Anda di halaman 1dari 22

FIRMA

Oleh:
Decequen Putri Setiadi
Kelas

PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Firma ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi kami dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 3
D. Manfaat................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Firma................................................................................... 4
B. Kelebihan dan Kekurangan Firma........................................................ 7
C. Dasar Hukum Firma.............................................................................. 8
D. Sekutu Firma......................................................................................... 12
E. Proses Pendirian Firma......................................................................... 14
F. Proses Pembubaran Firma..................................................................... 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum perusahaan artinya tempat terjadinya kegiatan produksi
dan berkumpulnya semua faktor produksi untuk digunakan dan dikoordinir
demi memuaskan kebutuhan dengan cara yang menguntungkan. Berdasarkan
definisi di atas maka dapat dilihat adanya lima unsur penting dalam sebuah
perusahaan, yaitu organisasi, produksi, sumber ekonomi, kebutuhan dan cara
yang menguntungkan. Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan
ada pula yang tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka
mempunyai badan usaha untuk perusahaannya. Badan usaha ini adalah status
dari perusahaan tersebut yang terdaftar di pemerintah secara resmi.
Adapun perusahaan itu sendiri dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
Perusahaan Perseorangan atau disebut juga Perusahaan Individu adalah
badan usaha yang kepemilikannya dimiliki oleh satu orang. Individu dapat
membuat badan usaha perseorangan tanpa izin dan tata cara tertentu. Semua
orang bebas membuat bisnis personal tanpa adanya batasan untuk
mendirikannya. Pada umumnya perusahaan perseorangan bermodal kecil,
terbatasnya jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga kerja/buruh yang
sedikit dan penggunaan alat produksi teknologi sederhana. Perusahaan
Perseorangan dapat berbentuk Perusahaan Dagang/Jasa (Toko Swalayan, Biro
Konsultan) dan Perusahaan Industri. Contoh perusahaan perseorangan seperti
toko kelontong, tukang bakso keliling, pedagang asongan, dan lain
sebagainya.
Perusahaan Persekutuan Badan Hukum yang dapat berbentuk
Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, dan BUMN. Perseroan terbatas adalah
organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang dimiliki oleh
minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada
perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di
dalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin perusahaan,

1
karena dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi
pimpinan. Untuk mendirikan PT/perseroan terbatas dibutuhkan sejumlah
modal minimal dalam jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya.
Perusahaan Persekutuan bukan Badan Hukum atau disebut juga
Perusahaan persekutuan yang artinya badan usaha yang dimiliki oleh dua
orang atau lebih yang secara bersama-sama bekerja sama untuk mencapai
tujuan bisnis. Yang termasuk dalam badan usaha persekutuan adalah
Perusahaan Dagang/Usaha Dagang, Industri Rumah (home industry), dan
Perseroan (Firma dan CV). Untuk mendirikan badan usaha persekutuan
membutuhkan izin khusus pada instansi pemerintah yang terkait.
Banyak sekali bentuk-bentuk perusahaan yang dapat kita lihat dari
penjelasan di atas. Tapi yang akan kita bahas sekarang yaitu mengenai Firma
yang merupakan salah satu contoh dari Badan Persekutuan bukan Berbadan
Hukum. Kita tahu sekarang ini banyak sekali perusahaan-perusahaan yang
menggunakan bentuk Firma ini. Bahkan Firma bukanlah suatu istilah yang
asing lagi untuk kita dengar dan akan terus berkembang di masa sekarang ini.
Firma itu sendiri telah dibuat hukumnya (peraturannya) dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (KUHD) oleh pemerintah. Oleh sebab itu, penting
bagi kita untuk mengetahui lebih dalam lagi apa itu Firma sehingga kita dapat
mempertimbangkan bentuk usaha apa yang ingin kita gunakan jika kita ingin
membuka suatu usaha.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka secara umum
rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan firma berserta ciri-cirinya?
2. Apa saja kebaikan dan keburukan dari firma?
3. Apa dasar hukum firma beserta isinya?
4. Siapa saja yang menjadi sekutu dalam pembentukan firma?
5. Bagaimana proses pendirian firma?
6. Bagaimana proses pembubaran firma?

2
C. Tujuan
Tujuan dalam pembahasan makalah ini, yang berjudul “Firma”
berdasarkan rumusan masalah di atas, adalah untuk membahas hal-hal yang
sesuai dengan permasalahan yang diajukan antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian mengenai firma.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan firma serta ciri-ciri bentuk
firma.
3. Untuk mengetahui dasar hukum firma.
4. Untuk siapa saja yang menjadi sekutu dalam pembentukan firma?
5. Untuk mengetahui proses pendirian firma beserta sekutunya.
6. Untuk mengetahui proses pembubaran firma beserta sekutunya.

