farmasi, filsafat, timbulah berbagai bentuk kontrak sosial.”
logika, musik, mineralogi, dan etika. Karena Uraiannya di atas menunjukkan
memiliki keahlian yang terbilang komplet bahwa, Tusi menekankan pentingnya kerja
itu Tusi diangkat menjadi penasehat sama, spesialisasi dan pembagian tenaga
terpercaya Hulagu Khan (panglima perang kerja, serta kontrak sosial merupakan proses
mongol), ketika dan setelah penaklukan alamiah yang mesti terjadi dalam memenuhi
kota Baghdad serta pendirian dinasti Ilkhan kebutuhan hidup manusia. Dalam
yang menguasai kawasan Islam yang sangat pelaksanaan itu semua penting sekali
luas. keadilan hukum, dan jaminan ketersediaan
Karyanya sekitar 56 buah dalam kebutuhan semua orang. Memang tidak
berbagai disiplin ilmu. Bukunya dalam banyak pendapatnya tentang ekonomi.
bahasa Persia yang berjudul Akhlaq-i- nasiri Namun pandangannya tentang etika
(Nasirian Ethics), adalah buku yang terkenal ekonomi di atas, membuat pandangannya
dalam bidang etika. Buku ini dipandang sedikit berbeda dengan al-Ghazali. Hal ini
sangat baik sehingga masih digunakan kemungkinan dikarenakan Tusi ahli di
sebagai buku teks di sekolah agama di bidang geografi dan matematika.
seluruh dunia islam, terutama di kalangan Seharusnya ilmu ini dijadikan sebagai
kaum Syiah. Telah diterjemahkan ke dalam metode analisis Tusi dalam menyusun teori

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


Asnaini: Pemikiran Ekonomi dalam Islam... 211

ekonominya, namun sejauh ini penulis ekonomi dengan kesejahteraan manusia.


belum menemukan hal tersebut. Referensi filosofisnya yang merujuk kepada
“ketentuan akal dan etika” telah
D. Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu mengantarnya kepada kesimpulan bahwa
Khaldun ilmu ekonomi adalah pengetahuan normatif
1. Riwayat singkat Ibnu Khaldun dan sekaligus positif. Mempelajari ekonomi
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
Nama lengkapnya adalah ‘Abd al- massa, bukan individu. Individu adalah
Rahman Abu Zaid Waliuddin ibn Khaldun. bagian dari massa. Hukum ekonomi dan
Lahir di Tunisia, awal Ramadhan 732 H/27 sosial berlaku pada massa, bukan pada
Mei 1332 M, dan wafat pada tanggal 25 individu yang terkucil.
Ramadhan 808 H/19 Maret 1406 M. Ia juga melihat hubungan timbal balik
Semasa hidupnya, Ibnu Khaldun sangat antara faktor-faktor ekonomi, politik, sosial,
gemar berpetualang dan merantau. Pada etika dan pendidikan. Ia pun
usia 20 tahun ia berhenti belajar dan mengetengahkan gagasan ilmu ekonomi
menerjunkan dirinya dalam kancah yang mendasar, yakni: pentingnya
kehidupan politik yang penuh pergolakan pembagian kerja, pengakuan terhadap
yang mewarnai Maghrib ketika itu. Pada sumbangan kerja terhadap teori nilai, teori
tahun 750 H, ia ke Maghrib Aqsha, lalu mengenai pertumbuhan penduduk,
tahun 753 H ke Biskarah, Maghrib Jauh. pembentukan modal, lintas perdagangan,
Dan tahun 754 ia menikah. Pada tahun 756 sistim harga dan sebagainya. Pemikiranya
H, ia ditunjuk oleh raja Maghrib Jauh, Abu dapat disejajarkan dengn penulis klasik
‘Inan, sebagai anggota Majelis Ilmu sekaliber Adam Smith, Ricardo, Malthus
Pengetahuan dan memangku jabatan dan penulis neo klasik sekaliber Keynes.
“kitabah”. 12 Ia juga pernah menduduki Karyanya “al-Muqaddimah” adalah
jabatan sebagai duta bagi raja Castilla, Pedro realisasi pemikirannya secara ilmiah yang
si Bengis dan sebagai hakim agung. menyajikan prinsip-prinsip yang
Karyanya antara lain: al-‘Ibar wa Diwan menyebabkan kejayaan dan keruntuhan
al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Ayyam al-Arab wa sebuah dinasti, negara, atau peradaban
al-‘Ajam wa al-Barbar wa Man ‘Asharahum min sebagai faktor yang terkait erat dengan
Dzawi al-Sulthan al-Akbar, al-Muqaddimah, kesejahteraan atau kesengsaraan rakyat. Di
dan al-Ta’rif bi Ibn Khaldun wa Rihlatuh dalam analisis Ibnu Khaldun, kejayaan dan
Gharban wa Syarqan. Al-Muqaddimah adalah keruntuhan bukan hanya tergantung pada
karyanya yang paling mendunia dan dibahas variabel-variabel ekonomi, tetapi juga
serta dibaca banyak orang, termasuk tergantung pada faktor-faktor lain yang
ilmuan-ilmuan Barat, muslim atau pun non menentukan kualitas perorangan,
muslim. Kitab ini memberikan bahasan masyarakat, pemerintahan, dan negara, serta
yang luas terhadap teori nilai, pembagian saling berkaitan antar faktor-faktor agama,
kerja dan perdagangan internasional, psikologi, politik, ekonomi, sosial,
hukum permintaan dan penawaran, demografi, dan sejarah dalam kejayaan atau
konsumsi, produksi, uang, siklus keruntuhan suatu pemerintahan ataupun
perdagangan, keuangan publik, dan peradaban.
beberapa bahasan makro ekonomi lainnya. Ibnu Khaldun telah mengkhususkan
2. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun bab kelima al-Muqaddimah untuk mengkaji
”penghidupan dengan berbagai segi
Cendekiawan asal Tunisia ini lebih pendapatan dan kegiatan ekonomis”. Selain
dikenal sebagai bapak ilmu sosial. Namun itu ia juga mengkhususkan beberapa pasal
demikian, ia tidak mengabaikan perhatianya bab ketiga dan keempat untuk mengkaji
dalam bidang ilmu ekonomi. Ia dapat aspek ekonomis. Al-Muqaddimah,
melihat dengan jelas hubungan antara ilmu

