Anda di halaman 1dari 17

KEGIATAN USAHA BANK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perbankan

Dosen Pengampu Rizka Prawesti, M.H.

Disusun oleh:

Dinar Sadu M. 33020210008

Sekar Saputri Rahma wati 33020210115

Ainayya Zannuba Annur 33020210048

An Nisa Darwisy Fitrada 33020210152

Nafisah Fauzi Noor Laili 33020210155

Muhammad Ichdal Umam 33020210178

PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa
kami ucapkan sholawat dan salam kepada junjungan nabi besar kita Nabi Muhammad SAW,
serta para keluarga dan sahabat-sahabatnya sepanjang masa, beserta pengikut setia beliau
hingga akhir zaman yang kita nantikan syafaat-Nya di Yaumul Qiyamah.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perbankan. Dalam
makalah ini kami akan membahas mengenai “Kegiatan Usaha Bank”. Kami mendapat
bantuan dari berbagai pihak hingga makalah ini dapat tersusun dengan baik. Kami juga
menguraikan secara singkat agar pembaca mampu memahami isi dari makalah ini. Dan tak
lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rizka Prawesti, M.H. Selaku dosen
pengampu mata kuliah Hukum Perbankan yang telah memberi kami arahan sehingga
makalah ini dapat selesai pada waktunya.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
dikarenakan keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami berharap
pembaca dapat memberikan kritik, saran serta masukan demi perbaikan makalah ini. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan dalam penyempurnaan makalah selanjutnya.
Demikian pengantar dari penulis, apabila terdapat kesalahan kami mohon maaf, semoga
makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita serta bermanfaat bagi para pembacanya.

Salatiga, 12 April 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................4

BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A.............................................................................................................................................5

B.............................................................................................................................................5

C.............................................................................................................................................5

BAB III.................................................................................................................................................6
A. Kesimpulan........................................................................................................................6

B. Saran..................................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................6

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum perusahaan artinya tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya
semua faktor produksi untuk digunakan dan dikoordinir demi memuaskan kebutuhan dengan
cara yang menguntungkan. Berdasarkan definisi diatas maka dapat dilihat adanya lima unsur
penting dalam sebuah perusahaan,yaitu organisasi, produksi, sumber ekonomi, kebutuhan
dan cara yang menguntungkan. Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan ada
pula yang tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyaibadan
usaha untuk perusahaannya. Badan usaha ini adalah status dari perusahaan tersebut yang
terdaftar di pemerintah secara resmi.
Adapun perusahaan itu sendiri dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Perusahaan perseorangan atau disebut juga Perusahaan Individu adalah badan usaha
yang kepemilikannya dimiliki oleh satu orang. Individu dapat membuat badan usaha
perseorangan tanpa izin dan tata cara tertentu. Semua orang bebas membuat bisnis
personal tanpa adanya batasan untuk mendirikannya. Pada umumnya perusahaan
perseorangan bermodal kecil, terbatasnya jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga
kerja/buruh yang sedikit dan penggunaan alat produksi teknologi sederhana. Perusahaan
Perseorangan dapat berbentuk Perusahaan Dagang/Jasa (Toko Swalayan, Biro Konsultan)
dan Perusahaan Industri. Contoh perusahaan perseorangan seperti toko kelontong, tukang
bakso keliling, pedagang asongan, dan lain sebagainya.
2) Perusahaan Persekutuan Badan Hukum yang dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT),
Koperasi, dan BUMN. Perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan
hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya
berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di
dalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin perusahaan, karena dapat
menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan. Untuk mendirikan
PT/persoroan terbatas dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam jumlah tertentu dan
berbagai persyaratan lainnya.
3) Perusahaan Persekutuan bukan Badan Hukum atau disebut juga Perusahaan
persekutuan yang artinya badan usaha yang dimiliki oleh dua orang atau lebih yang
secara bersama-sama bekerja sama untuk mencapai tujuan bisnis. Yang termasuk dalam
badan usaha persekutuan adalah Perusahaan Dagang/Usaha Dagang, Industri Rumah

