Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MATA KULIAH HUKUM DAGANG


DENGAN JUDUL “FIRMA”

Dosen Pembimbing

Disusun oleh :
DENI LESTARI : 16120000003
EVA FARIDA : 16120000048
GALIH PRAKOSO : 16120000008
REZA ANANTA BETARIZKI R.W : 16120000053
HENDRI RANDAKA: 16120000060
OMAS TRIO PRAWIRA : 16120000063
GAGAS DWI AJI PRASETYO : 16120000151

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM KADIRI
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur tertuju semata hanya kepada Allah SWT, atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “FIRMA”.

Selama penyusunan makalah ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan
dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan
yang memerlukan penyempurnaan. Untuk itu mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun sehingga dapat menambah kemampuan dan pengetahuan penulis. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.
DAFTAR ISI

Kata pengantar ...................................................................................................................

Dafatar isi ..........................................................................................................................

Bab I Pendahuluan...............................................................................................................

1.1 Latar belakang..........................................................................................


1.2 Rumusan masalah.....................................................................................
1.3 Tujuan penulisan......................................................................................

Bab II pembahasan..............................................................................................................

Kesimpulan .........................................................................................................................

Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bentuk usaha adalah organisasi usaha atau badan usaha yang menjadi wadah penggerak
setiap jenis kegiatan usaha, yang disebut bentuk hukum perusahaan. Bentuk hukum
perusahaan perseorangan belum ada pengaturannya dalam undang-undang tetapi
berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengusaha, dalam prakteknya dibuat
tertulis dimuka notaris berupa akta pendirian perusahaan perseorangan. Bentuk-bentuk
perusahaan atau badan usaha (business organization) yang dapat dijumpai di Indonesia
sekarang ini demikian beragam jumlahnya. Sebagian besar dari bentuk-bentuk badan
usaha tersebut merupakan peninggalan masa lalu (Pemerintah Belanda), di antaranya ada
yang telah diganti dengan sebutan dalam bahasa Indonesia, tetapi masih ada juga
sebagian yang tetap mempergunakan nama aslinya.
Firma yang merupakan salah satu contoh dari Badan Persekutuan bukan Berbadan Hukum. Kita
tahu sekarang ini banyak sekali perusahaan-perusahaan yang menggunakan bentuk Firma ini.
Bahkan Firma bukanlah suatu istilah yang asing lagi untuk kita dengar dan akan terus
berkembang di masa sekarang ini. Firma itu sendiri telah dibuat hukum nya (peraturannya)
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) oleh pemerintah. Oleh sebab itu, penting
bagi kita untuk mengetahui lebih dalam lagi apa itu Firma sehingga kita dapat
mempertimbangkan bentuk usaha apa yang ingin kita gunakan jika kita ingin membuka suatu
usaha.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Pengertian dari persekutuan firma
2. Pendirian firma
3. Status hukum dalam firma
4. Pembubaran firma

1.3 TUJUAN DARI PENULISAN


1. Untuk memahami apa saja tentang firma
2. Untuk memahami bagaimana prosedur pendirian dan pembubaran dari firma
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DARI PERSEKUTUAN FIRMA


