Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah studi islam II

”SEJARAH PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN ISLAM“

:Disusun oleh
KELOMPOK 4
1. Nina Laila Sakinah (1320170009)
2. Miftahul Hafidz (1320170020)
3. Zulfa Mawardah (1320170037)
4. Anna Andreani (1320170050)
5. Rida Nurmaida (1320170054)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFIIYAH
2017/2018
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan rahmat
serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami dengan judul
“Sejarah Pertumbuhan Ekonomi Islam” ini.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini
supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat menyadari, bahwa makalah
yang telah kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya
makalah ini. Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah
kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Jakarta, oktober 2018

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................1
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Perekonomian Islam..............................................................................2
2.1.1 PEREKONOMIAN DI MASA RASULULLAH SAW (571-632 M)...........2
2.1.2 PEREKONOMIAN DI MASA KHULAFAURRASYIDIN..........................6
2.1.3 PEREKONOMIAN PADA PERIODE AWAL (738-1037 M)......................9
2.1.4 PEREKONOMIAN PADA PERIODE KEDUA (1058-1446 M)..................12
2.1.5 PEREKONOMIAN PADA PERIODE KETIGA (1446-1931 M).................14
2.1.6 PEREKONOMIAN PADA PERIODE LANJUT (1931-SEKARANG)........16
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................23
3.2 Saran.........................................................................................................................23
Daftar Pustaka...................................................................................................................24

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENDAHULUAN
Sejarah merupakan potret manusia dari masa ke masa. Dari setiap tahapnya sejarah
menjadi cerminan dari generasi ke generasi sesudahnya. Baik dalam bentuk kebaikan untuk
diteladani maupun suatu hal yang buruk yang menjadi pelajaran untuk tidak dilakukan.
Dalam konteks aktivitas ekonomi Islam, pemikiran dan prakteknya telah dilakukan sajak
masa Islam itu sendiri. Yakni sejak Islam lahir di bawah kepemimpinan Rasulullah
Muhammad saw., dilanjutkan dengan khulafaurrasyidin dan masa-masa sesudahnya.
Sudah menjadi pengetahuan kita bahwa ekonomi Islam merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan umat Islam itu sendiri. Konsep perekonomian Islam merupakan
konsep yang hadir dari pesan moral yang paling mendasar dari syariah itu sendiri yang
bersumber dari Alquran dan Hadis. Dalam konteks inilah, wacana ekonomi Islam masih
sangat relevan untuk dibahas, khususnya bagi masyarakat Islam saat ini. Sebagai cermin,
juga rujukan cara berekonomi yang syar’i. Berdasar pada pemikiran itulah makalah ini
disusun. Dengan upaya untuk menampilkan kembali sejarah pertumbuhan ekonomi Islam,
juga tradisi dan praktek yang dicontohkan oleh tokoh-tokoh Islam pada masanya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada rumusan masalah yang dapat diambil sebagai
kajian dalam makalah ini antara lain:
1. Bagaimana perkembagan ekonomi islam pada masa Nabi Muhammad SAW?
2. Bagaimana perkembangan ekonomi islam pada masa Khulafa Rasyidin?
3. Bagaimana perkembangan ekonomi islam pada periode kedua 738-1037 ?
4. Bagaimana perkembangan ekonomi islam pada periode ketiga 1058-1446 ?
5. Bagaimana perkembangan ekonomi islam pada periode lanjut 1931- s.d sekarang?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan peruusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka
makalah ini di buat dengan tujun :
1. Untuk mengetahui perkembangan ekonomi islam di dunia serta analisisnya
2. Untuk mengetahui tokoh perekonomian islam dan pemikirannya

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PEREKONOMIAN ISLAM


Menurut Muhammad Najatullah Ash-shiddiqy pemikiran ekonomi islam adalah respon
para pemikir muslim terhadap tantangan-tantangan ekonomi pada masa mereka. Pemikiran
ekonomi tersebut diilhami dan dipandu oleh ajaran Al-quran sunnah, ijtihad (pemikiran) dan
pengalaman empiris mereka. Objek kajian dalam pemikiran ekonomi islam bukanlah ajaran
tentang ekonomi, tetapi pemikiran para ilmuan islam tentang ekonomi dalam sejarah atau
bagaimana mereka memahami ajaran Al-quran dan sunnah tentang ekonomi. Objek pemikiran
ekonomi islam juga mencakup bagaimana sejarah ekonomi islam yang terjadi dalam praktik
historis.
Ilmu ekonomi Islam sebagai sebuah studi ilmu pengetahuan modern baru muncul pada
tahun 1970-an, tetapi pemikiran tentang ekonomi Islam telah muncul sejak Islam itu diturunkan
melalui Nabi Muhammad Saw. Karena rujukan utama pemikiran ekonomi ini munculnya juga
bersamaan dengan diturunkannya Alquran dan masa kehidupan Rasulullah Saw pada abad
akhir 6 M hingga awal abad 7 M. Setelah masa tersebut banyak sarjana Muslim yang
memberikan kontribusi karya pemikiran ekonomi.

2.1.1 PEREKONOMIAN DI MASA RASULULLAH SAW (571-632 M)


Kehidupan Rasulullah Saw. Dan masyarakat muslim dimasa beliau adalah
teladan yang paling baik implementasi islam, termasuk bidang ekonomi. Bidang
ekonomi berkembang saat periode madinah. Pada periode makkah masyarakat muslim
belum sempat membangun perekonomian, sebab pada masa itu penuh dengan
perjuangan untuk mempertahankan diri dari intimidasi orang – orang quraisy. Meskipun
perekonomian pada masa Rasulullah masih sederhana1, tetapi beliau menunjukan
prinsip – prinsip yang mendasar bagi pengelolaan ekonomi dan karakter utama dari
perekonomian pada masa itu adalah komitmennya yang tinggi terhadap etika dan
norma, serta perhatiannya yg besar terhadap keadilan dan pemerataan kekayaan. Usaha
– usaha ekonomi harus dilakukan secara etis dalam bingkai syariah islam.

Konsepsi masyarakat sejahtera dan beradab sering disebut masyarakat madani (civilized society), dimana konsep 1
.ini mengacu pada masyarakat madinah dimasa Rasulullah tersebut

2
Sebagaimana pada masyarakat arab lainnya, mata pencarian mayoritas
penduduk madinah ialah berdagang, sebagian bertani, berternak, dan berkebun. Berbeda
dengan makkah yang gersang, sebagian tanah di madinah relatif subur sehingga
pertanian , perternakan dan perkebunan dapat dilakukan dikota ini. Kegiatan ekonomi
pasar relatifbmenonjolnpada masa itu, sehingga Rasulullah Saw. Mendirikan al-Hisbah
(institusi yang bertugas sebagai pengawas pasar / market controller).
Dan rasulullah juga membentuk Baitul maal, sebuah institusi yang bertindak sebagai
pengelola keuangan negara. Baitul maal ini memegang peran yang sangat penting bagi
perekonomian, termasuk dalam melakukan kebijakan yang bertujuan untuk
kesejahteraan masyarakat.
Rasulullah saw. Mengawali pembangunan madinah tanpa sumber keuangan
yang pasti, sementara distribusi kekayaan juga timpang. Kaum muhajirin tidak memiliki
kekayan sama sekali karena mereka meninggalkan semua kekayaannyabdi makkah.
Oleh karena itu rasulullah mempersaudarakan kaum muhajirin dan kaum anshar
sehingga hal tersebut merestridibusi kekayaaan, Kebijakan ini sangat penting sebagai
strategi awal pembangunan madinah. Selanjutnya untuk memutar roda perekonomian,
rasulullah mendorong kerja sama usaha di antar anggota masyarakat (misalnya
muzaraah, mudharabah, musaqah, dll) sehingga terjadi peningkatan produktivitas.
Sejalan dengan perkembangan rakyat muslim, maka sumber penerimaan negara juga
meningkat Dan sumber penerimaan negara paling pokok ialah zakat dan ushr.
Sumber – sumber pendapatan pada masa Rasulullah Saw
Dari kaum muslim Dari kaum non muslim Umum
1. Zakat 1. Jizyah 1. Ghanimah
2. Ushr(5-10%) 2. Kharaj 2. Fay
3. Ushr(2,5%) 3. ushr (5%) 3. Uang tebusan
4. Zakat fitrah 4. Pinjaman dari kaum
5. Wakaf muslim atau non-
6. Amwal fadila muslim
7. Nawaib 5. Hadiah dari pemimpin
8. Shadaqah yang lain atau pemerintah negara
khumus lain.

