1. Pendahuluan
2. Permasalahan
3. Kesimpulan
PENDAHULUAN
Perjalanan perekonomian Indonesia sangat berliku. Diawali dengan perjalanan sulit di awal-
awal kemerdekaan dan mengalami pertumbuhan yang baik di era bonanza oil (era orde
baru);
Kembali menurun drastis pada tahun 1998. Krisis Moneter yang melanda Indonesia pada
tahun tersebut membalikkan kembali perekonomian Indonesia ke titik terendah. Nilai-nilai
tinggi yang diperoleh sebelumnya untuk subject Pertumbuhan Ekonomi, ternyata bukan
merupakan angka yang sebenarnya. Ini terbukti, angka-angka pertumbuhan yang semula
berkisar antara 7%-8% pertahun itu, anjlok mencapai kedalaman 13%.
Beban yang ditanggung oleh angka-angka tersebut telah mengakibatkan runtuhnya
perekonomian Indonesia dimata dunia dalam sesaat. Ini dibuktikan dengan tingginya angka
pengangguran dan jumlah penduduk miskin.
Meskipun demikian, ada hikmah yang diperoleh. Pelaksanaan kebijakan desentralisasi
merupakan hal yang luar biasa yang wujud dalam sistem pemerintahan Indonesia (lihat UU
No. 22 dan 25 tahun 1999 yang telah diperbaharui dengan UU No.32 dan 34 tahun 2004,
serta UU No.23 tahun 2014).
PENDAHULUAN
Tetapi setelah berjalan lebih kurang 15 tahun, angka-angka statistik tidak menunjukkan
perubahan yang baik. Untuk masalah pertumbuhan ekonomi, kita belum pernah lagi mencapai
pertumbuhan diatas angka 5%. Masalah pertumbuhan pengangguran Indonesia juga melebihi
angka 4%. Hal ini menyebabkan pemerintah Indonesia harus bekerja keras untuk menyediakan
lapangan pekerjaan. Apabila hal ini terus berlanjut, maka tingkat ketergantungan hidup akan
semakin tinggi, selanjutnya harapan pertumbuhan ekonomi dari konsumsi masyarakat akan
semakin menurun dan pada akhirnya kemakmuran masyarakat tak akan pernah tercapai.
Untuk masalah Hutang/Pinjaman, rasio hutang Indonesia terhadap PDBnya sampai tahun ini
masih dibawah 60%. Teorinya semakin besar hutang semakin besar pula akibatnya terhadap
ketahanan fiskal dan defisit anggaran (lihat juga:Artis and Marcelino (1998), Athanasios and
Sidiropoulos (1999), Baglioni and Cherubini (1993), Bohn (1995), Buiter and Patel (1992), Haug
(1991), Makrydakis, Tzavalis and Balfoussias (1999).
Pendapatan perkapita Indonesia masihlah rendah. Ini mencerminkan ketidaksesuaan antara
produksi atau output Indnesia dibandingkan jumlah penduduk Indonesia. Ini bisa bermakna
bahwa kebanyakan otput Indonesia dihasilkan oleh waga asing di dalam negeri. Disamping itu,
jumlah penduduk miskin masih belum berkurang.
PENDAHULUAN
Untuk mengatasi ini, maka pemerintah telah mencoba berbagai cara terutama dari sisi
penerapan sistem perekonomian, baik:
Kedua sistim ini diharapkan mampu memanfaatkan setiap peluang (peluang ketersediaan
Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Modal, dan Infrastruktur lainnya,
yang merupakan keunggulan Indonesia), sehingga akan mampu meningkatkan perekonomian
baik negara maupun umat secara merata.
PERMASALAHAN
Berbicara tentang ekonomi berarti berbicara tentang kegiatan ekonomi; baik Mikro maupun Makro.
Dalam konteks Mikro misalnya, pembahasan itu dapat tentang masalah Produksi Barang, Biaya
Penawaran dan Permintaan, Harga, pasar barang domestik atau internasional; promosi; dan produk
itu sendiri), keuntungan, serta sumbangan terhadap devisa negara yang akan berguna bagi negara
sebagai modal (investasi) bagi pembangunan selanjutnya. Dalam konteks makro pula, kita dapat
membahas secara umum tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter suatu negara.
Dari kebijakan fiskal, dibahas tentang kebijakan penerimaan (perpajakan, hutang dan retribusi).