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


212 Asnaini: Pemikiran Ekonomi dalam Islam...

merupakan bagian penting kontribusi


pemikiran Ibnu Khaldun dalam ilmu
ekonomi. Perumusan dan pemahamannya
yang jelas dan mendalam telah mendapat
pengakuan sebagai pelopor bagi formulasi
teori yang lebih modern dan canggih.
Rumusan Ibnu Khaldun yang terkenal
dalam kebijaksanaan politik pembangunan
disebut sebagai “Dynamic Model of Islam” atau
Model Dinamika. Model Dinamika adalah
sebuah rumusan yang terdiri dari delapan
prinsip kebijaksanaan politik yang terkait
dengan prinsip yang lain secara
interdisipliner dalam membentuk kekuatan
bersama dalam satu lingkaran sehingga awal
dan akhir lingkaran tersebut tidak dapat
dibedakan.
Menurut Ibnu Khaldun, kekuatan
atau kelemahan suatu dinasti tergantung
kepada kekuatan dan kelemahan penguasa
politik yang berhasil mereka wujudkan.
Penguasa politik, dalam hal ini pemerintah
(G), harus menjamin kesejahteraan
masyarakat (N) dengan menyediakan
lingkungan yang sesuai untuk aktualisasi
pembangunan (g) dan keadilan (j) melalui
implementasi syariah (S) serta
pembangunan dan pemerataan distribusi
kekayaan (W) yang dilakukan untuk
kepentingan bersama dalam jangka panjang.
Rumusan ini mencerminkan karakter
interdisipliner dan dinamis dari analisis Ibnu
Khaldun yang menghubungkan semua
variabel-variabel sosial, ekonomi dan
politik, termasuk Syariah (S), kekuasaan
politik atau Governance (G), masyarakat atau
Nation (N), kekayaan/ sumber daya atau
Wealth (W), pembangunan atau growth (g)
dan keadilan atau justice (j). Variabel-variabel
tersebut berada dalam satu lingkaran yang
saling tergantung karena satu sama lain
saling mempengaruhi. Rumusan tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


