Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PARA CENDEKIAWAN MUSLIM ABAD


KLASIK DAN PERTENGAHAN

Disusun Oleh :

Kelompok XI :

1. Fadhilah Hadi (200510226)

2. Said zikri Desky (200510287)

3. Riska Yunita (200510262)

4. Anggraini Fitriana (200510289)

5. Wulan Natasya (200510233)

Dosen Pengampu : Jumadiah, S.H.,M.H

Mata Kuliah : Hukum Ekonomi Islam

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pemikiran Ekonomi Islam Para Cendikiawan Muslim Abad
Klasik Dan Pertengahan ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula saya hanturkan shalawat serta salam
kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir
kelak.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Hukum
Ekonomi Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah dan memperluas wawasan
tentang pemikiran para cendikiawam muslim tentang ekonomi islam pada abad klasik dan pertengahan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jumadiah, S.H.,M.H selaku dosen mata kuliah Hukum
Ekonomi Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Namun, kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian, penulisan makalah ini kami buat dengan sebenarnya, semoga dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya. Mohon maaf apabila ada kesalahan atas makalah ini, atas saran yang
diberikan kami ucapkan terima kasih.

Aceh, 23 Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang................................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan

A. Pemikiran para Cendekiawan Muslim tentang Ekonomi Islam Pada Abad Klasik.................... 3

B. Pemikiran Para Cendekiawan Muslim Tentang Ekonomi Islam Pada Abad Pertengahan........ 8

BAB III Penutup

A. Kesimpulan..................................................................................................................................... 13

B. Saran............................................................................................................................................... 13

Daftar Pustaka................................................................................................................................... 14
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Jadi ekonomi Islam adalah bagian dari aktifitas manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dengan berpedoman pada syariat yang bersumber dari
al Qur’an dan Sunnah. Karena bersumber dari al Qur’an dan Sunnah, maka ekonomi Islam memiliki ciri
yang khas yang berbeda dengan ekonomi konvensional yang bersumber dari akal pikiran manusia
belaka. Hanya saja aplikasi ekonomi Islam akan bervariasi tergantung pada penafsiran dan pemikiran
yang terilhami dari pemahamannya terhadap al Qur’an dan Sunnah. Oleh karenaitu ekonomi Islam akan
terus mengalami perubahan paradigma dan aplikasinya.

Pemikiran ekonomi Islam terus mengalami perubahan seiring dengan tuntutan dan persoalan yang
dihadapi. Sekalipun demikian, para pemikir dan pelaku ekonomi Islam tetap menyandarkan aktifitas
mereka pada syariah yang bersumber pada al Qur’an dan Sunnah.Sebuah bentuk pemikiran ekonomi
dapat ditelusuri dari akar munculnya pemikiran tersebut dan dianalisa dari kerangka pembentukannya.
Oleh karena itu untuk memahami persoalan pemikiran ekonomi Islam hingga dalam bentuknya yang
variatif saat ini, maka dapat ditelusuri dari akar pemunculannya dan ditelaah dari sudut pandang
kerangka pembentukannya.

Sejarah pemikiran ekonomi Islam, mulai dikenal sejak era Nabi Muhammad SAW. Dalam
perkembanganya, mengalami puncak kejayaanya sejalan dengan puncak kejayaan peradaban Islam pada
abad 6 Masehi hingga abad 13 Masehi. Kala itu, ekonomi Islam berkembang pesat, diterapkan di
berbagai wilayah di dunia utamanya di bawah kepemimpinan Islam. Di Indonesia, sejarah pemikiran
ekonomi Islam hadir bersamaan dengan datangnya Islam itu sendiri ke Nusantara. Yakni lewat para
pedagang Arab, Persia dan India.

Kemudian sejarah pemikiran Islam di Nusantara mulai mengemuka saat munculnya SDI atau Sarekat
Dagang Islam tahun 1912. Tujuan awal SDI untuk bela para pedagang muslim lokal hadapi persaingan
keturunan Cina di industri Batik di Jawa Tengah. Kemudian SDI berubah menjadi SI atau Sarekat Islam
tahun 1914 dipimpin oleh Tjokroaminoto. SI lebih politis. SI lebih fokus melakukan perjuangan melawan
Belanda di Indonesia dengan berbagai program selain ekonomi. Yakni pendidikan pribumi, politik dan
aksi aksi massa.