Tujuan adalah bagaimana mendapatkan penghasilan sendiri sebagai modal dan menggunakannya
(investasi) untuk pembangunan itu. Sehingga bisa terlepas dari jerat hutang. Dari kebijakan
Moneter pula, dibahas tentang kebijakan Perbankan dan Lembaga Keuangan lainnya oleh Bank
Indonesia, Kementrian Keuangan ataupun Otoritas Jasa Keuangan. Dimana tujuan akhirnya adalah
supaya daya beli uang dan inflasi dapat di tata dengan baik, dapat menurunkan hutang, dan lain-
lain.
Jadi kedua kebijakan ini harus dijalankan secara sinkron dan seimbang (lihat, Ghafar, Zilal, dan
Ritonga (2004). Jika tidak maka tujuan yang ingin dicapai sulit untuk direalisasikan.
Permasalahan Indonesia:
BEBERAPA PERMASALAHAN
9 Aljeria 34.199.000 Na
10 Maroko 31.993.000 Na
Untuk itulah BWI ada di Indonesia, untuk mengatur dengan baik sistim perwakafan di Indonesia.
Kata wakaf itu sendiri adalah sebagai analogi dari BWI, sesuatu yang tak terpisahkan. Hal ini
mengakibakan BWI mempunyai tugas: (i). mendistribusikan manfaat dari harta wakaf untuk
masyarakat yang lebih luas serta mendistribusikan dari manfaat pribadi ke manfaat yang lebih
luas, tanpa menghilangkan wujudnya (menahan/al-habs); (ii). mengelola dan mengembangkan
harta benda wakaf berskala Nasional dan Internasional; (iii). merubah pola penggunaan harta
wakaf dari penggunaan yang bersifat sosial menjadi penggunaan yang bersifat produktif; (iv).
meningkatkan potensi jenis dan besaran harta wakaf Indonesia; (v). mengembangkan model-
model usaha wakaf sosial dan wakaf produktif. Untuk kegiatan itu semua hal yang pertama sekali
yang dilakukan oleh BWI adalah mengeluarkan izin persetujuan dan/atau izin atas perubahan
peruntukan dan status harta benda wakaf.
BWI sudah mengatur usaha-usaha atas harta wakaf yang dapat dilakukan, yang terdiri atas usaha-usaha sosial, usaha-usaha semi sosial, dan
usaha-usaha produktif.
Usaha-usaha ini secara rinci dapat dijabarkan sebagi berikut:
Berdasarkan bentuk manajemennya:
Wakaf yang dikelola oleh wakif pewakaf sendiri
Wakaf yang dikelola oleh orang lain yang ditunjuk oleh wakif
Wakaf yang dikelola oleh Pemerintah
Berdasarkan keadaan wakif:
Wakaf orang-orang kaya .
Wakaf tanah pemerintah berdasarkan keputusan penguasa atau
Wakaf yang dilakukan oleh wakif atas dasar wasiat.
Berdasarkan substansi ekonomi:
Wakaf langsung, wakaf untuk memberi pelayanan langsung ke yang berhak
Wakaf produktif, wakaf harta yang digunakan untuk kepentingan produksi; termasuk wakaf uang dan wakaf melalui uang.
Berdasarkan bentuk hukumnya:
Wakaf umum, Wakaf khusus dan Wakaf gabungan
Berdasarkan kelanjutannya:
Wakaf tetap dan Wakaf sementara
Berdasarkan tujuannya:
Wakaf air minum, Wakaf sumur dan sumber mata air, Wakaf jalan dan jembatan
Wakaf khusus bantuan fakir miskin dan orang-orang yang sedang bepergian
Wakaf pembinaan sosial bagi mereka yang membutuhkan.(termasuk: wakaf untuk pembinaan anak-anak seperti penyediaan susu bagi keluarga
yang membutuhkan untuk anak-anak mereka, penyediaan obat-obatan, dan lain-lain).
Wakaf sekolah dan universitas serta kegiatan ilmiah lainnya (dalam sejarah jenis wakaf ini termasuk tujuan wakaf paling mendapat perhatian besar
dari kaum muslimin). Wakaf kegiatan ilmiah tertentu seperti riset pengembangan teknologi, wakaf khusus untuk dokter, wakaf khusus
pengembangan obat-obatan, wakaf khusus untuk guru, wakaf khusus bagi pendalaman fikih dan ilmu Al-Quran.
Wakaf asrama pelajar dan mahasiswa.
Wakaf pelayanan kesehatan, meliputi pembangunan pusat kesehatan masyarakat dan rumah sakit.