3
Sampai tahun ke 4 hijrah . Pendapatan dan sumber daya negara masih sangat kecil.
Kekayaan datang dari bani nadir , suatu suku yang tinggal di pinggir kota madinah,
tetapi mereka melanggar perjanjian sehingga mereka ditaklukan dan dipaksa
meninggalkan kota. Semua milik bani nadir yang ditinggalkan di bagikan kepada kaum
muhajirin dan anshar yang miskin. Seorang muhajirin dari bani nadir yg telah masuk
islam memberikan 7 kebunnya, kemuiannoleh rasulullah kebun tersebut dijadikan
shadaqah. 7 kebun pnduduk bani nadir tersebut adalah wakaf islam pertama.
Pendapatan yang sejenis berupa tanah khaibar dikuasai pada tahun ke7 hijrah.
Penduduknya menentang dan memerangi kaum muslim, namun akhirnya mereka
menyerah dengan syarat dan berjanji akan meninggalkan tanahnya. Rasulullah saw.
Membagi khaibar menjadi 36 bagian dan tiap bagian dibagi lagi menjadi 100 area.
Setengah bagian rasulullah saw. Gunakan untuk keperluan delegasi, tamu dan
sebagainya, dan setengah bagian lagi diberikan untuk 1400 tentara dan 400 penunggang
kuda jadi semuanya 1800 bagian. Rasulullah saw. Juga menerima satu bagian biasa
yang diberikan secara berkala kepada istri- istrinya sebanyak 80 unta penuh dengan
kurma dan 80 unta penuh dengan gandum.
Harta rampasan perang (Ghanimah) juga merupakan pendapatan negara,
meskipun nilainya relatif tidak besar jika dibandingkan dengan biaya peperangan yang
dikeluarkan. Nilai harta rampasan pada dekade awal hijrah (622-632M) tidak lebih dari
6 juta dirham. Bila diperkirakan dengan biaya hidup di madinah untuk rata-rata
keluarga yang terdiri atas enam orang sebesar 3.000 dirham pertahun, jumlah harta itu
hanya dapat menunjang sejumlah kecil dari populasi muslim dan juga akibat perang
tersebut, diperkirakan biaya untuk perang lebih dari 60 juta dirham; sepuluh kali lebih
besar dari harta rampasan. Kontribusi harta rampasan perang terhadap pendapatan kaum
muslim selama 10 tahun kepemimpinan rasulullah saw. Tidak lebih dari 2 persen.
Zakat dan ushr merupakan sumber pendapatan pokok, terutama setelah tahun
ke-9 H dimana zakat mulai diwajibkan. Berbeda dengan sumber penerimaan lain yang
pemanfaatannya ditentukan oleh rasulullah saw. Zakat hanya boleh diberikan kepada
pihak-pihak tertentu yang telah digariskan alqur’an. Untuk oeang orang non muslim
rasulullah juga memungut jizyah sebagai bentuk kontribusi dalam penyelenggaran
negara. Pada masa itu besarnya jizyah satu per dinar per tahun untuk orang dewasa yang
mampu membayarnya. Perempuan, anak-anak, pengemis, pendeta, orang tua, penderita
sakit dan semua yang menderita penyakit dibebaskan dari kewajiban ini.

4
Beberapa sumber pendapatan yang tidak terlalu besar berasal dari beberapa
sumber, misalnya: tebusan tawanan perang, pinjaman dari kaum muslim, khumus atas
rikaz harta karun temuan pada periode sebelum islam, amwal fadhla(pajak bagi muslim
kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa darurat, zakat fitrah,
kaffarat(denda atas kesalahan yang dilakukan seorang muslim pada acara keagamaan),
maupun sedekah dari kaum muslim.
Primer Sekunder
1. Biaya pertahanan, sepert; 1. Bantuan untuk orang yang
persenjataan, unta, kuda belajar agama dimadinah
dan persediaan 2. Hiburan nuntuk para
2. Penyaluran zakat dan ushr delegasi keagamaan
kepada yang berhak 3. Hiburan untuknpara utusan
menurut ketentuan alquran sukudan negara serta biaya
3. Pembayaran gaji untuk perjalanan
wali, qadi, guru, imam, mereka .pengeluaran untuk
muadzin, dan pejabat duta duta negara
negara lainnya 4. Hadiah untuk pemerintah
4. Pembayaran upah para negara lain
sukarelawan 5. Pembayaran untuk
5. Pembayaran utang Negara pembebasan kaum muslimin
6. Bantuan untuk negara (dari yang menjadi budak
daerah fadak) 6. Pembayran denda atas
mereka yang terbunuh
secara tidak sengaja oleh
pasukan muslim
7. Pembayaran utang orang
yang meninggal alam
keadaan miskin
8. Tunjangan untuk sanak
saudara rasulullah saw
9. Pengeluaran rumah tangga
rasulullah saw. (hanya
sejumlah kecil; 80 butir
kurmadan 80 butir gandum

5
untuk setiap istrinya)
10. Persediaan darurat (sebagian
dari pendapatan perang
khaibar)

2.1.2 PEREKONOMIAN DI MASA KHULAFAURRASYIDIN


Para khulafaurrasyidin adalah penerus kepemimpinan Nabi Muhammad
Saw.karena kebijakan mereka tentang perekonomian pada dasarnya adalah melanjutkan
dasar-dasar yang di bangun Rasulullah Saw. Khalifah pertama, Abu Bakar Siddiq (51
SH-13 H/537-635) banyak menemui permasalahan dalam pengumpulan zakat, sebab
pada masa itu muncul orang-orang yang enggan membayar zakat. Beliau membangun
lagi Baitul maal dan meneruskan system pendistribusian harta untuk rakyat
sebagaimana pada masa rasulullah Saw. Beliau juga mempelopori sistem pengajian bagi
aparat Negara misalnya untuk Khalifah sendiri digaji amat sedikit, yaitu 2,5 atau 2.75
dihram setiap harinya hanya dari Baitul maal. Tunjangan tersebut kurang mencukupi
sehingga di tetapkan 2.000 atau 2.500 dihram dan menurut keterangan lain 6.000
dihram pertahun.2
Khalifah kedua, Umar bin Khattab (40 SH-23 H/584-644 M), dipandang paling
banyak melakukan inovasi dalam perekonomian, Umar Bin Khattab menyadari
pentingnya sektor pertanian bagi perekonomian, karenanya ia mengambil langkah-
langkah besar pengembangan bidang ini. Misalnya, ia menghadiakan tanah pertanian
kepada masyarakat yang bersedia menggarapnya. Namun siapa saja yang gagal
mengelolahnya selama 3 tahun maka ia akan kehilangan hak kepemilikan atas tanah
tersebut. Saluran irigasi terbentang hingga di daerah-daerah taklukan, dan sebuah
departemen besar didirikan untuk membangun waduk-waduk, tangki-tangki, kanal-
kanal dan pintu-pintu air serbaguna kelancaran dan distribusi air. Menurut Maqrizi,
dimesir saja ada sekitar 120.000 buruh yang bekerja setiap hari sepanjang
tahun. ,mereka di gaji dari harta kekayaan Umat, Juza bin Muawiyah dengan seizing
Umar, banyak membangun kanal-kanal di distrik Khuzizta dan Ahwaz,yang
memungkinkan pembukaan dan pengelolahan banyak sekali ladang pertanian.
Pada masa Umar, hukum perdagangan mengalami penyempurnaan guna
menciptakan perekonomian secara sehat. Umar mengurangi beban pajak terhadap
Syed Ameer Ali, 1949, A Short History of Sarancens, London: Macliman and Co 2