4
(home industri), dan Perseroan (Firma dan CV). Untuk mendirikan badan usaha
persekutuan membutuhkan izin khusus pada instansi pemerintah yang terkait.
Banyak sekali bentuk-bentuk perusahaan yang dapat kita lihat dari penjelasan diatas.
Tapi yang akan kita bahas sekarang yaitu mengenai Firmayang merupakan salah satu
contoh dari Badan Persekutuan bukan Berbadan Hukum. Kita tahu sekarang ini banyak
sekali perusahaanperusahaan yang menggunakan bentuk Firma ini. Bahkan Firma
bukanlah suatu istilah yang asing lagi untuk kita dengar dan akan terus berkembang di
masa sekarang ini. Firma itu sendiri telah dibuat hukum nya (peraturannya) dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) oleh pemerintah. Oleh sebab itu, penting bagi
kita untuk mengetahui lebih dalam lagi apa itu Firma sehingga kita dapat
mempertimbangkan bentuk usaha apa yang ingin kita gunakan jika kita ingin membuka
suatu usaha.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan perusahaan firma?


2. Bagaimana unsur-unsur firma?
3. Apa dasar hukum firma?
4. Bagaimana proses berdirinya firma?
5. Apa Hak dan tanggung jawab anggota firma?
6. Bagaimana bubarnya firma?
C. Tujuan Penulisan

Tujuan dalam pembahasan makalah ini, yang berjudul “Firma” berdasarkan rumusan masalah
di atas, adalah untuk membahas hal-hal yang sesuai dengan permasalahan yang diajukan
antara lain :
1. Untuk mengetahui pengertian mengenai Firma.
2. Untuk mengetahui unsur-unsur firma.
3. Untuk mengetahui apa dasar hukum firma.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses berdirinya firma
5. Untuk mengetahui hak dan tanggung jawab anggota firma.
6. Untuk mengetahui faktor yang menjadikan firma bubar.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Usaha Bank Umum

1. Usaha yang Dapat Dilakukan oleh Bank Umum


Pada Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank disebutkan
sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
Kegiatan Usaha Bank Umum
Kegiatan usaha yang dapat dilaksanakan oleh Bank Umum:1
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
b. Memberikan kredit.
c. Menerbitkan surat pengakuan utang.
d. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan
dan atas perintah nasabahnya:
1) Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa
berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat
dimaksud.
2) Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak
lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.
3) Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah.
4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
5) Obligasi.
6) Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu (1) tahun.

1
Pasal 19 ayat (1) huruf a-q Undang-Udang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah

6
7) Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan satu (1)
tahun
e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
nasabah.
f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada
bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.
g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan antar pihak ketiga.
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
kontrak.
j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk
surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
k. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat.
l. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip
Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
m. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Selain itu Bank Umum dapat pula:


a. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan di bidang
keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta
lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan
syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, dan
d. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus pensiun sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

7
2. Usaha yang Dilarang dilakukan Oleh Bank
Undang-Undang No.10 Tahun 1998 selain menetapkan jenis-jenis usaha yang dapat
dilakukan oleh bank umum, juga menetapakan jenis-jenis usaha yang dilarang dilakukan
oleh bank umum. Ketentuan ini terdapat dalam pasal 10. Menurut pasal 10, bank umum
dilarang 2
a. Melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf
b dan huruf
b. Melakukan usaha perasuransian
c. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 6
dan pasal 7.

B. Usaha Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang hanya
menerima simpanan dalam bentuk tabungan, deposito berjangka dan atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat yang melakukan kegiatan usaha melalui prinsip konvensional atau berdasar
prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.3
Usaha yang Dapat Dilakukan oleh BPR
Berdasarkan ketentuan Pasal 13, usaha Bang Perkreditan Rakyat (BPR) mliputi:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
b. Memberikan kredit;
c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah,
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
d. Menempatkan dananya dalam bentuk Serifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, tanbungan, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

2
Sutan Remy Sjahdeini, Perbangkan Islam dan Kedudukannnya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia,
Jakarta Pustaka Utama Grafiti, 1999, hlm.56
3
Ali Suyanto Herli, Pengelolaan BPR dan Lembaga keuangan Pembiayaan Mikro, Yogyakarta: Andi
Yogyakarta,2013,hlm.3.