Terdapat dua istilah yang sering digunakan untuk ekonomi Islam, yaitu ekonomi syariah dan ekonomi
Islam. Keduanya merujuk satu azas, yakni ekonomi yang berdasarkan prinsip syariah. Dilihat dari segi
berkembangnya, ekonomi syariah lahir dan berkembangnya agama Islam di dunia ini. Pada fase ketika
Rasulullah masih di Makkah, kegiatan ekonomi belum sempat dilakukan sebab perjuangan dan fokus
dakwahnya dalam rangka menguatkan ketauhidan pada orang-orang Quraisy yang menyembah berhala.
Kegiatan ekonomi Rasulullah baru terlaksana ketika beliau berada Madinah dengan menata
pemerintahan sekaligus menata perekonomian masyarakat Madinah.
Shiddiq menjelaskan dalam Karim (2002) melihat fakta sejarah, pemikiran Islam seusia Islam itu sendiri.
Sejak nabi mempraktikkan ekonomi dikalangam masyarakat madinah ketika itu perekonomian Islam
dimulai. Praktik ekonomi yang telah dilakukan nabi dilanjutkan oleh generasi setelahnya hingga saat ini.
Sepanjang 14 abad sejarah Islam ekonomi Islam juga senantiasa dikaji melalui perspektif syar’iah dan
mu’amalah. Sebagian besar diskusi ini hanya terkubut dalam literar tafsir al-Qur’an, syarah hadis, dasar-
dasar hukum, ushul fiqih dan hukum fikih.
Dari kajian-kajian di atas, disinyalir belum ada usaha yang dilakukan untuk mengkaji lebih dalam
materi-materi ini dan menyajikannya secara sistematis. Bahkan sebagian orientalis juga memberikan
perhatian khusus pada pemikiran politik dan ekonomi dari pemikir-pemikir Islam pendahulu. Namun
demikian, sampai saat ini kita tidak mempunyai satu buku pun yang khusus membahas sejarah
pemikiran ekonomi Islam. Yang dimiliki pemikir dan sarjana muslim serta pengkaji ekonomi Islam
hanyalah makalah-makalah yang kebanyakan ditulis setelah setengah abad pertengahan tentang
pemikiran ekonomi sarjana-sarja Islam di masa lalu.

ruang lingkup studi tentang ekonomi Islam sangat terbatas. Sudi ini tidak melakukan survey tertahap
pemikiran ekonomi Islam secara langsung, tetapi hanya mensurvey tulisan-tulisan terkini yang ditulis
dalam bahasa Arab, Inggris dan Urdu tentang pemikiran ekonomi dari para pemikir Islam di masa lalu.
Sebenarnya, masih banyah isu yang luput dari perhatian ekonom seperti mereka ungkapkan dapat
menimbulkan keingintahuan, mendorong diskusi-diskusi yang menarik perhatian isu-isu besar di atas.

Masa klasik dan pertengahan ini merupakan masa-masa yang cemerlang karena meninggalkan warisan
intelektual yang sangat kaya. Fase ini dimulai pada abad ke-11 sampai dengan abad ke-15 Masehi. Para
cendekiawan muslim pada masa ini mampu menyusun suatu konsep tentang bagaimana umat
melaksanakan kegiatan ekonomi yang seharusnya berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadits. Pada masa ini
kekuasaan Islam terbentang dari Maroko dan Spanyol di Barat hingga India di Timur telah melahirkan
berbagai pusat kegiatan intelektual.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemikiran para cendekiawan muslim tentang ekonomi islam pada abad klasik?

2. Bagaimana pemikiran para cendekiawan muslim tentang ekonomi islam pada abad
pertengahan?

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pemikiran para Cendekiawan Muslim tentang Ekonomi Islam Pada Abad Klasik

Munculnya Islam dengan diangkatnya Muhammad sebagai Rasulullah merupakan babak baru dalam
sejarah dan peradaban manusia. Pada saat di Makkah Rasullah saw. mengemban tugas menguatkan
pondasi akidah kaum muslim. Rasulullah di Makkah hanya berposisi sebagai pemuka agama. Sedangkan
ketika hijrah ke Madinah, saat pertama kali tiba keadaan Madinah masih kacau. Masyarakat Madinah
belum memiliki pemimpin atau raja yang berdaulat. Yang ada hanya kepala-kepala suku yang menguasai
daerahnya masing-masing. Suku-suku yang terkenal saat itu adalah suku Aus dan Khazraj. Pada saat
masih berupa suku-suku ini kota Madinah belum ada hukum dan pemerintahan. Antar kelompok masih
saling bertikai. Kelompok yang terkaya dan terkuat adalah Yahudi, namun ekonominya masih lemah dan
bertopang pada bidang pertanian.

Kedatangan Rasulullah di Madinah diterima dengan tangan terbuka dan penuh antusias oleh masyarakat
Madinah. Dalam waktu yang singkat beliau menjadi pemimpin suatu komunitas yang kecil yang terdiri
dari para pengikutnya, namun jumlah hari demi hari semakin meningkat. Hampir seluru penduduk kota
Madinah menerima Nabi Muhammad menjadi pemimpin di Madinah, tak terkecuali orang-orang Yahudi.
Di bawah kepemimpinannya, Madinah berkembang cepat dan dalam waktu sepuluh tahun telah
menjadi negara yang sangat besar dibandingkan dengan wilayahwilayah lain di seluruh jazirah Arab.

