Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Pengantar Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

TUGAS MATA KULIAH

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Dosen Pengampu :

Dr.H. Masngudi, M.E.I

Disusun Oleh

A’wan Amin

KELAS 3B EKONOMI SYARI’AH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUFYAN TSAURI MAJENANG

Jalan KH. Sufyan Tsauri Telp. (0280) 6263652 Majenang Kab. Cilacap

Tahun 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
hanya dengan rahmat, hidayah, kasih sayang dan barokah-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pengantar Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam”. Sholawat serta
salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan, Rasullullah Muhammad SAW yang
syafaatnya senantiasa kita harapkan di akhirat kelak.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pengantar ekonomi islam. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga
tulisan ini bermanfaat, Amin.

Majenang,21 September 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meskipun ilmu ekonomi belum berusia lebih dari dua abad, pembahasan dan analisis
tentang masalah ekonomi telah berlangsung lama. Ekonomi, sebagaimana dikenal saat ini, mulai
terbentuk di Eropa selama abad kedelapan belas. Namun, analisis ekonomi memiliki garis keturunan
yang lebih panjang. Analisis ini dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan para filsuf Yunani kuno,
cendekiawan Islam, aliran abad pertengahan, dan Merkantilis abad keenam belas dan ketujuh belas.
Analisis ekonomi juga berkembang pada peradaban Tiongkok dan India kuno. Schumpeter (1954)
dalam bukunya ‘History of Economic Analysis’ membedakan antara analisis ekonomi dan pemikiran
ekonomi. Menurutnya, pemikiran ekonomi merupakan akumulasi dari semua pendapat dan opini
tentang subjek ekonomi, terutama tentang kebijakan publik yang berkaitan dengan ekonomi yang
pada waktu dan tempat tertentu, terpikirkan di benak masyarakat. Dengan demikian, pemikiran
ekonomi adalah pendapat tentang masalah ekonomi yang berlaku pada waktu tertentu dalam
masyarakat tertentu. Sementara itu, yang dimaksud dengan sejarah analisis ekonomi adalah adalah
sejarah tentang upaya intelektual yang dilakukan manusia untuk memahami fenomena ekonomi
atau sejarah aspek ilmiah dari pemikiran ekonomi.

Untuk memahami dengan tepat tentang pemikiran ekonomi suatu bangsa, studi tentang
kondisi sosial-politik, lingkungan intelektual dan sejarah ekonomi akan sangat membantu. Khususnya
mengingat bahwa sejarah ekonomi dan pemikiran ekonomi saling terkait erat. Kegiatan ekonomi
selalu berpedoman pada pemikiran ekonomi, dan pemikiran ekonomi merupakan cerminan dari
kondisi ekonomi.

Penelusuran sejarah pemikiran ekonomi diperlukan untuk bisa menganalisis masalah-


masalah ekonomi, meskipun dalam ilmu ekonomi menunjukkan tidak ada suatu teori ekonomi yang
dapat menjawab semua problema ekonomi. Problema ekonomi bisa sama tetapi setiap negara
mempunyai sistem sosial, politik, budaya yang berbeda, tentu penanganannya juga berbeda. Setiap
teori hanya bermanfaat untuk periode, masalah, negara tertentu.

Sebelum datangnya Islam, bangsa Arab sudah mengenal apa itu sistem perekonomian yang
ada dalam kehidupan sehari-harinya. Namun, dengan keterbatasan sumber daya manusia maupun
alamnya menyebabkan sistem perekonomiannya jalan ditempat dan tidak ada perkembangan yang
memadai dilingkungan sekitarnya