D. Manfaat
Selain tujuan daripada penulisan makalah, perlu pula diketahui
bersama bahwa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Secara toeritis, pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah
dirumuskan akan memperkenalkan tentang firma serta menimbulkan
pemahaman dan pandangan baru mengenai firma.
2. Secara Praktis
Secara praktis, penulisan makalah ini diharapkan dapat
memberikan masukan dan pemahaman yang lebih mendalam bagi para
remaja, mahasiswa, pelajar ataupun pada khalayak ramai sehingga akan
lebih mengetahui bagaimana menjalankan suatu badan usaha yang ingin di
bentuk.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Firma
Firma (dari bahasa Belanda venootschap onder firma; secara harfiah:
perserikatan dagang antara beberapa perusahaan) atau sering juga disebut Fa,
adalah sebuah bentuk badan usaha untuk menjalankan usaha antara dua orang
atau lebih (disebut Firmant) dengan memakai nama bersama atau satu nama
yang digunakan bersama untuk memperluas usahanya. Menurut Manulang
(1975) persekutuan dengan firma adalah persekutuan untuk menjalankan
perusahaan dengan memakai nama bersama. Jadi ada beberapa orang yang
bersekutu untuk menjalankan suatu perusahaan. Nama perusahaan seperti
umumnya adalah nama dari salah seorang sekutu.
Dalam firma semua anggota bertanggung jawab sepenuhnya baik
sendiri maupun bersama terhadap utang-utang perusahaan kepada pihak lain.
Bila perusahaan mengalami kerugian akan ditanggung bersama, bila perlu
dengan seluruh kekayaan pribadi mereka. Firma dapat dibentuk oleh 2 orang
atau lebih yang semuanya belum memiliki usaha. Pemilik firma terdiri dari
beberapa orang yang bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan
menyerahkan kekayaan pribadi sesuai yang tercantum dalam akta pendirian
perusahaan.
Firma bukan merupakan badan usaha yang berbadan hukum karena:
Tidak ada pemisahan harta kekayaan antara persekutuan dan pribadi sekutu‐
sekutu, setiap sekutu bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan.
Tidak ada keharusan pengesahan akta pendirian oleh Menteri Kehakiman dan
HAM Firma berakhir apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran
dasar telah berakhir.
Tujuan dari firma adalah untuk memperluas usaha dan menambah
modal agar lebih kuat dan mampu bersaing perusahaan yang lain. Firma juga
biasa disebut Persekutuan (Partnership), sebab perusahaan yang berbentuk

4
firma memang didirikan oleh orang-orang atau sekutu-sekutu sebagai pemilik
dari firma.
Secara umum, ciri-ciri dan sifat Firma yang dapat kita lihat yaitu:
1. Anggota firma biasanya sudah saling mengenal dan saling mempercayai.
2. Perjanjian firma dapat dilakukan di hadapan notaris maupun di bawah
tangan.
3. Memakai nama bersama dalam kegiatan usaha.
4. Adanya tanggung jawab dan risiko kerugian yang tidak terbatas.
5. Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib melunasi
dengan harta pribadi.
6. Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin.
7. Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin
anggota yang lainnya.
8. Keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup.
9. Seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma.
10. Pendiriannya tidak memerlukan akta pendirian.
11. Mudah memperoleh kredit usaha.
Jelas berdasarkan ciri-ciri di atas, di dalam firma semua anggota adalah
pemilik yang sekaligus merangkap pengelola yang secara langsung aktif
melaksanakan usaha perusahaan. Karena hal tersebut, maka firma memiliki
beberapa karakteristik yang berbeda dengan bentuk organisasi perusahaan
yang lain. Maka dari itu, Drebin (1982) membagi karakteristik Firma itu
menjadi 5 yaitu:
1. Mutual Agency (saling mewakili), setiap anggota dalam menjalankan
usaha firma merupakan wakil dari anggota firma yang lain. Apabila ada
salah seorang anggota beroperasi dalam bidang usaha firma, maka secara
tidak langsung anggota tersebut mewakili anggota firma yang lain.
2. Limited Life (umur terbatas), firma yang didirikan oleh beberapa anggota
memiliki umur yang terbatas. Artinya adalah jika ada anggota yang keluar
berarti firma tersebut dinyatakan bubar secara hukum, demikian juga
apabila ada anggota baru yang bergabung. Firma dinyatakan masih

