Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM: PADA MASA NABI

MUHAMMAD SAW

MAKALAH

Dosen Pengampu:
Dr Ahmadiono, S.Ag., M.E.I

Oleh:
KHOLIFATAN NISA
NIM. 213206060006

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ACHMAD
SIDDIQ JEMBER
SEPTEMBER 2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan Masalah........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 3
A. Awal Pemerintahan Islam............................................................ 3
B. Perkembangan Ekonomi Islam Pada Masa Nabi Muhammad.... 5
C. Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Nabi Muhammad ........... 13
BAB III PENUTUP............................................................................... 14
Kesimpulan ................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan pemikiran ekonomi Islam secara umum dimulai dan
diturunkannya ayat ayat tentang ekonomi dalam Al- Qur’an yang
menunjukkan bahwa Islam telah menetapkan pokok pemikiran ekonomi
sejak disyariatkan Islam atau sejak Rasulullah SAW ditunjuk sebagai
Rasul. Rasulullah SAW mengeluarkan sejumah kebijakan yang
menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan,
seperti hukum, politik, perkawinan, dan ekonomi.1
Ilmu ekonomi Islam tidak dapat dipungkiri sebagai suatu studi
yang sudah lama berkembang. Namun menjadi gerakan perekonomian
Islam dalam konteks modern baru kira kira sejak seperempat abad yang
lalu, yaitu pada saat pasca-perang Dunia II berakhir banyak pemuda
mahasiswa Muslim belajar ekonomi di Barat dan mendapat wawasan
ekonomi yang luas, kemudian berupaya menghidupkan kembali prinsip,
nilai, moral, dan hukum ekonomi Islam yang dapat di aplikasikan.
Istilah ekonomi syariah dalam wacana pemikiran ekonomi Islam
kontemporer kerap diidentifikasikan dengan berbagai sebutan yang
berbeda. Ada yang menyebutnya dengan istilah “ekonomi Islam”,
“ekonomi ilahiyah”, atau “ekonomi qur’aini”. Bahkan ada pula yang
menyebutnya “ekonomi rahmatan lil ‘alamin”. Perbedaan isilah ini
sekaligus menunjukkan bahwa istilah “ekonomi Islam” bukanlah nama
baku dalam terminologi islam.2
Masalah masalah ekonomi menjadi perhatian Rasulullah SAW,
karena masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan yang harus
diperhatikan. Selanjutnya kebijakan Rasulullah SAW menjadi pedoman
oleh para penggantinya dalam memutuskan masalah masalah ekonomi. al-

1
Zaqirotul Maghfiroh, “Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Peradaban Rosulullah SAW”,
Wacana Equilibrium: Jurnal Pemikiran & Penelitian Ekonomi, Vol 8 No 2, 114.
2
Ibnudin, “Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Nabi Muhammad”, Jurnal Pendidikan dan Studi
Islam, Vol 5 No 1 (Maret 2019), 52.

1
Qur’an dan hadist di gunakan sebagai dasar pijakan teori ekonomi oleh
para khalifah dan seterusnya dalam menata kehidupan perekonomian
negara. Akan tetapi pada masa itu bentuk permasalah ekonomi masih
belum variatif , sehingga teori tentang ekonomi yang muncul masih belum
beragam. Hal ini bisa di lihat bahwa fokus ekonomi hanya tertuju pada
pemenuhan kebutuhan, keadilan, efesiensi, pertumbuhan, dan kebebasan
yang tidak lain merupakan objek utama yang menginspirasikan pemikiran
ekonomi Islam sejak masa awal Nabi Muhammad SAW.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana awal pemerintahan Islam pada masa Nabi Muhammad
SAW?
2. Bagaimana perkembangan ekonomi Islam pada masa Nabi
Muhammad SAW?
3. Bagaimana pemikiran ekonomi Islam pada masa Nabi Muhammad
SAW?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui awal pemerintahan Islam pada masa Nabi
Muhammad SAW
2. Untuk mengeahui perkembangan ekonomi Islam pada masa Nabi
Muhammad SAW
3. Untuk mengetahui pemikiran ekonomi Islam pada masa Nabi
Muhammad SAW

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal pemerintahan Islam

Kehidupan Rasulullah SAW dan masyarakat muslim di masa beliau adalah


teladan yang paling baik pada Islam, termasuk dalam bidang ekonomi. pada
periode Makkah, masyarakat Muslim belum membangun perkonomian,
dikarenakan masih berjuang dalam mempertahankan diri dari tindasan oleh
orang orang Quraish. Barulah pada periode Madinah yang di pimping oleh
Rasulullah SAW, mulai membangun masyarakat Madinah sehingga menjadi
sejahtera dan beradab meskipun pada masa itu perekonomian masih relatif
sederhana. Meskipun begitu Rasulullah SAW menunjukkan prinsip prinsip
yang mendasar bagi pengelolaan ekonomi untuk menjadi lebih baik dari yang
sebelumnya.3
Madinah merupakan negara yang baru terbentuk yang tidak memiliki harta
warisan sedikit pun. Hal ini merupakan implikasi nyata dari kehidupan
masyarakat Madinah di masa lalu yang dihiasi oleh berbagai peperangan antar
suku yang tidak pernah berhenti. Oleh karena itu, rasulullah harus memikirkan
jalan keluar untuk mengubah keadaan secara perlahan lahan. Dalam hal ini,
strategi yang dilakukan oleh Rasulullah adalah dengan melakukan langkah
langkah sebagai berikut:
1. Membangun Masjid
Setibanya di kota Madinah, tugas pertama Rasulullah yaiu
membangun masjid yang menjadi asas membentuknya kaum muslimin.
Tanah yang digunakan untuk membangun masjid yaitu sumbangan dari
Abu Bakar r.a yang membeli tanah milik dua anak yatim piatu sebesar
sepuluh dinar. Pembangunan masjid ini dilakukan menggunakan struktur
yang sederhana yaitu menggunakan bebatuan dan batu bata sebagai
dinding, daun palem sebagai atapnya dan batang pohon kurma sebagai
tiangnya. Pembangunan masjid ini dilakukan secara bergotong royong
3
Ibnudin, Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW, 53.

3
dengan Rasulullah beserta para pengikutnya, selain sebagai tempat ibadah,
masjid ini di kemudian hari dikenal sebagai masjid Nabawi dan berfungsi
sebagai Islamic Center.4
2. Merehabilitasi Kaum Muhajirin
Setelah mendirikan Masjid, tugas berikutnya yang dilakukan
Rasulullah yaiu merehabilitasi kaun Muhajirin (penduduk Makkah yang
pindah ke Madinah). Kaum yang melakukan hijrah ke Madinah yaitu
sebayak 150 keluarga baik yang sudah di Madinah maupun yang masih
dalam perjalanan, dan mereka dalam kondisi memprihatinkan dengan
membawa sedikit perbekalan. Dikota Madinah sumber mata pencaharian
hanya bergantung pada pertanian, dan pemerintah belum memounyai
kemampuan untuk membantu mereka. Untuk menghindari kemungkinan
hal negatif yang muncul dikemudian hari, Rasulullah SAW memberikan
kebijakan dengan cara menanamkan tali persaudaraan antara kaum
Muhajirin dengan kaum Anshar ( penduduk Muslim Madinah), yakni
persaudaraan berdasarkan darah. Setiap indiidu atau keluarga dari kaum
Anshar, memberikan sebagian hartanya kepada kaum Muhajirin sampai
kaum Muhajirin memperoleh mata pencaharian baru yang dapat dijadikan
pegangan.5
3. Membuat Konstitusi Negara
Setelah membangun masjid dan merehabilitasi kaum Muhajirin,
tugas dari Rasulullah sendiri yaitu membuat konstitusi negara yang
menyatakan tentang kedulatan Madinah menjadi suatu Negara. Pemerinah
menegaskan tentang hak, kewajiban dan tanggung jawab sebagai warga
negara baik muslim ataupun non Muslim yang menempati Madinah
tersebut. Selain itu Rasulullah menetapkan peraturan dilarang melakukan
berbagai aktivitas yang dapat mengganggu kehidupan manusia dan alam.6
4. Meletakkan dasar dasar sistem keuangan
4
Adiwarman azwar karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2014), 24.
5
Suharyono, Kebijakan Keuangan Publik Pada Masa Rasulullah, Jurnal Aghinya Stiesnu
Bengkulu, Vol 2 No 1, (Januari 2019), 124.
6
Adiwarman azwar karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 27.

