SYARIA
H
Sejarah dan Perkembangan
1. Pada tahun 1940 malaysia 1. Pada tahun 1998 jumlah
mencoba membuka bank kantor bank syariah secara
tanpa bunga nasional sebanyak 78
2. Pada tahun 1950 pakistan kantor
pakistan mencoba 2. Peta penyebaran
membuka lembaga terkosentrasi di Jakarta,
perkreditan tanpa bunga Tanggerang, Bogor, Bekasi,
3. Pada tahun 1963 Mesir Bandung.
sukses Mit Ghamr Local 3. Dewasa ini telah banyak
Saving Bank bermunculan bank umum
4. Pada tahun 1971 dengan prinsip syariah,
dibukanya Nasser Social seperti bank syariah
Bank mandiri, BNI Syarish, BRI
syariah, Bukopin syariah,
5. Pada tahun 1975 dll.
didirikannya Islamic
Development Bank 4. Untuk mengakomodir
keinginan masyarakat
yang mendambakan
sistem perbankan non
bunga
Dasar Hukum
UU NO 10 1998 KONSEP DASAR RIBA
SURPL DEFICI
US
SECTO Rp BANK Rp
T
SECTO
R R
bunga
Keterangan Bank Bank Syariah
Konvensional
Sistem yang digunakan dalam Non-bunga (bagi hasil,
Berbasis bunga
produk marjin, sewa, fee)
Dewan Komisaris,
Hanya Dewan
Susunan Pengurus Direksi & Dewan
Komisaris dan Direksi
Pengawas Syariah
Hanya satu jenis
Jenis pengikatan / akad Beragam jenis akad
pengikatan
Berfluktuasi, sesuai
Hasil investasi setiap bulannya Tetap
kinerja bank
Hanya bisnis
Semua bisnis yang
Penyaluran dana menguntungkan yang
menguntungkan
sesuai prinsip syariah
Laporan kinerja Kurang transparan Transparan
Dapat berperan
Fungsi sosial Tidak ada sebagai Lembaga Amil
Zakat (LAZ)
Bank Syariah vs Bank Konvensional
Sekalipun perbedaan utama antara bank syariah dengan
bank konvensional terletak pada unsur bunga dan
orientasinya, namun terdapat beberapa perbedaan lain,
diantaranya:
Hubungan antara bank syariah dengan nasabahnya tidak
berupa hubungan debitur-kreditur, melainkan hubungan
partisipatif dalam menanggung resiko dan menerima hasil
dari suatu perjanjian bisnis.
Bank syariah tidak memberikan pinjaman dalam bentuk
uang tunai, tetapi bekerja atas dasar kemitraan.
Bank syariah memandang laba bukan merupakan satu-
satunya tujuan, karena bank syariah selalu mengupayakan
agar masyarakat dapat memanfaatkan sumber-sumber
dana untuk meningkatkan kesejahteraan.
Bank syariah merupakan bank multiguna, karena berperan
sebagai bank investasi, dan sebagai bank pembangunan.
Akad titipan dimana barang yang dititipkan
dapat diambil sewaktu-waktu.
Pihak yang menerima titipan dapat meminta
jasa untuk keamanan dan pemeliharaan
barang yang dititipkan.
Ada 2 jenis wadiah :
Wadiah Amanah Pihak yang menerima titipan tidak
diperkenankan mengambil manfaat dari barang yang dititipkan
(contoh : safe deposit box).
Wadiah Yaddhamanah Pihak yang menerima titipan
boleh mengambil manfaat dari barang yang dititipkan (contoh :
giro & tabungan)
Akad usaha dua pihak dimana salah satunya
memberikan modal (Shahibul Maal) sedangkan yang
lainnya memberikan keahlian (Mudharib).
Modal 100% berasal dari shahibul maal.
Nisbah keuntungan disepakati di muka oleh kedua
belah pihak, termasuk penentuan revenue atau profit
sharing.
Jika untung maka dibagi sesuai nisbah yang disepakati
Jika rugi seluruhnya ditanggung oleh shahibul maal
(jika kerugian bukan karena kelalaian mudharib).
Modal dapat dikembalikan kepada shahibul maal
secara berangsur-angsur.
Contoh Perhitungan Nisbah
ada perhitungan bunga tabungan pada bank syariah tidak dikenal istilah bunga, melainkan
nisbah. Nisbah adalah persentase pembagian keuntungan antara bank denga nasabah
( contoh nisbah 50:50, bank dan nasabah masing-masing memperoleh 50 % dari
keuntungan).