Permasalahan ekonomi yang dibangun Rasulullah di Madinah dilakukan setelah menyelesaikan urusan
politik dan masalah konstitusional. Rasulullah meletakkan sistem ekonomi dan fiskal negara sesuai
dengan ajaran al-Qur’an. Al-Qur’an.telah meletakkan dasar-dasar ekonomi. Prinsip Islam yang dapat
dijadikan poros dalam semua urusan duniawi termasuk masalah ekonomi adalah kekuasan tertinggi
hanyalah milik Allah swt. semata (QS, 3: 26, 15:2, 67:1) dan manusia diciptkan sebagai khalifah-Nya di
muka bumi (QS, 2:30, 4:166, 35:39), sebagai pengganti Allah di muka bumi, Allah melimpahkan urusan
bumi untuk dikelola manusia sebaik-baiknya. Kamakmuran dunia merupakan pemberian Allah Swt. dan
manusia akan dapat mencapai keselamatannya jika ia dapat menggunakan kemakmuran. tersebut
dengan baik dan dapat memberikan keuntungan bagi orang lain.

Pada zaman Rasulullah, sudah mulai ditanamkan larangan Islam pembungaan uang atau riba,
sebagaimana yang biasa oleh orangorang Yahudi di Madinah. Islam benar-benar menentang
praktikpraktik tidak fair dalam perekonomian tersebut. Karena riba didasarkan atas pengeluaran orang
dan merupakan eksploitasi yang nyata, dan Islam melarang bentuk eksploitasi apapn “apakah itu
dilakukan olehorang-orang kaya terhadap orang-orang miskin, oleh penjual terhadap pembeli, oleh
majikan terhadap budak, oleh laki-laki terhadap wanita, dan lain sebagainya.” Al-Qur’an pun menyebut,
“Dan apa yang kamu berikan sebagai tambahan (riba) untuk menambah kekayaan manusia, maka riba
itu tidak menambah di sisi Allah” (QS, 30: 39).

Maka untuk menghilangkan riba ini, al-Qur’an memberi solusi dengan cara zakat, shodaqah dan
sejenisnya. Ini ditandai dengan diwajibkannya shadaqah fitrah pada tahun kedua hijriyah atau lebih
dikenal dengan zakat fitrah setiap bulan ramadhan. datang, yang didistribukan kepada para fakir, miskin,
budak, amil (pengurus zakat), muallaf dan lain-lain. Sebelum diwajibkannya zakat, pemberian sesuatu
kepada orang yang membutuhkan bersifat suka rela dan belum ada peraturan khusu atau ketentuan
hukumnya. Peraturan mengenai pengeluaran zakat di atas muncul pada tahun ke-9 hijrah ketika dasar
Islam telah kokoh, wilayah negera berekspansi dengan cepat dan orang berbondong-bondong masuk
Islam. Peraturan yang disusun Rasulullah saat itu meliputi pengumpulan zakat, barang-barang yang
dikenai zakat, batas-batas.

Pada intinya, pada zaman awal-awal Islam pendapatan yang didapatkan oleh negara Islam Madinah
masih sangat kecil. Di antara sumber pendapatan yang masih kecil itu berasal dari sumbersumber,
diantaranya: rampasan perang (ghanimah),tebusan tawanan perang, pinjaman dari kaum muslim,
khumuz atau rikaz (harta karun temuan pada periode sebelum Islam), wakaf, nawaib (pajak bagi
muslimin kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa darurat, amwal fadhla (harta
kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli waris), zakat fitrah, kaffarat (denda atas kesalahan yang
dilakukan seorang mislim pada acara keagamaan), maupun sedekah dari kaum muslim dan bantuan-
bantuan lain dari para shahabat yang tidak mengikat.

• Perekonomian Islam para Masa Khulafa’ al-Rasyidin

1. Masa Abu Bakar

Setelah Rasulullah wafat, kaum muslimin mengangkat Abu Bakar menjadi khalifah pertama. Abu
Bakar mempunyai nama lengkap Abdullah bin Abu Quhafah al-Tamimi. Masa pemerintahan Abu
Bakar tidak berlangsung lama, hanya sekitar dua tahunan. Dalam kepemimpinannya Abu Bakar
banyak menghadapi persoalan dalam negerinya, di antaranya kelompok murtad, nabi palsu, dan
pembangkang membayar zakat. Berdasarkan musyawarah dengan para sahabat yang lain, ia
memutuskan untuk memerangi kelompok tersebut melalui apa yang disebut sebagai perang
Riddah (perang melawan kemurtadan).

Dalam menjalankan pemerintahan dan roda ekonomi masyarakat Madinah Abu Bakar sangat
memperhatikan keakuratan perhitungan zakat. Abu Bakar juga mengambil langkah-langkah yang
strategis dan tegas untuk mengumpulkan zakat dari semua umat Islam termasuk Badui (a’rabi)
yang kembali memperlihatkan tanda-tanda pembangkangan membayar zakat sepeninggal
Rasulullah saw. Dalam kesempatan yang lain Abu Bakar mengintruksikan pada pada amil yang
sama bahwa kekayaan dari orang yang berbeda tidak dapat digabung, atau kekayaan yang telah
digabung tidak dapat dipisahkan. Hal ini ditakutkan akan terjadi kelebihan pembayaran atau
kekurangan penerimaan zakat. Hasil pengumpulan zakat tersebut dijakan sebagai pendapatan
negara dan disimpan dalam Baitul Mal untuk langsung didistribusikan seluruhnya kepada kaum
Muslimin hingga tidak ada yang tersisa.

Prinsip yang digunakan Abu Bakar dalam mendistribusikan harta baitul mal adalah prinsip
kesamarataan, yakni memberikanjumlah yang sama kepada semua sahabat Rasulullah saw. dan
tidak membeda-bedakan antara sahabat yang terlebih dahulu memeluk Islam dengan sahabat
yang kemudian, antara hamba dengan orang merdeka, dan antara pria dengan wanita. Dengan
demikian, selama masa pemerintahan Abu Bakar, harta Baitul mal tidak pernah menumpuk
dalam jangka waktu yang lama karena langsung didistribusikan kepada seluruh kaum Muslimin,
bahkan ketika Abu Bakar wafat, hanya ditemukan satu dirham dalam perbendaharaan negara.
Seluruh kaum Muslimin diberikan bagian hak yang sama dari hasil pendapatan negara. Apabila
pendapatan meningkat, seluruh kaum muslimin mendapat manfaat yang sama dan tidak ada
seorangpun yang dibiarkan dalam kemiskinan.

2. Masa Umar bin Khatab

Umar bin Khatab merupakan pengganti dari Abu Bakar. Untuk pertama kalinya, pergantian
kepimpinan dilakukan melalui penunjukan. Berdasarkan hasil musyawarah antara pemuka
sahabat memutuskan untuk menunjuk Umar bin al-Khatab sebagai khalifah Islam kedua.
Keputusan tersebut diterima dengan baik oleh kaum Muslimin. Setelah diangkat menjadi
khalifah, Umar bin Khatab menyebut dirinya sebagai Khalifah Khalafati Rasulillah (Pengganti dari
Pengganti Rasulillah). Umar juga memperkenal istilah Amir al-Mu’minin (Komandan orang-orang
yang beriman) kepada para sahabat pada waktu itu.

Pemerintahan umar berlangsung sepuluh tahun. Banyak kebijakan-kebijakan yang dilakukan


pada masa Umar, termasuk dibidang perekonomian pemerintah. Pada masa Umar ini banyak
daerah-daerah disekitar Arab telah dikuasai Islam, termasuk daerah Persia dan Romawi (Syiria,
Palistina dan Mesir). Atas keberhasilan dan menguasai wilayah-wilayah yang diluar wilayah
jazirah Arabia ini, Umar dijuluki sebagai The Saint Paul of Islam.

Dalam pemerintahannya ini, banyak hal yang menjadi kebijakan Umar terkait dengan
perekonomian masyarakat Muslim pada waktu itu, di antaranya:

Pertama, pendirian Lembaga Baitul Mal. Dalam pemerintahan Khalifah Umar, Baitul Mal
berfungsi sebagai pelaksana kebijakan fiskal negara Islam dan Khalifah merupakan pihak yang
berkuasa penuh terhadap harta Baitul Mal. Namun demikian, Khalifah tidak diperbolehkan
menggunakan harta Baitul Mal untuk kepentingan pribadi. Dalam hal ini, tunjangan Umar
sebagai Khalifah untuk setiap tahunnya adalah tetap, yakni sebesar 5000 dirham, dua stel
pakaian yang biasa digunakan untuk musim panas (shaif) dan musim dingin (syita’) serta serta
seekor binatang tunggangan untuk menunaikan ibadah haji.

Kedua, Pajak Kepemilikan tanah (Kharaj). Pada zaman Khalifah Umar, telah banyak
perkembangan admistrasi dibanding pada masa sebelumnya. Misal, kharaj yang semula belum
banyak di zaman Rasulullah tidak diperlukan suatu sistem administrasi. Sejak Umar menjadi
Khalifah, wilayah kekuasan Islam semakin luas seiring dengan banyaknya daerah-daerah yang
berhasil ditaklukkan, baik melalui peperangan maupun secara damai. Hal ini menimbulkan
berbagai permasalahan baru. Pertanyaanyang paling mendasar dan utama adalah kebijakan apa
yang akan di terapkan negara terhadap kepemilikan tanah-tanah yang berhasil ditaklukkan
tersebut. Para tentara dan beberapa sahabat terkemuka menuntut agar tanah hasil taklukan
tersebut dibagikan kepada mereka yang terlibat dalam peperangan sementara sebagian kepada
mereka yang terlibat dalam peperangan sementara sebagian kaum Muslimin yang lain menolak
pendapat tersebut. Dari berbagai perdebatan dan musyawarah itu akhirnya Umar memutuskan
untuk memperlakukan tanah-tanah tersebut sebagai fai, dan prinsip yang sama diadopsi untuk
kasus-kasus yang akan datang.