Salah satu aspek penting perekonomian Arab pra-Islam adalah pertanian. Dua ratus tahun
sebelum kenabian Muhammad (610 M), masyarakat Arab sudah mengenal peralatan pertanian
semi-modern seperti alat bajak, cangkul, garu, dan tongkat kayu untuk menanam. Penggunaan
hewan ternak seperti unta, keledai, dan sapi jantan sebagai penarik bajak dan garu serta pembawa
tempat air juga sudah dikenal. Mereka telah mampu membuat bendungan raksasa yang dinamakan
al-Ma'arib. Namun setelah bendungan tersebut rusak dan tidak berfungsi era kesejahteraan mereka
juga hancur.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana urgensi sejarah pemikiran islam?
2. Bagaimana sistem perekonomian Arab pra islam?
3. Bagaimana pengaruh sejarah islam terhadap pembentukan sistem ekonomi
islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Urgensi Sejarah Pemikiran Islam


Dengan mempelajari sejarah pemikiran Ekonomi Islam, diharapkan dapat
ditemukan kembali berbagai khazanah ilmu pengetahuan Islam, khususnya ekonomi
Islam di masa kejayaan dunia Islam. Bukti empiris menunjukkan bahwa banyak
pelajaran atau hikmah yang bisa diambil dari sejarah Islam untuk pengayaan
wawasan dan pengembangan Ekonomi Islam saat ini. Kajian tentang kontribusi
cendekiawan Muslim di masa lalu tidak dimaksudkan untuk kesenangan atau
kebanggaan terhadap warisan intelektual Islam semata (apologia). Namun, ini
merupakan langkah alami dalam mendapatkan pengalaman mereka serta untuk
mengetahui bagaimana mereka memecahkan masalah ekonomi yang mereka hadapi
pada zamannya. Sejarah juga memberikan pencerahan bahwa sistem Islam memiliki
kemampuan untuk memberikan norma operasional dan model yang bisa diterapkan
(applicable), selama lingkungan sekitarnya mendukung dan juga dapat menjadi
rujukan dalam menghadapi permasalahan ekonomi saat ini.
Sejarah pemikiran ekonomi Islam dapat menjadi jembatan yang
menghubungkan masa lalu dengan masa kini, dalam mempersiapkan masa depan
yang mencakup perkembangan pemikiran ekonomi Muslim sejak kemunculan Islam
sampai ekonomi menjadi disiplin ilmu tersendiri. Kepedulian tentang masalah
ekonomi mendahului perkembangan alat analisis yang terkait dengan ekonomi itu
sendiri, dan hal ini terbukti dalam tulisan para ulama fikih masa awal.
Mempelajari tentang sejarah pemikiran ekonomi Islam berarti juga
mempelajari kontribusi para cendekiawan muslim dan kiprahnya dalam
perkembangan ekonomi Islam. Ekonomi Islam sebagai bagian dari kajian tentang
fikih mu’amalah, bersifat fleksibel dan tidak statis. Pemikiran ekonomi Islam
berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini dimungkinkan dari
metodologi yang digunakan dalam mengkaji ekonomi Islam, yaitu uṣhûl al fiqh. Para
ulama juga memiliki peran yang sangat penting dalam merumuskan pemikiran
ekonomi Islam. Mereka tidak hanya menuliskan berbagai praktik ekonomi Islam
pada masanya, tapi turut berperan dalam menafsirkan dalil naqli yang bersumber
dari Al-Qur’an dan Sunnah menjadi praktik ekonomi dengan metode ijtihad.
Ajaran Al-Qur’an tentang masalah ekonomi bersifat spesifik dan jumlahnya sedikit.
Al-Qur’an sebagian besar memberikan prinsip dan menekankan pada penggunaan
logika. Inilah yang mendorong munculnya para ulama yang berijtihad dalam
menurunkan aturan untuk memecahkan masalah baru dan menciptakan logika
hukum (ushûl al-Fiqh) yang dapat diterapkan pada berbagai pola sosial. Dalam
memecahkan berbagai permasalahan, termasuk ekonomi, para ulama
mengutamakan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw sebagai acuan, serta berbagai
praktik yang pernah dilakukan oleh para sahabat yang bersumber langsung dari
Rasulullah Saw. Selanjutnya, jika tidak menemukan hukum terkait dalam sumber-
sumber tersebut, mereka menerapkan analogi (qiyâs) dan aturan yang disimpulkan
lainnya untuk menyimpulkan perintah Syarī’at pada situasi baru tersebut. Lama
kelamaan, sejumlah mazhab fikih muncul.
Mempelajari sejarah pemikiran ekonomi Islam, berarti juga menelusuri
kontribusi para cendekiawan muslim dalam perkembangan ilmu ekonomi modern.
Meskipun kerap disembunyikan, para ekonom Barat sebenarnya banyak dipengaruhi
oleh pemikiran para ilmuwan muslim. Salah satunya adalah Thomas Aquinas, yang
banyak dipengaruhi oleh al-Ghazâli dan Ibnu Rusyd, begitu pula dengan Adam Smith
dan para tokoh klasik lainnya.9 Studi tentang kontribusi cendekiawan muslim hingga
zaman Adam Smith dapat memberikan kesempatan bagi para ilmuwan generasi kini
untuk menyatukan pemikiran Islam tentang ekonomi dengan pemikiran pra-Smith,
dan dengan demikian, mempercepat pemulihan dari berabad-abad yang ‘vakum’
dalam pemikiran tentang ekonomi Islam. Selain itu, keilmuan semacam itu mungkin
akan memberikan jawaban yang tepat untuk pertanyaan mengapa para ilmuwan
muslim tidak melanjutkan tradisi Ibn Rusyd dan mengembangkan disiplin analitik
untuk menangani masalah ekonomi. Lebih lanjut, investigasi dalam sejarah
pemikiran para sarjana muslim dan non-muslim dapat memberikan landasan yang
kokoh untuk pemikiran analitik dalam ekonomi Islam. Kajian dalam bidang ini juga
dapat membuktikan lahan subur untuk kontribusi bagi pengembangan ekonomi
Islam.

