Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HUKUM DAGANG

HUKUM PERUSAHAAN

Dosen Pembimbing : Bapak Nasrum, S.H, M.H

Oleh

Nama : Fitra magfira


Nim : D10121228

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah subhanawata’ala atas segala
karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah hukum dagang tentang hukum
perusahaanyang telah bapak tugaskan.

Makalah ini mngangkat judul hukum perusahaan. Dengan makalah ini kiranya saya
dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman saya tentang hukum perusahaan. Kritik dan
saran sangatlah saya butuhkan demi kelancaran proses pembelajaran Bersama.

Palu, 04 November 2022


DAFTAR ISI

JUDUL………………………………………………………………………………………..1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………4
A. Latar Belakang……………………………………………………………………..4
A. Latar Belakang………………………………………………………………..……6
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….
C. Tujuan Penulisan Makalah………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….….7
1. Bentuk-bentuk perusahaan………………………………………………………’…7
2. Perusahaan perseorangan…………………………………………………………...7
3. Persekutuan Firma……………………………………………………………….….8
4. Persekutuan Komanditer (CV)…………………………………………………..… 9
5.Perseroan Terbatas……………..…………………………………………………..10

BAB III PENUTUP……...………………………………………………………………….12


A. Kesimpulan……………………………………………………………………….12
B. Saran………………………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….12

1. Bentuk-bentuk
perusahaan……………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAAN

A. Latar belakang
Hukum perusaham sebagai bagian dalam hukum bisnis semakin terasa dibutuhkan
lebih-lebih pada awal abad 21 ini dengan prediksi bisnis internasional yang tidak
terelakkan lagi, dimana Indonesia berada di tengah dan dalam kancah perdagangan bebas,
dengan segala konsekuensinya termasuk tuntutan daya saing yang semakin berat.
Bentuk-bentuk badan hukum yang dikenal dalam sistim hukum dagang Indonesia
adalah Perseroan Firma (Fa), Perseroan komanditer (CV), dan Perseroan Terbatas (PT),
bentuk ini diatur dalam Buku Kesatu Bab III Bagian 1 Kitab Undang-undang Hukum
Dagang (KUHD). Selain itu, masih ada bentuk badan hukum lainyang diatur dalam Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang disebut dengan Maatschap atau
persekutuan.
Dalam praktek sangat banyak kita jumpai perusahaan berbentuk perusahaan terbatas.
Bahkan, berbisnis dengan membentuk pereroan terbatas ini, terutama untuk bisnis yang
serius atau bisnis besar, merupakan model berbisnis yang paling lazim dilakukan,
sehingga dapat dipastikan bahwa jumlah dari perseroan terbatas di Indonesia jauh
melebihi jumlah bentuk bisnis lain. Seperti, Firma, Perusahaan Komanditer, Koperasi,
dan lain-lain.
Perseroan Terbatas merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang paling disukai
saat ini, di samping karena pertanggung jawabannya yang bersifat terbatas Perseroan
Terbatas juga memberikan kemudahan bagi pemilik (pemegang saham) nya
untuk mengalihkan perusahaannya (kepada setiap orang) dengan menjual seluruh
saham yang dimilikinya pada perusahaan tersebut.
Kata “perseroan” menunjukkan kepada modalnya yang terdiri atas sero (saham).
Sedangkan kata “terbatas” kepada tanggung jawab pemegang saham yang tidak
melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan dimilikinya.
Kata perseroan dalam arti umum adalah perusahaan atau organisasi usaha sedangkan
Perseroan Terbatas adalah salah satu bentuk organisasi usaha atau badan usaha yang
ada dan dikenal dalam sistim hukum dagang indonesia. Kegiatan perseroan harus
sesuai dengan maksud dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, ketertiban umum dan atau kesusilaan.
Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas
pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan tujuan perseroan baik di
dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Angaran Dasar.
Pasal 93 ayat (1) UUPT menyatakan:
Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang
cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum
pengangkatannya pernah :
1. Dinyatakan pailit ;
2. Menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komissaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit; atau
3. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara
dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.