Contoh 1 (Simpanan) :
Tanggal Transaksi Tabungan
02.11.14 Setoran Tunai Rp. 2.000.000,-
03.11.14 Pemindahan Kredit Rp. 500.000,-
04.11.14 Setoran Kliring Rp. 1.000.000,-
20.11.14 Penarikan Tunai Rp. 1.000.000,-
Total dana tabungan yang berhasil di kumpulkan bank syariah Rp. 100.000.000,-. Keuntungan
yang diperoleh dari dana tabungan (profit distibution) sebesar 3.000.000,-
Jawaban Soal : Tanggal Saldo hari mengendap
02.11.14 Rp. 2.000.000,- 1 ( 3 2 )
03.11.14 Rp. 2.500.000,- 1 ( 4 3 )
04.11.14 Rp. 3.500.000,- 16 ( 20 4 )
20.11.99 Rp. 2.500.000,- 11 ( 30 20 + 1)
Saldo Rata-rata SR = {(2jt x 1) + (2,5jt x 1) + (3,5jt x 16) + (2,5jt x 11)} / 30 =
2.933.333,333
Bagi Hasil = (2.933.333,333 / 100.000.000) x 3.000.000 x 50 % = 43.999,995
Contoh 2 (Pinjaman):
Pak Ronny seorang karyawan swasta dengan take home pay (penghasilan setelah
dipotong pajak) sebesar 4.000.000/bulan. Pak Ronny ingin membeli rumah type 45/70
di perumahan Anggrek residence, Depok dengan menggunakan KPR BNI Syariah.
Harga rumah yang akan dibeli oleh pak Ronny sebesar Rp. 217.500.000,-.
Pak Ronny membayarkan 17.500.000,- secara tunai, sedangkan sisanya sebesar
200.000.000,- ia bayarkan menggunakan KPR di BNI Syariah. Pak Ronny memilih
waktu angsuran selama 15 tahun dengan nisbah 8,75%.
Angsuran yang harus dibayarkan oleh pak Ronny perbulannya adalah :
= ((Rp 200.000.000 x (8,75% x 15 thn) ) + 200.000.000 ) / (15 thn x 12 bln )
= Rp 2.569.444
Sehingga angsuran yang harus dibayarkan oleh Pak Ronny sebesar Rp.
2.569.444,-/bulan.
Namun, BNI Syariah hanya dapat menyetujui 40% dari take home pay Pak Ronny atau
sebesar Rp. 1.600.000,-/bulan, dengan kata lain permohonan KPR Pak Ronny belum
dapat disetujui oleh pihak BNI Syariah.
Walaupun demikian, biasanya pengajuan KPR kita dapat disetujui dengan cara
menurunkan jumlah KPR yang kita ajukan. Untuk contoh kasus diatas, besarnya cicilan
yang disetujui oleh BNI Syariah adalah sebesar 1.600.000 dengan jumlah KPR yang
dapat disetujui adalah sebesar :
= (1.600.000 x (15 x 12)) berasal dr perhitungan angsuran
= (A x (8,75% x 15)) + A 288.000.000 = 1,3125 A + A = 288.000.000 / 2,3125A
A = 124.540.540
Sehingga, KPR yang dapat disetujui Bank sebesar Rp. 124.540.540. Pak Ronny dapat
memiliki rumah type 45/70 yang ia inginkan dengan cara membayarkan tunai
sejumlah Rp. 92.959.460,- dan KPR sebesar Rp. 124.540.540,- dari BNI syariah.
Ada 2 jenis mudharabah :
Mudharabah Mutlaqah Mudharib diberikan
kebebasan dalam mengelola dana shahibul maal
(sepanjang memenuhi syariah Islam).
Mudharabah Muqayyadah Mudharib wajib
mengelola dana sesuai keinginan shahibul maal,
misalnya kepada proyek/nasabah tertentu.
Dalam perbankan disebut dengan istilah
chanelling (dalam hal ini, bank menerima fee).
MUDHARABAH
Perjanjian
bagi hasil
USAHA BANK
Pengelol SKILL Modal
a
LABA
USAHA
BAGI MODAL
LABA
Akad hutang-piutang uang, tanpa
bunga.
Umumnya digunakan untuk pinjaman
kesejahteraan karyawan.
Dapat pula disalurkan sebagai bagian
dari fungsi sosial bank syariah (dalam
hal ini penerima qardh harus
merupakan mustahiq).
Akad jual-beli dimana bank bertindak selaku penjual
dan nasabah selaku pembeli.
Harga beli diketahui bersama dan tingkat keuntungan
untuk bank disepakati di muka.
Bank dapat meminta uang muka dari nasabah
Dalam fiqih klasik, murabahah dilakukan secara tunai,
dalam praktek perbankan, nasabah dapat membayar
secara cicilan.
Karena tidak membayar secara tunai, nasabah dapat
diminta untuk memberikan jaminan.
Apabila nasabah melunasi sebelum jatuh tempo, maka
dapat diberikan diskon sesuai kesepakatan bersama.
Dalam fiqih klasik, penjual membeli barang
langsung dari penjual pertama.
Dalam perbankan syariah, umumnya
aplikasinya sebagai berikut :
Bank melakukan pemesanan barang kepada
supplier, namun barang dikirim langsung
kepada nasabah. Ini dilakukan karena bank
tidak memiliki gudang penyimpanan barang.