6
beberapah barang, pajak perdagangan nabati dan kurma Syria sebesar 50%. Hal ini
untuk mempelancarkan arus pemasukan bahan makanan kekota-kota. Pada saat yang
sama,juga di bangun pasar-pasar, termasuk didaerah pendalaman seperti Ubulla.
Yaman, Damaskus, Makkah dan Bahrain. Pekan-pekan dagang berkedudukan penting
dalam menggerakan roda perekonomian. Beberapah pekan dagang yang menonjol
adalah pekan dagang ‘Ukaz yang berada di Hijaz yang berdekatan dengan sukar dan
yang lainnya. ‘Ukaz adalah sebuah Oasis diantara ta’if dan Nukhlah. Pekan dagang itu
berlangsung pada 1-20 Dzulkaidah.
Umar membangun Baitul maal yang regular dan permanen di ibu
kota,kemudian dibangun cabang-cabang dan di ibu kota provinsi. Selain sebagai
bendahara Negara, Baitul maal juga bertugas sebagai pelaksana kebijakan fiksal dan
Khalifah adalah yang berkuasa penuh atas dana tersebut. Bersamaan dengan
reorganisasi Baitul maal , Umar mendirikan diwan islam yang pertama, yang disebut
al-diwan. Sebenarnya al-diwan adalah sebuah kantor yang di tujukan untuk membayar
tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pensiun serta tunjangan lainnya dalam basis
yang regular dan tepat. Khalifah juga menunjukkan sebuah komite yang terdiri dari
Nassab ternama untuk membuat laporan sensus penduduk madinah sesuai dengan
tingkah kepentingan dan kelasnya. Menurut Abu Yusuf dalam kitabnya Al- Kharaj
laporan tesebut di susun sebagai berikut.
Tabel 3.3.
Pengeluaran untuk Tunjangan I
Nilai Jumlah yang di tetapkan untuk diberikan
Pemberian
5.000 dihram Untuk orang yang ikut perang Badar dan kaum Muhajirin yang
pertama
4.000 dihram Untuk orang-orang yang ikut perang Badar dari Kaum Anshar
4.000 dihram Untuk pejuang yan berjihad dalam barisan islam dari Badar
sampai Perjanjian Hudaibiyah
3.000 dihram Untuk pasukan yang berjihat dalam barisan islam dari perjanjian
Hudaibiyah sampai akhir peristiwa orang-orang mutrad
2.000 dihram Untuk pejuang yan berjihad dalam barisan islam
500 dihram Untuk satuan pasukan kelompok musanna
300 dihram Untuk satuan pasukan Tsabit

7
250 dihram Untuk satuan pasukan kelompok Ar-Rabi’
200 dihram Untuk penduduk Hajar dan Ubad
100 dihram Untuk anak-anak yang ikut serta dalam berbagai pertempuran
500 dihram Untuk istri para pasukan di perang Badar
400 dihram Untuk istri para pasukan diperang Badar sampai perjanjian
Hudaibiyah
300 dihram Untuk istri para pasukan, mulai dari perjanjian Hudaibiyah
sampai perang Riddah
200 dihram Untuk istri para pasukan pada perang Qodisiyah dan Yarmuk

Permasalahan ekonomi di masa Khalifah ketiga Usman bin Affan ( 47 SH-


35H/577-656 M) Semakin rumit, sejalan dengan semakin luasnya wilayah Negara
islam. Pemasukan Negara dari zakat, Jizyah, dan juga rampasan perang semakin besar.
Pada enam tahun pertama kepemimpinannya Balkh, Kabul,Ghazini Kerman, dan sistan
ditaklukan. Untuk menata pendapat baru, kebijakan umar di ikuti. Tidak lama islam
mengakui empat kontrak dagang setelah Negara-negara tersebut ditaklukan kemudian
tindakan efektif di terapkan dalam rangka pengembangan sumber daya alam. Aliran air
di gali,jalan di bangun,pohon-pohon,buah-buhan di tanam dan keamanan perdagangan
di berikan dengan cara pemebntukan organisasi kepolisian tetap.
Di mesir, ketika angkatan laut Byzantium memasuki mesir, kaum muslim di
awal perintah Usman mampu mengerahkan dua ratus kapal dan memenangkan
peperangan laut yang hebat. Demikian, kaum muslimin membangun sepremasi kelautan
di wilayah mediteriania. Laodicea dan wilayah semenanjung Syria, Tripoli, dan Barca di
afrika Utara menjadi pelabuhan pertama Negara islam. Sementara itu biaya
pemeliharaan angkatan laut sangat tinggi yang semuanya menjadi bagian dari beban
pertahanan di periode ini.
Dalam pemerintahan Usman komposisi kelas social di dalam masyarakat
berubah demikian cepat ,yang kemudian juga menimbulkan berbagai permasalahan
sosial politik yang berbuah konflik. Tidak mudah pula mengakomondasi orang kota
yang cepat kaya karena adanya peluang-peluang baru yang terbuka menyusul di
taklukannya provinsi – provinsi baru.
Ali bin Abi Thalib (23 SH-40H/600-661 M), Khalifah yang keempat, terkenal
sangat sederhana. Mewarisi kendali pemerintahan dengan wilayah yag luas,

8
tetapibanyak potensi konflik dari Khalifah sebelumnya, Ali harus mengelolah
perekonomian secara hati-hati. Ia secara sukarela menarik dirinya dari daftar
penerimaan dana bantuan Baitul Maal, bahkan menurut yang lain dia memberikan 5.000
dihram setiap tahunnya. Ali sangat ketat dalam menjalankan keuangan Negara.salah
satu upayanya yang monumental adalah pencetakan mata uang sendiri atas nama
pemerintah islam, di mana sebelumnya ke Khalifahan islam menggunakan uang dinar
dari romawi dan dihram dari Persia.

2.1.3 PEREKONOMIAN PADA PERIODE AWAL (738-1037 M)


Pada periode ini banyak sarjana muslim yang pernah hidup bersama para
sahabat Rasulullah dan para tabi’in sehingga dapat memperoleh referensi ajaran islam
yang autentik. Beberapa diantara mereka antara lain: Abu Hanifah, Abu Yusuf,
Muhammad Bin Hasan Al Shaybani, Abu Ubayd Al-Qasim Ibn Sallam, Harith bin Asad
Al-Muhasibi, Ibn Miskwaih, Mawardi.
a. Abu Hanifah (699- 767 M)
Abu Hanifah Al-Nu’man ibn Sabit bin Zauti, ahli hukum agama islam dilahirkan
di kufah pada 699 M semasa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan. Beliau banyak
meniggalkan karya tulis, antara lain al-mukharif fi al-fiqh, al-musnad, dan al-fiqh al-
akbar. Beliau menyumbangkan beberapa konsep ekonomi salah satunya adalah salam,
yaitu suatu bentuk transaksi di mana antara pihak penjual dan pembeli sepakat bila
barang yang dibeli dikirimkan setelah dibayar secara tunai pada waktu kontrak
disepakati. Beliau menkritisi prosedur kontrak tersebut yang cenderung mengarah
kepada perselisihan antara yang memesan barang dengan cara membayar lebih dulu,
dengan orang yang membelikan barang. Beliau mencoba menghilangkan perselisihan
ini dengan merinci lebih jauh apa yang harus diketahui dan dinyatakan dengan jelas
didalam kontrak, seperti jenis komoditas, kualitas, kuantitas, waktu, dan tempat
pengiriman. Beliau memberikan persyaratan bahwa komoditas tersebut harus tersedia di
pasar selama waktu kontrak dan waktu pengiriman.
Salah satu kebijakan beliau adalah menghilangkan ambiguitas dan perselisihan
dalam masalah transaksi, hal ini merupakan salah satu tujuan syariah dalam
hubungannya dengan jual beli. Beiau menyebutkan contoh, murabahah. Dalam
murabahah persentase kenaikan harga didasarkan atas kesepakatan antara penjual dan
pembeli terhadap harga pembelian yang pembayarannya diangsur. Pengalaman beliau di