Kepengurusan perseroan dilakukan oleh Direksi dan Direksi bertanggung


jawab penuh atas pengurusan perseroan dan bukan kepada perorangan pemegang
saham, untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan di dalam
maupun di luar pengadilan.
Peraturan tentang pembagian tugas dan tanggung jawab setiap anggota
Direksi ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan dilakukan
oleh Komisaris atas nama RUPS yang dimuat dalam Anggaran Dasar perseroan.
Dalam Pasal 97 UUPT menyatakan :
1. Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 92 ayat (1)
2. Pengurusan sebagaimana dimaksud ayat (1), wajib dilaksanakan setiap
anggota direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.
3. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian
perseroan apabila yang bersangkuta bersalah dan lalai dalam menjalankan
tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagai mana dimaksud pada ayat (2)
4. Dalam hal direksi terdiri atas 2(dua) anggota direksi atau lebih tanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap
anggota direksi.
5. Anggota direksi tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kergian sebagai mana
dimaksud ayat (3) apabila dapat membuktikan :
a. Kerugiaan tersebut bukan karena kesalahaan atau kesalahannya;
b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Tidak mempunyai
beturan kepentingan baik langsung maupuntidak langsung atas tindakan
pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan
c. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian
tersebut
6. Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu
persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat
mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota direksi yang karena
kesalahannya atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan.
7. Ketentuan sebagaiman dimaksud pada ayat (5) tidak mengurangihak anggota Direksi
lainnya dan/atau anggota Dewan Komisaris untuk mengajukan gugatan atas
nama perseroan.
Dalam hubungan hukum, di satu sisi Direksi diperlakukan sebagai penerima kuasa
dari Perseroan untuk menjalankan Perseroan sesuai dengan kepentingannya untuk
mencapai tujuan Perseroan sebagaimana telah digariskan dalam anggaran dasar
Perseroan, dan disisi lain diperlakukan sebagai karyawan Perseroan, dalam
hubungan atasan dan bawahan dalam suatu perjanjian perburuhan yang mana berarti
Direksi tidak diperkenankan untuk melakukan sesuatu yang tidak atau bukan
menjadi tugasnya. Disinilah sifat pertanggungjawaban renteng dan
pertanggungjawaban pribadi Direksi sangant relevan, dalam hal direksi melakukan
penyimpangan atas kuasa dan perintah Perseroan, untuk kepentingan Perseroan.

B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan perusahaan
2. Apa saja bentuk-bentuk perusahaan

C. Tujuan penulisan makalah


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Nasrum, S.H,
M.H dalam mata kuliah hukum dagang difakultas hukum universitas tadulako.
BAB II
PEMBAHASAAN

1. Bentuk-bentuk Perusahaan
Bentuk hukum perusahaan persekutuan dan badan hukum sudah diatur dengan undang
undang, Firms (Fa) dan Persekutuan Komanditer (CV) diatur dalam KUHD, Perseroan
Terbatas diatur dalam undang-undang No. 40 tahun 2007, Koperasi diatur dalam UU No. 25
tahun 1992, Perusahaan Umum dan Perusahaan Perseroan diatur dalam UU No. 9 tahun
1969, Firma (Fa) dan Persekutuan Komanditer (CV) adalah bukan badan hukum, sedangkan
Perseroan Terbatas, Koperasi, Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan
(Persero) adalah Badan Hukum. Perseroan Terbatas dan Koperasi adalah Badan Usaha Milik
Swasta sedangkan Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero) adalah
Badan Usaha Milik Negara.

2. Perusahaan Perseorangan
Perusahaaan perseorangan adalah badan usaha yang dikelola dan diawasi oleh satu orang,
dimana pengelola perusahaan memperoleh semua keuntungan perusahaan, tetapi ia juga
menanggung semua resiko yang timbul dalam kegiatan perusahaan.
Pada umumnya perusahaan perseorangan bermodal kecil, terbatasnya jenis serta jumlah
produksi, memiliki tenaga kerja atau buruh yang sedikit dan penggunaan alat produksi
teknologi sederhana. Contoh perusahaan perseorangan seperti toko kelontong, tukang bakso
keliling, pedagang asongan, dan lain sebagainya.
Pendirian perusahaan perseorangan tidak diatur dalam KUHD dan tidak memerlukan
perjanjian karena hanya didirikan oleh satu orang pengusaha saja. Ciri-ciri perusahaan
perseorangan.
1) Jumlah pengusaha hanya satu orang yaitu pemilik perusahaan
2) Modal usaha dimiliki satu orang (pengusaha yang bersangkutan) dan biasanya kecil atau
menengah
3) Pembantu pengusaha bekerja berdasarkan perjanjian kerja atau hibah
4) Tidak ada aturan yang mengatur secara khusus mengenai perusahaan perseorangan,
namun hanya memerlukan izin permohonan usaha dari Dinas Perdagangan setempat.
5) Tidak perlu dibuatkan akta pendirian, pria acad pribadi
6) Merupakan bentuk perusahaan paling sederhana.
7) Pengusaha memiliki sendiri seluruh kekayaan atau asset perusahaan dan bertanggung
jawab sendiri pula atas seluruh utang perusahaan (tanggung jawab sampai harta kekayaan
pemilik sehingga pemisahan modal perusahaan dari kekayaan tidak berarti dalam hal
tejadi kebangkrutan.
8) Bentuk perusahaan perseorangan adalah Perusahaan Dagang (PD) atau Usaha Dagang
(UD) Perusahaan perseorangan dibagi dalam 2 kelompok yaitu:
a. Usaha Perseorangan Berizin memiliki izin operasional dari departemen teknis.
Misalnya bila perusahaan perseorangan bergerak dalam bidang perdagangan, maka
dapat memiliki izin seperti Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP), Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP).
b. Usaha Perseorangan Yang Tidak Memiliki Izin Misalnya usaha perseorangan yang
dilakukan para pedagang kaki lima, toko barang kelontong, dsb.