B. Sistem Perekonomian Arab pra-Islam


Sebagai sebuah studi ilmu pengetahuan modern, ilmu ekonomi Islam
memang baru muncul pada tahun 1970-an. Tetapi, benarkah pemikiran tentang
ekonomi Islam juga merupakan fenomena baru pada abad 20? Ternyata tidak!
Pemikiran tentang ekonomi Islam ternyata telah muncul sejak lebih dari seribu
tahun lalu, bahkan sejak islam itu diturunkan melalui Nabi Muhammad Saw.
Pemikiran ekonomi di kalangan pemikir muslim banyak mengisi khazanah pemikiran
ekonomi pada masa di mana Barat masih claim kegelapan (dark age). Pada masa
tersebut dunia Islam justru mengalami puncak kejayaan dalam berbagai bidang.
Pada masa Arab pra-Islam atau yang sering disebut masa jahiliyah sudah
biasa melakukan transaksi berbau riba. Ath-Thabari menyatakan: "Pada masa
jahiliyah, praktik riba terletak pada penggandaan dan kelebihan jumlah umur satu
tahun. Misalnya, seorang berhutang. Ketika sudah jatuh tempo, datanglah pemberi
hutang untuk menagihnya seraya berkata, 'Engkau akan membayar hutangmu
ataukah akan memberikan tambahan (bunga) nya saja kepadaku?Jika ia memiliki
sesuatu yang dapat ia bayarkan maka ia pun membayarnya. Jika tidak, maka ia akan
menyempurnakannya hingga satu tahun ke depan. Jika hutangnya berupa ibnatu
makhadh (anak unta yang berumur satu tahun), maka pembayarannya menjadi
ibnatu labun (anak unta yang berumur dua tahun) pada tahun kedua. Kemudian la
akan menjadikannya hiqqah (anak unta yang berumur tiga tahun), kemudian
menjadikannya jadzah (unta dewasa). Selanjutnya kelipatan empat ke atas." Juga
dalam hal hutang emas ataupun uang, berlaku riba.
Sehingga, perekonomian yang berkembang di Arab pra-Islam yang sangat
berarti adalah pertanian dan perdagangan. Di samping itu perdagangan adalah
unsur penting dalam perekonomian masyarakat Arab pra-Islam. Mereka telah lama
mengenal perdagangan bukan saja dengan sesama Arab, tetapi juga dengan non-
Arab. Kemajuan perdagangan bangsa Arab pra Islam dimungkinkan antara lain
karena pertanian yang telah maju. Kemudian tersebut ditandai dengan adanya
kegiatan ekspor impor yang mereka lakukan. Para pedagang Arab Selatan dan
Yaman pads 200 tahun menjelang Islam datang, telah mengadakan transaksi dengan
India (Asia Selatan sekarang), negeri pantai Afrika, sejumlah negeri Teluk Persia, Asia
Tengah, dan sekitarnya.
Keluasan dalam permagaan dan interaksinya yang luas dengan dunia luar
(terutama penduduk Syria, Mesir, Irak, Iran, Yaman, dan Ethiopia) tersebut, tidak
saja mendatangkan keuntungan materi yang besar, tetapi juga meningkatkan kadar
pengetahuan, kecerdasan, dan kearifan suku Quraisy. Tak heran bila kemudian
mereka menjadi suku yang paling piawai dalam berniaga, baik dalam bentu k syirkah
maupun mudharabah, yang membawa mereka kepada kemakmuran dan kekuasaan.
Dalam hal ini, komoditas ekspor Arab Selatan dan Yaman adalah dupa,
kemenyan, kayu gaharu, minyak wangi, kulit binatang, bush kismis, anggur, dan
barang-barang lainnya. adapun komoditas yang mereka impor dari Afrika Timur
antara lain adalah kayu untuk bahan bangunan, bulu burung unta, lantakan logam
mulia, dan badak; dari Asia Selatan dan China berupa gading, batu mulia, sutra,
pakaian, pedang, dan rempahrempah; serta dari negara lain di Teluk Persia mereka
mengimpor intan.
Sebagai pelaku ekspor impor, jazirah Arab memiliki pusat kota tempat
bertransaksi yaitu kota Makkah. Kota Makkah merupakan kota suci yang setup
tahunnya dikunjungi, terutama karena disitulah terdapat bangunan suci Ka'bah.
Selain itu di Ukaz terdapat pasar sebagai tempat bertransaksi dari berbagai belahan
dunia dan tempat berlangsungnya perlombaan kebudayaan (puisi Arab). Oleh
karena itu kota tersebut menjadi pusat peradaban balk politik, ekonomi, dan budaya
yang penting.
Makkah merupakan jalur persilangan ekonomi internasional, yaitu
menghubungkan Makkah ke Abysinia seterusnya menuju ke Afrika Tengah. Dari
Makkah ke Damaskus seterusnya ke daratan eropa. Da' Makkah ke al-Machin
(Persia) ke Kabul, Kashmir, Singking (Sinjian) sampai ke Zaitun dan Canton,
selanjutnya menembus daerah Melayu. Selain itu jugs dari Makkah ke aden melalul
laut menuju ke India, Nusantara, hingga Canton (al-Haddad). Hal inli menyebabkan
masyarakat Makkah merneiliki peran strategis untuk berpartisipasi dalam dunia
perekonomian tersebut. Mereka digolongkan menjadi tiga, yaitu para konglomerat
yang memiliki modal, kedua, para pedagang yang mengolah modal dan' para
konglomerat, dan ketiga, para perampok dan rakyat blasa yang bemberikan jaimian
keamanan kepada para khafilah pedagang dari peranatuan, mereka mendapatkan
labs keuntungan sebesar sepuluh persen.
Para pedagang tersebut menjual komoditas itu kepada para konglomerat,
pejabat, tentara, dan keluarga penguasa, karena komoditas tersebut mahal,
terutama barang-barang impor yang harus dikenai pajak yang sangat tinggi. Alat
pembayaran yang mereka gunakan adalah koin yang terbuat dari perak, emas atau
logam mula lain yang dittru dari mata uang Persia dan Romawi. Sampai sekarang
koin tersebut masih tersimpan disejumlah museum di Timer Tengah.
Da' berbagai sumber sejarah diketahui bahwa mata uang pads masa jahiliyah dan
pads masa permulaan Islam, terdin, dari dua macam: dinar dan dirham. Mata uang
dirham terbuat dari perak, terdiri dari tiga jenis: Bughliyah, Jaraqiyah, dan
Thabariyah. Ukurannya beragam. Bughliyah beratnya 4,66 gram, Jaraqiyah beratnya
3,40 gram, dan Thabariyah beratnya 2,83 gram. Sedangkan mata uang dinar terbuat
dari emas. Pada masa jahiliyah dan pads permulaan Islam, Syam dan Hijaz
menggunakan mata uang Dinar yang seluruhnya adalah mata uang Romawi. Mata
uang ini dibuat di negeri Romawi, berukiran gambar raja, bertuliskan huruf Romawi.
Sate dinar pads masa itu setara dengan 10 dirham.

C. Pengaruh Sejarah Islam Terhadap Pembentukan Sistem Ekonomi Islam

 Jika kita kaitkan fakta sejarah bangsa Arab seperti di atas dengan
pendapat yang mengatakan sistem perekonomian yang dianut oleh sesuatu
bangsa (negara ataupun kelompok masyarakat) dipengaruhi oleh sekumpulan
nilai yang dianut oleh bangsa ataupun oleh masyarakat itu – seperti adat resam,
kebiasaan, norma-norma, kepercayaan, ideologi dan falsafah – maka bolehlah
kita simpulkan yang sistem ekonomi yang terbentuk pada masa zaman
Rasulullah SAW, khalifah rasyidin dan kemudiannya diwariskan kepada
Daulah Umayyah dan seterusnya hingga sekarang adalah :

1.                  sistem ekonomi dipengaruhi oleh adat istiadat bangsa Arab yang


gemar berdagang dan
2.                  sistem ekonomi dipengaruhi sekumpulan nilai-nilai Islam

Anwar Iqbal Quresi13 mendapati kebiasaan orang Arab sebelum


kemasukan Islam, dalam urusan perniagaan adalah seperti berikut :
1. Seseorang menjual sesuatu kepada orang lain dengan perjanjian yang
bayaran akan dilakukan pada tarikh yang telah dipersetujui oleh kedua-dua
belah pihak.  Apabila pembeli tidak dapat membayarnya pada tarikh yang
ditetapkan, lanjutan masa akan diberi asalkan pembeli setuju membayar
jumlah yang lebih tinggi daripada harga asal.
2. Seseorang meminjamkan sejumlah wang untuk satu jangka masa
tertentu, dengan syarat apabila jangka masa itu tamat, peminjam mesti
membayar jumlah wang yang dipinjam itu bersama dengan satu jumlah tetap
“riba” ataupun “tambahan”.
3. Si peminjam dan pemberi pinjaman bersetuju dengan satu jumlah
“riba” tertentu untuk satu jangka masa tertentu.  Kalau peminjam tidak dapat
membayar hutangnya pada waktu yang ditetapkan, dia mesti membayar
sejumlah “riba” yang lebih tinggi sebagai tambahan pada waktu lanjutannya
itu.

Penemuan Anwar Iqbal Quresi boleh dijadikan dasar untuk memahami


pengertian dan jenis riba yang dilarang dalam Al-Quran seperti yang
ditegaskan dalam Surah Ar-Ruum ayat 39 (Makkiyah), Surah Ali Imran ayat
130 (Madaniyah), Surah An-Nisaa’ ayat 161 (Madaniyah) dan Surah Al-
Baqarah ayat 275, 276, 278, 279 (Madaniyah).

Untuk memahami bagaimana syariah Islam mempengaruhi


pembentukan suatu sistem ekonomi Arab pada masa Rasulullah SAW, kita
harus melakukan kajian mendalam terhadap Al-Quran, kerana Rasulullah
SAW menjadikan Al-Quran sebagai sumber rujukan dalam membimbing dan
menguruskan masyarakat ketika itu.

Al-Quran merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi


Muhammad SAW.  Oleh kerana ia berasal dari Allah Yang Maha Mengetahui,
Al-Quran ialah kitab yang sempurna dan menyeluruh, yang mencakup
penjelasan tentang akidah, syariat dan al-ahkam yang meliputi perundangan
yang berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi dan politik.  Firman Allah
SWT dalam Al-Quran berbunyi :

“Pada hari ini, orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu.  Jadi jangalah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku,
pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agama kamu, dan telah Aku
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku redai Islam itu sebagai agama
bagi kamu”  (Surah Al-Maidah [5] : 3).

Menurut Dr. Muh. Zuhri, ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan kepada


Nabi Muhammad SAW pada periode Mekah, banyak mengandungi kecaman
terhadap perilaku ekonomi masyarakat Mekah sebelum Islam, yang lebih
cenderung mengumpul harta dan mengabaikan orang miskin dan anak-anak
yatim.  Di antara surah-surah periode Mekah yang mengandungi kecaman
ialah Surah At-Takaatsur ayat 1 dan 2, Surah Al-Humazah ayat 1-3 dan Surah
Al-Maa’un ayat 2-515.

Manakala ketentuan-ketentuan syariat Islam yang diturunkan semasa


periode Madinah adalah untuk menegakkan ketentuan tentang konsep keadilan
ekonomi.  Perintah penghapusan riba dan kewajipan membayar zakat juga
turun semasa periode Madinah.  Ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan setelah
hijrah ke Madinah disebut periode Madinah.  Periode ini dikenali sebagai
periode penataan dan pemapanan masyarakat sebagai masyarakt contoh16.

 Misi Ekonomi Islamik

Di antara misi yang ingin dicapai dalam sistem ekonomi Islamik ialah supaya
terwujudnya persamaan martabat di antara manusia, di mana kita perlu
menegakkan keadilan terutamanya dalam pengagihan pendapatan. Secara
makro, misi ini bertujuan untuk  mewujudkan negara yang baik (yang mampu
mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur) serta diredai
Allah SWT (baldatun toyyibatun wa rabbun ghafuur).

            Mengenai banyaknya surah-surah dalam Al-Quran yang


membincangkan tentang ekonomi, Dr. Muh. Zuhri mengambil pendapat Prof.
Abdul Wahab Khallaf yang mengatakan ada 70 ayat yang membicarakan
tentang perniagaan dan pinjaman.   Manakala menurut Prof. Harun Nasution,
228 daripada 368 ayat adalah ayat-ayat yang mengatur kehidupan duniawi,
manakala banyak daripada ayat-ayat itu  mengatur kesejahteraan ekonomi dan
keluarga.

            Khusus mengenai Hadis Rasulullah SAW, Akram Khan dalam


bukunya yang bertajuk Economic Teachings of Prophet Muhammad (may
peace be upon him), cuba memilih dan mengumpul hadis yang berkaitan
dengan ekonomi.   Buku yang judulnya bermaksud ‘Ajaran Nabi Muhammad
SAW tentang ekonomi’ itu memuatkan hadis-hadis yang berkaitan dengan 11
kegiatan utama ekonomi iaitu tentang hak milik, kekayaan, mencari rezeki,
tanah, buruh, modal, mekanisme pasar, duit dan kredit, kewangan negara,
pembangunan ekonomi dan juga tentang nilai-nilai ekonomi18.

            Dengan terkumpulnya petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam Al-


Quran dan Hadis-hadis tentang ekonomi, maka terdapat tanda-tanda jelas yang
menunjukkan suatu sistem ekonomi memang sudah beroperasi, yang mana
sesuai dengan ajaran-ajaran Islam (rujuk Gambar 1).  Dari sinilah kita dapat
mendalami wawasan, misi, mekanisme pengaturan dan juga peralatan ekonomi
yang telah berkembang sepanjang sejarah.  Wawasan, misi, mekanisme
pengaturan dan juga peralatan ekonomi itu merupakan unsur-unsur utama dari
sesuatu sistem yang merupakan sebuah konsep yang utuh, berteraskan
Islam,   semakin lengkap dari masa ke semasa dan terus-menerus
disempurnakan.

            Kalau dilihat dari segi wawasannya, iaitu gambaran masa depan yang


mahu dicapai oleh sistem ekonomi Islam, apa yang mahu diperolehi ialah
kebaikan ataupun kesejahteraan dunia dan akhirat bagi semua umat
manusia.  Perkara ini digambarkan dengan jelas dalam doa umat Islam yang
terdapat dalam Surah Al-Baqarah [2] ayat 201, yang berbunyi :

            “Dan di antara mereka, ada yang berdoa, Ya Tuhan Kami, berilah Kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari seksa
neraka.”
           
            Dua dimensi kebaikan ataupun kesejahteraan yang ingin diraih, sama
ada di dunia mahupun di akhirat, adalah unik kerana perkara seperti ini tidak
pernah disentuh dalam mana-mana sistem ekonomi pun.
            Di antara misi yang ingin dicapai dalam sistem ekonomi Islam ialah
wujudnya persamaan martabat di antara umat manusia, di mana kita perlu
menegakkan keadilan terutamanya dalam mata pencarian dan
pendapatan.  Secara makro, misi ini bertujuan untuk  mewujudkan negara yang
baik (yang mampu mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur)
serta diredai Allah SWT (baldatun toyyibatun wa rabbun ghafuur).

            Dengan wawasan dan misi ini, kita perlu mekanisme pengaturan yang
menjamin persamaan martabat manusia melalui pengagihan pendapatan yang
adil, seperti larangan memakan dan mengusahakan barang riba, larangan
menyembunyikan atau melebihkan barangan dan manipulasi harga, larangan
mengurangkan gaji dan mengabaikan kebajikan pekerja.  Modal juga tidak
boleh terlepas dari acuan moral yang luhur supaya ia mampu memperbaiki
taraf hidup manusia secara keseluruhannya.

            Untuk memungkinkan terlaksananya peraturan yang boleh menjamin


pengagihan pendapatan yang adil dan saksama, dalam khazanah hukum Islam
(fikah) sudah sedia ada pola-pola hubungan kerja dan perniagaan yang boleh
menguntungkan pemilik modal, ahli perniagaan dan juga pekerja.   Contohnya,
syirkah ataupun musyarakah, qirad ataupun mudharabah, murabahah dan lain-
lain.   Dengan mengamalkan pola-pola hubungan kerja seperti yang disebutkan
di atas,   amalan-amalan pembungaan wang, penimbunan barang, manipulasi
harga dan lain-lain amalan yang akan merugikan masyarakat akan tersingkir
secara automatik.   Daripada kajian-kajian yang dibuat oleh para ahli ekonomi
Islam, diyakini bahawa ketentuan-ketentuan tersebut telah pun dilaksanakan
pada zaman Rasulullah SAW, Khalifah Rasyidin dan juga Daulah Islamiyah.

