Dosen :
Made Pradnyan Permana Usadi, S.E., M.M
Oleh Kelompok VI :
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok VI
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................... 37
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
4
1.3. Tujuan
5
tercipta berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1. Peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Anggaran dasar perseroan
3. Doktrin hukum yang berlaku umum dan universal.
Hubungan hukum intern tersebut
membatasi kesewenang-wenangan pemegang
saham, direksi, dan komisaris yang sekaligus
meletakkan tanggung jawab masing-masing. Hal-
hal tersebut di atas memberikan arah apa yang
diperintahkan (imperare), apa yang dilarang
(prohibere), serta apa yang diperbolehkan
(permittere) kepada pemegang saham, komisaris,
dan direksi (Tri Widiyono, 2005: 29).
6
7
Kasim, 2005).
1. Rapat Umum Pemegang Saham
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) merupakan organ perseroan yang paling
tinggi dan berkuasa untuk menentukan arah dan tujuan perseroan.
RUPS memiliki segala kewenangan yang tidak diberikan kepada
direksi dan komisaris perseroan. RUPS mempunyai hak untuk
memperoleh segala macam keterangan yang diperlukan yang
berkaitan dengan kepentingan dan jalannya perseroan.
Kewenangan tersebut merupakan kewenangan eksklusif (exclusive
authority) yang tidak dapat diserahkan kepada organ lain yang
telah ditetapkan dalam UUPT dan Anggaran Dasar”. Wewenang
eksklusif yang ditetapkan dalam UUPT akan ada selama UUPT
belum diubah. Sedangkan wewenang eksklusif dalam Anggaran
Dasar yang disahkan atau disetujui Menteri Kehakiman dapat
diubah melalui perubahan Anggaran Dasar sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan UUPT ((Ahmad Yani dan Gunawan
Widjaja, 2003: 78).
Wewenang RUPS tersebut terwujud dalam bentuk jumlah
suara yang dikeluarkan dalam setiap rapat. Hak suara dalam RUPS
dapat digunakan untuk berbagai maksud dan tujuan diantaranya
ialah menyetujui atau menolak:
a. Rencana perubahan Anggaran Dasar;
b. Rencana penjualan asset dan pemberian jaminan hutang;
c. Pengangkatan dan pemberhentian anggota direksi dan/atau
komisaris;
d. Laporan keuangan yang disampaikan oleh direksi;
e. Pertanggungjawaban direksi;
f. Rencana penggabungan, peleburan dan pengambilalihan;
9
cukup.
Responsibility).
C. Masalah-masalah yang timbul selama tahun buku yang
bersangkutan yang mempengaruhi kegiatan usaha,
misalnya mogok karyawan atau karyawan yang cuti.
D. Laporan tugas pengawasan yang dilakukan oleh
komisaris.
E. Daftar gaji dan honorarium serta tunjangan bagi anggota
Direksi dan Komisaris tahun yang lalu.
b. Direksi (Pengurus)
Direksi (pengurus) adalah organ Perseroan yang
31
2) Tugas Direksi
A. Sebagai Perwakilan Perusahaan, sebagaimana
ditegaskan dalam pasal 82 UUPT bahwa “Direksi
bertanggung jawab penuh atas kepengurusan
perseroan serta mewakili perseroan baik didalam
maupun diluar pengadilan”. Kecuali terjadi perkara di
pengadilan PT dengan Direksi yang bersangkutan,
tetapi Direksi yang bersangkutan memiliki kepentingan
yang bertentangan dengan kepentingan PT.
Pengecualian tersebut dimaksudkan untuk
menghindari benturan kepentingan antara kepentingan
pribadi Direksi dengan kepentingan PT dimana yang
bersangkutan menjadi Direksi. Dalam keadaan yang
demikian, maka yang ditugaskan untuk mewakili PT
adalah Direksi yang lain atau Komisaris yang tidak
memiliki pertentangan antara kepentingan pribadi
dengan kepentingan perusahaan pada saat terjadinya
perkara pada PT. Dalam hal ini terlihat adanya dua sisi
tanggung jawab, yaitu : Tanggung jawab ke dalam
(intern), yaitu berkaitan dengan kepengurusan
jalannya dan maju mundurnya perseroan maka Direksi
bertanggung jawab penuh. Artinya, apabila perseroan
mengalami kerugian akibat dari kesalahan
Direksi dalam menjalankan kepengurusannya, maka
pengurus bertanggung jawab. Dalam menyampaikan
pertanggung jawaban intern ini Direksi dapat melalui
33
c. Dewan Komisaris
Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan
nasihat kepada Direksi baik diminta ataupun tidak dalam
menjalankan perseroan. Dalam menjalankan tugasnya, Komisaris
dapat membentuk komite audit untuk membantu pelaksanaan tugas
komisaris. Jumlah komite audit disesuaikan dengan keperluannya.
Misalnya komite audit keuangan tahunan, SDM, dll.
Pada dasarnya, Komisaris tidak mempunyai kewenangan dan
tidak mempunyai fungsi kepengurusan. Namun, apabila Direksi
berhalangan, maka Komisaris dapat diberikan kewenangan untuk
melakukan pengurusan atau pengelolaan sesuai dengan atau dengan
keputusan RUPS. Alasan kedua, apabila Direksi terdapat benturan
antara kepentingan Direksi dengan kepentingan PT. Wewenang dan
kewajiban Komisaris ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Seperti
halnya pengurus, maka Komisaris dapat menjalankan tugasnya wajib
dengan etikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya
untuk kepentingan dan usaha perseroan.
Setiap perseroan terbatas, wajib mempunyai komisaris dan
jumlah anggota Komisaris disesuaikan dengan keperluan PT. Namun,
bagi PT yang mengelola dana masyarakat atau telah menjual
sahamnya dipasar modal (PT Tbk.), yang telah mengeluarkan surat
pengakuan hutang (obligasi), wajib memiliki Komisaris paling sedikit
2 (dua) orang.
Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Komisaris, sama
dengan persyaratan menjadi Direksi. Pengangkatan menjadi
Komisaris untuk yang pertama kali pada proses pendirian PT
dilakukan oleh para pendiri perusahaan (bukan RUPS) yang
36
3.1. Kesimpulan
37
DAFTAR PUSTAKA
Buku
2013, Jakarta
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Citra Aditya Bakti, Bandung,
200.
Undang-Undang
38