3. Persekutuan Firma
Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Fimma adalah sebuah
bentuk persekutuan untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih dengan memakai
nama bersama Persekutuan Firma merupakan bagian dari persekutuan perdata, maka dasar
hukum persekutu firma terdapat pada Pasal 16 sampai dengan Pasal 35 Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (KUHD) dan pasal-pasal lainnya dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPerdata) yang terkait.
1) Pembentukan Firma
Di dalam Firma, tiap-tiap sekutu secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk
seluruhnya atas segala perikatan dari Firma (Pasal 18 KUHD). Dalam Pasal 22 KUHD
disebutkan bahwa persekutuan firma harus didirikan dengan akta otentik. Untuk mendirikan
suatu badan usaha yang berbentuk firma. Harus memiliki Perjanjian yang disebut dengan
Akta Pendirian Firma yang didalamnya memuat beberapa hal yang harus dipenuhi (Pasal 26
KUHD). Pasal 23 KUHD menyebutkan setelah akta pendirian dibuat, maka harus didaftarkan
di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dalam wilayah mana firma tersebut didirikan. Hal-hal
yang perlu didaftarkan adalah:
1) Akta pendirian atau
2) Ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut (Pasal 26 KUHD).
Selanjutnya ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut harus diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia (Pasal 28 KUHD). Selama akta pendirian belum didaftarka
n dandiumumkan, maka pihak ketiga menganggap firma sebagai persekutuan umum yang
menjalankansegala macam usaha, didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas serta
semua sekutu berwenang menandatangani berbagai surat untuk firma ini (Pasal 29 KUHD)
2) Proses pembubaran
Pembubaran Persekutuan Firma diatur dalam ketentuan Pasal 1646 sampai dengan Pasal
1652KUHP dan Pasal 31 sampai dengan Pasal 35 KUHD. Pasal 1646 KUHP menyebutkan
bahwa ada 5hal yang menyebabkan Persekutuan Firma berakhir, yaitu :
1) Jangka waktu firma telah berakhir sesuai yang telah ditentukan dalam akta pendirian;
2) Adanya pengunduran diri dari sekutunya atau pemberhentian sekutunya;c.
3) Musnahnya barang atau telah selesainya usaha yang dijalankan persekutuan firma;
4) Adanya kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu; .
5) Salah seorang sekutu meninggal dunia atau berada di bawah pengampuan atau dinyatakan
pailit.
Pasal 17 KUHD menyebutkan bahwa dalam anggaran dasar harus ditegaskan
apakahdiantara para sekutu ada yang tidak diperkenankan bertindak keluar untuk mengadaka
n hubungan hukum dengan pihak ketiga. Meskipun sekutu kerja tersebut dikeluarkan
wewenangnya atau tidak diberi wewenang untuk mengadakan hubungan hukum dengan
pihak ketiga, namun hal ini tidak menghilangkan sifat tanggung jawab pribadi untuk
keseluruhan sebagaimana diatur dalam Pasal 18KUHD.
Perihal pembagian keuntungan dan kerugian dalam persekutuan Firma diatur dalam Pasal
1633sampai dengan Pasal 1635 KUHPerdata yang mengatur cara pembagian keuntungan dan
kerugian.Apabila cara pembagian keuntungan dan kerugian tidak diperjanjikan, maka
pembagian didasarkan pada perimbangan pemasukan secara adil dan seimbang dan
sekutu yang memasukkan berupa tenagakerja hanya dipersamakan dengan sekutu yang
memasukkan uang atau benda yang paling sedikit.