5
beroperasi atau bubar jika tidak ada perubahan dalam komposisi
keanggotaannya.
3. Unlimited Liability (tanggung jawab terhadap kewajiban firma tidak
terbatas), tanggung jawab atas hutang tidak terbatas pada kekayaan yang
dimiliki firma saja, tapi juga sampai harta milik pribadi para anggota
firma. Jadi jika dalam keadaan tertentu firma memiliki hutang pada
kreditur dan firma tersebut tidak mampu membayar karena jumlah
kekayaan tidak mencukupi maka kreditur berhak menagih kepada para
anggota firma sampai harta milik pribadi.
4. Ownership of an Interest in a Partnership, bahwa kekayaan setiap anggota
yang sudah ditanamkan dalam firma merupakan kekayaan bersama dan
tidak dapat dipisahkan secara jelas. Masing-masing anggota adalah sebagai
pemilik bersama atas kekayaan Firma. Tanpa seizin anggota lain, anggota
lain tidak boleh menggunakan kekayaan firma. Hak anggota terhadap
kekayaan firma akan terlihat dalam saldo modal akhir para anggota firma
yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut: penanaman modal awal,
penanaman modal tambahan, pengambilan privat, penambahan dari
pembagian laba, dan pengurangan dari pembagian rugi.
5. Participating in Partnership Profit, laba atau rugi sebagai hasil operasi
Firma akan dibagikan kepada setiap anggota firma berdasarkan partisipasi
para anggota di dalam firma. Jika ada seorang anggota yang aktif
menjalankan usaha firma, maka anggota tersebut berhak atas bagian laba
yang lebih besar daripada anggota yang lain meskipun modal yang
ditanamkan lebih kecil daripada modal yang ditanam oleh anggota yang
tidak aktif atau dapat ditentukan secara lain atas persetujuan anggota
lainnya. Ketentuan mengenai besarnya pembagian laba rugi ini harus
dicantumkan secara rinci dan jelas dalam akta pendirian firma tersebut.

6
B. Kelebihan dan Kekurangan Firma
1. Kelebihan Firma
Setiap bentuk-bentuk usaha pasti mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Begitu pula firma, pasti memiliki kelebihan dan keburukan-
keburukan yang harus dipertimbangkan. Berikut adalah kekurangan dari
firma, yaitu:
a. Jumlah modalnya relatif besar dari usaha perseorangan sehingga lebih
mudah untuk memperluas usahanya.
b. Lebih mudah memperoleh kredit karena mempunyai kemampuan
finansial yang lebih besar yang merupakan gabungan modal yang
dimiliki beberapa orang.
c. Kemampuan manajemen lebih besar karena adanya pembagian kerja di
antara para anggota. Di samping itu, semua keputusan di ambil
bersama-sama. Sehingga keputusan-keputusan menjadi lebih baik
d. Tergabung alasan-alasan rasional.
e. Perhatian sekutu yang sungguh-sungguh pada perusahaan.
f. Prosedur pendirian relatif mudah.
2. Kekurangan firma
Selain memiliki kelebihan, firma juga mempunyai kekurangan-
kekurangan sebagai berikut:
a. Tanggung jawab pemilik tidak terbatas seluruh utang perusahaan.
b. Pimpinan dipegang oleh lebih dari satu orang. Hal yang demikian ini
memungkinkan timbulnya perselisihan paham di antara para sekutu.
c. Kesalahan seorang firmant harus ditanggung bersama.
d. Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin, sebab bila salah
seorang anggota keluar, maka firma pun bubar.
e. Utang usaha perusahaan ditanggung oleh kekayaan pribadi para
anggota firma.

7
C. Dasar Hukum Firma
Firma harus didirikan dengan akta autentik yang dibuat di muka
notaris. Akta Pendirian Firma harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Firma yang
bersangkutan. Setelah itu akta pendirian harus diumumkan dalam Berita
Negara atau Tambahan Berita Negara. Tetapi karena Firma bukan merupakan
badan hukum, maka akta pendirian Firma tidak memerlukan pengesahan dari
Departemen Kehakiman RI.
Pendirian, pengaturan dan pembubaran Firma diatur di dalam Kitab
Undang‐Undang Hukum Dagang (KUHD) (Wetboek van Koophandel voor
Indonesie) S.1847-23. Hukum mengenai Firma terdapat dalam bagian 2 dalam
KUHD dengan judul “Perseroan Firma Dan Perseroan Dengan Cara
meminjamkan Uang Atau Disebut Perseroan Komanditer” yang dimulai dari
pasal 16 sampai 35. Isi di dalam Hukum tersebut adalah sebagai berikut:
Pasal 16
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Perseroan Firma adalah suatu perseroan yang
didirikan untuk melakukan suatu usaha di bawah satu nama bersama. (KUHD
19 dst., 22 dst., 26-11, 29;
Rv.6-5o, 8-2 o, 99.)
Pasal 17
Tiap-tiap persero kecuali yang tidak diperkenankan, mempunyai
wewenang untuk bertindak, mengeluarkan dan menerima uang atas nama
perseroan, dan mengikat perseroan kepada pihak ketiga, dan pihak ketiga
kepada perseroan. Tindakan-tindakan yang tidak bersangkutan dengan
perseroan, atau yang bagi para persero menurut perjanjian tidak berwenang
untuk mengadakannya, tidak dimasukkan dalam ketentuan ini. (KUHPerd.
1632, 1636, 1639, 1642; KUHD 20, 26, 29, 32.)
Pasal 18
Dalam perseroan firma tiap-tiap persero bertanggung jawab secara
tanggung renteng untuk seluruhnya atas perikatan-perikatan perseroannya.
(KUHPerd.1282, 1642, 1811.)

8
Pasal 19
Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau disebut
juga perseroan komanditer, didirikan antara seseorang atau antara beberapa
orang persero yang bertanggung jawab secara tanggung-renteng untuk
keseluruhannya, dan satu orang atau lebih sebagai pemberi pinjaman uang.
Suatu perseroan dapat sekaligus berwujud perseroan firma terhadap persero-
persero firma di dalamnya dan perseroan komanditer terhadap pemberi
pinjaman uang. (KUHD. 16, 20, 22 dst.)
Pasal 20
Dengan tidak mengurangi kekecualian yang terdapat dalam pasal 30
alinea kedua, maka nama persero komanditer tidak boleh digunakan dalam
firma. (KUHD 19-21.) Persero ini tidak boleh melakukan tindakan pengurusan
atau bekerja dalam perusahaan perseroan tersebut, biar berdasarkan pemberian
kuasa sekalipun. (KUHD 17, 21, 32.) Ia tidak ikut memikul kerugian lebih
daripada jumlah uang yang telah dimasukkannya dalam perseroan atau yang
harus dimasukkannya, tanpa diwajibkan untuk mengembalikan keuntungan
yang telah dinikmatinya. (KUHPerd. 1642 dst.)
Pasal 21
Persero komanditer yang melanggar ketentuan-ketentuan alinea
pertama atau alinea kedua dari pasal yang lain, bertanggung jawab secara
tanggung renteng untuk seluruhnya terhadap semua utang dan perikatan
perseroan itu. (KUHD 18.)
Pasal 22
Perseroan-perseroan firma harus didirikan dengan akta autentik, tanpa
adanya kemungkinan untuk disangkalkan terhadap pihak ketiga, bila akta itu
tidak ada. (KUHPerd. 1868, 1874, 1895, 1898; KUHD 1, 26, 29, 31.)
Pasal 23
Para persero firma diwajibkan untuk mendaftarkan akta itu dalam
register yang disediakan untuk itu pada kepaniteraan raad van justitie
(pengadilan negeri) daerah hukum tempat kedudukan perseroan itu. (Rv. 82;
KUHPerd. 152; KUHD 24, 27 dst., 30 dst., 38 dst.; S.1946-135 pasal 5.)

9
Pasal 24
Akan tetapi para persero firma diperkenankan untuk hanya
mendaftarkan petikannya saja dari akta itu dalam bentuk autentik. (KUHD 26,
28.)
Pasal 25
Setiap orang dapat memeriksa akta atau petikannya yang terdaftar, dan
dapat memperoleh salinannya atas biaya sendiri. (KUHD 38; S. 1851-27 pasal
7.)
Pasal 26
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Petikan yang disebut dalam pasal 24 harus
memuat:
1. nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para persero firma;
2. pernyataan firmanya dengan menunjukkan apakah perseroan itu umum,
ataukah terbatas pada suatu cabang khusus dari perusahaan tertentu, dan
dalam hal terakhir, dengan menunjukkan cabang khusus itu; (KUHD 17.)
3. penunjukan para persero, yang tidak diperkenankan bertandatangan atas
nama firma;
4. saat mulai berlakunya perseroan dan saat berakhirnya;
5. dan selanjutnya, pada umumnya, bagian-bagian dari perjanjiannya yang
harus dipakai untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para
persero. (KUHD 27 dst.)
Pasal 27
Pendaftarannya harus diberi tanggal dari hari pada waktu akta atau
petikannya itu dibawa kepada panitera. (KUHD 23.)
Pasal 28
Di samping itu para persero wajib untuk mengumumkan petikan
aktanya dalam surat kabar resmi sesuai dengan ketentuan pasal 26. (Ov. 105;
KUHPerd. 444, 1036; KUHD 29, 38.)
Pasal 29
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Selama pendaftaran dan pengumuman belum
terjadi, maka perseroan firma itu terhadap pihak ketiga dianggap sebagai