9
bidang perdagangan menjadikan beliau dapat menentukan mekanisme yang lebih adil
dalam transaksi ini dan transaksi yang sejenis.
Abu Hanifah sangat perhatian pada orang-orang lemah. Beliau tidak
membebaskan perhiasan dari zakat dan akan membebaskan kewajiban membayar zakat
bagi pemilik harta yang dililit huang. Beliau tidak memperbolehkan pembagian hasil
panen (muzara’ah) dari penggarap kepada pemilik tanah dalam kasus tanah yang tidak
menghasilkan apapun. Hal ini dilakukan untuk melindungi para penggarap yang
umunya orang lemah.
b. Abu Yusuf (731-798 M)
Abu Yusuf barangkali merupakan fuqaha pertama yang memiliki buku (kitab)
yang secara khusus membahas masalah ekonomi. Kitabnya yang berjudul Al-Kharaj,
banyak membahas ekonomi publik, khususnya tentang perpajakan dan peran negara
dalam pembangunan ekonomi. Kitab ini ditulis atas permintaan khalifah Harun ar-rasyid
untuk pedoman dalam menghimpun pemasukan atau pendapatan negara dari kharaj, ushr,
zakat, dan jizyah. Kitab al-kharaj mencakup berbagai bidang antara lain: tentang
pemerintahan, keuangan negara, pertanahan, perpajakan, dan peradilan.3
Dalam pemerintahan, beliau menyusun sebuah kaidah fiqh yang sangat populer,
yaitu Tasarruf al-Iman ‘ala Ra’iyyah Manutun bi al-Mashlahah (setiap tindakan
pemerintah yang berkaitan dengan rakyat senantiasa terkait dengan kemaslahatan
mereka). Beliau menekankan pentingnya sifat amanah dalam mengelola uang negara,
uang negara bukan milik khalifah, tetapi amanat Allah dan rakyatnya yang harus dijaga
dengan penuh tanggung jawab. Beliau sangat menentang pajak atas tanah pertanian dan
mengusulkan pergantian sistem pajak tetap atas tanah menjadi sistem pajak proprosional
atas hasil pertanian. Sistem proporsional ini lebih mencerminkan rasa keadilan serta
mampu menjadi automatic stabilizer bagi perekonomian sehingga dalam jangka panjang
perekonomian tidak akan berfluktuasi terlalu tajam.
Abu Yusuf menekankan pentingnya prinsip keadilan, kewajaran, dan
penyesuaian terhadap kemampuan membayar dalam perpajakan, serta perlunya
akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara. Beliau juga membahas teknik dan
sistem pemungutan pajak, serta perlunya sentralisasi pengambilan keputusan dalam
administrasi perpajakan.4

A. Rahman Ritonga , et al, 1996, eksiklopedia hukum islam, jakarta: PT Ichtiar baru 3
Pemikiran Abu Yusuf tentang perpajakan sangat mirip dengan konsep Adam smith tentang “canon of 4
.taxation”, yaitu equal, certain, convenient, and economical

10
Menurutnya, negara memiliki peranan besar dalam menyediakan barang atau
fasilitas publik, yang dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi, seperti: jalan,
jembatan, bendungan dan irigasi. Dalam aspek mikro ekonomi, beliau juga telah
mengkaji, bagaimana mekanisme harga bekerja dalam pasar, kontrol harga, serta
apakah pengaruh berbagai perpajakan terhadapnya.

c. Muhammad bin al-Hasan al-Syaibani (750-804 M)


Dalam risalahnya yang berjudul al-iktisab fi ar-rizq al-mustathab membahas pendapatan
dan belanja rumah tangga. Beliau menguraikan perilaku seorang muslim yang baik serta
keutamaan orang yang suka berderma dan tidak suka meminta-minta. Beliau
mengklasifikasikan jenis pekerjaan kedalam 4 hal yaitu hijarah dalam risalah yang lain
kitab al-hasl, beliau telah membahas masalah kerja sama usaha dan bagi hasil.
d. Abu ubayd Al-Qasim Ibn Sallam (838 M )
Buku yang berjudul Al- Amwal ditulis oleh abu ubayd merupakan suatu buku
yang membahas keuangan pablik atau kebijakan fisal secara negara, pengumpulan dan
penyaluran zakat, Khums,kharaj,fay,dan berbagai sumber penerimaan negara lainnya.
e. Harith bin Asad Al- muhasidi (859 M)
Beliau menulis buku berjudul al-makasib yang membahas cara-cara memperoleh
pendapatan sebagai mata pencaharian melalui perdagangan, industri dan
kegiatanekonomi produktif lainnya. Pendapatan ini harus di peroleh secarah baik dan
tidak melampaui batas atau berlebihan. Laba dan upah tidak boleh di pungut atau di
bayar kan secara zalim, sementara menarik diri dari kegiatan ekonomi bukan lah iskap
muslim yang benar-benar islami. Belaiu menganjurkan agar masyarakat harus saling
kerjasama dan mengutuk sikap pedagang yang melanggar hukum demi mencari
keuntungan.
f. Ibnu miskawaih (1030 M)
Salah satu pandangannya yang terkait dengan aktivitas ekonomi adalah tentang
pertukaran dan peranan uang. Beliau menyatakan bahwa manusia merupakan mahluk
sosial dan tidak bisa hidup sendiri. Untuk memenuhi kebtuhan hidupnya, manusia harus
bekerjasama dan saling membantu dengan sesamanya.
g. Mawardi (1058 M)
Gagasannya tentang ekonomi dapat di lihat dalam kitabnya Al-ahkam As
sultaniah, berbicara tentang pemeritah dan administrasi yang berhubungan dengan
11
kewajiban pemimpin,pendapatan,pengeluaran pablik dan pengawasan pasar menurutnya
ada 4 lapangan usaha untuk mencari nafkah yaitu pertanian, pertenakan, perdagangan
dan industri. Mencari nafkah yang lebih cukup untuk memenuhi kebutuhan seseorang
bisa di benarkan, dengan tujuan untuk pengeluaran hal-hal baik. Namun mencari nafkah
untuk menimbun kekayaan dan sombong terhadap orang lain adalah hal yang buruk.

