Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN EKONOMI ISLAM DI INDONESIA


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah dan Pemikiran Ekonomi Islam

Dosen Pengampu: Fita Nurotul Faizah, ME.

Disusun oleh:
1. Minatus Najihah (2105026008)
2. Fildza Mafazin Nisa (2105026021)
3. Alif Trengginas (2105026027)
4. Oktavia Nur Fadhilla (2105026036)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muahmmad SAW. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada Ibu Fita Nurotul Faizah, ME., selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah dan Pemikiran
Ekonomi Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memnuhi tugas makalah dan presentasi
pada mata kuliah Sejarah dan Pemikiran Ekonomi Islam. Selain itu, makalah yang berjudul “Sejarah dan
Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia” ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
berbagai pemikiran-pemikiran dan perbedaan pendapat dari para ahli Sejarah dan Pemikiran Ekonomi
Islam bagi penulis serta para pembaca.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Semarang, 27 September 2022

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 2

2 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Awal Masuknya Ekonomi Islam .................................................................................. 3

1. Perekonomian Pra Islam ......................................................................................... 3


2. Perekonomian Masa Nabi Muhammad SAW ......................................................... 4

2.2 Perkembangan Ekonomi Islam Di Indonesia ............................................................... 6

3 BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 13

3.2 Saran ............................................................................................................................ 13

DAFAR PUSTAKA ......................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekonomi syariah atau ekonomi islam mulai berekembang pada masa


ekonomi klasik tahun 783 M – 1932 M. perkembangan ini ditandai dengan adanya
pemikiran-pemikiran para ahli seperti Abu Ubaid Al-Qasim yang membuat buku
berjudul al-Amwal (the wealth). Pada taun 1058 M- 1466 M, pemikiran ekonomi
di bantu oleh ibn khaldun.dan perkembangan silam berlanjut sampai tahun 11446-
1932 lahirnya ekonomi islam ini berawal dari kesadsran para ilmuan muslim yang
beranggapan bahwa harus adanya pengembalian agama islam dalam keseharian.
Hal ini terjadi pada masa itu para ilmuan tidak dapat memecahkan masalah
kontemporer dengan ilmu ekonomi masa itu. Maka mulai muncul lah pemikiran
ekonomi islam. Ekonomi islam muncul dengan membawa konsep pemerataan
distribusi dan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Adanya ekonomi islam
menjadi sebuah alternatif dari ekonomi konvensionl yang berkembang pesat
hingga saat ini.

Perkembangan ekonomi islam di Indonesia memiliki respon yang cukup baik


dari beberapa pihak. Pemerintah memberikan dukungan kepada ekonomi islam
agar dapat berkembang. Dukungan yang diberikan pemerintah salah satunya
seperti membuat produk-produk hukum yang mendukung dan mengatur praktik
didalam aktivitas didalam ekonomi islam. Disamping itu adanya dukungan
pemerintah untuk mengembangkan ekonmi islam di indonesia untuk mencapai
tujuannya yaitu maqasid assyariah. Ekonomi islam bertujuan untuk mewujudkan
kemaslahatan manusia di dunia maupun diakhirat. Dan tujuan ini sudah
berdasarkan dengan syariah agama islam.

1
1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana awal masuknya ekonomi Islam?
2. Bagaimana perkembangan pemikiran ekonomi Islam di Indonesia?

1.2Tujuan
1. Mengetahui awal masuknya ekonomi Islam.
2. Mengetahui perkembangan pemikiran ekonomi Islam di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 AWAL MASUKNYA EKONOMI ISLAM

Ekonomi Islam bermula dari pemikiran manusia yang tetap berpedoman


dengan Qur‟an dan Sunnah. Sebelum munculnya ekonomi dengan sistem Islam di
Arab, terdapat ekonomi yang dilakukan pada masa pra-Islam.