4. Persekutuan Komanditer (CV)


1. Pengertian Persekutuan Komanditer
Dasar hukum: Pasal 19-21 KUHD Dalam Pasal 19 Kitab Undang-undang Hukum
Dagang (KUHD). bahwa CV(Comanditaire Venootschaaf) adalah perseroan yang terbentuk
dengan cara meminjamkan uang, yang didirikan oleh seseorang atau beberapa orang persero
yang bertanggung jawab secara tanggung renteng dan satu orang pesero atau lebih yang
bertindak sebagai pemberi pinjaman uang. Pada beberapa referensi lain, pemberian
pinjaman modal atau biasa disebut inbreng, dapat berbentuk selain uang, misalnya benda
atau yang lainnya. Persekutuan komanditer merupakan persekutuan firma dengan bentuk
khusus. Bentuk khususnya adalah adanya sekutu komanditer (dimana sekutu komanditer
tidak ada dalam persekutuan firma).

2. Unsur-Unsur CV
Unsur CV adalah sebagai berikut:
1) Menjalankan perusahaan (pasal 16 KUHD)
2) Dengan nama bersama atau firma ( pasal 16 KUHD)
3) Tanggung jawab sekutu (kerja) bersifat pribadi atau keseluruhan (pasal 18 KUHD)
Dari pengertian di atas, sekutu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : Sekutu aktif atau
sekutu Komplementer, adalah sekutu yang menjalankan perusahaan dan berhak melakukan
perjanjian dengan pihak ketiga. Artinya, semua kebijakan perusahaan dijalankan oleh
sekutu aktif. Sekutu aktif sering juga disebut sebagai persero kuasa atau persero pengurus.
Sekutu Pasif atau sekutu Komanditer, adalah sekutu yang hanya menyertakan modal dalam
persekutuan. Jika perusahaan menderita rugi, mereka hanya bertanggung jawab sebatas
modal yang disertakan dan begitu juga apabila untung, uang mereka memperoleh terbatas
tergantung modal yang mereka berikan.

3. Pendirian CV
Persekutuan komanditer dapat diadakan berdasarkan perjanjian dengan lisan atau
sepakat para pihak saja (Pasal 22 KUH Dagang). Para pemberi modal atau pesero
komanditer, tidak bisa terlibat dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Hal tersebut diatur
secara tegas di dalam Pasal 20 KUHD yang menjelaskan bahwa pesero komanditer ini tidak
boleh melakukan tindakan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan perseroan tersebut,
meskipun ada pemberian kuasa sekalipun. Namun jika pesero komanditer terbukti ikut
menjalankan perusahaan sebagaimana yang dilakukan pesero komplementer dan
mengakibatkan kerugian perusahaan, maka sesuai dengan Pasal 21 KUHD, pesero
komanditer ikut bertanggung jawab secara tanggung renteng terhadap semua utang dan
perikatan perseroan tersebut.

4. Berakhirnya CV
Karena pada hakekatnya persekutuan komanditer adalah persekutuan perdata, maka
berakhirnya persekutuan komanditer adalah sama dengan persekutuan perdata yang diatur
dalam Pasal 1646 sampai dengan 1652 KUHPerdata. Pasal 1646 KUH Perdata
menyebutkan bahwa paling tidak ada 4 hal yang menyebabkan persekutuan berakhir yaitu:
1) Lewatnya masa waktu perjanjian persekutuan;
2) Musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan;
3) Kehendak dari sekutu, dan
4) Jika salah seorang sekutu meninggal atau ditaruh di bawah pengampuan atau dinyatakan
pailit.
Berakhirnya CV,juga diatur dalam Pasal 31 KUHD yaitu:
1) Berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar (Akta Pendirian).
2) CV berakhir sebelum jangka waktu yang ditetapkan, akibat pengunduran diri atau
pemberhentian sekutu.
Akibat perubahan anggaran dasar (akta pendirian) di mana perubahan anggaran dasar ini
mempengaruhi kepentingan pihak ketiga terhadap CV Berbadan Hukum.

5. Perseroan Terbatas (PT)


Perseroan terbatas merupakan organisasi bisnis yang memiliki badan hukum
resmi yangdimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada
perusahaan tanpamelibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di dalamnya. Di dalam
PT pemilik modal tidakharus memimpin perusahaan, karena dapat menunjuk orang lain di
luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan. Untuk mendirikan PT atau persoroan terbatas
dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1995
tentangPerseroan Terbatas, PT adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang No. 1 tahun 1995 serta
peraturan pelaksanaannya.
1) PT Merupakan Badan Hukum
Dalam hukum Indonesia dikenal bentuk-bentuk usaha yang dinyatakan sebagai Badan
Hukum dan bentuk-bentuk usaha yang Bukan Badan Hukum. Bentuk usaha yang
merupakan Badan Hukum adalah: PT, Yayasan, PT (Persero), Koperasi. Sedangkan
bentuk usaha yang Bukan Badan Hukum adalah: usaha perseorangan, Firma,
Commanditaire Vennotschap (CV), Persekutuan Perdata (Maatschap) Perbedaan yang
mendasar antara bentuk usaha Badan Hukum dan bentuk usaha Bukan Badan Hukum
adalah, dalam bentuk usaha Badan Hukum terdapat pemisahan harta kekayaan dan
pemisahan tanggung jawab secara hukum antara pemilik bentuk usaha Badan Hukum
dengan Badan Hukum tersebut sendiri. Sedangkan dalam bentuk usaha Bukan Badan
Hukum secara prinsip tidak ada pemisahan harta kekayaan dan pemisahan tanggung
jawab secara hukum antara pemilik dan bentuk usaha itu sendiri.