2.1.4 PEREKONOMIAN PADA PERIODE KEDUA (1058-1446 M)


Pemikiran ekonomi pada masa ini banyak dilatar belakangi oleh menjamurnya
korupsi dan dekadensi moral, serta melebarnya kesenjangan antara golongan kaya dan
miskin, meskipun secara umum kondisi perekonomian masyarakat islam berada dalam
taraf kemakmuran. Di antara pemikir- pemikir ekonomi Islam pada masa itu adalah
sebagai berikut :
a. Al-Ghazali (1055 – 1111 M)
Al-Ghazali dikenal memiliki pemikiran yang luas dalam berbagai bidang.
Bahasanya tentang ekonomi dapat ditemukan dalam karya monumentalnya ihya ‘ulum
al-Din, di samping dalam Usul al-Fiqh, al-Mustafa, Mizan al- Amal dan al-Tibr al-
Masbuk fi nasihat al-Muluk.5 Bahasan ekonomi Al-Ghazali mencakup aspek luas,
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi : pertukaran dan evolusi pasar,
produksi, barter dan evolusi uang, serta peranan negara dan keuangan publik.
Dalam pandangan Al-Ghazali, kegiatan ekonomi merupakan amal kebajikan
yang dianjurkan oleh islam. Kegiatan ekonomi harus ditujukan mencapai masalah untuk
memperkuat sifat kebijaksanaan, kesederhanaan, dan keteguhan hati manusia. Bagi Al-
Ghazali, pasar merupakan bagian dari “keteraturan alami”, ia menerangkan bagaimana
evolusi terciptanya pasar. Beliau telah mendiskusikan kerugian dari sistem barter dan
pentingnya uang sebagian alat tukar dan pengukur nilai barang dan jasa. Beliau
mengibaratkan uang sebagai cermin, cermin tidak punya warna namun dapat
merefleksikan semua harga.
Al-Ghazali juga banyak menyoroti kegiatan-kegiatan bisnis yang dilarang atau
diperbolehkan dalam pandangan islam. Beliau juga mengemukakan pelarangan riba
karena melanggar sifat dan fungsi uang. Sebagaimana juga penimbunan barang-barang
Di dunia barat al- ghazali dikenal dengan ” algazel “ dan sering dibandingkanTthomas Aquinas. Kitabnya ihya 5
‘ulum aldin sering dibandingkan dengan summa theologicanya Thomas Aquinas. Kitab ini merupakan
.kompendium yang lengkap tentang ajaran islam terhadap berbagai aspek kehidupan

12
pokok untuk kepentingan individual. Beliau juga menganggap bahwa korupsi dan
penindasan merupakan faktor yang dapat menyebabkan penurunan ekonomi, karenanya
pemerintah harus memberantasnya. Pemerintah tidak diperbolehkan memungut pajak
melebihi ketentuan syariat, kecuali jika sangat terpaksa, contohnya yaitu ketika
pengeluaran untuk sektor penting, misalnya pertahanan negara membutuhkan dana
besar sementar sumber penerimaan yang normal tidak mencukupi.
b. Ibn Taimiyah (1263 – 1328 M)
Ibn Taimiyah adalah seorang fuqaha yang mempunyai karya pemikiran dalam
berbagai bidang ilmu yang luas, termasuk dalam bidang ekonomi. Dalam bukunya
beliau banayk membahas problema ekonomi yang dihadapi saat itu, baik dalam tinjauan
sosial maupun hukum islam. Meskipun demikian, karyanya banyak mengandung ide
yang berpandangan ke depan, sebagaimana kemudia banyak dikaji oleh ekonom barat.
Karyanya juga mencakup aspek makro maupun mikro ekonomi.
Ibn Taimiyah telah membahas pentingnya suatu persaingan dalam pasar yang
bebas, peranan dan lingkup dari peranan negara. Negara harus mengimplementasikan
aturan main yang islami sehingga produsen, pedagang, dan para agen ekonomi lainnya
dapat melakukan transaksi secara jujur dan adil. Negara juga harus menjamin pasar
beejalan secara bebas dan terhindar dari praktik pemaksaan, manipulasi dan eksploitasi
yang memanfaatkan kelemahan pasar sehingga persaingan dapat berjalan dengan sehat.
Selain itu negara bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan dasar dari rakyatnya.
Dalam hal kepemilikan atas sumber daya ekonomi, beliau tampaknya berada
pada pandangan pertengahan jika dilihat dari pemikiran ekstrem kapitalisme dan
sosialisme saat ini. Meskipun beliau sangat menekankan pentingnya pasar bebas, tetapi
negara harus membatasi dan menghambat kepimilikan individual yang berlebihan.
Kepentingan bersama harus menjadi tujuan utama dari pembagunan ekonomi.
Banyak aspek mikro ekonomi yng dikaji oleh beliau, mislanya tentang beban
pajak tidak langsung yang dapat digeserkan oleh penjual (yang seharusnya membayar
pajak ini) kepada pembeli dalam bentuk harga beli yang lebih tinggi. Hal lain yang
dibahas adalah peranan permintaan dan penawaran terhadap penentuan harga serta
konsep harga ekuivalen yang menjadi dasar penentuan keuntungan yang wajar.
c. Ibn Khaldun (1332 – 1404 M)
Ibn Khaldun barangkali merupakan ekonom muslim yang terbesar, karena
sedemikian cemerlang dan luas bahasannya tentang ekonomi. Beliau menulis banyak
buku, dalam bukunya beliau memberikan bahasan yang luas terhadap teori nilai,
13
pembagian kerja dan perdagangan internasional, huku permintaan dan penawaran,
konsumssi, produksi ,uang, siklus perdagangan, keuangan publik, dan beberapa bahasan
makro ekonomi lainnya.
Secara umum Ibnu Khaldun sangat menekankan pentingnya suatu sistem pasar
yang bebas. Beliau menentang intervensi negara terhadap masalah ekonomi dan percaya
akan efesiensi sistem pasar bebas. Beliau juga membahas tahap-tahap pertumbuhan dan
penurunan perekonomian dimana dapat saja berbeda antara satu negara dengan negara
lainnya. Dalam situasi kemerosotan ekonomi, pajak harus dikurangi dan pemerintah
harus meningkatkan pengeluaran untuk merangsang pertumbuhan ekonomi.
Selain itu beliau berpandangan bahwa penduduk merupaka faktor penting yang
mendorong perdagangan internasional. Dengan jumlah penduduk yang besar maka akan
terjadi pembagian dan speseliasasi tenaga kerja, sehingga akan memperbesar surplus
dan perdagangan intternasionl. Selain itu pandangan beliau tentang emas dan perak
sebagai alat ukur nilai dari berbagai komuditas.
d. Nasiruddin Tusi (1093 M)
Nasiruddin tusi adalah ilmuwan muslim berpengetahuan lengkap, beliau dikenal
sebagai ahli dalam bidang asronomi, astrologi, matematika, dan tentu saja dalam bidang
ilmu sosial. Karyanya dalam bidang ekonomi ditemukan dalam kitabnya Akhlaq-e-
Nasiri.
Beliau menyebut ekonomi sebagai political economy, sebagaimana terungkap
dalam kata, siyasah-e-mudun yang beliau gunakan,. Kata ini berasal dari bahasa arab,
yaitu siyasah (politik) dan mudun (kota dan struktur perekonomiannya). Beliau
menyatakan bahwa spesialisasi dan pembagian tenaga kerja telah menciptakan surplus
ekonomi sehingga memungkinkan terciptanya kerja sama dalam masyarakat untuk
saling menyediakan barang dan jasa kebutuhan hidup. Halmini merupakan tuntutan
alamiah, sebab seseorang tidak bisa menyediakan semua kebutuhannya sendiri sehingga
menimbulkan ketergantungan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, diperlukan
suatu strategi (siyasah/politik) yang mendorong manusia untuk saling bekerja sama
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
Beliau sangat menekankan pentingnya tabungan dan mengutuk konsumsi yang
berlebihan serta pengeluaran-pengeluaran untuk aset-aset yang tidak produktif, seperti
perhiasaan dan penimbunan tidak produktif. Beliau juga merekomendasikan
pengurangan pajak, dimana berbagai pajak yang tidak sesuai dengan syrariah islam
harus dilarang.
14
2.1.5 PEREKONOMIAN PADA PERIODE KETIGA (1446-1931 M)
Dalam periode ketiga ini kejayaan pemikiran, dan juga dalam bidang lainnya,
dari umat Islam sebenarnya telah mengalami penurunan. Namun demikian, terdapat
beberapa pemikiran ekonomi yang berbobot selama dua ratus tahun terakhir,
sebagaimana tampak dalam karya dari Shah Waliullah dan Muhammad Iqbal.

a. Shah Waliullah (1703-1762 M)


