Dosen Pembimbing
Disusun oleh :
DENI LESTARI : 16120000003
EVA FARIDA : 16120000048
GALIH PRAKOSO : 16120000008
REZA ANANTA BETARIZKI R.W : 16120000053
HENDRI RANDAKA: 16120000060
OMAS TRIO PRAWIRA : 16120000063
GAGAS DWI AJI PRASETYO : 16120000151
Alhamdulillah, segala puji syukur tertuju semata hanya kepada Allah SWT, atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “FIRMA”.
Selama penyusunan makalah ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan
dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan
yang memerlukan penyempurnaan. Untuk itu mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun sehingga dapat menambah kemampuan dan pengetahuan penulis. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan...............................................................................................................
Bab II pembahasan..............................................................................................................
Kesimpulan .........................................................................................................................
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
B. PENDIRIAN FIRMA
Cara pendirian perseroan firma cukup dengan mengadakan perjanjian konsensual, dan
biasanya dibuat akta resmi untuk bukti. Diperlukan juga dengan akta notaries untuk
memperkuat kedudukan para anggota.
Menurut pasal 22 KUHD : tiap-tiap perseroan firma harus didirikan dengan akta
autentik, akan tetapi ketiadaan akta yang demikian tidak dapat dikemukakan untuk
merugikan pihak ketiga.
Proses pendirian Firma berdasarkan KUHD dan KUHPerdata. Dalam pasal 22 KUHD
disebutkan bahwa:
1. Persekutuan Firma harus didirikan dengan akta otentik. Artinya Firma tidak
memungkinkan atau dikhawatirkan untuk disangkalkan kepada pihak ketiga bila
akta otentik tersebut tidak ada.
2. Kemudian selanjutnya, setelah akta pendirian dibuat maka harus kita daftarkan ke
Kepaniteraan Pengadilan Negeri di daerah tempat dimana Firma akan
didirikan/berkedudukan. Dalam pasal 23 KUHD dan pasal 28 KUHD.
3. Selanjutnya akta pendirian tersebut diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Fungsi akta dalam hal ini sebagai alat bukti jika ada perselisihan antara para pihak,
baik intern atau ekstern pada firma. Akta tersebut memuat anggaran dasar Firma
dengan rincian sebagai berikut (Pasal 26 KUHD) :
a. Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal para pelaku.
b. Penetapan nama bersama atau firma
c. Firma bersifat umum atau terbatas pada menjalankan perusahaan bidang tertentu
d. Nama-nama sekutu yang tidak diberi kuasa untuk menandatangani perjanjian bagi
firma
e. Saat mulai dan berakhirnya firma
f. Ketentuan-ketentuan lain mengenai hak pihak ketiga terhadap para sekutu
Latar belakang berdirinya firma berdasarkan pasal 22 KUHD adalah sebagai berikut :
a. Didirikan bersifat terang terangan
b. Ada kepastian hukum dalam pendirian firma
c. Sebagai persekutuan menjalankan perusahaan
d. Perlu adanya bukti tulisan
Adapun pendaftaran firma dalam pasal 23 KUHD disebutkan : para persero firma
diharuskan untuk mendaftarkan akta pendirian di kepaniteraan Pengadilan Negeri
yang dalam daerah hukumnya Firma bertempat kedudukan. Yang perlu didaftarkan
adalah ikthisar pedirian firma. Dalam pasal 29 KUHD menegaskan bahwa selama
pendaftaran dan pengumuman belum dilaksanakan. Perseroan firma dianggap :
1. Perseroan umum
2. Didirikan waktu tidak terbatas
3. Seolah-olah tidak ada seorang persero pun yang dikecualikan dari hak bertindak
melakukan perbuatan hukum dan menandatangani untuk firma.
Persekutuan (dalam hal ini, dengan firma) tersebut dapat berlangsung terus dengan
ahli warisnya, atau akan berlangsung terus diantara sekutu-sekutu yang masih ada.
(ps. 1651 KUHPer).
D. PEMBUBARAN FIRMA
Firma berakhir apabila jangka waktu yang di tetapkan dalam anggaran dasar telah
berakhir. Firma juga dapat bubar sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan
dalam anggaran dasar akibat pengunduran diri atau pemberhentian sekutu.