4
Setelah itu rasulullah meletakkan dasar dasar sistem keuangan berdasarkan
dengan ketentuan ketentuan yang ada di al-qur’an. Seluruh paradigma
berpikir mengenai ekonomi serta aplikasinya dalam kehidupan sehari hari
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dihapus dan digantikan dengan
paradigma baru yang sesuai dengan nilai nilai al-qur’an, yaiu persaudaraan,
keadilan, dan kebebasan.
B. Perkembangan Ekonomi Islam Pada Masa Rasulullah SAW
adapun perkembangan pada masa tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kebijakan Fiskal Pada Masa Nabi Muhammad SAW
Dalam konsep Islam, kebijakan fiskal memiliki arti yang sangat
penting dan merupakan salah satu perangkat untuk mencapai tujuan syariah
yakni meningkatkan kesejahteraan dengan tetap menjaga keimanan,
kehidupan, intelektualitas, kekayaan dan kepemilikan. Kebijakan fiskal
lebih memegang peranan penting dalam sistem ekonomi Islam bila
dibanding dibandingkan dengan moneter. Adanya larangan tentang riba
serta kewajiban tentang pengeluaran zakat menyiratkan tentang pentingnya
kedudukan kebijakan fiskal dibandingkan dengan kebijakan moneter.
Larangan bunga yang diberlakukan pada tahun hijriyah keempat
mengidentifikasi sistem ekonomi Islam yang dilakukan oleh Nabi terutama
bersandar kepada kebijakan fiskal nya saja. 7
Dalam sistem ekonomi Islam, di kenalnya zakat, infak, sedekah, dan
wakaf (ZISWA). ZISWA menjadi unsur unsur yang terdapat dalam
kebijakan fiskal Islam. Unsur unsur ada yang bersifat wajib dan sukarela.
Adapun ciri kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam adalah:
- Pengeluaran negara dilakukan berdasarkan pendapatan, sehingga jarang
terjadi defisit anggaran.
- Sistem pajak proporsional, pajak dalam ekonomi Islam dibebankan
berdasarkan tingkat kesuburan tanah, metode irigasi maupun jenis
tanaman.

7
Ali Murtadho, konsep Fiskal Islam Dalam Historis, Jurnal Conomica Vol IV edisi 1(2013), 36.

5
- Penghitungan zakat berdasarkan hasil keuntungan bukan pada jumlah
barang. Misalnya zakat perdagangan, yang dikeluarkan zakatnya adalah
hasil keuntungan, sehingga tidak ada pembebanan terhadap biaya
produksi.8
2) Unsur unsur kebijakan fiskal pada masa Rasulullah SAW
a. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi yang diterapkan oleh Rasulullah SAW berakar
dari prinsip prinsip Qur’aini. Al-qur’an yang merupakan sumber utama
ajaran Islam telah menetapkan berbagai aturan sebagai hidayah bagi
umat manusia dalam melakukan aktiitas disetiap aspek kehidupannya,
termasuk di bidang ekonomi. prinsip Islam yang paling mendasar
adalah kekuasaan tertinggi hanya milik Allah semata dan manusia
diciptakan sebagai khalifahnya di muka bumi.9
Beberapa pemikiran ekonomi Islam yang diikuti oleh ilmuwan
barat yaitu, teori invisible hands yang berasal dari Rasulullah SAW dan
sangat populer di kalangan ulama. Teori ini berasal dari hadist Nabi
Muhammad SAW. sebagaimana disampaikan oleh Anas RA,
sehubungan dengan adanya kenaikan harga harga barang di kota
Madinah. Dalam hadits ersebut diriwayatkan sebagai berikut:
“harga melambung pada zaman Rasulullah SAW. Orang orang
ketika itu mengajukan saran kepada Rasulullah dengan berkata:
“Ya Rasul hendaknya engkau menenukan harga”. Rasulullah
SAW. bersabda: “sesungguhnya Allah-lah yang menentukan
harga, yang menahan dan melapangkan dan memberi rezeki.
Sangat aku harapkan bahwa kelak aku menemui Allah dalam
keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntutku tentang
kezaliman dalam darah maupun harta”.10

8
Ihda aini, Kebijakan Fiskal Dalam Ekonomi Islam, Al-Qisthu: Jurnal Kajian Ilmu Ilmu Hukum,
Vol 17 No 2 (2019), 44.
9
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Perekonomian Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2014), 28.
10
Iskandar Fauzi, Sistem Ekonomi dan Kebijakan Fiskal Pada Masa Rasulullah SAW,
(Yogyakara: K-Media, 2019), 4.