Pemikiran ekonomi Shah Waliallah dapat ditemukan dalam karyanya yang
terkenal berjudul, Hujjatullah al-Baligha, di mana ia banyak menjelaskan rasionalitas
dari aturan-aturan syariat bagi perilaku manusia dan pembangunan masyarakat.
Menurutnya, manusia secara alamiah adalah makhluk sosial sehingga harus melakukan
kerja sama antara satu orang dengan orang lainnya. Kerja sama usaha (mudharabah,
musyarakah), kerja sama pengelolaan pertanian, dan lain-lain. Islam melarang kegiatan-
kegiatan yang merusak semangat kerja sama ini, misalnya perjudian dan riba. 6 Kedua
kegiatan ini mendasarkan pada transaksi yang tidak adil, eksploitatif, mengandung
ketidakpastian yang tinggi, dan beresiko tinggi.
Ia menganggap kesejahteraan ekonomi sangat diperlukan untuk kehidupan yang
baik. Dalam konteks ini, ia membahas kebutuhan manusia, kepemilikan, sarana
produksi, kebutuhan untuk bekerjasama dalam proses produksi dan berbagai bentuk
distribusi dan konsumsi. Ia juga menelusuri evolusi masyarakat dari panggung primitif
sederhana dengan budaya yang begitu kompleks di masanya. Ia juga menekankan
bagaimana pemborosan dan kemewahan yang diumbar akan menyebabkan peradaban
menjadi merosot. Dalam diskusinya tentang sumber daya produktif, ia menyoroti fakta
bahwa hukum Islam telah menyatakan beberapa sumber daya alam yang menjadi milik
sosial. Ia mengutuk praktek monopoli dan pengambilan keuntungan secara berlebihan
dari lahan perekonomian. Ia menjadikan kejujuran dan keadilan dalam bertransaksi
sebagai prasyarat untuk mencapai kemakmuran dan kemajuan.
Shah Waliallah membahas perlunya pembagian dan spesialisasi kerja,
kelemahan dari sistem barter, dan keuntungan dari penggunaaan uang sebagai alat tukar
dalam konteks evolusi masyarakat dari primitif ke negara maju. Menurutnya, kerjasama
telah membentuk satu-satunya dasar hubungan ekonomi yang manusiawi dan Islami.

Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2010), hlm. 303- 6
304

15
Transaksi yang melibatkan bunga memiliki pengaruh yang merusak. Praktek bunga
menciptakan kecenderungan untuk menyembah uang. Hal ini menyebabkan masyarakat
berlomba-lomba dalam memperoleh kemewahan dan kekayaan. Poin paling penting
dari filsafat ekonominya adalah bahwa sosial ekonomi memiliki pengaruh yang
mendalam terhadap moralitas sosial. Oleh karena itu, kejujuran moral diperlukan untuk
membentuk tatanan ekonomi.7
Untuk pengelolaan negara, maka diperlukan adanya suatu pemerintah yang
mampu menyediakan sarana pertanahan, membuat hukum dan menegakkannya,
menjamin keadilan, serta menyediakan berbagai sarana publik seperti jalan dan
jembatan. Untuk berbagai keperluan ini negara dapat memungut pajak dari rakyatnya.
Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan kegiatan negara yang penting, namun
harus memerhatikan pemanfaatannya dan kemampuan masyarakat untuk membayarnya.
Berdasarkan pengamatannya terhadap perekonomian di Kekaisaran India,
Waliallah mengemukakan dua faktor utama yang menyebabkan penurunan
pertumbuhan ekonomi. Dua faktor tersebut, yaitu: pertama, keuangan negara dibebani
dengan berbagai pengeluaran yang tidak produktif; kedua, pajak yang dibebankan
kepada pelaku ekonomi terlalu berat sehingga menurunkan semangat berekonomi.
Menurutnya, perekonomian dapat tumbuh jika terdapat tingkat pajak yang ringan yang
didukung oleh administrasi yang efisien.8
b. Muhammad Iqbal (1873-1938 M)
Pemikirannya tentang ekonomi Islam lebih terfokus pada konsep-konsep umum
yang mendasar. Dalam karyanya, Puisi dari Timur, ia menunjukkan tanggapan Islam
terhadap kapitalisme Barat dan reaksi ekstrem dari komunisme. Iqbal menganalisis
dengan tajam kelemahan kapitalisme dan komunisme, kemudian ia menampilkan suatu
pemikiran yang mengambil “jalan tengah” yang sebenarnya telah dibuka oleh Islam.
Muhammdad Iqbal sangat memerhatikan aspek sosial masyarakat, bahwakan ia
menyatakan bahwa keadilan sosial masyarakat adalah tugas besar yang harus di emban
suatu negara. Zakat dianggap mempunyai posisi yang stategis untuk mewujudkan
keadilan sosial disamping zakat juga merupakan kewajiban dalam Islam.

2.1.6 PEREKONOMIAN PADA PERIODE LANJUT (1931- SEKARANG)

/Dikutip dari http://gavouer.wordpress.com/2013/02/23/pemikiran-ekonomi-islam-klasik 7


Dikutip dari http://zulfan122.blogspot.com/2012/04/sejarah-pemikiran-ekonomi-islam.html 8

16
Era tahun 1930-an merupakan masa kebangkitan kembali intelektualitas di dunia
Islam. Kemerdekaan negara-negara muslim dari kolonialisme Barat turut mendorong
semangat para sarjana muslim dalam mengembangkan pemikirannya. Zarqa (1992)
mengklasifikasikan kontributor pemikiran ekonomi berasal dari:
a. ahli syariah Islam
b. ahli ekonomi konvensional
c. ahli syariah Islam sekaligus ekonomi konvensional

Pemikiran dan kilasan tokoh masa kontemporer, yaitu :


1. Muhammad Abdul Mannan
Sebagian karya Abdul Mannan adalah Islamic Economics, Theory and
Practice, Delhi, Sh. M. Ashraf, 1970. Buku ini oleh sebagian besar mahasiswa dan
sarjana ekonomi Islam dijadikan sebagai buku teks pertama ekonomi Islam. Abdul
Mannan menerbitkan buku lagi pada tahun 1984 yakni The Making of Islamic
Economiy. Buku tersebut menurut Mannan dapat dipandang sebagai upaya yang lebih
serius dan terperinci dalam menjelaskan bukunya yang pertama.
Mannan berpendapat bahwa ekonomi Islam itu berhubungan dengan produksi,
distribusi, dan konsumsi barang jasa di dalam kerangka masyarakat Islam yang di
dalamnya jalan hidup Islami ditegakkan sepenuhnya. Oleh karenai itu, Mannan
menempatkan manusis sebagai homo economicus Islamicus.
Pada masalah ‘kelangkaan’, Mannan berpendapat bahwa dalam ekonomi
manapun, kelangkaan itu sama saja dan dianggap sebagai masalah ekonomi. Yang
membedakan sistem ekonomi Islam dari sistem sosio-ekonomi lain adalah sifat
motivasional yang memengaruhi pola, struktur, arah, dan komposisi penduduk,
distribusi, dan konsumsi”. Dengan demikian, tugas utama ekonomi Islam
adalah“menganalisis factor-faktor yang memengaruhi asal-usul permintaan dan
penawaran sehingga dimungkinkan untuk mengubah keduanya kea arah distribusi yang
lebih adil”.
Dalam masalah produksi, Mannan banyak membahas kualitas, kuantitas,
maksimalisasi dan partisipasi sebagai sifat proses produksi. Sistem ekonomi Manan
dalam hal ini lebih tampak elektik. Pandangannya terhadap perlunya ‘surplus produksi’
agak bermakna ganda dan membingungkan secara ekonomis. Menurutnya produksi
tidak dilakukan hanya sebagai tanggapan atas permintaan pasar, melainkan didorong
kepada pemenuhan kebutuhan dasar.Semua pandangan ini masih memerlukan
17
klarifikasi dan uraian yang masuk akal. Sekalipun demikian, Mannan telah
menyebutkan sejumlah ciri khusus sistem ekonomi Islam, yaitu berkisar pada
pemilikan, ditribusi, konsumsi dan produksi.
Selanjutnya bangunan sistem ekonomi Abdul Mannan tergambar sebagai
berikut; pertama harus ada keterpaduan antara individu, masyarakat dan Negara.
Selanjutnya mekanisme pasar dan peran negara harus jelas. Kepemilikan swasta yang
bersifat relatif dan kondisional, implementasi zakat, dan pelarangan riba.