Pembubaran firma harus dilakukan dengan akta yang autentik yang dibuat dimuka
notaris, di daftarkan ke paniteraan pengadilan negeri setempat dan pengumuman
dalam Tambahan Berita Negara. Kelalaian dalam pendaftaran dan pengumuman ini
mengakibatkan tidak berlakunya pembubaran firma, dan pengunduran diri atau
pemberhentian sekutu atau perubahan anggaran dasar terhadap pihak ketiga.
Adapun proses Pembubaran Firma dan Dasar Hukumnya Dalam Pasal 1646 sampai
dengan Pasal 1652 KUHPerdata dan Pasal 31 sampai dengan Pasal 35 KUHD isinya
mengatur pembuibaran Persekutuan Firma. Berdasarkan Pasal 1646 KUHPerdata,
terdapat 5 hal yang menyebabkan bubar atau berakhirnya Persekutuan Firma
diantaranya adalah:
1. Jangka waktu Firma telah berakhir sesuai yang telah ditentukan dalam akta
pendirian;
2. Musnahnya barang atau telah selesainya usaha yang dijalankan persekutuan
Firma;
3. Adanya pengunduran diri dari sekutunya atau pemberhentian sekutunya;
4. Salah seorang sekutu meninggal dunia atau berada di bawah pengampuan atau
dinyatakan pailit.
5. Adanya kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu;
Setiap pembubaran firma memerlukan pemberesan, tugas pemberesan adalah
menyesuaikan utang firma dengan menggunakan uang kas. Jika masih ada saldo,
maka saldo dibagi antara para sekutu. Jika ada kekurangan maka kekurangan itu harus
di penuhi dari kekayaan pribadi para sekutu.
Yang bertugas melakukan pemberesan ialah mereka yang ditetapkan dalam akta
pendirian. Jika terjadi perbedaan pendapat dalam pembubaran persekutuan, husunya
pengambilan keputusan, maka harus dilakukan pemungutan suara, suara terbanyak
bisa menunjuk orang lain sebagai pemberes pembubaran persekutuan firma. Artinya
pemberesan pembubaran persekutuan firma bisa dilakukan oleh sekutu yang bukan
pengurus. Jika dalam pemungutan suara sama banyak, maka keputusan harus
diserahkan kepada pengadilan negeri, dengan mempertimbangka kepentingan
persekutuan firma yang telah dibubarkan tersebut. (Pasal 32 KUHD).
Adapun dengan masuknya sekutu baru berarti akan membubarkan persekutuan firma
lama dan merubah persekutuan firma lama menjadi persekutuan yang baru dengan
anggota yang baru ( ada penambahan anggota). Masuknya anggota baru tersebut dapat
dilakukan dengan cara :
1. Membeli hak sekutu lama
2. Memasukkan investasi pada firma
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keberadaan firma sebagai badan usaha diatur dalam pasal 16 – pasal 35 KUHD.
Firma adalah tiap-tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan
perusahaan dengan nama bersama. Atau firma adalah persekutuan yang
menyelenggarakan perusahaan atas nama bersama. Tiap-tiap firma tidak dikecualikan
satu dengan yang lain dapat mengikatkan firma dengan pihak ketiga dan mereka
masing-masing bertanggungjawab atas seluruh utang firma secara renteng.
Cara pendirian perseroan firma cukup dengan mengadakan perjanjian konsensual, dan
biasanya dibuat akta resmi untuk bukti. Diperlukan juga dengan akta notaries untuk
memperkuat kedudukan para anggota. Proses pendirian Firma berdasarkan KUHD
dan KUHPerdata. Dalam pasal 22 KUHD
Firma' bukan badan hukum maka ia tidak dapat anggap sebagai subyek hukum yang
mempunyai hak dan kewajiban tersendiri seperti halnya orang pribadi (manusia) dan
badan hukum.
Proses Pembubaran Firma dan Dasar Hukumnya Dalam Pasal 1646 sampai dengan
Pasal 1652 KUHPerdata dan Pasal 31 sampai dengan Pasal 35 KUHD isinya
mengatur pembuibaran Persekutuan Firma dan juga berdasarkan Pasal 1646
KUHPerdata
DAFTAR PUSTAKA
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1828/firma
http://artonang.blogspot.co.id/2014/12/hukum-perdata.html
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl17/apakah-firma-badan-hukum
http://www.akuntansilengkap.com/bisnis/apa-itu-firma-cara-mendirikan-firma-dasar-hukum-
dan-ciri-cirinya/
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/60874/4/Chapter%20I.pdf