1. Perekonomian Pra-Islam

Perekonomian pra-Islam memiliki aspek penting yaitu terdapat pada bidang


pertanian. Sebelum masa Nabi Muhammad SAW, masyarakat Arab sudah
mengenal peralatan pertanian seperti baja, cangkul, tongkat kayu, dan lain-lain
dalam menanam. Merka juga menggunakan hewan ternak untuk menar bajak dan
untuk membawa tempat air seperti unta, keledai, dan sapi jantan. Pada masa pra-
Islam, masyarakat Arab juga sudah mampu membuat bendungan aksas yang
dinamakan al-Ma’arib. Pada masa itu, mereka hjuga telah mempraktikkan sistem
irigasi guna menyuburkan tanah.

Para pemilik ladang atau sawah pada masa pra-Islam menggunakan sistem
dalam megelola pertanian mereka. Pertama adalah sistem sewa-menyewa dengan
emas atau logam mulia lain, dan juga produk-produk pertanian untuk dijadikan
sebagai alat transaksi. Kedua adalah sistem bagi hasil produk, seperti separuh
untuk pemilik modal dan separuh untuk pekerja. Selain bidang pertanian,
perdagangan juga menjadi aspek penting dala sistem ekonomi pada masa pra-
Islam. Sistem perdagangan yang dilakukan yaitu ekspor dan impor oleh pedagang
Arab Selatan dan Yaman. Komoditas ekspor Arab Selatan dan Yaman berupa
dupa, kemenyan, kayu, gaharu, minyak wangi, kulit binatang, buah kismis, anggur,

3
dan lain sebagainya. Komoditas yang diimpor dari Afrika Timur yaitu kayu untuk
bahan bangunan, bulu burung unta, lantakan logam mulia dan badak.

Tradisi pertanian dan perdagangan di Arab sebenarnya sudah ada sebelum


adanya Islam. Berdasarkan contoh, para pedagang pada masa ini meminja modal
kepada konglomerat atau penguasa pada masanya, tetapi hal ini menyebabkan
beberapa diantara para pedagang mengalami kebangrutan sehingga mereka banyak
melarikan diri ke gurun-gurun.

2. Perekonomian Masa Nabi Muhammad Saw

Dalam memperkuat perubahan sosial yang telah berjalan, Rasulullah


melakukan proses transformasi ekonomi dengan menjadikan masjid dan pasar
sebagai sentral negara. Rasulullah SAW menyadari bahwa kegiatan ekonomi
menjadi bagian yang tidak boleh diabaikan. Ketika Rasullah SAW mengetahui
pasar di Madinah dikuasai oleh orang Yahudi dan mereka berusaha untuk
menciptakan barrierterhadap masuknya para pedagang Muslim, Rasulullah pun
merespon dengan segera membangun pasar baru. Maka terjadilah proses transisi
penguasaan aset-aset ekonomi kaum Yahudi kepada kaum Muslimin. Ketika pasar
dikuasai kaum Muslimin terbuka untuk siapa saja serta tidak dapat melakukan
monopoli dan praktek yang merugikan lainnya dan juga keadilan, kebebasan dalam
kegiatan pasar.

Dalam memperbaiki tingkat kehidupan kaum Muhajirin (pengungsi dari


Mekkah) di Madinah sangat tidak udah. Mata pencaharian mereka yang
bergantung pada sektor pertanian dan tidak ada bantuan keuangan, menjadikan hal
ini sangat sulit dilakukan. Namun Rasulullah SAW dapat menyelesaikannya
dengan cara baru. Beliau menanamkan tali persaudaraan antara kaum Anshar dari
Madinah dengan Muhajirin, yang setiap orang atau keluarga dari kaum Anshar

4
memberikan beberapa hartanya kepada saudara Muahjirinnya sampai mereka
mendapatkan mata pencaharian untuk melangsungkan hidupnya.

Pada nasa awal pemerintahan Islam, Rasulullah SAW menerapkan beberapa


larangan untuk menjaga seorang agar berbuat adil dan jujur:

1. Larangan Najsy

Najsy merupakan sebuah praktik dagang yang dilakukan oleh penjula


dengan meminta seseorang untuk memuji dagangannya atau menawar dengan
harga tinggi agar calon pembeli tertarik ntk membeli barang dagangannya. Sesuai
dengna hadits Rasulullah yang mengatakan: “Janganlah kamu sekalian melakukan
penawaran terhadap barang tanpa maksud untuk membeli.” (H.R. Tirmidzi).