2. Muhammad Nejatullah Siddiqi


Tidak seperti Mannan, Siddiqi melihat kegiatan ekonomi sebagai sebuah aspek
budaya yang muncul dari pandangan dunia seseorang. Siddiqi juga menolak
determinisme ekonomi Marx. Bagi Siddiqi, ekonomi Islam itu harus memanfaatkan
teknis produksi terbaik dan metode organisasi yang ada. 9 Sifat Islamnya terletak pada
basis hubungan antar manusia, di samping pada sikap dan kebijakan-kebijakan sosial
yang membentuk sistem tersebut. Ciri yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan
sistem-sistem ekonomi modern, adalah bahwa di dalam suatu kerangka Islam,
kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi merupakan sarana untuk mencapai tujuan
spiritual dan moral.10 Oleh karena itu, Siddiqi mengusulkan modifikasi teori neoklasik
konvensional dan peralatannya untuk mewujudkan perubahan orientasi nilai, penataan
kelembagaan dan tujuan yang hendak dicapai.
Siddiqi memandang pemenuhan kebutuhan ekonomi sebagai sarana untuk
mencapai tujuan hidup yang lebih besar, yaitu ridha Allah SWT dan mencapai sukses
(falah) di dunia dan akhirat. Tujuan itu hanya dapat terwujud jika kegiatan ekonomi
ditentukan oleh moralitas dan spritualitas dan bahwa keuntungan ekonomi bukanlah
merupakan biaya untuk mewujudkan nilai-nilai moral dan spiritual.
Analisis bangunan sistem ekonomi Siddiqi sebenarnya adalah analisis neoklasik
yang dimodifikasi. Modifikasi tersebut pada dasarnya terjadi dalam dua wilayah.
Pertama adalah asumsi perilaku yang melahirkan Islamic man. Kedua adalah upayanya
memasukkan pertimbangan fiqh ke dalam analisisnya.

3. Syed Nawab Haider Naqvi


Muhammad Nejatullah Siddiqi, Some Aspects of the Islamic Economy. (Lahore: Islamic Publication, 1978) 9
Muhammad Nejatullah Siddiqi, Muslim Economic Thinking; A Survey of Contemporary Literature, (Islamic 10
Foundation. United Kingdom.1981)

18
Naqvi berpendapat bahwa kegiatan ekonomi harus dilihat sebagai subset dari
upaya manusia yang lebih luas untuk mewujudkan masyarakat adil berdasarkan pada
prinsip etika ilahiyah, yakni al-adl wa l-ihsan.11 Hal itu berarti bahwa etika harus secara
eksplisit mendominasi ekonomi Islam dan yang membedakan sistem ekonomi Islam
dari sistem lainnya. Selanjutnya Naqvi mereferensikan adanya kebijakan-kebijakan
yang memihak kaum miskin dan mereka yang lemah secara ekonomis. Untuk mencapai
dua hal tersebut, diperlukan peran utama negara di dalam kegiatan ekonomi. Negara
tidak hanya berperan sebagai regulator kekuatan-kekuatan pasar dan penyedia
kebutuhan dasar seperti yang terdapat di dalam pandangan Mannan dan Siddiqi, tetapi
juga sebagai partisipan aktif dalam produksi dan distribusi, baik di pasar produk
maupun faktor produksi, demikian pula peran negara sebagai pengontrol sistem
perbankan.
Bagi Naqvi harus ada intrumen kebijakan yang luas selain masalah penghapusan
riba dan pemberlakuan zakat. Naqvi melihat penghapusan riba tidak hanya sebagai
penghapusan bunga, melainkan penghapusan segala bentuk eksploitasi dan penolakan
seluruh sistem feodalistik-kapitalistik yang menurutnya mau melakukan eksploitasi
untuk meningkatkan pertumbuhan.

4. Monzer Kahf
Monzer Kahf melihat ekonomi dalam suatu sistem ekonomi Islam tidak dari
sudut pandang afiliasi keagamaan, melainkan sebagai agen yang bersedia menerima
paradigma Islam. Seorang agen ekonomi bisa saja muslim atau nonmuslim sepanjang ia
bisa meneriman tata nilai dan norma ekonomi di dalam Islam.
Kahf juga menyebutkan fungsi Negara dalam perencanaan maupun Negara
sebagai produsen (bagi barang-barang publik) dan konsumen. Seperti, Pemerintah
fungsinya adalah sebagai regulator, akan menegakkan aturan-aturan, seperti
memberantas riba, melaksanakan pemungutan zakat, melakukan pengawasan terhadap
praktek ekonomi yang bohong, palsu, dusta. Dalam hubungan ini ia menyebut lembaga
al-hisbah.
Sesuai dengan landasan atau pilar sistem ekonomi Islam, individu maupun
Negara menerima ‘rules of the game’ yang menurut Kahf menjunjung tinggi nilai

Syed Nawab Haider Naqvi, On Replacing the Istitution of Interest in a Dyinamic Islam, (Pakistan: Institute of 11
Development Economics, 1983)

19
kesamaan, persaudaraan, tanggung jawab, akuntabilitas, penuh semangat, perbaikan,
perdamaian, dan kerja sama.12
Kahf menyebutkan soal kepemilikan dalam bagian yang membicarakan
produksi13 dan prinsip dasar sistem ekonomi Islam14 Manusia yang muncul dalam
posisinya sebagai Khalifah Allah Swt.di muka bumi, memiliki hak dan tanggung jawab
untuk memiliki dan memanfaatkannya. Sama seperti pendapat para ahli yang lain, hak
memiliki ini terbatas dan sah, sejajar dengan tanggung jawab manusia untuk bertindak
sesuai dengan kehendak dan hukum Allah Swt. Bahwa kekayaan tidak boleh
terkonsentrasikan di tangan sedikit orang saja, dan itu mengharuskan adanya kerjasama
antarmanusia dalam pemanfaatannya.
Kahf lebih menyukai struktur pasar daripada mekanisme perencanaan terpusat,
untuk mendukung pandangannya ini, ia mengambil contoh dari Nabi Saw, yang
menolak untuk menetapkan harga dan membiarkan pasar menetapkan tingkat harga,
namun ia juga menambahkan bahwa pasar haruslah berfungsi dengan baik, yakni bebas
dari manipulasi. Kahf melihat prinsip kebebasan-dantanggung jawab ini lebih terwujud
di dalam kerja sama daripada di persaingan, dan kemudian menjadikan kerja sama
sebagai tema atau fondasi umum di dalam organisasi Islam.

5. Baqir As-Sadr
Bagi Baqir as-Sadr, Islam tidak mengurusi hukum permintaan dan penawaran
dan tidak pula hubungan antara laba dan bunga dan tidak pula fenomena diminishing
return di dalam produksi, yang baginya merupakan ilmu ekonomi. Dengan demikian,
ekonomi Islam adalah doktrin karena ia membicarakan semua aturan dasar dalam
kehidupan ekonomi dihubungkan dengan ideologinya mengenai keadilan(sosial).
Demikian pula system ekonomi Islam adalah sebuah doktrin, karena menurut Sadr,
sistem ekonomi Islam berhubungan denga pertanyaan apa yang seharusnya berdasar
pada kepercayaan, hukum, sentiment, konsep dan definisi Islam yang diambil dari
sumber-sumber Islam. Di dalam doktrin ekonominya, keadilan menempati posisi
sentral. Keadilan merupakan penilaian moral dan tidak dapat diuji. Sebaliknya, ia
merupakan rujukan atau tolak ukur untuk melihat teori,kegiatan dan keluaran ekonomi.