Terkait dengan wakaf uang (aktivitas wakaf yang diyakini akan sangat mudah dilaksanakan),
Kementerian Agama Republik Indonesia telah menetapkan Kebijakan Pemerintah Tentang
Pengembangan Wakaf Di Indonesia, dimana di dalam kebijakan tersebut ditegaskan dua hal sangat
pokok, bahwa: (i). Wakaf merupakan potensi dan aset umat Islam cukup besar yang dapat
didayagunakan bagi upaya menyelamatkan nasib puluhan juta rakyat Indonesia yang masih hidup di
bawah garis kemiskinan dan belum dilindungi oleh system jaminan sosial yang terprogram dengan
baik; dan (ii). Potensi dana yang terkumpul dari wakaf uang merupakan sumber dana non-budgeter di
luar APBN yang secara bertahap dapat mengurangi ketergantungan pembiayaan domestik pada
hutang luar negeri dengan hitungan bunga yang terus bertambah. Dana yang terkumpul dari wakaf
tersebut merupakan modal akumulatif yang sangat besar artinya bagi pemenuhan hajat hidup orang
banyak yang tidak dapat dipenuhi oleh anggaran negara dari tahun ke tahun.
Potensi ini memang sangat besar. Berbagai skema perhitungan potensi wakaf uangpun telah
dilakukan. Ada yang membuat asumsi sebagai berikut: jika dari sekitar 190 juta penduduk muslim
Indonesia, diasumsikan minimal 5% dari jumlah tersebut berwakaf uang sebanyak Rp. 100.000 setiap
bulannya, maka akan terkumpul dana sebesar Rp. 950 milyar/bulan atau Rp. 11,4 triliun per tahun.
Nasution (2008) berpandangan bahwa intensifikasi pengumpulan wakaf-uang dapat mengurangi
beban hutang Negara. Nasution memaparkan ilustrasi atas hal tersebut dengan membuat perkiraan
hasil pelaksanaan wakaf-uang dari jumlah muslim kelas menengah Indonesia sebesar 10 juta jiwa
dengan rata-rata penghasilan per bulan Rp. 500.000 hingga Rp. 10.000.000. Apabila mereka
melaksanakan wakaf dengan nilai Rp. 5.000 hingga Rp. 10.000 (dengan menggunakan instrumen
Sertifikat Wakaf dalam nilai-nilai tersebut) sesuai dengan besaran distribusi penghasilan mereka, total
wakaf-uang yang terkumpul dalam satu tahun mencapai Rp. 3 triliun.
Tentu bisa bertambah dengan asumsi-asumsi yang disepakati lainnya.
Masjid (Mosque)
University and School
Donation of mosques coming
from waqf such : University of
/Madrasah in Indonesia
al-Azhar, Mosque of al-Husain
Indonesia Islamic University (IIU)
Mesir, Mosque of Umawi
Yogyakarta that founded
Suriah and mosque al-
educational system,
Qairawan Tunis, and other
microfinance and hospital based
on waqf,
Sultan Agung University has also
University and develop education institution and
School /Madrasah hospital based on waqf.
Gontor
Schools or madrasah,
universities, library and
Islamic center in: Damascus,
SUCCESS STORY OF
Memorial Park
WAQF
Baghdad and Cairo
Hospital , Hotel
and Shop
RS Unisma Malang
Siti Hotel by DQ
Ruko Yayasan Darul Hikam,Cirebon Why Waqf?
Waqf institution is intermediary that can offer a quick way to solve societal problems; support to needy,
poverty, training and human capital development. In short meaning, an intermediary is anybody or
institution whose function places it between two other people or institutions.
Waqf Institutions themselves are intermediaries; they stand between individual donors and final
grantees. It can be illustrated that waqf was early gifts, small and large dimes to poor children,
personal property to the educational institutions. Later, the educational system created a foundation,
then made grants, and most grantees are intermediaries as well.
Akhirnya, semoga dengan peran aktif harta wakaf,
perekonomian umat dapat lebih ditingkatkan dengan
pemerintah harus memastikan beberapa Kebijakan
Fundamental Islam, seperti: (i). Menciptakan stabilitas
ekonomi makro dan mikro melalui reformasi, deregulasi, dan
debirokratisasi di seluruh aspek kegiatan ekonomi; (ii).
Meningkatkan efektivitas sistem keuangan (fiskal dan
moneter) guna mendorong kenaikan tabungan pemerintah
dan swasta; serta (iii). Menjaga kondisi yang kondusif
(hukum dan peraturan), menjaga keunggulan daerah
(strategic position), birokrasi yang tidak berbelit-belit
(simple bureaucracy), sistem yang transparan, infrastruktur,
manajemen yang baik, dan kualitas lingkungan yang
terpelihara, tanpa korupsi dan intimidasi.
Perekonomia
n Indonesia:
-Fiskal dan
Moneter
- Ekonomi
Konvensional
dan Islam
-Globalisasi
-Budaya
-Korupsi