Nasabah membeli sendiri langsung dari
supplier selaku wakil bank. Dalam hal ini bank
melakukan akad wakalah dengan nasabah.
Akad jual/beli
MURABAHAH
antara bank dengan nasabahnya. Bank
menyediakan barang yang dibutuhkan nasabah sebesar
harga pokok ditambah dengan keuntungan, yang porsinya
telah disepakati sebelumnya.
Marhum Bih Permohonan pembiayaan
(pembiayaan)
Kirim Barang
Jaminan (marhum)
Al Rahn
kirim
Supplier Nasabah
n
u ra
g s
Ba An
ya Akad
r
jual/
beli
BANK
HIWALAH
Akad pemindahan piutang nasabah ke bank dari pihak lain.
Nasabah memintah bantuan bank untuk membayarkan
terlebih dahulu piutang yang timbul dari jual/ beli, dan
nasabah akan ganti melunasinya sesuai kesepakatan
sebelumnya. Bank mendapat imbalan dari jasa pemindahan
piutang tersebut
Hutang
Supplier Nasabah
+
an
sur
Ba ng ee
ya A F
Akad
r
BANK
Akad join venture, di mana bank dan nasabah sama-
sama memberikan modal (patungan) dalam usaha
yang akan dijalankan.
Nisbah keuntungan disepakati di muka oleh kedua
belah pihak, termasuk penentuan revenue atau
profit sharing.
Porsi nisbah boleh berbeda dengan porsi modal,
asalkan disepakati bersama.
Keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati.
Kerugian ditanggung sesuai porsi modal masing-
masing.
Selaku partner bisnis, bank berhak ikut serta dalam
pengaturan manajemen.
MUSYARAKAH
Akad kerjasama usaha patungan antara dua pihak atau lebih
pemilik modal, untuk membiayai suatu jenis usaha yang
halal dan produktif. Keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah
yang telah disepakati (berdasarkan porsi modal yang
ditanamkan masing-masing pihak).
Perjanjian
Kerjasama
USAHA
Modal Moda BANK
MITRA
l
LABA
USAHA
Objek
sewa MILIK
Supplier Nasabah
M
I a
w
B L
r Se
E I
aya Akad
L K B sewa
I beli
BANK
Rekening Zakat
Zakat
Infak
Sedekah
MUDHARABAH
Akad/ perjanjian antara pihak pemilik modal
(shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk
memperoleh pendapatan atau keuntungan, dengan
dasar nisbah bagi hasil yang telah disepakati di awal
akad.
Pengelola (mudharib) :
Sebagai pihak yang melakukan dharb (memperjalankan/mengelola usaha)
Sebagai wakil (berusaha atas nama kongsi)
Sebagai pemegang amanah atas dana shohibul maal
Sebagai partner (menyertai shohibul maal dalam keuntungan dan kerugian)
Dapat dilakukan dengan beberapa shohibul maal dan
beberapa mudharib
Kewajiban utama shohibul maal adalah menyerahkan
modal kepada mudharib dan kewajiban mudharib
adalah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran
MUDHARABAH
Akad/ perjanjian antara pihak pemilik modal (shahibul maal)
dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh pendapatan
atau keuntungan, dengan dasar nisbah bagi hasil yang telah
disepakati di awal akad.
Pengelola (mudharib) :
Sebagai pihak yang melakukan dharb
(memperjalankan/mengelola usaha)
Sebagai wakil (berusaha atas nama kongsi)
Sebagai pemegang amanah atas dana shohibul maal
Sebagai partner (menyertai shohibul maal dalam keuntungan
dan kerugian)
Dapat dilakukan dengan beberapa shohibul maal dan beberapa
mudharib
Kewajiban utama shohibul maal adalah menyerahkan modal
kepada mudharib dan kewajiban mudharib adalah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran
MUDHARABAH : Jenis-jenis
Mudharabah Khusus
Pemberian dana oleh seseorang, kemudian dana tersebut dikelola
dalam bentuk usaha oleh seseorang atau badan hukum.
Mudharabah Berserikat
Dalam hal ini bank menerima dana dari berbagai sumber untuk
kemudian digunakan dalam usaha berbentuk mudharabah.
Mudharabah Mutlak
Penerima dana (mudharib) memiliki kebebasan untuk
menggunakan dana. Mudharib mempunyai komitmen untuk tetap
menjamin pemeliharaan dan keamanan dana yang dikelolanya.
Mudharabah Bersyarat
Pemilik dana menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
penerima dana. Syarat tersebut menyangkut, jenis usaha, lokasi
dan manajemen pengelolaan usaha tersebut
ARAH &
KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN
PERBANKAN
SYARIAH
INDONESIA
VISI PENGEMBANGAN BANK
SYARIAH
TERWUJUDNYA SISTEM PERBANKAN
SYARIAH YANG :
Earning
Capital