.Monzer Kahf. The Islamic Economy. (Canada: Plainfield, 1978),hlm.52-53 12


.Ibid, hlm 37-38 13
Monzer Kahf, “Islamic Economic System” in Ghazali and Omar, Reading in the Concept and Methodology in 14
.Islamic Economics, ( Malaysia: Pelanduk Publications, 1989),hlm 77

20
Sadr melihat sistem ekonomi Islam sebagai bagian dari sistem Islam secara keseluruhan
dan harus dipelajari sebagai keseluruhan interdisipliner,bersama dengan seluruh anggota
masyarakat yang merupakan agen-agen sistem Islam itu. Ia menyarankan agar orang-
orang memahami dan mempelajari pandangan dunia Islam lebih dahulu jika ingin
mendapatkan hasil yang memuaskan dalam menganalisis sistem ekonomi Islam. Di
dalam pendekatan yang bersifat holistik inilah Sadr membahas doktrin ekonominya.
Dilihatnya manusia mempunyai dua kepentingan yang saling bertentangan secara
potensial, yakni kepentingan pribadi dan sosial. Sadr melihat bahwa solusinya pada
agama, dan inilah peran yang dimainkan oleh agama dalam system ekonomi Islam.
Jadi menurut Sadr, ekonomi Islam adalah sebuah doktrin, dimana semua aturan
dasar dalam kehidupan ekonomi dihubungkan dengan ideologinya mengenai
kesejahteraan dan keadilan social. Keadilan menempati posisi sentral. Keadilan
merupakan penilaian moral dan tidak dapat diuji.
Dalam sistem ekonomi, distribusi sangat penting. Distribusi pendapatan adalah
suatu proses pembagian (sebagian hasil penjualan produk total) kepada faktor-faktor
yang ikut menentukan pendapatan. Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor tenaga
kerja, tanah, modal, dan managemen. Besaran distribusi pendapatan ditentukan oleh
tingkat peranan masing-masing faktor produksi.
Sadr membagi distribusi menjadi dua bagian, yakni distribusi sebelum prodoksi
(pre-production distribution) dan sesudah produksi (post-production distribution).
Penjelasan Sadr mengenai hal ini didasarkan pada ajaran atau hukum yang berhubungan
dengan pemilikan dan distributive rights.

6. Taqiyuddin an Nabhani
Menurut Taqiyuddin an-Nabhani, sistem ekonomi Islam merupakan bagian dari
keseluruhan sistem Islam. Falsafah ekonomi berpijak pada upaya menjalankan aktivitas
perekonomian dengan berpegang teguh kepada perintah dan larangan Allah SWT yang
didasarkan hubungan manusia dengan-Nya. Dalam pandangan Taqiyuddin an-Nabhani,
Islam juga menjadikan pengaturan urusan rakyat atau mereka yang memiliki
kewarganegaraan dalam menjalankan aktivitas perekonomian terikat dengan hukum-
hukum syara' sebagai suatu perundangundangan sehingga mereka diberi kebolehan
sesuai dengan apa yang diperbolehkan Islam kepadanya.
Menurut Taqiyuddin an-Nabhani, salah satu masalah ketidak seimbangan antara
kepemilikan kekayaan alam yang melimpah dengan keberhasilan pembangunan
21
ekonomi sebagaimana yang terjadi di banyak negara muslim adalah ketidak jelasan
konsep kepemilikan. Dibeberapa negara Asia dan Afrika, kekayaan tambang, hutan, dan
kekayaan alam lainnya tidak cukup mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
masyarakat. Sehingga secara kategori masih tergolong negara berkembang atau
mungkin negara terbelakang, penyebabnya adalah dikuasainya kekayaan alam oleh
sebagian kecil individu masyarakat.
Dalam pandangan Taqiyuddin an-Nabhani, masalah krusial lain yang dijelaskan
Islam terkait dengan aplikasi kepemilikan adalah persoalan distribusi kekayaan
ditengah-tengah manusia. Dimana kebutuhan primer manusia bersifat individual,
pemenuhannyapun bersifat individual. Oleh karena itu, sampainya alat pemuas
kebutuhan kepada sesetiap orang menjadi sangat urgen. Secara makro jumlah alat
pemuas kebutuhan yang ada disebuah negara cukup jika dibagi kepada setiap-setiap
orang, namun karena buruknya pola distribusi kekayaan itu tidak dapat sampai kepada
sesetiap individu. Dengan kata lain, pola distribusi yang baik adalah pola distribusi yang
memberikan jaminan bagi setiap individu untuk memenuhi kebutuhan primernya dan
memungkinkan sesetiap individu untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya.
Menurut Taqiyuddin an-Nabhani, peran negara yang paling utama yang berkaitan
dengan politik ekonomi adalah pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat
secara menyeluruh, berikut kemungkinan pemenuhan kebutuhan sekunder dan
tersiernya sesuai dengan kadar kesanggupannya. Dalam hal ini, peran negara bukan
hanya bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan dalam sebuah negara semata,
tanpa memperhatikan terjamin tidaknya sesetiap orang untuk menikmati kehidupan
tersebut. Fungsi inilah yang diperankan oleh negara dengan sejumlah paket kebijakan
yang diambil.

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekonomi islam pada dasarnya mucul pertama kali bersamaan dengan lahirmya ajaran islam
pada abad ke-7 karena ajaran islam tidak hanya memberikan panduan ritual, namun juga dalam
berkehidupan bermasyarakat termasuk dalam aktivitas ekonomi. Sejarah ekonomi islam pada
dasarnya bersumber dari ide dan praktik ekonomi yang dilakukan oleh Muhammad Saw, dan
para sahabatnya serta pengikut-pengikutnya sepanjang zaman. Diversifikasi praktik ekonomi
yang dilakukan masyarakat muslim setelah nabi Muhammad Saw, bisa dianggap sebagai acuan
sejarah ekonomi islam selama tidak bertentangan dengan ajaran islam. Periodesasi sejarah
pemikiran ekonomi islam dalam dikategorikan menjadi periode pertama (738-1037), periode
kedua (1058-1446), periode ketiga (1446-1931), dan periode kontemporer (1931-sekarang).
Periodesasi ini masih didasarkan pada kronologikal (urutan waktu) semata, bukan berdasarkan
kesamaan atau kesesuaian ide pemikiran.

3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada
saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada
terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya karena kami adalah hamba
Allah yang tak luput dari salah dan lupa.

23
Daftar Pustaka

Janwari, Yadi. 2017. Peradaban Ekonomi Islami. Bandung : PT Remaja Rosdakarya


P3EI, 2007. Ekonomi Islam. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Ulum, Fahrur. , Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, [pdf],
(http://digilib.uinsby.ac.id/20227/1/Sejarah%20pemikiran%20ekonomi%20Islam.pdf, diakses
tanggal 27 Oktober 2018)
Santoso, Sugeng. , Sejarah Ekonomi Islam Masa Kontemporer, [pdf],
(https://media.neliti.com/media/publications/64366-ID-sejarah-ekonomi-islam-masa-
kontemporer.pdf, diakses tanggal 27 Oktober 2018)
Mudhiiah, Kharidatul. , Analisis Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Masa Klasik, [pdf],
(https://media.neliti.com/media/publications/90671-ID-analisis-sejarah-pemikiran-ekonomi-
islam.pdf, diakses tanggal 27 Oktober 2018)

24

Anda mungkin juga menyukai