Keberadaan firma sebagai badan usaha diatur dalam pasal 16 – pasal 35 KUHD.
Firma adalah tiap-tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan
perusahaan dengan nama bersama. Atau firma adalah persekutuan yang
menyelenggarakan perusahaan atas nama bersama. Tiap-tiap firma tidak dikecualikan
satu dengan yang lain dapat mengikatkan firma dengan pihak ketiga dan mereka
masing-masing bertanggungjawab atas seluruh utang firma secara renteng.
Prof. Sukardono bahwa firma adalah suatu perserikatan perdata khusus. Kekhususan
menurut pasal 16 KUHD terletak pada keharusan pada tiga unsure mutlak, yaitu :
a. Menjalankan perusahaan
b. Dengan pemakaian firma (nama) bersama
c. Pertanggungjawaban pada tiap-tiap sekutu secara keseluruhan mengenai perikatan
dengan firma
Menurut pasal 16 dan 18 KUHD yang dimaksudkan persero firma adalah tiap-tiap
persero yang didirikan untuk menjalankan perbuatan dibawah nama bersama, di mana
anggota-anggotaya langsung dan sendiri-sendiri bertanggungjawab sepenuhnya
terhadap pihak ketiga. Dengan nama bersama itu juga dipakai untuk menandatangani
surat menyurat perusahaan. Di belakang nama bersama itu seriing ditulis perkataan
Co atau Cie, yang artinya Co adalah compagnon yang berarti kawan, dan yang
dimaksud adalah orang yang turut berusaha.
Cie adalah adalah singkatan dari compagnie, yang sebetulnya adalah kelompok yang
dimaksud, yaitu orang atau orang-orang yang bersama-sama mempunyai perusahaan
dengan kita, Fa. Anis dan Co.
Dalam setiap Fa, setiap persero berhak untuk melakukan pengumuman dan bertindak
keluar atas nama perseroan tersebut. Segala perjanjian yang dilakukan oleh salah satu
anggota persero mengikat salah satu anggota persero lainnya. Begitupun segala
sesuatu yang diperoleh seseorang anggota persero menjadi harta benda milik firma
atau milik bersama.
Adapun ciri-ciri firma :
a. Menyelenggarakan perusahaan
b. Mempunyai nama bersama
c. Adanya tanggungjawab renteng (tanggung menanggung)
d. Pada asasnya tiap tiap persero dapat mengikat firma dengan pihak ketiga,

B. PENDIRIAN FIRMA
Cara pendirian perseroan firma cukup dengan mengadakan perjanjian konsensual, dan
biasanya dibuat akta resmi untuk bukti. Diperlukan juga dengan akta notaries untuk
memperkuat kedudukan para anggota.
Menurut pasal 22 KUHD : tiap-tiap perseroan firma harus didirikan dengan akta
autentik, akan tetapi ketiadaan akta yang demikian tidak dapat dikemukakan untuk
merugikan pihak ketiga.
Proses pendirian Firma berdasarkan KUHD dan KUHPerdata. Dalam pasal 22 KUHD
disebutkan bahwa:

1. Persekutuan Firma harus didirikan dengan akta otentik. Artinya Firma tidak
memungkinkan atau dikhawatirkan untuk disangkalkan kepada pihak ketiga bila
akta otentik tersebut tidak ada.
2. Kemudian selanjutnya, setelah akta pendirian dibuat maka harus kita daftarkan ke
Kepaniteraan Pengadilan Negeri di daerah tempat dimana Firma akan
didirikan/berkedudukan. Dalam pasal 23 KUHD dan pasal 28 KUHD.
3. Selanjutnya akta pendirian tersebut diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

Fungsi akta dalam hal ini sebagai alat bukti jika ada perselisihan antara para pihak,
baik intern atau ekstern pada firma. Akta tersebut memuat anggaran dasar Firma
dengan rincian sebagai berikut (Pasal 26 KUHD) :
a. Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal para pelaku.
b. Penetapan nama bersama atau firma
c. Firma bersifat umum atau terbatas pada menjalankan perusahaan bidang tertentu
d. Nama-nama sekutu yang tidak diberi kuasa untuk menandatangani perjanjian bagi
firma
e. Saat mulai dan berakhirnya firma
f. Ketentuan-ketentuan lain mengenai hak pihak ketiga terhadap para sekutu
Latar belakang berdirinya firma berdasarkan pasal 22 KUHD adalah sebagai berikut :
a. Didirikan bersifat terang terangan
b. Ada kepastian hukum dalam pendirian firma
c. Sebagai persekutuan menjalankan perusahaan
d. Perlu adanya bukti tulisan
Adapun pendaftaran firma dalam pasal 23 KUHD disebutkan : para persero firma
diharuskan untuk mendaftarkan akta pendirian di kepaniteraan Pengadilan Negeri
yang dalam daerah hukumnya Firma bertempat kedudukan. Yang perlu didaftarkan
adalah ikthisar pedirian firma. Dalam pasal 29 KUHD menegaskan bahwa selama
pendaftaran dan pengumuman belum dilaksanakan. Perseroan firma dianggap :
1. Perseroan umum
2. Didirikan waktu tidak terbatas
3. Seolah-olah tidak ada seorang persero pun yang dikecualikan dari hak bertindak
melakukan perbuatan hukum dan menandatangani untuk firma.