10
perseroan umum untuk segala urusan, dianggap didirikan untuk waktu yang
tidak ditentukan dan dianggap tiada seorang persero pun yang dilarang
melakukan hak untuk bertindak dan bertanda tangan untuk firma itu. Dalam
hal adanya perbedaan antara yang didaftarkan dan yang diumumkan, maka
terhadap pihak ketiga berlaku ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan
pasal yang lalu yang dicantumkan dalam surat kabar resmi. (KUHPerd. 1916;
KUHD 30 dst., 39.)
Pasal 30
Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan
oleh seorang atau lebih, baik atas kekuatan perjanjian pendiriannya maupun
bila diizinkan dengan tegas oleh bekas Persero yang namanya disebut di situ,
atau bila dalam hal adanya kematian, para ahli warisnya tidak menentangnya,
dan dalam hal itu untuk membuktikannya harus dibuat akta, dan
mendaftarkannya dan mengumumkannya dalam surat kabar resmi atas dasar
dan dengan cara yang ditentukan dalam pasal 23 dan berikutnya, serta dengan
ancaman hukuman yang tercantum dalam pasal 29. Ketentuan pasal 20 alinea
pertama tidak berlaku, jikalau persero yang mengundurkan diri sebagai
persero firma menjadi persero komanditer. (KUHPerd. 1651, KUHD 26.)
Pasal 31
Pembubaran sebuah perseroan firma sebelum waktu yang ditentukan
dalam perjanjian, atau terjadi karena pelepasan diri atau penghentian,
perpanjangan waktu setelah habis waktu yang ditentukan, demikian pula
segala perubahan yang diadakan dalam perjanjian yang asli yang berhubungan
dengan pihak ketiga, diadakan juga dengan akta autentik, dan terhadap ini
berlaku ketentuan-ketentuan pendaftaran dan pengumuman dalam surat kabar
resmi seperti telah disebut. Kelalaian dalam hal itu mengakibatkan, bahwa
pembubaran, pelepasan diri, penghentian atau perubahan itu tidak berlaku
terhadap pihak ketiga. Terhadap kelalaian mendaftarkan dan mengumumkan
dalam hal perpanjangan waktu perseroan, berlaku ketentuan-ketentuan pasal
29. (KUHPerd. 1646 dst.; KUHD 22, 26, 30.)

11
Pasal 32
Pada pembubaran perseroan, para persero yang tadinya mempunyai
hak mengurus harus membereskan urusan-urusan bekas perseroan itu atas
nama firma itu juga, kecuali bila dalam perjanjiannya ditentukan lain, atau
seluruh persero (tidak termasuk para persero komanditer) mengangkat seorang
pengurus lain dengan pemungutan suara seorang demi seorang dengan suara
terbanyak. Jika pemungutan suara macet, raad van justitie mengambil
keputusan sedemikian yang menurut pendapatnya paling layak untuk
kepentingan perseroan yang dibubarkan itu. (KUHPerd. 1652; KUHD 17, 20,
22, 31, 56; Rv. 6-50, 99.)
Pasal 33
Bila keadaan kas perseroan yang dibubarkan tidak mencukupi untuk
membayar utang-utang yang telah dapat ditagih, maka mereka yang bertugas
untuk membereskan keperluan itu dapat menagih uang yang seharusnya akan
dimasukkan dalam perseroan oleh tiap-tiap persero menurut bagiannya
masing-masing. (KUHD 18, 22.)
Pasal 34
Uang yang selama pemberesan dapat dikeluarkan dari kas perseroan,
harus dibagikan sementara. (KUHD 33.)
Pasal 35
Setelah pemberesan dan pembagian itu, bila tidak ada perjanjian yang
menentukan lain, maka buku-buku dan surat-surat yang dulu menjadi milik
perseroan yang dibubarkan itu tetap ada pada persero yang terpilih dengan
suara terbanyak atau yang ditunjuk oleh raad van justitie karena macetnya
pemungutan suara, dengan tidak mengurangi kebebasan para persero atau para
penerima hak untuk melihatnya. (KUHPerd. 1801 dst., 1652, 1885; KUHD 12,
56.)

D. Sekutu Firma
Dalam Persekutuan Firma hanya terdapat satu macam sekutu, yaitu
sekutu komplementer atau Firmant. Sekutu komplementer menjalankan

12
perusahaan dan mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga sehingga
bertanggung jawab pribadi untuk keseluruhan. Hubungan antara sekutu baik
secara intern maupun ekstern setidaknya telah diatur dalam Pasal 17 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang yang menjelaskan, “tiap-tiap persero yang
tidak dikecualikan dari satu sama lain, berhak untuk bertindak untuk
mengeluarkan dan menerima uang atas nama perseroan, pula untuk mengikat
perseroan itu dengan pihak ketiga dan pihak ketiga dengannya. Segala
tindakan yang tidak bersangkut-pautan dengan perseroan tersebut, atau yang
para persero tidak berhak melakukannya tidak termasuk dalam ketentuan di
atas”. Meskipun sekutu kerja tersebut dikeluarkan wewenangnya atau tidak
diberi wewenang untuk mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga,
namun hal ini tidak menghilangkan sifat tanggung jawab pribadi untuk
keseluruhan, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 KUHD. Sekutu Firma
sifatnya sama dengan sekutu komplementer dalam CF, yaitu:
1. Para sekutu bertugas untuk mengurus perusahaan.
2. Para sekutu berhubungan dengan pihak ketiga.
3. Memiliki tanggung jawab tidak terbatas.
Adapun yang dimaksud dengan sekutu komplementer adalah sekutu
aktif, yaitu sekutu yang bertugas mengurus perusahaan dan bertanggung jawab
tidak terbatas atau pribadi. Tugas dari sekutu ini sama dengan tugas dari
anggota direksi, tetapi berbeda dalam hal tanggung jawabnya. Pada Firma
tanggung jawab tidak terbatas pada tiap-tiap anggota secara tanggung-
menanggung, bertanggung jawab untuk seluruhnya atas perikatan Firma yang
disebut dengan tanggung jawab solider. Cara menggunakan nama bersama:
1. Nama seorang sekutu
2. Nama seorang sekutu dengan tambahan
3. Kumpulan nama semua sekutu
4. Nama lain berupa tujuan perusahaan

13
E. Proses Pendirian Firma
Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang,
Persekutuan Firma adalah persekutuan yang diadakan untuk menjalankan
suatu perusahaan dengan memakai nama bersama. Menurut pendapat lain,
Persekutuan Firma adalah setiap perusahaan yang didirikan untuk
menjalankan suatu perusahaan di bawah nama bersama atau Firma sebagai
nama yang dipakai untuk berdagang bersama-sama. Adapun pendirian Firma
telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dengan cukup
lengkap, terutama dalam Pasal 22 hingga Pasal 29 Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang. Adapun pendirian Firma dalam Pasal 22 Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang yang menjelaskan bahwa, tiap-tiap persekutuan
Firma harus didirikan dengan akta autentik, akan tetapi ketiadaan akta
demikian tidak dapat ditemukan untuk merugikan pihak ketiga.
Ada tiga unsur penting dalam isi Pasal di atas, yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Firma harus didirikan dengan akta autentik;
2. Firma dapat didirikan tanpa akta autentik;
3. Akta yang tidak autentik tidak boleh merugikan pihak ketiga.
Selama akta pendirian belum didaftarkan dan diumumkan, maka pihak
ketiga menganggap firma sebagai persekutuan umum yang menjalankan
segala macam usaha, didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas serta
semua sekutu berwenang menandatangani berbagai surat untuk firma ini
sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 29 KUHD. Isi ikhtisar resmi akta
pendirian firma dapat dilihat di Pasal 26 KUHD yang harus memuat sebagai
berikut:
1. Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu firma.
2. Pernyataan firmanya dengan menunjukkan apakah persekutuan itu umum
ataukah terbatas pada suatu cabang khusus perusahaan tertentu dan dalam
hal terakhir dengan menunjukkan cabang khusus itu.
3. Penunjukan para sekutu yang tidak diperkenankan bertanda tangan atas
nama firma.