Gambar 2. Lingkaran Model Dinamika Sosial
Ekonomi Syariah menurut Ibnu Khaldun

Cara kerja lingkaran ini menyerupai perhatian terhadap ekonomi politik sebagai
rantai reaksi untuk jangka waktu yang ilmu yang mandiri. Sebelum Ibn Khaldun,
panjang dan merupakan sebuah fenomena-fenomena ekonomis adakalanya
kedinamisan yang diperkenalkan dalam dikaji dalam kaitannya dengan rumah tangga
seluruh analisis. Dimensi ini menjelaskan atau dari tinjauan hukum atau filsafat. Atau
bagaimana faktor-faktor politik, agama, dengan kata lain masalah-masalah ekonomis
sosial, dan ekonomi saling mempengaruhi selalu dikaji secara normatif. Sementara Ibn
selama kurun waktu tertentu sehingga Khaldun mengkaji masalah-masalah tersebut
faktor-faktor tersebut dapat menuntun dengan jalan mengkaji sebab-sebabnya,
suatu peradaban menuju pembangunan dan memperbandingkannya, untuk kemudian
kemunduran atau kejayaan dan mengikhtisarkan hukum-hukum yang
keruntuhan.13 mengendalikan fenomena-fenomena tersebut.”14
Dengan demikian, jelas bahwa
Pendapat yang senada juga
pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun sudah
diungkapkan oleh Muhammad ’Ali Nasy’at,
sangat luas dan sistematis, dan ini dalam karyanya al-Fikr al-iqtishadi fi
membedakannya dengan tokoh-tokoh Muqaddimah Ibn Khaldun. Menurut Nasy’at,
sebelumnya, termasuk al-Ghazali dan Tusi.
Ibnu Khaldun dalam kajiannya
Murad, mengatakan bahwa:
menggunakan metode deduksi dan analogi,
“Abu al-Iqtishad: Ibn Khaldun adalah
dengan demikian ia dapat dipanang sebagai
penggagas ilmu ekonomi. Adapun karya-karya
orang yang pertama-tama menggagaskan
tentang masalah ekonomi sebelumnya bernada aliran ekonomi yang ilmiah, ia lebih dahulu
kurang ilmiah, karena para pemikir Yunani, dari Adam Smith, seorang ahli ekonomi
Romawi, dan para pemikir zaman pertengahan
Inggris dengan karyanya The Wealth of
memasukkan masalah-masalah ekonomi
Nations. Tulisan Ibnu Khaldun dalam
dalam kajian moral atau hukum, dan tidak
masalah ekonomi bukanlah merupakan
ada seorang pemikir pun sebelum Ibn Khaldun,
sejumlah pengetahuan atau pikiran yang
baik Muslim maupun bukan, yang menaruh

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


214 Asnaini: Pemikiran Ekonomi dalam Islam...

terpencar-pencar dalam berbagai pasal al- kawasan di mana penduduknya telah


Muqaddimah, tetapi merupakan sejumlah mencapai peringkat kebudayaan yang cukup
pengetahuan atau pikiran yang teratur dan maju. Di kota-kota kecil jarang terdapat
rancak dalam pasal-pasal yang sebagian industri kecuali industri yang sederhana.
besar terdapat dalam bab-bab ketiga, Apabila budaya semakin meningkat dan
keempat, dan kelima al-Muqaddimah. Oleh kemewahan semakin meluas, maka industri
karenanya dapat disebut dengan ilmu dalam benar-benar akan tumbuh dengan nyata.
pengertian yang luas.15 Industri ada dua yaitu industri yang
Boulakia, bahkan menyatakan bahwa memenuhi kebutuhan manusia, baik yang
Ibnu Khaldun jauh mendahului Adam primer maupun sekunder, dan industri yang
Smith, Keynes, Ricardo dan Robert bergerak di bidang ide, seperti ”penulisan
Malthus. “Ia telah menemukan sejumlah naskah buku-buku, penjilidan buku, profesi
besar ide dan pemikiran ekonomi dan sebagainya.” Individu-individu yang
fundamental beberapa abad sebelum bergerak di bidang ini harus memiliki
kelahiran “resminya” (ilmu ekonomi, di spesialisasi. Menurutnya kegiatan ini
Eropa). Ia menemukan keutamaan dan merupakan bakat dalam masalah praktis
kebutuhan suatu pembagian kerja yang membutuhkan pikiran.17
sebelum ditemukan Smith, dan prinsip 2) Teori Nilai
tentang nilai kerja sebelum Ricardo. Ia telah
mengolah teori tentang kependudukan Teori ini dapat ditemui dalam
sebelum malthus dan mendesak peranan pernyataan Ibnu Khaldun: ”Pendapatan
Negara di dalam perekonomian sebelum yang dinikmati seseorang sesungguhnya
Keynes. Bahkan lebih dari itu, ia merupakan nilai kerjanya. Andaikan saja
menggunakan konsepsi ini untuk seseorang sepenuhnya tidak memiliki
membangun suatu sistem dinamis yang pekerjaan niscaya ia akan kehilangan
mudah dipahami dimana mekanisme pendapatan sepenuhnya. Dan sesuai dengan
ekonomi telah mengarahkan kegiatan peringkat kerjanya dan kebutuhan orang-
ekonomi kepada fluktuasi jangka panjang.”16 orang lain kepadanyalah peringkat nilainya
Teori ekonomi menurut Ibnu dan peringkat kenaikan atau penurunan
khaldun dapat disebutkan sebagai berikut: pendapatannya. 18
Ibnu Khaldun memandang bahwa
1) Hukum Pembagian kerja
kerja merupakan faktor penting dalam
Menurut Ibnu khaldun, seperti yang menciptakan kemajuan dan semaraknya
ia kemukakan dalam bab kelima al- kebudayaan. Menurut Roger Garaudy,
Muqaddimah, ada tiga kategori utama dalam dalam kajiannya tentang Ibn khaldun,
kerja, yaitu: pertanian, perdagangan dan menyatakan bahwa teori nilai Ibn Khaldun
berbagai kegiatan lainnya. Pertanian adalah didasarkan pada kerja dan ia melakukan hal
sarana produksi yang paling sederhana. yang demikian ini sebelum dilakukan
Pekerjaan ini tidak memerlukan ilmu dan ia seorang ahli ekonomi Eropa pada abad ke-
merupakan penghidupan orang-orang tidak 18.19
punya dan orang-orang desa yang sehat. Teori nilai Ibn Khaldun, memang
Perdagangan adalah pembelian dengan belum dapat dinyatakan telah tuntas dan
harga murah dan penjualan dengan harga sempurna. Namun bila dirangkum,
mahal. Pekerjaan ini memerlukan perilaku sebagaimana dinyatakan Nasy’at,
tertentu bagi pelakunya, yaitu pembujukan, terkandung unsur-unsur penting yang baru
kebiasaan mengelak dari jawaban yang dicapai oleh penelitian ilmiah di bidang
sebenarnya, pengaduan dan pertengkaran. ekonomi pada masa jauh setelahnya.20
Sedangkan kegiatan lain yaitu perindustrian.
Perindustrian hanya terdapat pada kawasan-