6
Dalam hadis tersebut jelas bahwa pasar merupakan hukum alam
yang harus dijunjung tinggi. Tidak seorang pun secara individual dapat
mempengaruhi pasar sebab pasar adalah kekuatan kolektif yang telah
menjadi ketentuan Allah SWT. Pelanggaran terhadap hak pasar,
misalnya penetapan harga dengan cara dan alasan yang tidak tepat,
merupakan ketidakadilan yang akan dituntut pertanggungjawabannya di
hadapan Allah SWT. Penghargaan Islam terhadap mekanisme pasar
berdasarkan ketentuan Allah SWT. Bahwa perniagaan harus dilakukan
secara baik dengan rasa suka sama suka. Agar mekanisme pasar dapat
berjalan dengan baik dan memberikan mutual goodwill bagi para
pelakunya, nilai nilai moralitas mutlak harus ditegakkan. Secara khusus,
nilai moralitas yang mendapatkan perhatian penting dalam pasar adalah
persaingan yang sehat, kejujuran, keterbukaan dan keadilan. Nilai nilai
moralitas ini memiliki akar yang kuat dalam ajaran Islam, sebagaimana
dicantumkan dalam berbagai ayat al-qur’an. 11
b. Sumber sumber pendapatan negara
Pada masa masa awal pemerintahan kota Madinah, pendapat
dan pengeluaran hampir tidak ada. Pada masa Rasulullah SAW hampir
seluruh pekerja, tidak mendapatkan upah/ gaji tetapi boleh mengambil
bagian dari perampasan perang seperti senjata, kuda, unta, dan barang
bergerak lainnya, pada tahun kedua setelah hijrah, sedekah dan fitrah
diwajibkan dan dibayarkan pada bulan Ramadhan. Zakat mulai
diwajibkan pembayarannya pada tahu ke 9 hijrah. Dengan adanya
perintah ini, di tunjuklah pengelola yang tidak digaji akan tetapi
mendapatkan 12,5% dari dana zakat yang ada. 12
Sumber Penerima pada masa Rasulullah SAW. dapat
digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu kaun Muslim, kaum
non Muslim, dan sumber muslim. Sumber penerimaan negara dari
kaum muslim terdiri dari kharaj, zakat, ushr, zakat fitrah, wakaf.infaq

11
Nur Rianto, Pengantar Ekonomi Syariah Teori & Prakek, ( Bandung: Pustaka Setia, 2017), 221.
12
Nur Rianto, Pengantar Ekonomi Syariah Teori & Praktik, 259.

7
dan shadaqah, amwal fadhla, nawaib, khumus atau rikaz. Sementara
pendapatan kaum non Muslim, yaitu jizyah, kharaj, ushr. Dan sumber
penerimaan lain, yakni ghanimah, fay, uang tebusan, kaffarah atau
denda, hadiah, pinjaman dari kaum muslimin.
- Kharaj
Yaitu pajak tanah yang sama hal nya di Indonesia yaitu pajak
bumi dan bangunan (PBB) yang menjadi pembedanya yakni kharaj
di tentukan berdasarkan karakteristik tanah atau tingkat kesuburan,
jenis tanaman, nilai hasil produksi yang di bayarkan oleh seluruh
masyarakat baik itu Muslim ataupun non Muslim.
- Zakat
Sebelum diwajibkan, zakat bersifat sukarela, yakni hanya
berupa komitmen perorangan tanpa ada aturan khusus atau batasan
batasan hukum. Ketika pondadi Islam sudah benar benar kokoh dan
banyak masyarakat memeluk agama Islam, pada ahun ke sembilan
Hijriyah, Allah SWT menurunkan ayat al-qur’an yang mengatur
tentang zakat. Lalu Rasulullah membuat peraturan baru seperti
sistem pengumpulan zakat, barang barang yang dikenakan zakat,
dan batas bebas zakat. Zakat emas dan perak di tentukan dari
beratnya, binatang ternak yang digembalakan dengan bebas di
tentukan berdasarkan jumlahnya. barang dagang, barang tambang
ditentukan berdasarkan nilai jual serta hasil pertanian, dan buah
buahan ditentukan berdasarkan kuantitasnya.
- Ushr
Rasulullah menerapkan ushr sebagai bea import yang
dikenakan kepada semua pedagang dan dibayar hanya setahun
sekali, berlaku untuk barang barang yang bernilai 200 dirham.
Tingaka bea yang dikenakan kepada non muslim yang di lindungi
(ahl al-dzmmi) sebesar 5%, sedangkan untuk muslim dikenakan
sebesar 2.5%. dalam perkembangan berikutnya, Rasulullah
berinisistif untuk mempercepat volume perdagangan meskipun

8
menjadi beban pendapatan negara. Beliau menghapuskan semua
bea masuk dan hal tersebut dituangkan dalam banyak perjanjian
dengan berbagai suku.
- Uang tebusan para tawanan perang, khususnya perang badar. Pada
perang lain tidak disebutkan jumlah uang tebusan tawanan perang,
bahkan 6000 lawanan perang hunian dibebaskan tanpa uang
tebusan.
- Pinjaman pinjaman, untuk pembayaran diyat kaum Muslimin Bani
judzaimah atau sebelum pertempuran Hawazin sebesar 30.000
dirham dari Abdullah bin Rabiah dan meminjamkan beberapa
pakaian dan hewan hewan tunggangan dari Sofyan bin Umayyah.
- Khums atau rikaz atau harta karun
- Amwal fadilah, yakni harta yang berasal dari harta benda kaum
Muslimin yang meninggal tanpa ahli waris atau harta seorang
muslim yang telah murtad dan meninggalkan negaranya.
- Wakaf, yaitu dedikasi seorang muslim untuk kepentingan agama
dan pendapatannya akan disimpan di Baitul Maal.
- Nawaib, yaitu pajak khusus yang dibebankan kepada kaum
muslimin yang kaya raya dalam rangka menutupi pengeluaran
negara selama masa darurat.
- Zakat fitrah
- Bentuk lain sedekah seperti hewan qurban dan kafarat. Kafarat
adalah denda atas kesalahan yang dilakukan oleh seorang Muslim
pada saat melakukan kegiatan ibadah seperti berburu pada musim
haji

Tabel 1.1

Pendapatan Negara pada masa Rasulullah


Dari Kaum Dari Kaum Non Umum

9
Muslimin Muslim (primer & sekunder)
1. Zakat 1. jizyah 1. ghanimah
2. Ushr (5- 2. kharaj 2. fai
10%) 3. ushr (5%) 3. uang tebusan
3. Zakat fitrah
4. pinjaman dari
4. Wakaf
kaum muslim
5. Amwal
atau non
fadilah
muslim
6. Nawaib
7. Sedekah lain
5. hadiah dari

8. khums pemimpin
atau
pemerintah
negara lain

c. Pengeluaran Negara Pada Masa Pemerintahan Rasulullah


Dari sisi pengeluaran negara catatan mengenai pengeluaran
secara rinci pada masa pemerintahan Rasulullah memang tidak tersedia,
namun tidak berarti menimbulkan kesimpulan bahwa sistem keuangan
negara yang ada pada waktu itu tidak berjalan dengan baik dan benar.

Tabel 1.2
Pengeluaran Negara Selama Periode Kenabian

Premier Sekunder
1 Biaya pertahanan seperti: Bantuan untuk orang yang
persenjataan, unta, kuda dan belajar agama di Madinah
persediaan
2 Pengeluaran zakat dan Ushr Hiburan untuk para delegasi
pada yang berhak agama
menerimaya sesuai dengan
ketentuan al-Qur’an

10
3 Pembayaran gaji untuk wali, Hiburan untuk para utusan suku
qadi, guru, imam, muazin, dan negara serta biaya
dan pejabat negara lainnya perjalanan mereka
4 Pembayaran upah para Pengeluaran untuk duta duta
sukarelawan negara

5 Pembayaran utang negara Hadiah untuk negara lain


6 Bantuan untuk musafir (dari Pembayaran untuk pembebasan
daerah fadak) kaum muslim yang jadi budak
Pembayaran untuk mereka yang
terbunuh secara tidak sengaja
untuk kaum muslim
Pembayaran utang untuk orang
yang meninggal dalam keadan
miskin

Salah satu pengeluaran primer tersebut adalah pembayaran


hutang negara. Islam sendiri sangat menghindari pemerintah atau
individu melakukan hutang demi memenuhi kebutuhannya dikarenakan
beberapa hal berikut:
a) Berhutang dapat menjadikan kondisi ekonomi suatu negara
terganggu
b) Berhutang bukan solusi terbaik karena adanya biaya atas modal,
sehingga hal atas tersebut akan membebani negara saat pelunasan
hutang
c) Kewajiban mencicil pinjaman beserta bunganya menimbulkan
tekanan atas kestabilan neraca pembayaran, pada akhirnya akan
mempengaruhi kestabilan mata uang di dalam negeri.13
d. Baitul Mal

13
Ibu hasan karbila, kebijakan fiskal pada masa Rasulullah dan sekarang, Jurnal Al-Muqayyadah,
Vol 3 No 2 (2020), 165.

11
Baitul mal sengaja di bentuk oleh Rasulullah SAW sebagai
tempat pengumpulan dana atau pusat pengumpulan kekayaan negara
Islam yang digunakan untuk pengeluaran tertentu. Karena pada awal
pemerintahan Islam sumber utama adalah khums, zakat, kharaj, dan
jizya. Untuk itu, fungsi dari Baitu maal disini adalah sebagai mediasi
kebijakan fiskal Rasulullah SAW dari pendapatan negara Islam hingga
penyaluran, ketika mendapatkannya langsung disalurkan kepada yang
berhak menerimanya yaitu kepada rasul, dan kerabatnya, prajurit,
petugas Baitul mal dan fakir miskin. 14
Pusat pengumpulan dan pembagian dana tersebut adalah masjid
yang didirikan oleh nasi sesaat setelah peristiwa hijrah. Pada masa awal
hijrah, pengumpulan dana dilakukan oleh para sahabat yang juga
bertugas menyebarkan Islam. Namun, dengan semakin luasnya wilayah,
pekerjaan tersebut dibagi bagi dengan yang lain, dan jumlah pengurus
dana bertambah yaitu 42 orang. Rasulullah memerintahkan bilal untuk
mencari fakir miskin agar di beri pakaian dan makanan. Bilal bahkan
mendapat perintah untuk mengambil pinjaman jika tidak ada anggaran
untuk keperluan tersebut.15

C. Pemikiran Ekonomi Islam di Masa Nabi Muhammad SAW


Dalam hal perekonomian Rosulullah telah mengajarkan transaksi
transaksi perdagangan secara jujur, adil dan tidak pernah membuat
pelanggannya mengeluh kecewa. Ia selalu menepati janji dan mengantarkan
barang dagangannya dengan standar dan kualitas sesuai dengan permintaan
pelanggan. Selain itu ada beberapa larangan yang diberlakukan Rasulullah SAW
untuk menjaga agar seseorang dapat berbuat adil dan jujur, yaitu:
1. Larangan najsy

14
Iskandar Fauzi, sistem ekonomi dan kebijakan fiskal, 10.
15
Adiwarman azwar karim, sejarah pemikiran ekonomi islam, (Depok: Rajagrafindo persada,
2017), 75.

12
Sebuah praktik dimana seorang penjual menyuruh orang lain untuk
memuji barang dagangannya atau membeli barang dagangannya. Dilarang
karena dapat menaikkan harga barang barang yang dibutukan oleh para
pembeli.
2. Larangan ba’i ba’dh ‘ala ba’dh
Dengan melakukan lonjakan atau penurunan harga oleh seseorang dimana
kedua belah pihak yang terlibat tawar menawar masih melakukan
penyelesaian penetapan harga. Rasulullah melarang hal ini dikarenakan
hanya akan menimbulkan kenaikan harga yang tak diinginkan.16
3. Larangan tallaqi al- rukban
Sebuah perbuatan seseorang dimana dia mencegat orang orang yang
membawa barang dari desa dan membeli barang itu sebelum tiba di pasar.
Rasulullah SAW melarang dikarenakan dengan tujuan untuk mencegah
kenaikan harga. Beliau memerintahkan suplai barang barang hendaknya
dibawa langsung ke pasar hingga para penyuplai barang dan konsumen bisa
mengambil manfaat dari adanya harga yang sesuai dan alami.
4. Larangan ba’al hadir lil bad
Dimana seseorang menjadi makelar dari orang orang yang datang dari
Gurun Sahara atau perkampungan dengan pembeli yang hidup di kota. Lalu
makelar itu menjual barang dagangan dengan mengambil keuntungan yang
besar dan keuntungan nya itu di ambil sendiri oleh para makelar tersebut.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehidupan Rasulullah dan masyarakat muslim dimasa beliau
adalah teladan yang paling baik termasuk dalam bidang ekonomi. pada
periode Mekkah, masyarakat muslim belum sempat membangun
perekonomian dikarenakan penuh dengan perjuangan untuk
mempertahankan diri dari intimidasi orang quraisy. Barulah pada periode

16
Rahmi, mekanisme pasar dalam islam, Jurnal ekonomi bisnis dan kewirausahaan, Vol 4 no 2
(2015), 188.

13
Madinah, Rasulullah memimpin sendiri membangun masyarakat Madinah
sehingga menjadi lebih sejahtera dan beradab, meskipun dari segi
perekonomian masih sederhana, akan tetapi Rasulullah berusaha untuk
membuat perekonomian masyarakat Madinah jauh lebih baik lagi.
Karakter umum dari perekonomian masa ini adalah menjunjung tinggi
etika dan norma serta perhatiannya yang besar terhadap keadilan dan
pemerataan kekayaan.
Dalam konsep Islam, kebijakan fiskal memiliki arti yang sangat
penting dan merupakan salah satu perangkat untuk mencapai tujuan
syariah yakni meningkatkan kesejahteraan dengan tetap menjaga
keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan dan kepemilikan. Sistem
ekonomi yang diterapkan oleh Rasulullah SAW berakar dari prinsip
prinsip Qur’aini. ada beberapa sumber pendapatan pada masa Rasulullah
SAW yaitu kharaj, zakat, ushr, zakat fitrah, wakaf.infaq dan shadaqah,
amwal fadhla, nawaib, khumus atau rikaz. Sementara pendapatan kaum
non Muslim, yaitu jizyah, kharaj, ushr. Dan sumber penerimaan lain, yakni
ghanimah, fay, uang tebusan, kaffarah atau denda, hadiah, pinjaman dari
kaum muslimin. Sementara pengeluaran pada masa pemerintahan
Rasulullah SAW terdapat dua macam yaitu primer dan sekunder.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Ihda. 2019. Kebijakan Fiskal Dalam Ekonomi Islam. Al-Qisthu: Jurnal
Kajian Ilmu Ilmu Hukum.
Azwar Karim, Adiwarman. 2014, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Azwar Karim, Adiwarman.2017. sejarah pemikiran ekonomi islam. Depok:
Rajagrafindo persada.

14
Fauzi, Iskandar. 2019. Sistem Ekonomi dan Kebijakan Fiskal Pada Masa
Rasulullah SAW. Yogyakara: K-Media.
Ibnudin. 2019. Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Nabi Muhammad. Jurnal
Pendidikan dan Studi Islam.
Karbila, Ibnu Hasan. 2020. kebijakan fiskal pada masa Rasulullah dan sekarang,
Jurnal Al-Muqayyadah.
Maghfiroh, Zaqirotul. Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Peradaban
Rosulullah SAW. Jurnal Wacana Equilibrium: Jurnal Pemikiran &
Penelitian Ekonomi.
Murtadho, Ali. 2013. konsep Fiskal Islam Dalam Historis. Jurnal Conomica.
Rahmi. 2015. mekanisme pasar dalam islam. Jurnal ekonomi bisnis dan
kewirausahaan.
Rianto, Nur. 2017. Pengantar Ekonomi Syariah Teori & Prakek. Bandung:
Pustaka Setia.
Suharyono. 2019. Kebijakan Keuangan Publik Pada Masa Rasulullah. Jurnal
Aghinya Stiesnu Bengkulu.

15

Anda mungkin juga menyukai