C. STATUS HUKUM DALAM FIRMA


Keberadaan Badan Usaha Firma (Fa) diatur dalam pasal 16 – pasal 35 Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (KUH Dagang). Firma bukan-lah badan hukum seperti
halnya perseroan terbatas. Karena undang-undang di Indonesia mengatur firma
sebagai perusahaan yang dibentuk hanya berdasarkan persekutuan, bukan diakui
sebagai badan hukum. Selain itu juga, syarat lain bagi suatu entitas untuk dapat
dikatakan sebagai badan hukum adalah mempunyai kekayaan yang terpisah dengan
pengurusnya. Pada firma tidak ada pemisahan kekayaan firma dengan pengurus,
maksudnya adalah pertanggungjawaban firma kepada pihak ketiga mencakup sampai
kepada harta pribadi sekutu-sekutunya (ps. 33 KUHD), berbeda halnya dengan
perseroan terbatas yang merupakan badan hukum dimana pertanggungjawaban
kepada pihak ketiga hanya sebatas kekayaan yang dimiliki oleh perseroan terbatas
tersebut.
Karena perusahaan firma' bukan badan hukum maka ia tidak dapat anggap sebagai
subyek hukum yang mempunyai hak dan kewajiban tersendiri seperti halnya orang
pribadi (manusia) dan badan hukum. Hak dan kewajiban masih melekat' pada diri
masing-masing sekutu. Oleh karena itu, firma tidak dapat menjadi pemegang saham
dalam PT. Hal tersebut secara tegas diatur dalam Penjelasan Pasal 7 dari Undang-
Undang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, bahwa yang dimaksud dengan
orang' yang merupakan pemegang saham' adalah orang perseorangan (manusia) atau
badan hukum.
Karena firma adalah bentuk persekutuan perdata yang khusus, maka pengaturan
pembubaran firmas cukup diatur dalam KUH Perdata, yaitu di Buku III, Bab VIII
bagian IV.
Berdasarkan pasal 1646 KUH Perdata persekutuan dapat berakhir karena:
1. Telah mencapai waktu yang telah ditentukan sebelumnya dalam akta pendirian
(apabila ada)
2. Musnahnya barang atau selesainya perbuatan yang menjadi pokok perjanjian
3. Atas kehendak semata-mata dari beberapa orang sekutu
4. Jika salah seorang sekutu meninggal atau berada di bawah pengampuan atau
dinyatakan pailit
Sebab berakhirnya persekutuan firma yang dikarenakan meninggalnya salah seorang
sekutu, dapat dikesampingkan apabila sebelumnya diantara sekutu-sekutu tersebut
telah diperjanjikan bahwa meninggalnya salah seorang sekutu tidak berpengaruh
terhadap kelangsungan firma.

Persekutuan (dalam hal ini, dengan firma) tersebut dapat berlangsung terus dengan
ahli warisnya, atau akan berlangsung terus diantara sekutu-sekutu yang masih ada.
(ps. 1651 KUHPer).