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


Asnaini: Pemikiran Ekonomi dalam Islam... 215

3) Teori Harga negeri-negeri mereka, maka mereka akan


Menurut Ibn khaldun, harga menghemat apa yang ada dan
memonopolinya. Akibatnya barang itu
dikendalikan oleh penawaran dan
menjadi bernilai dan mahal harganya.”21
permintaan. Bilamana permintaan
Dari teks di atas dapat disimpulkan
meningkat maka harga pun akan meningkat
pula, sebaliknya bilamana permintaan bahwa jika penawaran lebih besar dari pada
menurun, maka harga pun akan menurun. permintaan, maka harganya murah. Jika
Sebagaimana diungkapkannya dalam pasal penawaran lebih kecil dari permintaan,
”Tentang Harga di Kota”, dalam al- maka harganya menjadi mahal. Dan hal ini
Muqaddimah: ”Seperti anda ketahui semua juga yang dibicarakan oleh ahli ekonom
pasar menyediakan kebutuhan-kebutuhan sesudahnya. Teori Ibnu khaldun tentang
orang banyak. Ada yang primer, seperti harga ini membuktikan bahwa ia dapat
gandum, sayur-sayuran, bawang merah dan disebut sebagai bapak ekonomi Islam.
bawang putih. Ada juga yang sekunder, 4) Faktor-faktor Produksi
misalnya buah-buahan dan hal yang serupa.
Menurut Ibnu Khaldun, faktor-faktor
Bilamana jumlah penduduk suatu negeri
produksi yang selalu ada ialah alam,
sedikit dan masyarakatnya lemah maka
pekerjaan dan modal. Faktor alam,
kebutuhannya lebih besar. Sebab gandum
adakalanya dapat dipergunakan secara
dan sejenisnya merupakan bahan makanan
langsung, ada pula setelah diolah. Faktor
pokok. Sehingga dengan keadaan yang
pekerjaan merupakan faktor yang selalu ada
demikian ini timbul kebutuhan-kebutuhan
dalam semua bentuk produksi, malah hasil
untuk memenuhinya. Sebab setiap orang
alam tiak mungkin diperoleh kecuali dengan
tidak dapat melalaikan kebutuhannya sendiri
pekerjaan. Pada masa Ibnu Khaldun,
dan keluarganya selama sebulan atau
pekerjaan mengungguli faktor-faktor
setahun. Maka upaya untuk memenuhi
produksi lainnya. Faktor ini tidak terpisah
kebutuhan itu pun dialakukan semua
dari modal. Sebab ketika itu pemilik modal
penduduk negeri itu atau lebih meluas lagi
juga pekerja. Keadaan ini pun masih terjadi
oleh penduduk negeri-negeri tetangga yang
saat ini. Ada banyak pengusaha kecil dan
berdekatan. Hal ini membuat berlebihnya
menengah di Indonesia yang mengerjakan
bahan makanan pokok negeri itu sehingga
sendiri usahanya.22
biasanya harganya pun menjadi menurun.
Bilamana suatu tempat telah makmur, padat 5) Teori distribusi
penduduknya, dan penuh kemewahan, Harga suatu produk terdiri dari tiga
maka di situ akan timbul kebutuhan yang unsur: gaji, laba dan pajak. Setiap unsur ini
besar akan barang-barang yang di luar merupakan imbal jasa bagi setiap kelompok
kebutuhan sehari-hari. Tiap orang berupaya dalam masyarakat. Gaji adalah imbal jasa
membeli barang-barang mewah tersebut, bagi produser, laba adalah imbal jasa bagi
persediaan pun tidak dapat mencukupi pedagang, dan pajak adalah imbal jasa bagi
kebutuhan, sedangkan jumlah pembeli pegawai negeri dan penguasa. Karenanya,
meningkat. Kaum hartawan tetap berani Ibnu Khaldun membagi perekonomian
membayar tinggi untuk barang- itu, sebab kedalam tiga sektor: produksi,
kebutuhan mereka makin besar. Dan ini pertukaran,dan layanan masyarakat.
akan menyebabkan meningkatnya harga. Ibnu Khaldun menggunakan konsep-
Sedangkan kota-kota kecil yang sedikit konsep di atas untuk membangun suatu
jumlah penduduknya, persediaan bahan sistem yang dinamis dan koheren. Dalam
makanan pokok mereka sedikit jumlahnya, sistem ini, mekanisme ekonomi tidak dapat
karena sedikitnya kerja dalam kota-kota itu. tidak membawa aktivitas ekonomi kepada
Karena sedikitnya persediaan bahan fluktuasi jangka panjang. Menyimak teori-
makanan pokok mereka dan kecilnya