2) PT Didirikan Berdasarkan Perjanjian


Perjanjian dibuat oleh paling sedikit 2 pihak. Oleh karena PT harus didirikan
berdasarkan perjanjian maka PT minimal harus didirikan oleh paling sedikit 2 pihak.
Pasal 7 UU No.1/1995 mengatur hal tersebut:“Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau
lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia”.

3) PT Melakukan Kegiatan Usaha


Sebagai suatu bentuk usaha, fungsi didirikannya suatu PT adalah untuk melakukan
kegiatan usaha. Dalam mendirikan PT harus dibuat Anggaran Dasar PT yang didalamnya
tertulis maksud dan tujuan PT dan kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT.

4) PT Memiliki Modal Dasar Yang Seluruhnya Terbagi Dalam Saham


Salah satu karakteristik dari PT adalah modal yang terdapat dalam PT terbagi atas
saham. Suatu Pihak yang akan mendirikan PT harus menyisihkan sebagian kekayaannya
menjadi kekayaan/aset dari PT. Kekayaan yang disisihkan oleh pemilik tersebut menjadi
modal dari PT yang dinyatakan dalam bentuk saham yang dikeluarkan oleh PT tersebut.

5) PT Harus Memenuhi Persyaratan yang Ditetapkan dalam UU No. 1/1995 serta Peraturan
Pelaksananya.
UU No. 1/1995 sampai saat ini adalah dasar hukum yang mengatur mengenai
perseroan terbatas di Indonesia. Namun sehubungan dengan PT harus diperhatikan pula
peraturan pelaksana yang terkait dengan UU No. 1/1995 antara lain misalnya: Peraturan
Pemerintah No. 5 tahun 1999 tentang “Bentuk-bentuk Tagihan Tertentu Yang Dapat
Dikompensasikan Sebagai Setoran Saham” yang merupakan peraturan pelaksana dari
Pasal 28 UU No.1/1995
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perusahaan adalah segala bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang
bersifat tetap,terus menerus, bekerja, berada dan didirikan di wilayah Negara Indonesia
dengan tujuan untukmemperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan atau badan usaha terdiri
dari perusahaan berbadanhukum dan tidak berbadan hukum. Sebuah perusahaan

dapat dikatakan berbadan hukum bilamemiliki unsur-unsur seperti;

1) Adanya harta kekayaan yang dipisahkan


2) Mempunyai tujuan tertentu
3) Mempunyai kepentingan sendiri
4) Adanya organisasi yang teratur
5) Proses pendiriannya mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman
Hukum perusahaan merupakan sebuah Hukum yang mengatur tentang seluk beluk bentuk
hukum perusahaan. Hukum Perusahaan adalahpengkhususan dari beberapa bab dalam KUH
Perdata danKUHD (Kodifikasi) ditambah dengan sebuah peraturan perundangan lain yang
mengaturtentang perusahaan (hukum tertulis yang belum dikodifikasi). Sesuai dengan perke
mbangan dunia perdagangan dewasa ini, maka sebagian dari hukum perusahaan adalah peratu
ran-peraturan hukumyang masih baru. Jika hukum dagang (KUHD) adalah hukum khusus
(lex
specialis)terhadaphukum perdata (KUH Perdata) yangsifatnya lex generalis, demikian pula h
ukum perusahaan merupakanhukum khusus terhadap hukum dagang.
B. Saran
Sebuah perusahaan harus meenuhi semua persyaratan yang sudah tercantum
dalamKUHD maupun KUHS. Selain itu manajemen yang baik juga merupakan unsur yang
sangat penting. Agar perusahaan tersebut dapat terus bertahan dalam persaingan dunia usaha
yang semakin ketat

DAFTAR PUSTAKA
kansil, 1989. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
2014, Hukum-hukum perusahaan , (online),
i
i

Anda mungkin juga menyukai