2. Larangan Bay‟ Ba‟dh „Ala Ba‟dh

Praktik ini dengan melakukan penurunan harga oleh seorang kedua pihak
yang terlibat tawar menawar yang masih paham negosiasi atau baru menyelesaikan
penetapan harga.

3. Larangan Tallaqi Al-Rukban

Praktik ini dilakukan dengan cara menghadang orang-orang yang membawa


barang dari desa dan membeli barang sebelum tiba di pasar atau didistribusikan.

4. Larangan Ihtinaz dan Ihtikar

Ihtinaz merupakan praktik penimbunan harta seperti emas, perak, dan


lainnya. Sedangkan ihtikar adalh penimbunan barang-barang pokok yang
digunakan sehari-hari.

Sistem ekonomi Islam pada masa Nabi Muhammad SAW ini mengeluarkan
beberapa kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang berkitan dengan
5
kemasyarakatan yaitu kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal dipengaruhi beberapa
faktor karena fiskal termasuk bagian dari instrmen ekonomi public. Rasulullah
SAW memiliki tantangan yang sangat besar di mana dihadapkan dengan
kehidupan yang tidak menentu di mana kondisi ekonomi masyarakat yang masih
lemah maka sumber daya alam yang dapat diandalkan yaitu sektor pertanian.

Sistem ekonomi yang diterapkan oleh Rasulullah SAW berakar dari prinsip-
prinsip Al-Qur‟an yang merupakan sumber utama atau pedeoman bagi manusia
dalam melakukan berbagai kegiatan di setiap aspek kehidupannya, terutama dalam
bidang ekonomi. Manusia diberi kebebasan untuk mencari nafkah sesuai dengan
hukum dalam Islam dengan adil. Dengan demikian, pada dasarnya Islam mengakui
kepemilikan pribadi. Islam tidak membatasi kepemilikan pribadi, alat-alat
produksi, barang dagangan ataupun perdagangan tetapi melarang perolehan
kekayaan dengan cara yang tidak bermoral seperti melakukan penimbunan
kekayaan atau mengambil keuntungan dari kesulitan orang lain atau
penyalahgunaannya1.

2.2 PERKEMBANGAN PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM DI INDONESIA

Awal masuknya ekonomi di Indonesia secara sejarah Islam dapat dilihat


pada era masuknya islam atau prasejarah. Yakni pada saat para pelayar dan
pedagang yang berdatangan di Indonesia. Para pelayar tersebut datang ke
Indonesia melalui jalur pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia
dengan berbagai daerah didaratan Asia Tenggara. Para pedagang dan pelayar
tersebut memiliki tempat bersinggah di beberapa pelabuhan di daerah Sumatera
dan Jawa sekitar abad ke-1 dan abad ke-7 M. Sedangkan para pedagang muslim

1
Nur Chaimid, Jejak Langkah Sejaarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010), hlm 5-38.

6
yang berasal dari Arab, Persia dan India mulai memasuki kepulauan Indonesia
untuk berdagang sejak abad ke-7 M.

A. Era prasejarah

Sebelum terbentuknya negara kesatuan dulunya Indonesia merupakan


wilayah yang terdapat berbagai kerajaan, seperti kerajaan Aceh Darussalam,
Sumatera Selatan, Riau, Sumatera Utara dan sebagainya. Kerajan tersebut
merupakan kerajaan Islam di Indonesia yang menerapkan sistem perekonomian
Islam.

1. Kerajaan Islam Aceh Darussalam


Kerajaan Aceh menerapkan praktik wakaf, hibah, qard, takaful, zakat, infak
dan sedekah. Praktik wakaf seperti tanah wekeuh; tanah pemberian sultan
yang digunakan untuk kepentingan umum, contohnya membangun masjid,
bertani, berkebun, perabot rumah tangga dan membangun sarana umum
lainnya. Praktik hibah merujuk pada sesuatu yang pernah diberikan
Lancaster atau Beaulieu dan ini merupakan biaya marginal yang tidak dapat
diremehkan. Contohnya senjata yang bernilai tinggi, kaca, bebatuan, dan
intan. Praktik qard, praktik ini mejadi tradisi masyarakat pada abad ke-17,
peminjam yang mengalami kegagalan membayar utang maka mereka
bekerja pada pemilik modal sebagai bentuk pertanggungjawaban, kewajiban
ini dilakukan hingga ahli waris mereka. Praktik takaful, mekanisme
Lumbung Desa; penyisihan hasil panen desa untuk membantu rakyat pada
saat masa paceklik. Praktik zakat, diberikan kepada 8 golongan diantaranya
fakir, miskin, amil, ibnu sabil, fi sabilillah, gharim, muallaf, dan riqab.
Praktik infak dan sedekah yang dilakukan Syekh Abbas Kutakarang yaitu
ulama dan pemimpin perang Aceh melawan Belanda menganjurkan

7
masyarakat membantu para korban perang dalam bentuk santunan dan
sedekah.
2. Kerajaan Islam Sumatera Selatan
Kerajaan Sumatera Selatan menerapkan wakaf, ,zakat. Penerapan wakaf
yaitu berupa tanah (perkebunan dan persawahan) yang hasilnya digunakan
untuk membiayai pengelolaan masjid dan langar serta memberikan makan
orang miskin. Penghulu ditetapkan sebagai lembaga yang menangani
perwakafan pada zamannya. Penerapam zakat, yakni masyarakat yang tidak
mampu berhak meminta zakat fitrah kepada masyarakat yang mampu.
Masyarakat yang ingin menunaikan kewajiban zakat fitrah diperbolehkan
mengeluarkan zakat secara langsung kepada seseorang yang ingin di zakati
maupun melalui lembaga sebaga amil zakat yang telah ditunjuk sebagai
khatib.
3. Kerajaan Islam Riau
Kerajaan Riau menerapkan praktik wakaf, zakat,cukai, impor dan ekspor.
Praktik wakaf yang diterapkan kepada Sultan Syarif Hasyim yang
mewakafkan istana kerajaan kepada rakyat. Praktik zakat yakni kuasa imam
jajahan menerima zakat padi apabila mencapai nisabnya sepanjang agama
Islam di mana batasan yang sudah ditentukan oleh Sripaduka Sultan atau
pemimpin pada masa itu. Praktik cukai yaitu sumber keuangan public pada
Kerajaan Riau Lingga diperoleh dari cukai hasil hutan, laut, tambang,
perkebunan lada dan gambir, serta cukai Pelabuhan yang disinggahi kapal-
kapal yang berlayar di wilayah kerajaan. Praktik impor dan ekspor, Kerajaan
Siak mengimpor kebutuhan rakyat yang terdiri dari pakaian, bahan tenun
dan beras. Sedangkan komoditas ekspornya yaitu hasil produksi perkebunan
dan perikanan ke negara tetangga, seperti Singapura.
4. Kerajaan Islam Sumatra Utara
8
Kerajaan Sumatra Utara menerapkan praktik bagi hasil (mudarabah) antara
pemilik modal dengan pengelola dalam perkebunan lada. Adapun aktivitas
keuangan sosial pada Kerajaan Melayu di Sumatra Timur terlihat wakaf
pada bidang pendidikan dan dakwah, hibah pada bidang Kesehatan,
pendidikan, modal kerja dan padi sebanyak 15 kg bagi rakyat miskin, serta
zakat dan memberikan bantuan lain seperti minyak lampu yang digunakan
sebagai alat penerangan bulan Ramadhan2

Perkembangan ekonomi islam setelah masa kerajaan atau prasejarah masi berlanjut
di era berikutnya yakni era pra kemerdekaan.

B. Era Pra Kemerdekaan

Perkembangan ekonomi islam di Indonesia diawali dengan terbentuknya


organisasi Syarikat Islma yang berdiri sekitar tahun 1912. Organisasi ini berisikan
beberapa tokoh atau intelektual muslim pada masa tersebut. Oraganisasi ini
didirikan oleh Haji Samanhudi dalam rangka menerapkan ajaran ekonomi islam
untuk menentang kebijakan ekonomi kolonial Belanda. Pada tahun 1914 SI
diketuai oleh HOS Tjokroaminoto dengan tujuan memperluas usaha dalam
mengadvokasi hak ekonomi da sosio politik pribumi.3

C. Era Orde Lama

Pemikiran ekonomi Islam di Indonesia berkembang lagi pada masa


kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1950, Kaharudin Yunus menulis sebuah buku
berjudul Bersamaise. Penulisan buku ini berupaya menjembatani polemik tajam
antara kapitalisme dan sosialisme dengan menggunakan ekonomi islam. Pada

2
Ferry Syarifudd (Chaimid, 2010)in dan Ali Sakti, Praktik Ekonomi dan Keuangan Syariah Oleh Kerajaan Islam di
Indonesia, (Rajagrafindo Persada, Depok, 2021), hlm 213-558.
3
Ujang Syahrul Mubarrok, Raditiya Sukama, Badri Munir Sukoco,Perkembangan Ekonomi Islam Di Indonesia,(Jakad
Media Publishing, Surabaya,2020),hlm. 3.

9
tahun 1968 Majlis Tarjih Muhammadiyyah melakukan sebuah kajian mengenai
riba dan bunga bank.dan perekonomian secara islam mulai berjalan pada masa
orde baru.4 Hal tersebut ditandai dengan berdirinya Perkumpulan Pendukung
Ekonomi Islam (PPEI) di Jakarta, 23 November 1955. Adanya organisasi tersebut
dibersamai dengan dibentuknya panitia yag bercabang di beberapa daerah dan kota
lainnya.

D. Era Orde Baru

Gerakan eonomi islam mulai dijalankan pada periode akhir tahun 1970.
Pada tahun tersebut para tokoh indonesia mulai membuat gagasan mengenai
bank Islam. Gagasan ini dipraktekkan dalam skala kecil. Seperti Bait At-Tmwil
Teknosa pada tahun 1984 di Bandung dan Koperasi Ridho Gusti di Jakarta.5
Setalah itu masih banyak babak dan persidangan serta ketentuan baru mengenai
perbankan islam indonesia dan dengan sampai dengan berdirinya Bank
Muamalat Indonesia yang merupakan sebuah dukungan dari pemerintahan
suharto atas perkembangan perbankan islam di Indonesia. Bank Muamalat
Indonesia dioperasikan pada tanggal 1 Mei 1992. Pada 1997 tepatnya pada awal
tahun tersebut terjadi krisis ekonomi di Indonesia yang mengakibatkan
terjadinya goncangan besar terhadap lembaga perbangkan yang berakhir
liquiditas pada beberapa bank di Indonesia pada masa itu. Akan tetapi lain
halnya dengan bank syariah di Indonesia, bank-bank syariah Indonesia pada
masa itu mengalami perkembangan yang sangat pesat.6 Pada tahun 1988 sistem
perbankan islam dan pergerakan ekonomi islam mengalami kemajuan pesat.
Memasuki tahun 2000-an perkembangan ekonomi Islam mulai berkembang

4
Ibid,hlm.4
5
Ujang Syahrul Mubarrok, loc.cit
6
Ibid.hlm.37

10
pesat yang dapat dilihat dari sisi pertumbuhn asset, omset, dan jaringan kantor
lembaga perbangkan dan keuangan islam7. Seluruh umat Islam didunia dalam
ekonomi Islam berpedoman pada Al-quran yaitu terdapat pada Q.S Al-Baqarah
ayat 282, yang berbunyi:

‫ة‬َ ُ ‫ ۡكت‬َٚ ٌَ‫ب َكاتِةٌ أ‬ َ ‫ ۡأ‬َٚ ‫ة ِت ۡٱن َع ۡذ ُۚ ِل َٔ ََل‬


ُ ُۢ ِ‫َُ ُك ۡى َكات‬َّٛۡ ‫ ۡكتُة ت‬َٛ ‫س ّٗ ًّٗ فَ ۡٱكتُثُٕ ُُِۚ َٔ ۡن‬ َ ‫ ٍٍ ِإنَ َٰٓٗ أ َ َج ٖم ُّي‬ٚۡ َ‫ُتُى ِتذ‬َٚ ‫ٍَ َءا َيُُ َٰٕٓاْ ِإرَا تَذَا‬ِٚ‫ُّ َٓا ٱنَّز‬َٚ‫َٰٓأ‬َٚ
‫ٓا‬ٛ‫ف ِي‬ َ ِ٘‫ ُۚا فَنٌِ َكاٌَ ٱنَّز‬َّٛۡٗ ‫َس ِي ُُّۡ ش‬
َ ‫ ِّ ۡٱن َح ُّق‬ٛۡ َ‫عه‬ ۡ ‫َ ۡثخ‬ٚ ‫ٱّللَ َستَّ ۥُّ َٔ ََل‬ َّ ‫ق‬ ِ َّ ‫ت‬َٛ ‫ ِّ ۡٱن َح ُّق َٔ ۡن‬ٛۡ َ‫عه‬
َ ِ٘‫ًُۡ ِه ِم ٱنَّز‬ٛ‫ ۡكت ُ ۡة َٔ ۡن‬َٛ ‫ٱّللُ فَ ۡه‬ُۚ َّ ًَُّ َّ‫عه‬
َ ‫َك ًَا‬
ٍِ ٛۡ َ‫ ُكََٕا َس ُجه‬َٚ ‫ ٍِ ِيٍ ِ ّس َجا ِن ُك ۡۖۡى فَن ٌِ نَّ ۡى‬ٚۡ َ‫ذ‬ِٛٓ ‫ش‬ َ ْ‫ٱفت َۡش ِٓذُٔا‬ ۡ َٔ ‫ُّ ۥُّ ِت ۡٱن َع ۡذ ُۚ ِل‬ٛ‫ًُۡ ِه ۡم َٔ ِن‬ٛ‫ ًُِ َّم ُْ َٕ فَ ۡه‬ٚ ٌَ‫ ُع أ‬ٛ‫ ۡست َِط‬َٚ ‫يا أ َ ۡٔ ََل‬ٛ‫ض ِع‬ َ ٔۡ َ ‫أ‬
‫ش َٓذَآَٰ ُء ِإرَا َيا‬ ُّ ‫ب ٱن‬ َ ‫ ۡأ‬َٚ ‫َض َّم ِإ ۡحذَى ُٓ ًَا فَتُزَ ِ ّك َش ِإ ۡحذَى ُٓ ًَا ۡٱۡل ُ ۡخ َش ُٖۚ َٔ ََل‬ ِ ‫ش َٓذَآَٰ ِء أٌَ ت‬ ُّ ‫ض ٌَٕۡ ِيٍَ ٱن‬ ِ ‫م َٔٱيۡ َشأَت‬ٞ ‫فَ َش ُج‬
َ ‫َاٌ ِي ًٍَّ ت َۡش‬
َّ ‫ٱّللِ َٔأ َ ۡس َٕ ُو ِنه‬ ُۚ ُ ُ‫د‬
ٌَ‫َل أ‬ َٰٓ َّ ‫ش َٓذَ ِج َٔأ َ ۡدَ ََٰٓٗ أ َ ََّل ت َۡشت َات َُٰٕٓاْ ِإ‬ َّ َ‫س ُ ِعُذ‬ َ ‫شا ِإنَ َٰٓٗ أ َ َج ِه ُۚ ِّ رَ ِن ُك ۡى أ َ ۡس‬ٛ‫شا أ َ ۡٔ َك ِث‬ٛ‫غ ِي‬ َ ُُِٕ‫عٕاْ َٔ ََل ت َۡس ًُ َٰٕٓاْ أٌَ ت َۡكتُث‬
‫ة َٔ ََل‬ٞ ِ‫ضا َٰٓ َّس َكات‬ َ ُٚ ‫َعۡ ت ُ ُۡۚى َٔ ََل‬ٚ‫ ُك ۡى ُجَُا ٌح أ َ ََّل ت َۡكتُثُْٕ َۗا َٔأ َ ۡش ِٓذ َُٰٓٔاْ إِرَا تَثَا‬ٛۡ َ‫عه‬ َ ‫س‬ َ ٛۡ َ‫َُ ُك ۡى فَه‬ٛۡ َ‫شََٔ َٓا ت‬ِٚ ِ ‫ت َ ُكٌَٕ تِ َج َشج َح‬
ُ ‫اض َش ّٗج تُذ‬
َ ٍ‫ء‬َٙۡ ‫ٱّللُ تِ ُك ِّم ش‬
‫ى‬ٛٞ ‫ع ِه‬ َّ َٔ ُ‫ٱّلل‬ۗ َّ ‫ُعَ ِهّ ًُ ُك ُى‬َٚٔ َ‫ٱّلل‬
ۡۖ َّ ْ‫ٕق تِ ُك ۡۗى َٔٱتَّقُٕا‬ُ ُۢ ‫س‬ ُ ُ‫ُۚ َٔإٌِ ت َۡيعَهُٕاْ فَنََِّ ۥُّ ف‬ٞ‫ذ‬ِٛٓ ‫ش‬ َ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.
Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau
dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan
dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang
7
Jahruddin,Bambang Sutrisno, Pengantar Ekonomi Islam, (Salemba Diniyah, Jakarta selatan, 2019), hlm.36-37.

11
itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali
jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ekonomi Islam sudah berjalan sebelum Islam datang dan pada saat adanya
Islam dengan ditandainya Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul ekonomi
Islam mulai digencarkan dan dilakukan berdasarkan Al-Qur‟an dan Sunnah
sebagai sumber hukumnya. Kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak boleh
bertentangan dengan Al-Qur‟an dan Sunnah. Seiring berjalannya waktu umat Islam
didunia ingin mencapai kemaslahatan salah satunya dengan menerapkan ekonomi
(muamalah) yang berdasarkan Al-Qur‟an dan Sunnah. Salah satunya di Indonesia
yang mayoritas warga negaranya memeluk agama Islam. Saat ini Indonesia sedang
menerapkan ekonomi syariah sebagai bentuk ketaqwaan kepada Allah swt.
Indonesia sebelum menjadi negara republik pembagian wilayahnya menjadi
kerajaan. Para kerajaan Islam mayoritas menerapkan ekonomi Islam dalam
mengatur perekonomian mereka, contohnya seperti kerajaan Aceh Darussalam,
Riau, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan lain sebagainya. Kemunculan
ekonomi Islam di tandani dengan munculnya syarikat dagang pada awal abad ke-
20.

3.2 Saran

Kami sebagai penulis menyadari jika dalam penyusunan makalah diatas


masih banyak ada kesalahan serata jauh dari kata sempurna. Tentunya penulis akan
memperbaiki makalah mengacu pada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan
nantinya. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran
mengenai pembahasan makalah diatas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aravik, H. (2017). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer. Depok: K E N C A N A .

Chaimid, N. (2010). Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar .

Jaharuddin, B. S. (2019). Pengantar Ekonomi Islam. Jakarta: Salemba Diniyah.

Karim, m. A. (2001). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: The International Institute of
Islamic Thought.

Parakkasi, I. (2018). Perkembangan Ekonomi Islam Berdasarkan Sejarah, Budaya, Sosial dan
Keagamaan di Indonesia. Tekstual, 16(1).

Prandawa, M. C., Jubba, H., NB, F. R., & Wardani, T. U. (2022). Perkembangan Ekonomi Islam
di Indonesia: Antara Peluang dan Tantangan. Hukum Islam, Ekonomi dan Bisnis, 6(1),
29-47.

Syarifuddin, F., & Sakti , A. (2020). Praktik Ekonomi dan Keuangan Syariah oleh Kerajaan
Islam di Indonesia. Depok: Rajagrafindo Persada.

Ujang Mubarrok, R. S. (2020). Perkembangan Ekonomi Islam Di Indonesia . Surabaya: Jakad


Media Publishing.

14

Anda mungkin juga menyukai