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


216 Asnaini: Pemikiran Ekonomi dalam Islam...

teori yang dikemukakannya, maka apa yang tidak akrab dengan pemikiran ekonominya.
diutarakan oleh beberapa ahli yang Akibatnya ia tidak memiliki dampak atas
diungkapkan di atas adalah benar. Bahwa evolusi pemikiran ekonomi. Ia sendiri,
Ibnu Khaldun disebut sebagai bapak ilmu tanpa pendahulu dan tanpa penerus. Tanpa
ekonomi, juga tidak salah karena pemikiran- perangkat, tanpa konsep-konsep yang telah
pemikirannya tentang ekonomi cukup ada sebelumnya, ia menguraikan penjelasan
sistematis dan dinamis. Dan yang lebih ekonomi yang canggih tentang dunia. Oleh
penting bahwa pemikiran ekonomi Ibnu karena itu, namanya harus diperhitungkan
Khaldun juga telah menggunakan analisis diantara para perintis ilmu ekonomi.
matematis dengan teori lingkarannya,
bagaimana faktor yang satu mempengaruhi Daftar Pustaka
faktor yang lainnya, namun memang belum
sempurna, adalah tugas ahli ekonomi Islam Arifin, Zainul, Memahami Bank Syari’ah:
masa sekarang untuk menyempurnakannya Lingkup, Peluang, Tantangan dan
dan menyesuaikannya dengan kebutuhan Prospek, Jakarta, Alvabet, 1999.
dan perkembangan zaman saat ini.
Black, Antony, Tinjauan Historis Terlengkap
E. Penutup dan Terkini Pemikiran Politik Islam dari
Masa Nabi hingga Masa Kini, Jakarta,
Kejayaan peradaban Islam dan Serambi Ilmu Semesta, 2006.
pengaruhnya atas panggung sejarah dunia
untuk 1000 tahun, tidak mungkin tanpa Fanjari, Muhammad Syauqi al-, Al-Madzhad
diiringi dengan ide-ide ekonomi dan al-Iqtishadi al-Islamiy, Jeddah: Syirkah
sejenisnya. Dari Abu Yusuf pada abad ke 2 Maktabah’ Ukkaz, 1981.
Hijriyah sampai ke Tusi dan Waliullah abad Gamal, Merza, Dinamika Sosial Ekonomi
ke 18. Syari’ah, bagian II, www.yahoo.com,
Di masa Islam klasik, sejak abad 2 diakses tanggal 24 Oktober 2007.
Hijrah s/d 9 Hijriyah, banyak lahir ilmuwan
Islam yang mengembangkan kajian Ghazali, Imam al-, Ihya ‘Ulum al-Din, vol. 2.
ekonomi (bukan fikih muamalat), akan Haneef, Muhamed Aslam, Pemikiran
tetapi kajian ekonomi empiris yang Ekonomi Islam Kontemporer: Analisis
menjelaskan fenomena aktual aktivitas Komparatif Terpilih, Diterjemah oleh
ekonomi secara riil di masyarakat dan Suherman Rosyidi, Surabaya,
negara. Antara lain pemikiran Al-Ghazali, Airlangga, 2006.
Tusi dan ibnu Khaldun. Bahkan Ibnu
Khaldun, menemukan pemikiran-pemikiran Imam Malik, al-Muwatta’.
ekonomi yang mendasar beberapa abad Isfahani, al-Ragib al-, Mufradat Alfaz al-
sebelum kelahirannya ”secara resmi”. Ia Quran, ttp: Maktabah Murtadawiyah,
menemukan manfaat-manfaat dan perlunya 1362 H.
pembagian kerja sebelum Smith dan prinsip Journal of Islamic Business and Economics,
nilai tenaga kerja sebelum Ricardo, dan
Volume 1, No. 1, Desember 2007,
menandaskan peran negara dalam Yokyakarta, LEBI UGM.
perekonomian sebelum Keynes. Ibnu
Khaldun diklaim sebagai pendahulu bagi Khaldun, Ibnu, al-Muqaddimah, cet. Kedua,
banyak pemikir Eropa, oleh kebanyakan Beirut, al-Mathba’ah al-Adabiyyah,
sosiolog, sejarawan dan filsuf. Namun 1886.
demikian, walaupun ide-idenya sudah Khaldun, Ibnu, al-Ta’rif bi Ibn Khaldun wa
dikenal di Eropa sejak abad ke- 17, dan Rihlatuh Gharban wa Syarqan, disunting
karya-karyanya sudah diterjemahkan sejak oleh Muhammad Ibn Tawit al-Thanji,
abad ke- 19, kelihatanya para penerusnya

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


Asnaini: Pemikiran Ekonomi dalam Islam... 217

Kairo, Lajnah al-Ta’lif wa al-Tarjamah


wa an-Nasyr, 1951. Syari’ah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek,
(Jakarta: Alvabet, 1999), pp. 7-10.
Khurshid, Ahmad (ed), Studies in Islamic 3Masa ini dikenal sebagai era kejayaan Islam

economics, United Kingdom: The yang diikuti dengan menjamurnya korupsi, dekadensi
Islamic Foundation, 1985. moral, dan kesenjangan pendapatan. Situasi ini telah
mempengaruhi pandangan-pandangan dan kajian-
Mugniyah, Muhammad Jawwad, at-Tafsir al- kajian para ahli hukum Islam dalam berbagai hal,
Kasysyaf, beirut, Dar al-Fikr, 1968. termasuk masalah ekonomi. Pada masa ini terdapat
pemikir-pemikir besar Islam yang memiliki
Nasy’at, Muhammad ’Ali, al-Fikr al-iqtishadi konstribusi penting dalam perkembangan pemikiran
fi Muqaddimah Ibn Khaldun, Kairo: tnp, ekonomi Islam. Pembahasan tentang pemikiran
1944. tokoh-tokoh periode ini merupakan kajian pokok
dalam tulisan ini, oleh karena itu tidak akan diuraikan
Siddiqi, Muhammad Najetullah History of pada sub bahasan ini. Namun, penting diingat bahwa
Islamic Economic: Thought, Lectures on para ahli menyebut masa ini adalah sebagai tahap
pengembangan konsep pemikiran ekonomi dalam
Islamic Economics, Jeddah, IDB-IRTI,
Islam.
1992. 4Keluarganya taat beragama dan hidup

Taimiyah, Ibnu, Al-Fatawa al-Kubra, ditahqiq sederhana. Ayahnya bernama Muhammad dan
sangat menaruh perhatian pada pendidikan anak-
oleh Muhammad Abdul Qadir Ata’ anaknya. Ia tidak ingin kedua anaknya, Ahmad dan
dan Mustafa Abdul Qadir ’Ata, al-Ghazali miskin ilmu seperti keadaannya. Ayahnya
Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1987. seorang pemintal wol di kota Thus. Ia mulai belajar
al-Quran pada ayahnya. Sepeninggal ayahnya ia dan
Wafi, ‘Ali ‘Abd al-Wahid, ‘Abd al-Rahman saudaranya dititipkan pada teman ayahnya, Ahmad
ibn Khaldun, Kairo, Wazarah al- bin Muhammad ar-Razikani, seorang sufi besar,
Tsaqafah, 1962. darinya al-Ghazali belajar ilmu fkih, riwayat hidup
para wali dan kehidupan spiritual mereka, menghafal
Yusuf, Abu, al-Kharaj. syair-syair tentang mahabbah (cinta) kepada Tuhan, al-
Quran dan Sunnah. Al-Ghazali kemudian

dimasukkan ke sekolah yang menyediakan biaya
Tulisan ini pernah dipresentasikan dalam hidup bagi para muridnya. Ia memahami
forum Annual Conference on Islamic Studies (ACIS) 2008 pengetahuan bahasa arab, persia dan agama dari
di kota Palembang, 3-6 Nopember 2008. gurunya Abu Nasr al-Isma’ili di kota Jurjan (pusat
** STAIN Bengkulu, email:
kegiatan ilmiah). Karena kurang puas ia kembali ke
asnainibkl@yahoo.co.id Thus. Beberapa tahun kemudian ia pergi ke Nisabur
1Seorang ahli ekonomi Perancis, Jack dan memasuki madrasah Nizhamiyah yang dipimpin
Austruy, mengakui kagum pada keserasian ekonomi oleh ulama besar al-Imam al-Haramain al-Juwaini,
Islam dalam menyeimbangkan kepentingan individu salah seorang tokoh aliran Asy’ariyah, ia belajar ilmu
dan publik. Dalam bukunya Islam Face Au Development Ushul fiqh, ilmu mantik dan kalam. Ia diangkat
Economic (Islam Dalam Menghadapi Kemajuan Ekonomi), menjadi asisten al-Juwaini, mengajar bila gurunya
1961, berkata: ”Metode pembangunan ekonomi berhalangan dan mewakili sebagai pimpinan
tidak hanya terpaku pada dua sistem ekonomi yang Nizhamiyah. Di Nisabur inilah bakat menulisnya
kita kenal, yaitu kapitalisme dan sosialisme, tetapi ada berkembang.
satu lagi sistem ekonomi yang lebih baik, yaitu sistem 5Tahun 1085 (Usianya 28 tahun), dia menuju
ekonomi Islam dimana ia akan memimpin masa Muaskar untuk memenuhi undangan perdana
depan karena ia adalah sebuah Un mode total de vie menteri Nizam al-Mulk pendiri Madrasah
(sebuah cara hidup yang sempurna) yang akan Nizamiyah. Kesuksesan, kesenangan dan popularitas
mampu merealisasikan segala kemajuan dan di bidang keduniaan telah ia peroleh, namun
menghindari segala keburukan”. Hal senada juga semuanya itu tidak mampu mendatangkan
dikemukakan oleh Louis Garder dalam bukunya La ketenangan dan kebahagiaan baginya. Dari segi
Cite Muslumane, dan Raymond Charles dalam agama dan bathin ia gelisah dan menderita. Hal ini
bukunya, Droit Muslumane. Baca: Al-Fanjari, Al- berlangsung lebih kurang dua bulan. Tahun 1095 ia
Madzhad al-Iqtishadi al-Islamiy, (Jeddah: Syirkah mengundurkan diri. Kehidupannya goncang karena
Maktabah’ Ukkaz, 1981), P. 87. keraguan yang meliputi dirinya. Perasaan syak-nya
2Lihat: Siddiqi, History of Islamic Economic:
muncul setelah ia mempelajari ilmu kalam dari al-
Thought, Lectures on Islamic Economics (Jeddah: IDB- Juwaini. Pada tahun ini pula ia meninggalkan
IRTI, 1992), pp. 69-81; Arifin, Memahami Bank profesinya sebagai guru, mengembara dari satu

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


218 Asnaini: Pemikiran Ekonomi dalam Islam...

tempat ke tempat lain. Sepuluh tahun ia menjadi sufi tahun 759 setelah raja meninggal dunia. Baca: Ibnu
banyak yang tidak mengenalnya lagi. Disinilah ia Khaldun, al-Ta’rif bi Ibn Khaldun wa Rihlatuh Gharban
mengarang Ihya’, kitab yang merupakan paduan wa Syarqan, disunting oleh Muhammad Ibn Tawit al-
antara fikih dan tasawuf. Al-Ghazali melewatkan Thanji (Kairo: Lajnah al-Ta’lif wa al-Tarjamah wa
pengasingan spiritual pertamanya di masjid Umayah an-Nasyr, 1951), Pp. 15-66; Ibnu Khaldun, al-
di damaskus, kemudian pindah ke Yerussalem, lalu Muqaddimah, cet. Kedua (Beirut: al-Mathba’ah al-
ke Makkah untuk menjalankan ibadah haji. Kembali Adabiyyah, 1886), P. 29; ‘Ali ‘Abd al-Wahid Wafi,
lagi ke Damaskus pada awal 490/1097. Dia tinggal di ‘Abd al-Rahman ibn Khaldun ‘Abd al-Rahman ibn
kota ini untuk beberapa saat. Dan sebelum Jumadil Khaldun, (Kairo: Wazarah al-Tsaqafah, 1962), P. 42.
akhir 490 H/Juni 1075 M dia kembali ke Baghdad. Perjalanan panjang Ibnu Khaldun ini banyak
Di sini al-Ghazali tidak dapat sepenuhnya diuraikannya dalam al-Ta’rif.
menjalankan kehidupan spiritualnya. Pada 492/1099 13Merza Gamal, Dinamika Sosial Ekonomi