14
4. Saat mulai berlakunya persekutuan dan saat berakhirnya.
5. Dan selanjutnya, pada umumnya bagian-bagian dari perjanjiannya yang
harus dipakai untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para
sekutu.
Bentuk umumnya perjanjian yang tertuang dalam akta pendirian firma
biasanya berisi tentang hal-hal berikut:
1. Nama dan alamat firma.
2. Jenis usaha firma, misalnya usaha dalam bidang jasa, perdagangan, atau
manufaktur.
3. Hak dan kewajiban para anggota, misalnya siapa yang menjadi manajer
serta tugas dan wewenang anggota lainnya.
4. Jumlah modal yang ditanamkan pertama kali oleh para anggota, termasuk
uraian lengkap tentang aktiva non-kas yang diserahkan (bila ada) yang
digunakan dalam operasi firma.
5. Pembagian laba-rugi yang biasanya ditunjukkan dalam bentuk rasio antara
anggota yang satu dengan yang lain.
6. Syarat-syarat pengambilan modal (prive) dan penambahan modal.
7. Prosedur penerimaan anggota baru firma.
8. Prosedur keluarnya anggota firma.
9. Prosedur pembubaran firma apabila firma di likuidasi.
10. Dan uraian penting lainnya.
Dapat disimpulkan, bahwa akta dalam pembentukan Firma hanyalah
berfungsi sebagai alat bukti untuk memudahkan pembuktian berdirinya suatu
Firma dan perincian hak dan kewajiban masing-masing anggota. Setelah
Firma didirikan, maka Firma harus didaftarkan kepada Panitera Pengadilan
Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Firma yang
bersangkutan, dan pendaftaran Firma dapat berupa petikan akta saja (Pasal 23-
25 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yang diatur lebih lanjut dalam
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan).
Dalam Pasal 28 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Ikhtisar resmi dari
akta Firma pendirian itu harus diumumkan dalam Berita Negara Rakyat

15
Indonesia (BNRI) atau Tambahan Berita Negara. Apabila akta Firma tersebut
tidak didaftarkan kepada Panitera, maka pendirian Firma tersebut hanya
dianggap sebagai persekutuan umum, didirikan tanpa batas, dianggap tidak
ada sekutu yang dikecualikan bertindak atas nama Firma (Pasal 29 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang) bahkan tiap sekutu berhak menandatangani
dan berbuat perbuatan hukum bagi persekutuannya. Tetapi karena Firma
bukan merupakan badan hukum, maka akta pendirian Firma tidak memerlukan
pengesahan dari Departemen Kehakiman RI.

F. Proses Pembubaran Firma


Pengaturan Firma dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak
hanya mengatur mengenai pendirian Firma, tetapi telah mengatur hingga
mengenai pembubaran Firma. Pembubaran Firma telah diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang terutama di dalam Pasal 31 hingga Pasal 35,
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perubahan harus dinyatakan dengan data autentik.
2. Perubahan akta harus didaftarkan kepada Panitra Pengadilan Negri;
3. Perubahan akta harus diumumkan dalam berita negara;
4. Perubahan akta yang tidak diumumkan akan mengikat pihak ketiga;
5. Pemberesan oleh persero adalah pihak lain yang disepakati atau yang
ditunjuk oleh Pengadilan.
Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan
oleh seorang atau lebih, baik atas kekuatan perjanjian pendiriannya maupun
bila diizinkan dengan tegas oleh bekas pescro yang namanya disebut di situ,
atau bila dalam hal adanya kematian, para ahli warisnya tidak menentangnya,
dan dalam hal itu unttuk membuktikannya harus dibuat akta, dan
mendaftarkannya dan mengumumkannya dalam surat kabar resmi atas dasar
dan dengan cara yang ditentukan dalam pasal 23 dan berikutnya, serta dengan
ancaman hukuman yang tercantum dalam pasal 29.
Pembubaran sebuah perseroan firma sebelum waktu yang ditentukan
dalam perjanjian, atau terjadi karena pelepasan diri atau penghentian,

16
perpanjangan waktu setelah habis waktu yang ditentukan, demikian pula
segala perubahan yang diadakan dalam pertikaian yang asli yang berhubungan
dengan pihak ketiga, diadakan juga dengan akta autentik, dan terhadap ini
berlaku ketentuan-ketentuan pendaftaran dan pengumuman dalam surat kabar
resmi seperti telah disebut. Kelalaian dalam hal itu mengakibatkan, bahwa
pembubaran, pelepasan diri, penghentian atau perubahan itu tidak berlaku
terhadap pihak ketiga. Terhadap kelalaian mendaftarkan dan mengumumkan
dalam hal perpanjangan waktu perseroan, berlaku ketentuan-ketentuan pasal
29. (KUHPerd. 1646 dst.; KUHD 22, 26, 30.)
Pada pembubaran perseroan, para pesero yang tadinya mempunyai hak
mengurus harus membereskan urusan-urusan bekas perseroan itu atas nama
firma itu juga, kecuali bila dalam perjanjiannya ditentukan lain, atau seluruh
pesero (tidak termasuk para pesero komanditer) mengangkat seorang pengurus
lain dengan pemungutan suara seorang demi seorang dengan suara terbanyak.
Jika pemungutan suara macet, raad van justitie mengambil keputusan
sedemikian yang menurut pendapatnya paling layak untuk kepentingan
perseroan yang dibubarkan itu. (KUHPerd. 1652; KUHD 17, 20, 22, 31, 56;
Rv. 6-50, 99.). Cara Pembubarannya:
1. Dengan akta autentik (Notaris) supaya tidak ada yang dapat dituntut
karena nama-namanya jelas.
2. Di daftarkan ke Paniteraan Pengadilan Negri.
3. Diumumkan di Tambahan Berita Negara. Jika tidak didaftarkan, maka
tidak berlaku pembubaran, pengunduran diri, dan perubahan terhadap
pihak ketiga (ps. 31 KUHD).

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa Firma
merupakan sebuah bentuk badan usaha untuk menjalankan usaha antara dua
orang atau lebih dengan memakai nama bersama atau satu nama yang
digunakan bersama untuk memperluas usahanya. Unsur-unsur yang berkaitan
dengan Persekutuan Firma itu sendiri adalah: Persekutuan Perdata (pasal 1618
BW), Menjalankan Perusahaan (pasal 16 KUHD), Dengan nama bersama atau
Firma (pasal 26 KUHD) dan Tanggung jawab sekutu bersifat pribadi untuk
keseluruhan (pasal 18 KUHD).
Kemudian daripada itu, Firma sendiri memiliki beberapa kebaikan dan
beberapa keburukan. Kebaikan Firma dapat disimpulkan bahwa modalnya
yang didapat dari usaha perorangan lebih besar sehingga mempunyai
kemampuan finansial yang lebih besar pula. Bahkan prosedur pendiriannya
mudah untuk dilakukan. Tetapi keburukannya yang merugikan yaitu karena
tanggung jawabnya ditanggung bersama, maka jika ada utang semua harus
ikut bertanggung jawab, bahkan mudah terjadi perselisihan akibat pemimpin
lebih dari satu orang dan jika salah satu Firmant keluar maka Firma akan
dibubarkan.
Berdasarkan pengertian Firma itu sendiri, dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri Persekutuan Firma itu anggotanya biasanya sudah saling mengenal
dan saling percaya, memakai nama bersama untuk membentuk usahanya,
tanggung jawab dan risikonya ditanggung bersama, setiap anggotanya punya
hak untuk memimpin bahkan membubarkan. Persekutuan Firma dapat bubar
karena berakhirnya jangka waktu yang telah di tetapkan dalam akta pendirian,
bisa pula akibat pengunduran diri/pemberhentian sekutu dan bisa juga karena
terjadi bangkrut.

18
DAFTAR PUSTAKA

M, Rita, Vincent K dan Reza Paleva. Panduan Praktis Mendirikan Badan Usaha.
Cet. 1. Jakarta: Forum Sahabat, 2009.
Purwosutjipto, H.M.N. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia II: Bentuk-
bentuk Perusahaan. Cet. 9. Jakarta: Djambatan, 1999.
Soekardono. Hukum Dagang Indonesia I Bagian II. Cet. 3. Jakarta: Djambatan,
1989.
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Cet. 22. Jakarta: Intermasa, 1989.
Subekti, R dan R. Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Cet. 25.
Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1992.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Kepailitan. Cet. 27.
Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2002.
Agrma.wordpress.com/2010/10/27/firma Adam Smith,The wealt of Nations,
(aslinya terit tahun 1776 di London), Bantam Books,New York,2003
Peraturan Perundang undangan:
Undang – undang No.3 Tahun 1982 tentang Daftar Perusahaan
Kitab Undang – undang Hukum perdata (Burgelijk Wetboek)
Kitab Undang – undang Hukum Dagang (Wet Boek Van Koophandel)
Website:
http://id.wikipedia.org/wiki/Firma
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1828/firma
http://pakdesmart75.wordpress.com/2008/07/13/perusahaan-perseorangan-dan-
firma-fa/

Anda mungkin juga menyukai