Ketiga, Zakat. Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab, kekayaan yang dimiliki negara
Madinah sudah mulai banyak, berbeda pada awal-awal Islam. Pada zaman Rasulullah, jumlah
kuda yang dimiliki orang Arab masih sedikit, terutama kuda yang dimiliki oleh Kaum Muslimin.
Misalkan, dalam perang badar kaum Muslim hanya mempunyai dua kuda. Pada saat
pengepungan suku Bani Quraizha (5 H), pasukan kaum Muslimin memiliki 36 Kuda. Pada tahun
yang sama, di Hudaybiyah mereka mempunyai sekitar dua ratus kuda. Karena zakat dibebankan
terhadap barang-barang yang memiliki produktivitas maka seorang buka atau seekor kuda yang
dimiliki kaum Muslimin ketika itu tidak dikenakan zakat

3. Masa Utsman bin Affan

Utsman bin Affan merupakan khalifah ketiga setelah wafatnya Umar bin Khatab. Perluasan
daerah kekuasaan Islam yang telah dilakukan secara masif pada masa Umar bin Khatab
diteruskan oleh Utsman bin Affan. Pada enam tahun pertama kepemimpinannya, banyak negara
yang telah dikuasainya, seperti Balkan, Kabul, Grozni, Kerman dan Sistan. Setelah negera-negara
tersebut ditaklukkan, pemerintahan Khalifah Utsman menata dan mengembangkan sistem
ekonomi yang telah diberlakukan olehKhalifah Umar. Khalifah Utsman mengadakan empat
kontrak dagang dengan negara-negara taklukan tersebut dalam rangka mengembangkan
potensi sumber daya alam. Aliran air digali, jalan dibangun, pohon-pohon, buah-buahan ditanam
dan keamanan perdagangan diberikan dengan cara pembentukan organisasi kepolisian tetap
untuk mengamankan jalur perdagangan. Khalifah Utsman membentuk armada laut kaum
Muslimin di bawah komando Muawiyah, hingga berhasil membangun supremasi kelautannya di
wilayah Mediterania.Mediterania

Khalifah Utsman bin Affan mengambil suatu langkah kebijakan tidak mengambil upah dari
kantornya. Sebaliknya, ia meringankan beban pemerintah dalam hal-hal yang serius, bahkan
menyimpan uangnya di bendahara negara. Kebijakan lain yang dilakukan Utsman terkait
perekonomian adalah tetap mempertahankan sistem pemberian bantuan dan santunan serta
memberikan sejumlah besar uang kepada masyarakat yang berbeda-beda. Meskipun meyakini
prinsip persamaan dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, ia memberikan bantuan
yang berbeda pada tingkat yang lebih tinggi. Dalam hal pengeloaan zakat, Utsman
mendelegasikan kewenangan menaksir harta yang dizakati kepada pemiliknya masing-masing.

4. Masa Ali bin Abi Talib

Ali bin Abi Talib merupakan khalifah keempat menggantikan Utsman bin Affan yang terbunuh.
Ali mempunyai gelar karramahu wajhah. Pada masa Ali, merupakan masa pemerintahan tersulit
yang harus dilampaui karena karena masa-masa itu merupakan masa paling kritis berupa
pertentangan antar kelompok. Muncul pula pada waktu itu tuntutan para sahabat untuk
menelisik siapa sebenarnya orang yang membunuh Utsman bin Affan.

Di antara kebijakan ekonomi pada masa pemerintahannya, ia menetapkan pajak terhadap para
pemilik hutan sebesar 4000 dirham dan mengizinkan Ibnu Abbas, gubernur Kufah, memungut
zakat terhadap sayuran segar yang akan digunakan sebagai bumbu masakan. Pada sama
pemerintahannya juga, Ali mempunyai prinsip bahwa pemerataan distribusi uang rakyat yang
sesuai dengan kapasitasnya. Sistem distribusi setiap pecan sekali untuk pertama kalinya diadopsi
hari kamis adalah hari pendistribusian atau hari pembayaran.

Ada persamaan kebijakan ekonomi pada masa Ali bin Abi Talib dengan khalifah sebelumnya.
Pada masa Ali alokasi pengeluaran kurang lebih masih tetap sama sebagaimana halnya pada
masa pemerintahan Khalifah Umar. Keistimewaan khalifah Ali dalam mengatur strategi
pemerintahan adalah masalah admistrasi umum dan masalah-masalah yang berkaitan
dengannya tersusun secara rapi. Konsep penataan administrasi ini dijelaskan dalam suratnya
yang terkenal yang ditujukan kepada Malik Ashter bin Harits.

B. Pemikiran Para Cendekiawan Muslim Tentang Ekonomi Islam pada Abad Pertengahan

Fase kedua (masa pertengahan) merupakan fase sekitar abad ke-11 sampai dengan abad ke-15 M yang
disebut juga sebagai fase cemerlang karena meninggalkan warisan intelektual yang sangat kaya. Ciri
khas pemikiran ekonomi pada masa ini adalah para cendekiawan Muslim mampu menyusun suatu
konsep tentang bagaimana umat melaksanakan kegiatan ekonomi yang seharusnya berlandaskan al-
Quran dan al-Hadits.