dia meninggalkan Baghdad untuk kembali ke kota Syari’ah, bagian II, dalam www.yahoo.com, diakses
asalnya Thus. Dan dia juga pernah melewatkan tanggal 24 Oktober 2007.
waktunya di Hamadan. Pada dzulkaidah 499/Juli 14Murad, Muhammad Hilmi, “Abu al-
1106 ia kembali mengajar di madrasah Nizhamiyah, Iqtishad, Ibn Khaldun”, dalam A’mal Mahrajan Ibn
atas permintaan Fakhr al-Mulk, Wazir Saljuk, putra Khaldun (Kairo: Al-Markaz al-Qaumil li al-Buhuts al-
Nizham al-Mulk yang memiliki istana di khurusan. Ijtima’iyyah wa al-Jina’iyyah, 1962), P. 308.
Al-Ghazali mengajar di sana selama kurang lebih tiga 15’Ali Nasy’at, al-Fikr al-iqtishadi fi Muqaddimah

tahun. Sekitar tahun 503-504/1110 dia kembali ke Ibn Khaldun (Kairo: Tp, 1944), Pp. 5-6.
rumahnya di Thus. Di Thus, al-Ghazali mendirikan 16Boulakia, Jean David C., “Ibnu khaldun: A

sebuah Madrasah, dia mengabiskan sisa hidupnya Fourteenth Century Economist” Journal of political
sebagai pengajar agama dan guru sufi serta Economiy 79 (5) September Oktober 1971, dalam
mencurahkan diri pada Pendalaman ilmu tentang Journal of Islamic Business and Economics, 2007, P. 8
tradisi. 17Ibnu Khaldun, al-Muqaddimah…, Pp. 344-
6Istilah Iqtishad populer di kalangan para 350.
pemikir ekonomi Islam saat itu. Iqtishad berasal dari 18Ibid., P. 341.

kata qashada yang berarti ”seimbang” (equilibrium, 19Roger Garaudy, “Ibn Khaldun”, dalam

balanced) dan tengah-tengah (in between). Istilah ini Majallah al-Hilal.


disebut enam kali dalam al-Quran (Lihat: Mugniyah, 20’Ali Nasy’at, al-Fikr al-iqtishadi..., P. 55.

at-Tafsir al-Kasysyaf (beirut: Dar al-Fikr, 1968), P. 90; 21Ibnu Khaldun, al-Muqaddimah, cet. Kedua

Al-Isfahani, Mufradat Alfaz al-Quran (tp: Maktabah (Beirut: al-Mathba’ah al-Adabiyyah, 1886), Pp. 317-
Murtadawiyah, 1362 H), P. 404. 318.
7Al-Ghazali, Ihya ‘Ulum al-Din, vol. 2, P. 66. 22Tentang teori produksi Ibnu khaldun ini
8Ibid., vol. 3, Pp. 220-223. dapat dibaca: Ibnu Khaldun, al-Muqaddimah, cet.
9Shayarifah atau shariffah sebagai praktek Kedua (Beirut: al-Mathba’ah al-Adabiyyah, 1886),
perbankan yang sudah dilakukan sejak zaman 321, 334-335; Lihat juga: Muhammad ’Ali Nasy’at,
Babylonia dan pada zaman Islam, bankir-bankir yang al-Fikr al-iqtishadi fi Muqaddimah Ibn Khaldun (Kairo:
melakukannya banyak orang yang kristen, lembaga t.p., 1944), 27-29, 31.
perekonomian mengakuinya dalam seluruh transaksi.
Imam al-Ghazali menerima dan mengukuinya
sebagai suatu kenyataan yang dibutuhkan dalam
perkembangan ekonomi Islam, yang sama
pentingnya dengan percetakan uang. Immaddin,
”Islamic Cultur”, vol. XXXIV no. 1, Januari 1960, h.
27, dikutip dari Al-Kaaf, 2002, P. 201.
10Al-Ghazali, Ihya’..., juz. II, P. 70-71.

Masalah riba, juga diingatkan lagi oleh al-Ghazali


pada Ibid., P. 84-89.
11Karyanya dalam bidang Astronomi: at-

Tazkirah fi ’Ilm al-Hai’ah, kitab al-Bari’ fi ’Ulum at-


Taqwim wa Harakat al-Aflak wa Ahkam an-Nujum.
Bidang Matematika, mengenai aritmetika dan al-
Jabar: Jawami’ al-hisab bi at-Takht wa at-Turab. Bidang
geometri 15 risalah, ilmu optik, medis, logika, filsafat
dan teologi.
12Ia pernah di penjara oleh raja Abu ‘Inan

tahun 758 dan dibebaskan oleh menterinya pada

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010

Anda mungkin juga menyukai