8
Berdasarkan ketentuan tersebut, tampaklah bahwa jika dibandingkan dengan bank
umum, kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh BPR sangat kecil atau terbatas ruang
lingkupnya.
Usaha yang Dilarang Dilakukan Oleh BPR
Usaha yang dilarang dilakukan oleh BPR terdapat dalam Pasal 14. Menurut Pasal 14
Bank Perkreditan Rakyat dilarang:
a. Menerima simpanan barupa giro dan ikut serta dalam lalu-llintas pembayaran;
b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing;
c. Melakukan penyertaan modal;
d. Melakukan usaha perasuransian;
e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaumana dimaksud dalam Pasal 13.4

Fungsi dan Tujuan BPR


Adapun fungsi BPR adalah sebagai berikut:
a. Memberi pelayanan perbankan kepada masyarakat yang sulit atau tidak memiliki akses
ke bank umum.
b. Membantu pemerintah mendidik masyarakat dalam memahami pola nasional agar
ekselarasi pembangunan di sektor pedesaan dapat lebih dipercepat.
c. Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat pedesaan.
d. Mendidik dan mempercepat pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan lembaga
keuangan formal sehingga terhindar dari jeratan rentenir.
Adapun tujuan di dirikannya BPR adalah sebagai berikut:
a. Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan bagi masyarakat
pedesaan.
b. Menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan sehingga para petani,
nelayan dan para pedagang kecil di desa dapat terhindar dari lintah darat, pengijon dan
pelepas uang.
c. Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang mudah dan
sesederhana mungkin sebab yang dilayani adalah orang-orang relatif rendah
pendidikannya.
d. Ikut serta memobilisasi modal untuk keperluan pembangunan dan turut membantu
rakyat dalam berhemat dan menabung dengan menyediakan tempat yang dekat, aman,
dan mudah untuk menyimpan uang bagi penabung kecil.
4
Neni Sri, Panji Adam Agus, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, Bandung: PT Refika Aditama, hlm. 116-
117.

9
Jenis-jenis BPR
Berdasarkan Undang-undang perbankan No 10 tahun 1998, BPR diklasifikasikan menjadi:
1. BPR Badan Perkreditan Desa terdiri dari:5
a. Bank Desa
b. Lumbung Desa
2. BPR Bukan Badan Kredit Desa terdiri dari:
a. Bank Pasar
b. BKPD (Bank karya produksi Desa)

C. Sejarah Perbankan Syariah Konsep Dasar dan Prinsip-prinsip Dasar Kebijakan


Pengembangan dan Roadmap Konsep Operasional Akad-akad dalam Transaksi
Undang-undang dan Regulasi Perbankan Syariah dan Kelembagaannya

1. Pengertian Perbankan Syariah


Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana dari
masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan fungsi
intermediasi keuangan. Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam sistem
operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Sesuai UU No. 21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam
fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa
tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung
gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram. Selain itu, UU Perbankan Syariah
juga mengamanahkan bank syariah untuk menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan
fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf
(nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).
Pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan syariah dari aspek
pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik dilaksanakan oleh OJK
sebagaimana halnya pada perbankan konvensional, namun dengan pengaturan dan sistem
pengawasan yang disesuiakan dengan kekhasan sistem operasional perbankan syariah.
Masalah pemenuhan prinsip syariah memang hal yang unik bank syariah, karena
hakikinya bank syariah adalah bank yang menawarkan produk yang sesuai dengan

