Tentang
EKONOMI ISLAM ;
Dosen Pengampu :
MUTHIA ULFAH,S.E.I.,M.A
2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,karenaberkat rahmat dan karunianya kita
masih diberikan kesehtan dan dapat beraktivitas sehari-hari.Makalah ini dibuat untuk membantu
mahasiswa untuk melengkapi referensi pengembangan keilmuan dan pengetahuan mata kuliah
EKONOMI ISLAM.
Yang terhormat kepada dosen pengampu yaitu Ibuk Muthia Ulfah,S.E.I, M.A dan teman-
teman mahasiswa sekalian.Selanjutnya mahasiswa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan masukan dan meningkatkan kualitas pembelajaran.Makalah ini masih
banyak kelamahan.Atas dukungan dan Kerjasama yang baik kami ucapkan terimakasih.
Kelompok 1
1
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
BAB II .......................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 4
BAB III....................................................................................................................................................... 15
PENUTUP .................................................................................................................................................. 15
Kesimpulan ................................................................................................................................................ 15
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Ekonomi Islam telah lahir sejak Rasulullah Saw menyebarkan ajaran Agama Islam,kemudian
dilanjutkan oleh para sahabat hingga memiliki kemajuan yang begitu pesat padamasa Dinasti
Abbasiyah dan pada akhirnya masih juga dilakukan sampai zaman sekarang,walaupun saat ini
masih banyak campur aduk ekonomi Barat dalam aktifitas perekonomian masyarakat khususnya
Umat Islam.
Ekonomi Islam juga memiliki tujuan yang sangat penting yaitu menciptakan kesejahteraan
umat manusia khususnya terpenuhinyakebutuhan setiap individu dengan cara yang disahkan oleh
Undang-Undang Pemerintahmaupun hukum syariat (Agama).
3
BAB II
PEMBAHASAN
Ekonmi islam dalam bahasa Arab di istilahkan dengan al-iqtishad al-islami .Al-Istiqhad
secara bahasa berarti al-qashdu yaitu pertengahan dan berkeadilan.1Pengertian pertengahan dan
berkeadilan ini banyak ditemukan dalam al-Quran diantaranya” Dan sederhalah kamu dalam
"berjalan.”(Luqman : 19) dan “Diantara mereka ada golongan yang pertengahan.”(al-Maidah :
66).Maksudnya,orang yang berlaku jujur,lurus,dan tidak menyimpang dari kebenaran.
Yang dimaksud dengan ekonomi Islam menurut Abdul Mun'in al- Jamal adalah kumpulan
dasar-dasar umum tentang ekonomi yang digali dari Al-Qur'an al-Karim dan as-Sunnah5. Hampir
senada dengan definisi
ini, Muhammad Abdul Manan berpendapat, Islamic Economic is a sosial sciens with
studies the economic problems of a people imbued with the values of Islami6. Ilmu pengetahuan
sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.
Hasanuzzaman, mendefinisikan ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari ajaran
5
Muhammad Abd al-Mun’in al-jamal,Mausu’ah al-iqtishad al-islami,Hlm : 14
4
dan aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh sumber-sumber daya material
memenuhi kebutuhan manusia yang memungkinkan untuk melaksanakan kewajiban kepada Allah
dan masyarakat."
Hakikat ekonomi Islam itu merupakan penerapan syariat dalam aktivitas ekonomi.
Pengertian ini sangat tepat untuk dipakai dalam menganalisis persoalan-persoalan aktivitas
ekonomi di tengah masyarakat. Misalnya perilaku konsumsi masyarakat dinaungi oleh ajaran
Islam, kebijaksanaan fiskal, dan moneter yang dikaitkan dengan zakat, sistem kredit, dan investasi
yang dihubungkan dengan pelarangan riba.
Selanjutnya sebutan "Ekonomi Islam" menimbulkan berbagai kesan yang beragam. Bagi
sebagian kalangan, kata 'Islam' memposisikan ekonomi Islam pada tempat yang sangat eksklusif
sehingga menghilangkan nilai kefitrahannya sebagai tatanan bagi semua manusia. Bagi sebagian
lainnya, ekonomi Islam digambarkan sebagai ekonomi hasil racikan antara aliran kapitalis dan
sosialis, sehingga ciri khas khusus yang dimiliki oleh ekonomi Islam itu sendiri hilang, padahal
yang sesungguhnya ekonomi Islam adalah satu sistem yang mencerminkan fitrah dan ciri khasnya
sekaligus.
Dengan fitrahnya, ekonomi Islam merupakan satu sistem yang dapat mewujudkan keadilan
ekonomi bagi seluruh umat. Sedangkan dengan ciri khasnya, ekonomi Islam dapat menunjukkan
jari dirinya dengan segala kelebihannya pada setiap sistem yang dimilikinya.
Ekonomi rabbani menjadi ciri khas utama dari model ekonomi Islam. Chapra menyebutnya
dengan ekonomi tauhid. Namun, secara umum dapat dikatakan sebagai "divine economics
Cerminan watak "Ketuhanan" ekonomi Islam bukan pada aspek pelaku ekonominya sebab
pelakunya pasti manusia, tetapi pada aspek aturan atau sistem yang harus dipedomani oleh para
pelaku ekonomi7. Ini didasarkan pada keyakinan bahwa semua faktor ekonomi termasuk diti
manusia pada dasarnya adalah kepunyaan Allah, dan kepada-Nya (kepada aturan-Nya)
dikembalikan segala urusan, sebagaimana firman Allah dalam Surah Ali Imran (3) ayat 109:
Yang artinya : Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada
Allah-lah dikembalikan segala urusan.
Sebagai ekonomi yang ber-Tuhan maka Ekonomi Islam meminjam istilah dari Ismail Al-
Faruqi yang mempunyai sumber "nilai-nilai normatif-imperatif", sebagai acuan yang mengikat.
Dengan mengakses kepada aturan Ilahiah, setiap perbuatan mempunyai nilai moral dan ibadah.
7
Prof Dr.H.Veithzal Rivai,M.B.A.”Islamic Economics” Hal : 11
5
Setiap tindakan manusia tidak boleh lepas dari nilai, yang secara vertikal merefleksikan moral
yang baik, dan secara horizontal memberi manfaat bagi manusia dan makhluk lainnya. Nilai moral
samahah (lapang dada, lebar tangan, dan murah hati) ditegaskan dalam hadits riwayat Imam
Bukhari dan Muslim, sebagai prasyarat bagi pelaku ekonomi untuk mendapatkan rahmat Ilahi.
baik selaku pedagang, konsumen, debitur maupun kreditor8. Dengan demikian, posisi ckonomi
Islam terhadap nilai-nilai moral adalah sarat nilai (value loaded), bukan sekadar memberi nilai
tambah (added value) apalagi bebas nilai (value neutral).
1. Menurut Hasanuzzaman (1984), ekonomi Islam adalah ilmu dan aplikasi petunjuk dan
aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh dan menggunakan sumber daya
material agar memenuhi kebutuhan manusia dan agar dapat menjalankan kewajibannya kepada
Allah dan masyarakat.
2. Menurut Muhammad Abdul Mannan (1986), ekonomi Islam adalah ilmu sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat dalam perspektif nilai- nilai Islam.
4. Menurut Khan (1994), ekonomi Islam adalah suatu upaya memusatkan perhatian pada
studi tentang kesejahteraan manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya di bumi
atas dasar kerja sama dan partisipasi.
5. Menurut Khurshid Ahmad (1992), ekonomi Islam adalah suatu upaya sistematis untuk
memahami masalah ekonomi dan perilaku manusia yang berkaitan dengan masalah itu dari
perspektif Islam
Islam mempunyai konsep sistem kehidupan yang universal, integral, dan komprehensif, yang
telah menetapkan tatanan yang utuh untuk mengatur kehidupan manusia. Sebagaiway of life,Islam
menata segala aspek kehidupan, mulai dari hal yang sederhana hingga urusan yang paling rumit
sekalipun. Baik dalam aspek sosial, ekonomi, politik, pendidikan, bahkan hingga seni dan budaya.
Apabila konsep al-Qur’an dan as-Sunnah dijadikan pijakan perekonomian suatu negara, tentunya
8
Prof Dr.H.Veithzal Rivai,M.B.A.”Islamic Economics” hal : 18
6
perekonomian tersebut akan berjalan lebih baik dan terarah sesuai dengan tujuannya. Namun
kenyataanya memang belum semua negara muslim di dunia menerapkan dasar tersebut.
Sistem Ekonomi menurut pandangan Islam mencakup pembahasan tentang tata cara perolehan
harta kekayaan dan pemanfaatannya baik untuk kegiatan konsumsi maupun distribusi
(Muhammad, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007, hal. 12-13).
Menurut an-Nabhany (Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Risalah Gusti,
1996) asas yang dipergunakan untuk membangun sistem ekonomi dalam pandangan Islam berdiri
dari tiga pilar (fundamental) yakni bagaimana harta diperoleh yakni menyangkut kepemilikan (al-
milkiyah), lalu bagaimana pengelolaan kepemilikan harta (tasharruf fil milkiyah), serta bagaimana
distribusi kekayaan di tengah masyarakat (tauzi’ul tsarwah bayna an-naas).
9
Prof Dr.H.Veithzal Rivai,M.B.A.”Islamic Economics” hal : 20
7
adalah memastikan tidak ada distorsi sehingga perekonomian dapat berjalan dengan
baik.Ma’ad(hasil), dalam Islam hasil (laba) yang diperoleh di dunia juga menjadi laba di akhirat.10
Yusuf al-Qaradhawi menyatakan bahwa ekonomi Islam itu adalah ekonomi yang
berasaskan ketuhanan, berwawasan kemanusian, berakhlak dan ekonomi pertengahan.
Sesungguhnya ekonomi Islam adalah ekonomi ketuhanan ekonomi kemanusiaan, ekonomi akhlak,
dan ekonomi pertengahan. Dari pengertian yang dirumuskan al-Qaradhawi ini muncul empat nilai-
nilai utama yang terdapat dalam ekonomi Islam sehingga menjadi karakteristik ekonomi Islam
yaitu:
Ekonomi Islam adalah ekonomi Ilahiyyah karena titik awalnya berangkat dari Allah dan
tujuannya untuk mencapat ridha Allah. Karena itu seorang Muslim dalam aktivitas ekonominya,
misalnya ketika membeli atau menjual dan sebagainya berarti menjalankan ibadah kepada Allah.
Semua aktivitas ekonomi dalam Islam kalau dilakukan sesuai dengan syariatnya dan niat ikhlas
maka akan bernilai ibadah di sisi Allah. Hal ini sesuai dengan tujuan penciptaan manusia di muka
bumi, yaitu untuk beribadah kepada-Nya.
Hal yang membedakan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lain adalah
dalam sistem ekonomi Islam antara ekonomi dengan akhlak tidak pernah terpisah sama sekali,
seperti tidak pernah terpisahnya antara ilmu dengan akhlak, antara siyasah dengan akhlak karena
akhlak adalah urat nadi kehidupan Islami. Kesatuan antara ekonomi dengan akhlak ini semakin
jelas terlihat pada setiap aktivitas ekonomi, baik yang berkaitan dengan produksi, konsumsi,
distribusi, dan sirkulasi. Seorang Muslim baik secara pribadi maupun kelompok tidak bebas
mengerjakan apa saja yang diinginkannya ataupun yang menguntungkannya saja, karena setiap
Muslim terikat oleh iman dan akhlak yang harus diaplikasikan dalam setiap aktivitas ekonomi, di
samping terikat dengan undang-undang dan hukum-hukum syariat.
10
https://ilmusyariahdoktoral.uin-suka.ac.id/id/kolom/detail/526/konsep-ekonomi-
islam#:~:text=Konsep%20ekonomi%20Islam%20mengacu%20pada,semestinya%20merujuk%20kepada%20hukum
%20Islam Diakse pada : 25 Februari 2023 15:00
8
3. Iqtisbad Insani (Ekonomi Kerakyatan)
Ekonomi Islam bertujuan untuk mewujudkan kehidupan yang baik dengan memberi
kesempatan bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu, manusia perlu hidup
dengan pola kehidupan rabbani sekaligus manusiawi sehingga ia mampu melaksanakan
kewajibannya kepada tuhan, kepada dirinya, keluarga, dan kepada manusia lain secara umum.
Manusia dalam sistem ekonomi Islam adalah tujuan sekaligus. sasaran dalam setiap kegiatan
ekonomi karena ia telah dipercayakan sebagai khalifah-Nya (QS Al-Baqarah [2]: 30). Allah
memberikan kepada manusia beberapa kemampuan dan sarana yang memungkinkan mereka
melaksanakan tugasnya. Karena itu, manusia wajib beramal dengan berkreasi dan berinovasi
dalam setiap kerja keras mereka. Dengan demikian akan dapat terwujud manusia sebagai tujuan
kegiatan ekonomi dalam, pandangan Islam sekaligus merupakan sarana dan pelakunya dengan
memanfaatkan ilmu yang telah diajarkan Allah kepadanya."
Karakteristik Islam adalah sikap pertengahan, seimbang (tawazun) antara dua kutub (aspek
duniawi dan ukhrawi) yang berlawanan dan bertentangan. Arti tawazun (seimbang) di antara dua
kutub ini adalah memberikan kepada setiap kutub itu haknya masing-masing secara adil atau
timbangan yang lurus tanpa mengurangi atau melebihkannya seperti aspek keakhiratan atau
keduniawian." Dalam sistem Islam, individualisme dan sosialisme bertemu dalam bentuk
perpaduan yang harmonis. Di mana kebebasan individu dengan kebebasan masyarakat seimbang,
antara hak dan kewajiban serasi, imbalan dan tanggung jawab terbagi dengan timbangan yang
lurus."
9
2.4 Ruang Lingkup Ekonomi Islam
Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi Islam sebagai suatu ilmu yang mempelajari
perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan
yang terbatas di dalam kerangka syariah Islam. Definisi lain merumuskan bahwa ekonomi Islam
adalah ilmu yang mempelajari perilaku seorang muslim dalam suatu masyarakat Islam yang
dibingkai dengan syariah Islam. Definisi yang lebih lengkap musti mengakomodasikan sejumlah
prasyarat, yaitu karakteristik dari pandangan hidup Islam. Syarat utamanya adalah memasukkan
nilai-nilai syariah Islam dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi Islam adalah ilmu sosial yang tentu
saja tidak bebas dari nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral merupakan aspek normatif yang harus
dimasukkan dalam analisis fenomena ekonomi serta dalam pengambilan keputusan yang dibingkai
syariah Islam. Jadi definisi ekonomi Islam di atas mengandung kelemahan karena menghasilkan
konsep yang tidak kompetibel dan tidak universal.
Aktivitas dan perilaku ekonomi tidak terlepas dari karakteristik manusianya. Pola perilaku,
bentuk aktivitas, dan pola kecenderungan terkait dengan pemahaman manusia terhadap makna
kehidupan itu sendiri. Dalam pandangan Islam bahwa kehidupan manusia di dunia merupakan
rangkaian kehidupan yang telah ditetapkan Allah kepada setiap makhluk-Nya untuk nanti dimintai
pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Telah menjadi suatu ketetapan (kodrat) dan kehendak
(iradat) Allah bahwa manusia diciptakan juga sekaligus diberikan tuntunan hidup agar dapat
menjalani kehidupan di dunia sebagai hamba Allah untuk memakmurkan kehidupan di dunia ini
sesuai dengan kehendak-Nya. Agama Islam yang diturunkan oleh Allah melalui para Nabi dan
Rasul-Nya dan disempurnakan ajarannya melalui Nabi terakhir, yaitu Muhammad adalah suatu
sistem kehidupan yang bersifat integral dan komprehensif mengatur semua aspek kehidupan
manusia agar mencapai kehidupan
Sistem ekonomi suatu negara didasarkan atas seberapa jauh institusi kepemilikan, insentif
dan pembuat keputusan mendasari semua akivitas ekonomi (Hudiyanto, 2002). Persoalan bidang
ekonomi adalah membahas seputar barang yang seharusnya dihasilkan, cara menghasilkan barang
tersebut menggunakan teknologi padat modal atau padat karya, untuk siapa barang tersebut
dihasilkan, dan cara mendistribusikan barang tersebut kepada masyarakat.
Dengan memahami pengertian dari sistem ekonomi tersebut maka kita dapat
mengklasifikasikan sistem yang dianut suatu masyarakat atau negara. Namun karena tingkat
10
kompleksitas bidang ekonomi, tak ada satu pun negara atau masyarakat yang ekstrim
menggunakan atau menganut satu sistem ekonomi secara mutlak, hanya menunjukkan
kecondongan untuk mendekati ke kutub yang mana.
Sistem ekonomi yang dianut suatu negara merupakan subsistem dari sistem yang lain dan
masing-masing saling terkait. Karena itu subsistem ekonomi, terkait dengan subsistem politik,
subsistem sosial, subsistem hukum dan membentuk suprasistem kehidupan masyarakat dalam
suatu negara. Terdapat kecenderungan umum bahwa sistem ekonomi di suatu negara
bergandengan tangan secara erat dengan sistem politik negara-negara tersebut. Ideologi politik
berkaitan dengan ideologi ekonomi" (Dumairy. 2005).
Kapitalisme sebagai sistem ekonomi muncul pada abad ke-16, yang didorong dengan
munculnya industri sandang di Inggris. Perkembangan industri sandang di Inggris didukung oleh
bahan baku wol yang diproduksi di dalam negeri. Kapitalisme berkembang ketika terjadi revolusi
industri di Inggris yang ditandai dengan peralihan dari dominasi modal perdagangan di atas modal
bagi industri menuju ke arah dominasi modal industri atas modal perdagangan (Hudiyanto, 2002).
Proses terjadinya cepat dan akhirnya muncullah Adam Smith (1776) yang dikenal sebagai bapak
kapitalisme. Jiwa kapitalisme terlihat jelas pada egoisme, bebas menumpuk harta kekayaan,
mengembangkan dan membelanjakan.
1) Kebebasan memiliki harta secara perorangan. Hak milik perorangan merupakan elemen
penting kapitalisme. Dalam paham kapitalisme tidak berlaku istilah hak milik berfungsi sosial.
Pemberian hak milik secara mutlak akan menciptakan perilaku individu untuk menggunakan
semaksimal mungkin sumber daya yang dimiliki dan berdampak pada distribusi pendapatan
masyarakat.
11
4) Mementingkan diri sendiri. Aktivitas individu diyakini tidak akan membawa kekacauan,
bahkan sebaliknya akan membawa kemakmuran bangsa-bangsa. Adam Smith mengatakan "Bukan
berkat kemurahan hati tukang daging, tukang pembuat bir dan tukang roti kita dapat makan siang,
tetapi karena mereka memerhatikan kepentingan pribadi mereka. Kita bicara bukan kepada rasa
kemanusiaan mereka, melainkan cinta mereka kepada diri mereka sendiri." (Heilbroner, 1982)
5) Harga sebagai penentu/price systew. Dengan paham serba bebas (laissez faire) akan
tercipta keseimbangan baru yang mampu membawa kepada kemakmuran masyarakat. Apabila
terjadi kelebihan faktor produksi maka akan tidak terserap oleh pasar sehingga akan terjadi
pengurangan faktor produksi tersebut karena mekanisme pasar, dan sebaliknya. Kondisi semacam
ini dapat memunculkan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.
6) Campur tangan pemerintah minimum, Doktrin laissez faire sistem ekonomi merupakan
orde alamiah (natural orde) yang tunduk pada hukum alam (natural law). Campur tangan
pemerintah dalam bidang ekonomi akan menghambat proses pengaturan diri (self regulation).
2) Persaingan bebas akan mewujudkan produksi dan harga ke tingkat wajar dan rasional.
2) Individualisme.
Kapitalisme, dalam arti klasik laissez faire, tidak pernah ada di dunia ini. Kapitalisme
tampil menjadi citra karismatik merupakan modifikasi yang terus-menerus selama beberapa
waktu. Kehebatan kapitalisme diperkuat dengan kegagalan sosialisme.
Akhir-akhir ini upaya untuk mendukung liberalisme mendekati model neoklasik laissez
faire dengan pengurangan intervensi pemerintah makin intensif. Pemikiran dan kebijakan untuk
menga-rah kepada hal tersebut, bukan hanya dilakukan di negara industri Barat, tetapi juga pada
12
sebagian besar negara dunia ketiga, bahkan negara- negara yang dulunya menganut paham
komunis.
Depresi besar (great depresión) yang melanda dunia pada dasa warsa 1930-an telah
menyapu bersih kapitalisme laissez-faire, terutama tidak perlunya campur tangan pemerintah
bidang ekonomi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa ekonomi tidak dapat mengoreksi dirinya
sendiri. Kondisi ini mengharuskan campur tangan pemerintah agar tidak terjadi depresi dalam
periode yang sangat panjang.
Kutub lain dari sistem ekonomi kapitalis adalah sistem ekonomi sosialis, Lahirnya sistem
ekonomi manisme atau sosialisme pada mulanya dimaksudkan untuk memperbaiki kehidupan
masyarakat yang menderita akibat akumulasi modal kapitalisme, Munculnya sistem ini diawali
dengan terjadinya kelesuan berkepanjangan (malaine) ekonomi pada awal abad ke-20 dan tidak
munculnya mekanisme pasar yang dijanjikan kapitalisme. Kelesuan ditandai dengan terjadinya
pengangguran yang berkelanjutan dan meningkatnya kesengsaraan masyarakat, sementara
kapitalis semakin menumpuk kekayaan.
ekonomi.
13
2) Tidak terjadi pengangguran masyarakat.
Sistem sosialis yang dirumuskan oleh Karl Marx, tampaknya belum selesai. Ideologi
Marxisme tampaknya hanya memberikan prediksi bahwa pada suatu saat masyarakat akan menjadi
seperti ini dan tidak seperti itu. Dengan demikian, sistem ekonomi sosialis baru membicarakan to
be or not to be. Karl Mark belum sampai kepada pembicaraan yang lebih tuntas, apa faktor
dominan dalam membentuk sistem ekonomi sosialis di muka bumi
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bayani adalah pemikiran khas Arab islam yang didasarkan atas otoritas teks (nash) secara
langsung atau tidak langsung. Secara langsung artinya memahami teks sebagai pengetahuan jadi
dan langsung mengaplikasikan tanpa perlu pemikiran. Secara tidak langsung berarti memahami
teks sebagai pengetahuan mentah sehingga perlu taf'sir dan penalaran. Meski demikian hal ini
bukan berarti akal atau rasio bisa bebas menentukan makna dan maksudnya tetapi tetap harus
bersandar pada teks. Burhani menyandarkan diri pada kekuatan rasio akal yang di lakukan lewat
dalil dalil.
Sedangkan ir'fan tidak di dasarkan atas teks seperti bayani tetapi pada kasy'a terungkapnya
rahasia-rahasia realitas oleh Tuhan karena itu pengetahuan ir'fani tidak di peroleh berdasarkan
Analisa teks tetapi dengan olah rohani dimana dengan kesucian hati diharapkan Tuhan akan
melimpahkan pengetahuan langsung kepadanya. Masuk dalam pikiran di konsep kemudian di
kemukakan kepada orang lain secara logis dengan demikian pengetahuan ir'fani setidaknya
diperoleh melalui tiga tahapan yaitu; persiapan penerimaan dan pengungkapan dengan lisan atau
tulisan.
15
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Muthahhari, Murtadha. 2002. Filsafat Hikmah: Pengantar Pemikiran Shandra. Bandung: Mizan.
Yazdi, Muhammad Taqi Mishbah. 2003. Buku Daras Filsafat Islam. Bandung: Mizan.
https://ilmusyariahdoktoral.uin-suka.ac.id/id/kolom/detail/526/konsep-ekonomi-
islam#:~:text=Konsep%20ekonomi%20Islam%20mengacu%20pada,semestinya%20merujuk%2
0kepada%20hukum%20Islam.
16