• Pemikiran Sistem Ekonomi Ibnu Khaldun (732 H/1332 M – 808 H/1406 M)

Ibnu Khaldun adalah salah seorang cendekiawan Muslim yang hidup pada masa kegelapan Islam. Ia
dipandang sebagai satu-satunya ilmuwan Muslim yang tetap kreatif menghidupkan khazanah
intelektualisme Islam pada periode Pertengahan. Ibn Khaldun dalam lintasan sejarah tercatat sebagai
ilmuwan Muslim pertama yang serius menggunakan pendekatan sejarah (historis) dalam wacana
keilmuan Islam. Sejak al-Kindi, al-Farabi, sampai sekarang, pemikiran Islam hanya menyinggung masalah
manthiq, tabi'iyyat dan illahiyyat. Ilmu-ilmu kemanusiaan, termasuk sejarah, tidak atau belum pernah
menjadi sudut bidik telaah keilmuan yang serius.

Ibnu Khaldun tidak hanya disebut sebgai bapak sosiologi tetapi juga dikenal sebagai bapak ilmu
Ekonomi, karena banyak teori ekonomi yang digagasnya jauh mendahului Adam Smith dan David
Ricardo. Artinya, ia lebih dari tiga abad mendahului para pemikir Barat modern tersebut. Muhammad
Hilmi Murad telah menulis sebuah karya ilmiah berjudul “Abul Iqtishad: Ibnu Khaldun” yang Artinya
“Bapak Ekonomi: Ibnu Khaldun.” Dalam tulisan tersebut Ibnu Khaldun dibuktikan secara ilmiah sebagai
penggagas pertama ilmu ekonomi secara empiris. Tulisan ini menurut Zainab Al-Khudairi,
disampaikannya pada Simposium tentang Ibnu Khaldun di Mesir 1978.

Ibnu Khaldun pada masa itu sudah mengkaji problem ekonomi masyarakat dan negara secara empiris. Ia
menjelaskan fenomena ekonomi secara aktual. Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqy, menuliskan poin-
poin penting dari materi kajian Ibnu Khaldun tentang ekonomi. Ibn Khaldun mampu menguraikan aneka
ragam masalah ekonomi yang luas, termasuk ajaran tentang tata nilai, pembagian kerja, sistem harga,
hukum penawaran dan permintaan, konsumsi dan produksi, uang, pembentukan modal, pertumbuhan
penduduk, makro ekonomi dari pajak dan pengeluaran publik.

Tidak hanya itu dia juga mengulas tentang daur perdagangan, pertanian, indusrtri dan perdagangan, hak
milik dan kemakmuran, dan sebagainya. Ia juga membahas berbagai tahapan yang dilewati masyarakat
dalam perkembangan ekonominya. Kita juga menemukan paham dasar yang menjelma dalam kurva
penawaran tenaga kerja yang kemiringannya berjenjang mundur.

Pandangan Ibnu Khaldun tentang bangunan sistem ekonomi bisa kita lacak melalui kitab
muqadimahnya. Untuk lebih mudah menggali bagaiman konsep siste ekonomi yang diinginkan oleh Ibnu
Khaldun maka akan dibuat beberapa sub bab yang mengarah kepada pembahasan sistem ekonomi.
Adapun pemikiran Ibnu Khaldun tentang bangunan sistem ekonomi Islam adalah sebagai berikut:

a) Konsep Produksi dalam Suatu Negara

Dalam pemikiran ekonominya, Ibnu Khaldun menegaskan bahwa kekayaan suatu Negara tidak
ditentukan oleh banyaknya uang di suatu Negara, tetapi ditentukan oleh tingkat produksi
Negara tersebut dan neraca pembayaran yang positif (konsekuensi alamiah dari tingkat produksi
yang tinggi). Bisa saja suatu Negara mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi bila hal itu
bukan merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan sektor produksi, uang yang melimpah itu
tidak ada nilainya. Sektor produksilah yang menjadi motor pembangunan, menyerap tenaga
kerja, meningkatkan pendapatan pekerja dan menimbulkan permintaan atas faktor produksi
lainnya.

Bagi ibnu khaldun produksi adalah aktivitas manusia yang diorganisasikan secara sosial dan
internasional dengan memperhatikan faktor-faktor berikut:

1. Sifat alamiah manusia adalah melakukan produksi

2. Kegiatan produksi secara kolektif

3. Organisasi internasional dari produksi

Konsep-konsep yang ditawarkan oleh Ibnu Khaldun memperlihatkan kepada kita teori yang
menunjukkan interaksi antara permintaan dan penawaran, permintaan menciptakan
penawaranya sendiri yang pada gilirannya akan menciptakan permintaan yang bertambah. Lebih
lanjut ia juga berusaha untuk menunjukkan proses perkembangan yang komulatif yang
disebabkan oleh infrastruktur suatu negara.
Karena faktor produksi yang paling utama adalah tenaga kerja serta hambatan pembangunan
yang paling utama adalah ketersediaan tenaga kerja yang terampil, maka proses komulatif ini
pada aplikasinya merupakan sebuah teori ekonomi tentang pembangunan.

b) Teori Nilai Uang dan Harga

Menurit Ibn Khaldun, nilai suatu produk sama dengan jumlah tenaga kerja yang dikandungnya.
Sama halnya dengan kekayaan bangsa-bangsa yang tidak ditentukan oleh jumlah uang yang
dimiliki bangsa/negara tersebut. Akan tetapi kekayaan suatu bangsa/negara tersebut ditentukan
oleh neraca pembayaran yang sehat. Dan kita tahu bahwa kedua hal tersebut terikat satu sama
lainya. Neraca pembayaran yang sehat adalah konsekuensi alamiah dari tingkat produksi yang
tinggi.

Ibnu Khaldun mendukung penggunaan mas dan perak sebagai standart moneter. Meski
demikian Abu Khaldun juga memperbolehkan sistem transaksi dengan menggunakan uang
logam namun dengan syarat. Uang logam tersebut diibaratkan Ibnu Khaldun sebagai sebuah
jaminan yang diberikan penguasa bahwa sekeping uang logam mengandung sejumlah
kandungan emas dan perak tertentu. Sementara itu untuk percetakanya adalah sebuah kantor
religius dan karenanya tidak tunduk kepada aturan-aturan temporal. Jumlah emas dan perak
yang dikanding dalam sekeping koin tidak dapat diubah begitu koin sudah diterbitkan.

Dari konsep yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun terlihat bahwa timbulnya harga adalah hasil
dari hukum permintaan dan penawaran. Pengecualian satu-satunya dari hukum ini adalah harga
emas dan perak, yang merupakan standar moneter. Semua barang-barang lainnya terkena
fluktuasi harga yang tergantung pada pasar. Bila suatu barang langka dan banyak diminta, maka
harganya tinggi. Jika suatu barang berlimpah, maka harganya rendah. Karena itu, Ibn Khaldun
menguraikan suatu teori nilai yang berdasarkan tenaga kerja, sebuah teori tentang uang yang
kuantitatif, dan sebuah teori tentang harga yang ditentukan oleh hukum permintaan dan
penawaran.

c) Teori Distribusi

Harga suatu produk terdiri dari tiga unsur: gaji, laba, dan pajak. Gaji adalah imbal jasa bagi
produser, laba adalah imbal jasa bagi pedagang, dan pajak adalah imbal jasa bagi pegawai negeri
dan penguasa. Masing-masing akan diuraikan dalam perspektif Ibnu Khaldun. Karena pada
setiap unsur tersebut dengan sendirinya ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran.
Dan yang lebih mengesankan lagi, Ibnu Khaldun pada masa itu juga sudah mencetuskan konsep
distribusi optimum yang mencakup gaji, laba dan pajak.

d) Teori Siklus
Ibnu Khaldun kelihatnya juga sadar betuk bahwa tingkat optimum pada faktor-faktor distribusi
tidak dapat terjadi dalam jangka waktu panjang dan siklus aktivitas ekonomi harus terjadi. Lebih
khusus lagi, populasi dan keuangan publik yang menjadi variabel penentu bagi produksi selalu
mengalami fluktuasi. fluktuasi
• Pemikiran Sistem Ekonomi Al Maqrizi (766 H/1364 M – 845 H/1442 M)

Al-Maqrizi adalah salah seorang murid Ibnu Khaldun yang terkemuka. Meskipun pada zaman rasulullah
dan khulafaur Rasyidin uang dan inflasi tidak menimbulkan masalah sama sekali, tetapi dengan
berjalannya waktu, banyak kepala pemerintahan yang meninggalkan nilai-nilai Islam sebagaimana yang
dicontohkan Rasulullah. Akibatnya, kasus semacam ini menjadi masalah serius.

Al-Maqrizi merupakan cendekiawan Muslim abad pertengahan yang terakhir mengamati permasalahan
tersebut, sekaligus mengkorelasikannya dengan peristiwa inflasi yang melanda suatu negeri.

Adapun yang hendak dikemukanan Al-Maqrizi adalah bahwa kondisi perekonomian yang begitu buruk
sebenarnya dapat dipulihkan tanpa harus melakukan gebrakan-gebrakan yang sering kali justru
merugikan kepentingan masyarakat dan mengurangi tingkat kesejahtraan secara umum. Kesimpulannya,
kesalahan dalam mengatur perekonomian ditambah pemerintah tidak memiliki legitimasi,
bertanggungjawab pada penderitaan rakyat miskin selama musim paceklik dan bencana alam lainnya.

Ternyata dimasa hidupnya, Al-Maqrizi menjumpai situasi yang sama seperti yang dialami Ibnu khaldun.
Dalam bukunya, Iqhatsah, ia meminjam analisis gurunya untuk mengidentifikasi bahwa administrasi
politik menjadi sangat lemah dan buruk pada saaat itu. Pegawai pemerintah bisa menduduki jabatannya
karena memberikan suap. Akibatnya ketika menjabat, orang yang menyuap tadi kemudian menerapkan
pajak yang menindas untuk menutup ongkos yang telah dikeluarkan untuk menyuap. Dorongan untuk
bekerja dan berproduksi menjadi bertolak belakang dan hasil produksi menurun. Krisis diperburuk
dengan penurunan mata uang, karena pengeluaran mata uang tembaga (fulus) yang berlebihan untuk
menutupi defisit anggaran negara. Faktor-faktor tersebut ditambah dengan paceklik mendorong kepada
tingginya tingkat inflasi, penderitaan rakyat kecil, dan kemiskinan negara.