D. PEMBUBARAN FIRMA
Firma berakhir apabila jangka waktu yang di tetapkan dalam anggaran dasar telah
berakhir. Firma juga dapat bubar sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan
dalam anggaran dasar akibat pengunduran diri atau pemberhentian sekutu.
Pembubaran firma harus dilakukan dengan akta yang autentik yang dibuat dimuka
notaris, di daftarkan ke paniteraan pengadilan negeri setempat dan pengumuman
dalam Tambahan Berita Negara. Kelalaian dalam pendaftaran dan pengumuman ini
mengakibatkan tidak berlakunya pembubaran firma, dan pengunduran diri atau
pemberhentian sekutu atau perubahan anggaran dasar terhadap pihak ketiga.
Adapun proses Pembubaran Firma dan Dasar Hukumnya Dalam Pasal 1646 sampai
dengan Pasal 1652 KUHPerdata dan Pasal 31 sampai dengan Pasal 35 KUHD isinya
mengatur pembuibaran Persekutuan Firma. Berdasarkan Pasal 1646 KUHPerdata,
terdapat 5 hal yang menyebabkan bubar atau berakhirnya Persekutuan Firma
diantaranya adalah:
1. Jangka waktu Firma telah berakhir sesuai yang telah ditentukan dalam akta
pendirian;
2. Musnahnya barang atau telah selesainya usaha yang dijalankan persekutuan
Firma;
3. Adanya pengunduran diri dari sekutunya atau pemberhentian sekutunya;
4. Salah seorang sekutu meninggal dunia atau berada di bawah pengampuan atau
dinyatakan pailit.
5. Adanya kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu;
Setiap pembubaran firma memerlukan pemberesan, tugas pemberesan adalah
menyesuaikan utang firma dengan menggunakan uang kas. Jika masih ada saldo,
maka saldo dibagi antara para sekutu. Jika ada kekurangan maka kekurangan itu harus
di penuhi dari kekayaan pribadi para sekutu.
Yang bertugas melakukan pemberesan ialah mereka yang ditetapkan dalam akta
pendirian. Jika terjadi perbedaan pendapat dalam pembubaran persekutuan, husunya
pengambilan keputusan, maka harus dilakukan pemungutan suara, suara terbanyak
bisa menunjuk orang lain sebagai pemberes pembubaran persekutuan firma. Artinya
pemberesan pembubaran persekutuan firma bisa dilakukan oleh sekutu yang bukan
pengurus. Jika dalam pemungutan suara sama banyak, maka keputusan harus
diserahkan kepada pengadilan negeri, dengan mempertimbangka kepentingan
persekutuan firma yang telah dibubarkan tersebut. (Pasal 32 KUHD).

Adapun dengan masuknya sekutu baru berarti akan membubarkan persekutuan firma
lama dan merubah persekutuan firma lama menjadi persekutuan yang baru dengan
anggota yang baru ( ada penambahan anggota). Masuknya anggota baru tersebut dapat
dilakukan dengan cara :
1. Membeli hak sekutu lama
2. Memasukkan investasi pada firma
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keberadaan firma sebagai badan usaha diatur dalam pasal 16 – pasal 35 KUHD.
Firma adalah tiap-tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan
perusahaan dengan nama bersama. Atau firma adalah persekutuan yang
menyelenggarakan perusahaan atas nama bersama. Tiap-tiap firma tidak dikecualikan
satu dengan yang lain dapat mengikatkan firma dengan pihak ketiga dan mereka
masing-masing bertanggungjawab atas seluruh utang firma secara renteng.
Cara pendirian perseroan firma cukup dengan mengadakan perjanjian konsensual, dan
biasanya dibuat akta resmi untuk bukti. Diperlukan juga dengan akta notaries untuk
memperkuat kedudukan para anggota. Proses pendirian Firma berdasarkan KUHD
dan KUHPerdata. Dalam pasal 22 KUHD
Firma' bukan badan hukum maka ia tidak dapat anggap sebagai subyek hukum yang
mempunyai hak dan kewajiban tersendiri seperti halnya orang pribadi (manusia) dan
badan hukum.
Proses Pembubaran Firma dan Dasar Hukumnya Dalam Pasal 1646 sampai dengan
Pasal 1652 KUHPerdata dan Pasal 31 sampai dengan Pasal 35 KUHD isinya
mengatur pembuibaran Persekutuan Firma dan juga berdasarkan Pasal 1646
KUHPerdata
DAFTAR PUSTAKA

Farida, Hasyim. 2009. Hukum Dagang. Bandar Lampung : SINAR GRAFIKA.

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1828/firma

http://artonang.blogspot.co.id/2014/12/hukum-perdata.html

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl17/apakah-firma-badan-hukum

http://www.akuntansilengkap.com/bisnis/apa-itu-firma-cara-mendirikan-firma-dasar-hukum-
dan-ciri-cirinya/

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/60874/4/Chapter%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai