MAKALAH
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
NURFADILAH
(NIM: 2102010001)
SRI WAHYUNI
(NIM: 2102010017)
(STAI-DDI) PINRANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya dan atas berkat-Nya sehingga penulis bisa menyusun dan
menyelesaikan makalah tentang “Pemikiran Ekonomi Abu Ubaid” ini dengan baik
dan tepat waktu guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Ekonomi Islam.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Biografi Singkat Abu Ubaid.........................................................................3
B. Hasil Karya Abu Ubaid.................................................................................3
C. Pemikiran Abu Ubaid Tentang Ekonomi......................................................4
1. Peranan Negara dalam Perekonomian.......................................................4
2. Sumber Penerimaan Keuangan Publik......................................................6
3. Pembelajaran Penerimaan Keuangan Publik...........................................10
4. Hukum Pertanahan..................................................................................11
5. Fungsi uang.............................................................................................15
BAB III KESIMPULAN........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan ekspansi dakwah Islam, kawasan regional yang berada
dibawah kekuasaan Islam menjadi semakin luas, maka fenomena tersebut tentu
akan memicu perubahan terhadap kegiatan ekonomi masyarakat, hingga pada
abad ke-15 upaya pengembangan dan elaborasi pemikiran ekonomi berdasarkan
nilai dan prinsip syari’ah yang berlaku telah berubah dengan sekasama.1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi singkat Abu Ubaid?
2. Bagaimana corak pemikiran Abu Ubaid?
3. Bagaiaman metodologi kitab Al-Amwal?
4. Bagaiaman dikotomi masyarakat desa dan kota?
5. Bagaimana pandangan ekonomi menurut Abu Ubaid?
1
Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2004), h. 21.
1
2
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui biografi singkat Abu ubaid.
2. Mengetahui corak pemikiran Abu Ubaid.
3. Mengetahui metodologi kitab Al-Amwal
4. Mengetahui dikotomi masyarakat desa dan kota
5. Mengetahui pandangan ekonomi menurut Abu Ubaid.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Rifa’at al-Audi, Min al-Turats: al-Iqtishad li al-Muslimin, (Mekkah: Rabithah ‘Alam al-Islami,
1986), Cet 4, h. 147
3
4
bidang fiqih. Kitab Al-Amwal dari Abu Ubaid merupakan suatu karya yang
lengkap tentang seuangan negara dalam Islam.
Isi buku ini dimulai dengan bab singkat tentang hak penguasa atas subyek
dan hak subyek yang berhubungan dengan penguasa. Dilanjutkan dengan bab
tentang jenis harta yang dikelolah penguasa untuk kepentingan subyek dan
basisnya merujuk kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul. Bab-bab lainnya
membahas tentang sumber penerimaan negara. Terhadap tiga jenis penerimaan
yang diidentifikasikan dalam bab ke dua, meliputi zakat (termaksud
ushr/sepersepuluh), seperlima dari rampasan perang (khums) dan dari harta
peninggalan atau terpendam (rikaz), kemudian fa’I yang termaksud didalamnya
kharaj, jizyah dan penerimaan lain yang diluar telah disebutkan, seperti barang
temuan, kekayaan yang ditinggalkan tanpa ahli waris dan lainya.
Kitab al-Amwal ini sangat kaya dengan sejarah perekonomian dari
separuh pertama abad kedua Islam. Buku ini juga merupakan suatu ringkasan
tradisi asli (authentic) dari Nabi Saw dan laporan para sahabat dan para
pengikutnya tentang masalah ekonomi. Para penulis dan pakar-pakar ekonomi
banyak karyanya dari buku ini.
Abu Ubaid tidak semata-mata hanya mengungkapkan dari pendapat orang
lain, tetapi sebaliknya ia selalu mengungkapkan suatu preferensi untuk satu dari
beberapa pandangan yang dilaporkan atau dengan memberikan pendapatnya
sendiri tentang dasar dan alasan syariahnya. Misalnya, setelah melaporkan
berbagai pendapat tentang berapa banyak seorang penerima (mustahiq) dapat
menerima zakatnya, ia sangat tidak setuju terhadap mereka yang meletakkan suatu
batas tertnggi pada hibah semacam itu.
Sebelum terbentuknya Baitul Mal ini, pada saat itu terjadi perang
badar dimana pada waktu itu kaum muslimin mendapatkan harta rampasan
perang yang banyak, yang melimpah pada masa itu. Dan pada waktu itu
tempat penyimpanan kekayaan negara adalah masjid.
Mengenai hal ini akan dibahas lebih mendalam, namun yang perlu
diketahui bahwa dalam kitab Al-Amwal banyak harta yang diserahkan kepada
Rosulullah yang berasal dari kaum musyrikin, Pertama, adalah fa’I yaitu
berupa harta benda dan tanah yang mereka serahkan tanpa melalui
peperangan, inilah yang menjadi landasannya yaitu firman Allah SWT. Yang
artinya:
7
“Dan apa saja harta rampasan perang (fa’I) yang diberikan Allah
kepada Rasul-Nya (dari harta benda) mereka, maka untuk mendapatkan itu
kamu tidak mengerahkan seekor kudapun dan (tidak pula) seekor unta [un,
tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada Rasul-Nya terdadap siapa
yang dikehendaki-Nya”. (QS. Al-Hasyr: 6)
Kedua adalah harta shafi yang Rasulullah Saw dipilih dari ghanimah
(harta rampasan perang yang dapat dipindahkan) yang diperoleh kaum
muslimin sebelum harta itu dibagikan. Sebagaimana riwayat Ibnu Abbas dari
Rasulullah Saw “berikanlah dari harta ghanimah bagian Rasulullah dan
shafi”.5 Ketiga harta 1/5 dari ghanimah yang telah dibagi. Menurut hadis yang
diriwayatkan dari Abi ‘aliyah, ia berkata: “Rasulullah Saw mengumpulkan
ghanimah dan beliau dibagi, ketika ada sesuatu yang jatuh Nabi
menempatkannya bagian untuk ka’bah bgaian untuk baitullah, kemudian
membagi sisa 1/5, untuk nabi satu bagian, ahli karabat satu bagian, anak
yatim satu bagian, orang miskin satu bagian, dan ibnu sabil satu bagian, abu
‘Aliyah berkata yang nabi jadikan satu bagian untuk ka’bah adalah bagian
Allah”.6
1. Shadaqoh/Zakat
Dalam hal ini, shadaqoh wajib atau yang disebut zakat harta seperti
zakat emas, perniagaan, unta, sapi, kambing, biji-bijian dan buah-buahan.
Dimana dari zakat harta ini di alokasikan untuk delapan golongan yang Allah
sebutkan dalam Al-Qur’an, tidak seorang pun berhak atas zakat tersebut
kecuali mereka dan merupakan kewajiban pada setiap harta apabila telah
mencapai nisab dan haul7 untuk dikeluarkan zakatnya.
5
Ibid., h. 19
6
Ibid., h. 20-21
7
Ibid., h. 21
8
“…… dan dirikanlah shalat serta tunaikan zakt …” (QS. Al-Baqarah: 43).
“…… dan tunaikanlah zakat dari setiap harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersikan dan mensucikan mereka …” (QS. At-Taubah: 103).
2. Fa’I
Fa’I menurut bahasa adalah ar-Rujuu’ berarti kembali, sedangkan
menurut istilah fiqh adalah sesuatu yang diambil dari harta ahli kitab dengan
cara damai tanpa peperangan atau setelah peperangan itu berakhir, disebut fa’I
karena Allah mengembalikan harta tersebut kepada kaum muslimin.
Sedangkan menurut fersi Abu Ubaid adalah sesuatu yang diambil dari
harta dzimmah perdamaian atas jizyah dari mereka, yang sebab itu jiwa
mereka dilindungi dan dihormati. Harta fa’I digunakan untuk kepentingan
pemerintah dan kesejahteraan umat.9 Bagian-bagian dari fa’I adalah:
a. Kharaj
Kharaj menurut bahasa al-ghullah yaitu penghasilan atau tanah taklukan
kaum muslimin dengan jalan damai yang pemiliknya menawarkan untuk
mengelolah tanah itu sebagai pengganti sewa tanah dan bersedia
8
Ibid., h. 414
9
Ibid., h. 23
9
10
Ibid., h. 31-32
10
11
Ibid., h. 353
12
Ibid., h. 243
13
Ibid., h. 23
11
seorang muslim kecuali ia mendapat hak akan harta itu (harta fa’I). Menurut
riwayat Ibnu Syibah, bahwa ketika Umar membentuk dewan membagi para
istri Rasulullah Saw yang dinikahi 12.000 dirham, bagian juwairiyah dan
shafiyah 6.000 dirham (karena keduanya fa’I dari Allah untuk Rasul-Nya)
kaum mujahirin syahid Badar masing-masing 5.000 dirham dan kaum anshar
yang syahid 4.000 dirham”.14
Selanjutnya, bahwa zakat diambil dari mereka yang kaya dan
dikembalikan kepada mereka yang membutuhksn yaitu 8 golongan yang
disebutkan Al-Qur’an. Bagaimanapun pendistribusian harta dalam Islam itu
sangat penting dimana Rasulullah telah memberi batasan, yaitu seseorang
yang memikul tanggungan (hidup) kaumnya, seseorang yang tertimpa
musibah besar dan memusnahkan harta bendanya dan seseorang yang tertimpa
kemiskinan.
Abu Ubaid pun mengkhususkan bab tersendiri mengenai persamaan
manusia dalam kekayaan publik. Mengenai hal ini, diantaranya
adalahkomentar Abu Bakar ra, ketika datang padanya harta (fa’I/ghanimah) ia
menjadikan (bagian) manusia sama, dan berkata: “aku menginginkan
terhindar dari meminta-minta dan memurnikan perjuangan (jihad) ku
bersama Rasulullah Saw, kelebihan mereka adalah disisi Allah, adapun
dalam hidup ini persamaan adalah hal yang baik”.15
Dalam pendistribusian kengeluaran dari penerimaan khumus (khumus,
ghanimah, khumus, barang tambang dan rikaz serta khumus lainnya) adalah
ketentuan dari Rasulullah Saw, dan pendistribusiannya kapan dan untuk siapa
tentu juga dengan ketentuan Rasulullah. Karena dana-dana publik merupkan
kekeyaan publik maka dialokasikan untuk kesejahteraan publik seperti,
kesejahteraan anak-anak, korban bencana, santunan dan lainnya.
4. Hukum Pertanahan
Pemikiran Abu Ubaid mengenai hubungan antara rakyat (warga
negara) dan negara demi stabilitas kesejahteraan rakyat dan negara selain
14
Ibid., h. 237
15
Ibid., h. 277
12
yang mengurusi. Dalam hal ini, pendapat Abu Ubaid merujuk pada
yang dilakukan Umar ra, terhadap orang yang telah memperoleh tanah
iqtha’ pada masa Rasulullah. Kemudian ditelantarkan sampai pada
masa kekhalifahan Umar ra, dan tanah itu digarap oleh orang lain,
dengan berkata; “kalau bukan iqtha’ dari Rasulullah aku tidak akan
memberimu sedikitpun”.
c. Jika seseorang membangun tembok tanah apakah dengan iqtha’ dari
pemerintah atau tidak kemudian meninggalkannya pada waktu yang
lama dengan tidak mendiaminya. Abu Ubaid berkata; “pada sebagian
hadis dari Umar; bahwa ia memberi batas tiga tahun dan melarang
orang lain mendiami tempat tersebut”. Meka ketentuan Umar ini
mengandung arti, jika telah melewati masa tiga tahun dan tidak
menempatinya, kepala negaralah yang memutuskan dan dibolehkan
bagi kepala negara untuk menyerahkan kepada yang lain, yang mempu
dan bisa menempatinya.
Selanjutnya, menurut Abu Ubaid bila tanah produk ihya al-Mawat
ini menghasilkan sesuatu dengan mengairi dan menanaminya, maka
dikenakan zakat 1/10 untuk 8 mustahik zakat.
3. Hima
Dalam hal ini yang dinamakan hima adalah perlindungan, menurut
Abu Ubaid adalah tempat dari tanah yang tidak berpenduduk yang
dilindungi kepala negara untuk tempat mengembala hewan-hewan ternak.
Dimana tanah hima ini adalah tanah yang mendapat perlindungan dari
pemerintah, namun dapat dimanfaatkan oleh seluruh umat hasil yang ada
pada tanah tersebut seperti air, rumput dan tanaman, hal ini sesuai dengan
sabda Rasulullah, “orang muslim adalah saudara bagi muslim yang
lainnya, yang memberi mereka keleluasaan air dan rumput”.16
5. Fungsi uang
Abu Ubaid mangakui adanya dua fungsi uang yang tidak
mempunyai nilai intrinsik sebagai standar dari nilai pertukaran (medium of
16
Ibid., h. 308
16
1. Nama lengkap Abu Ubaid yaitu Al Qasim bin Sallam bin Miskin bin Zaid Al-
harawi Al-Azadi Al-Bagdady. Hidup masa Dulah Abbasiah mulai dari
khalifah al-Mahdi (158/775). Beliau dilahirkan dikota Bahra (harat) di
Provinsi khurasan pada tahun 154 H dan wafat di Makkah pada tahun 224 H.
Ayahnya keturunan Byzantium, maula dari suku Azd.
2. Tulisan-tulisan Abu Ubaid lahir pada masa kahlifah Dinasti Abassiyah, dan
tidak pernah ada masalah legitimasi, sehingga pemikirannya sering
menekankan pada kebijakan kahlifah untuk mebuat keputusan dengan hati-
hati. Di antara hasil karyanya yang terbesar dan terkenal adalah kitab Al-
Amwal dalam bidang fiqih.
3. Pemikiran Abu Ubaid tentang Ekonomi yaitu:
a. Peranan negara dalam perekonomian
b. Sumber penerimaan keuangan publik
c. Pembelanjaan Penerimaan Keuangan Publik
d. Hukum Pertanahan
e. Fungsi Uang
17
DAFTAR PUSTAKA
Salam, Abu Ubaid al-Qasim. (1988). Kitab al-Amwal. Bairut: Dar al-Fikr.