            Satu perkara penting yang harus diperhatikan ialah kajian sejarah


mengatakan istilah peraturan yang bersifat normatif ataupun positif tidak
dikenali dalam masyarakat Islam kerana amalan itu telah melekat dalam
kehidupan mereka sehari-hari.  Sejarah mencatat bahawa penerapan peraturan
yang dilakukan secara konsisten mampu membawa masyarakat ke tahap
kesejahteraan yang adil dan saksama.  Contoh-contoh pencapaian dan
kejayaan yang diperolehi dari sistem ekonomi Islam sudah jelas tercatat dalam
sejarah.

            Perbincangan tentang perkembangan pemikiran ekonomi Islam pada


ketika para Khalifah menggantikan Rasulullah SAW, akan berkisar pada
pengembangan peraturan yang diperlukan untuk memperkuatkan ekonomi
Islam secara benar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan mempelajari sejarah pemikiran ekonomi, dapat dipahami
berbagai pemikiran ekonomi secara lebih mendalam. Hal ini didasarkan
pada gagasan bahwa dunia ekonomi berubah, dan saat ini terjadi maka
teori-teori ekonomi harus berubah. Tanpa mempelajari sejarah, kita tidak
dapat memahami kontingensi historis dari teori ekonomi.
Jazirah Arab pra-Islam sudah menjadi ruh dalam kehidupan
kesehariannya. Sistem perekonomian yang berkembang adalah bidang
pertanian dan perdagangan di Arab sebenarnya sudah ada jauh sebelum
Islam. Walaupun demikian, harus diakui bahwa tradisi pertanian dan
perdagangan yang ada tidak memiliki ruh atau semangat kemanusiaan
karena tidak ada kepastian, seperti keadilan dan persamaan. Hal tersebut
dapat dilihat dari bagaimana permodalan dikuasal oleh elit-elit pemodal.
Dari segi makna dan ilmunya, sistem perekonomian pada masa pra-
Islam di jazirah Arab adalah sistem ribawi. Yaitu seseorang penjual kepada
pembeli dengan perjanjian yang disetujui, namun tidak sesual dengan
perjanjian waktu yang telah disepakati maka pembeli harus membayar lebih.
Baik itu dalam sewa-menyewa, apabila lebih jatuh tempo kesepakatan harus
dibayar dua kali lipat dari harga semestinya.

Sistem ekonomi yang terbentuk pada masa zaman Rasulullah


SAW, khalifah rasyidin dan kemudiannya diwariskan kepada Daulah
Umayyah dan seterusnya hingga sekarang. Adapun misi yang ingin
dicapai dalam sistem ekonomi Islamik ialah supaya terwujudnya
persamaan martabat di antara manusia, di mana kita perlu menegakkan
keadilan terutamanya dalam pengagihan pendapatan. Secara makro,
misi ini bertujuan untuk  mewujudkan negara yang baik (yang mampu
mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur) serta
diredai Allah SWT (baldatun toyyibatun wa rabbun ghafuur).
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Euis, Sejarah Pemikiran Ekonomi; Dari Masa Klasik Hingga
Kontemporer, cet. I (Jakarta: Pusataka Asatruss, 2005)

Anto, M.B. Hendrie, Pengantar Ekonomi Mikro Islami, cet. I (Yogyakarta:


Ekonosia, 2003)

Ibrahim, Hasan, Islamic History and Culture (penter eniah; Djandan Human),
cet. I (Yogyakarta: Kota Kembang, 1968)

Ismail, Faisal, Sejarah dan Kebudayaan Islam dari Zaman Permulaan Hingga
Zaman Khulafaurrasyidin, cet. I (Yogyakarta: CV. Bina Usaha, 1984)

Karim, M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, cet. I (Yogyakarta:


Pustaka Book Publisher, 2007)

An-Nadwi, Abul Hasan 'Ali al-Hasan, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad Saw
(penter emah; Muhammad Halabi Hamdi dkk.), cet. I (Yogyakarta:
Mardhiyah Press, 2005)

Wijdan, Aden, Pemikiran dan Peradaban Islam, cet. I (Yogyakarta: Safiria


Insania Press, 2007)

Anda mungkin juga menyukai