Dalam kondisi demikian itulah Al Maqrizi membentangkan akar persoalan pada variabel-variabel sosial,
ekonomi dan politik dengan menunjukkan sejumlah persoalan seperti korupsi, kebijakan pemerintah
yang buruk dan tidak populer dan administrasi yang lemah sebagai determin utamanya. Ini semua
berperan penting dalam memperburuk dampak kemerosotan produksi nasional terutama bahan-bahan
kebutuhan pokok

Gagasan Al Maqrizi tentang teori inflasi dapat dikatakan sangat familiar dengan ilmu ekonomi modern
yang ada saat ini. Apabila kita bandingkan, gagasan dari Al Maqrizi dapat disejajarkandengan pemikiran
ekonom-ekonom Barat abad ke-19 dan abad ke-20. Bahkan yang kita kenal saat sebagai bapak Inflasi
yaitu Milton Friedmand membahas inflasi ini baru pada abad ke-19.

Dari ulasan pemikiran ekonomi Al Maqrizi maka kita dapat mengambil kesimpulan tentang bagaimana
kontruksi sistem ekonomi Islam menurut Al Maqrizi. Adapun bangunan sistem ekonomi Islam yang
dimaksud adalah:

1. Uang yang dapat diterima sebagai standar nilai adalah uang emas dan perak.
2. Uang fulus dapat digunakan tapi hanya untuk transaksi dengan skala yang kecil.

3. Percetakan mata uang harus mendapat perhatian yang lebih besar dari pemerintah, dengan
tujuan untuk mempertahankan nilai uang dan kestabilan ekonomi.

4. Negara tidak dapat mencari keuntungan dengan cara memanfaatkan keotoriteranya untuk
mencetak uang yang sebanyak-banyaknya atau mengurangi kualitas bahan dari uang. Karena
jika hal tersebut terjadi maka akan terjadi ketidak stabilan ekonomi dan daya beli masyarakat.

5. Pengendalian harga akan terjadi secara alami dengan semakin pahamnya para pedagang untuk
tidak menjual barang diluar batas kemampuan konsumen. Karena menurut Al Maqrizi, pedagang
atau produsen disisi lain juga sebagi konsumen. Laba besar yang diperoleh tidak ada manfaatnya
ketika semua barang ikut naik.

6. Inflasi disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor alamiah dan faktor kesalahan manusia.

7. Dari faktor kesalahan manusia dan pungutan pajak yang berlebih (penyebab inflasi) dapat
diturunkan menjadi sebuah kesimpulan bahwa negara tidak berhak untuk bertindak sewenang-
wenang kepada rakyatnya. Harus ada keseimbangan dan keadilan dalam membuat kebijakan
perihal masalah perekonomian.

8. Dari kasus yang sama juga dapat disimpulkan bahwa negara memiliki kewajiban untuk
meratakan kesejahteraan ekonomi. Karena ketika terjadi inflasi, manusia sebagai sumber utama
produksi tidak pindah ke daerah lain.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa klasik dan pertengahan ini merupakan masa-masa yang cemerlang karena meninggalkan warisan
intelektual yang sangat kaya. Fase ini dimulai pada abad ke-11 sampai dengan abad ke-15 Masehi.

Para cendekiawan muslim pada masa ini mampu menyusun suatu konsep tentang bagaimana umat
melaksanakan kegiatan ekonomi yang seharusnya berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadits. Pada masa ini
kekuasaan Islam terbentang dari Maroko dan Spanyol di Barat hingga India di Timur telah melahirkan
berbagai pusat kegiatan intelektual.

B. Saran

Begitu luar biasanya pemikiran ekonomi para Cendikiawan Islam klasik dan Pertengahan, itu semua
ternyata mempengaruhi pemikiran ekonomi modern. Sayang, hanya segelintir yang mau jujur tentang
pengaruh ulama klasik kepada ekonomi Barat, yang lainnya lebih senang tidak jujur. Oleh karena itu kita
sebagai umat muslim jangan melupakan karya pemikiran cendikiawan muslim terdahulu agar dunia tahu
bahwa kontribusi umat muslim terhadap pemikiran ekonomi sangat besar.
DAFTAR PUSTAKA

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/5586/7/BAB%204.Pdf..pdf

https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-pemikiran-ekonomi-islam/

http://www.islamic-world.net/2010/16/economics/al_kharaj.htm

https://ahmadmusliminblog.wordpress.com/2017/12/20/ekonomi-pada-masa-klasik-dan-pertengahan/

90671-ID-analisis-sejarah-pemikiran-ekonomi-islam.pdf

Anda mungkin juga menyukai