5
 Undang –undang ,No 10 tahun 1998,Tentang perbankan

10
prinsip syariah. Kepatuhan pada prinsip syariah menjadi sangat fundamental karena hal
inilah yang menjadi alasan dasar eksistensi bank syariah. Selain itu, kepatuhan pada
prinsip syariah dipandang sebagai sisi kekuatan bank syariah. Dengan konsisten pada
norma dasar dan prinsip syariah maka kemaslhahatan berupa kestabilan sistem, keadilan
dalam berkontrak dan terwujudnya tata kelola yang baik dapat berwujud.Sistem dan
mekanisme untuk menjamin pemenuhan kepatuhan syariah yang menjadi isu penting
dalam pengaturan bank syariah. Dalam kaitan ini lembaga yang memiliki peran penting
adalah Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Undang-undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah memberikan kewenangan kepada MUI yang fungsinya
dijalankan oleh organ khususnya yaitu DSN-MUI untuk menerbitkan fatwa kesesuaian
syariah suatu produk bank. Kemudian Peraturan Bank Indonesia (sekarang POJK)
menegaskan bahwa seluruh produk perbankan syariah hanya boleh ditawarkan kepada
masyarakat setelah bank mendapat fatwa dari DSN-MUI dan memperoleh ijin dari OJK.
Pada tataran operasional pada setiap bank syariah juga diwajibkan memiliki Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang fungsinya ada dua, pertama fungsi pengawasan syariah
dan kedua fungsi advisory (penasehat) ketika bank dihadapkan pada pertanyaan
mengenai apakah suatu aktivitasnya sesuai syariah apa tidak, serta dalam proses
melakukan pengembangan produk yang akan disampaikan kepada DSN untuk
memperoleh fatwa. Selain fungsi-fungsi itu, dalam perbankan syariah juga diarahkan
memiliki fungsi internal audit yang fokus pada pemantauan kepatuhan syariah untuk
membantu DPS, serta dalam pelaksanaan audit eksternal yang digunakan bank syariah
adalah auditor yang memiliki kualifikasi dan kompetensi di bidang syariah.
Secara umum terdapat bentuk usaha bank syariah terdiri atas Bank Umum dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dengan perbedaan pokok BPRS dilarang menerima
simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas sistem pembayaran. Secara
kelembagaan bank umum syariah ada yang berbentuk bank syariah penuh (full-pledged)
dan terdapat pula dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS) dari bank umum
konvensional. Pembagian tersebut serupa dengan bank konvensional, dan sebagaimana
halnya diatur dalam UU perbankan, UU Perbankan Syariah juga mewajibkan setiap
pihak yang melakukan kegiatan penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk simpanan
atau investasi berdasarkan prinsip syariah harus terlebih dahulu mendapat izin OJK.

11
2. Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada Prinsip
Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Perbankan Syariah bertujuan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan,
kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Sedangkan fungsi dari perbankan
syariah adalah :Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial
dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi
pengelola zakat. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan
kehendak pemberi wakaf (wakif). Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Struktur Perbankan Syariah Berdasarkan Kegiatannya
Bank Syariah dibedakan menjadi Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
a. Bank Umum Syariah Bank Umum Syariah
adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.Kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi: menghimpun
dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi'ah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah; menghimpun dana dalam bentuk Investasi
berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah; menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad
mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah; menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad
salam, Akad istishna', atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah; menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; menyalurkan Pembiayaan penyewaan
barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah
dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; melakukan pengambilalihan utang

12
berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah; melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah; membeli, menjual, atau menjamin atas risiko
sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata
berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah, musyarakah,
mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah; membeli surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank
Indonesia; menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip
Syariah; melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
Akad yang berdasarkan Prinsip Syariah; menyediakan tempat untuk menyimpan
barang dan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah; memindahkan uang, baik
untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah berdasarkan
Prinsip Syariah; melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad
wakalah; memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan
Prinsip Syariah; dan melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang
perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS,
adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi
sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank
yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu
syariah dan/atau unit syariah.Kegiatan usaha UUS meliputi: menghimpun dana
dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi'ah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah; menghimpun dana dalam bentuk Investasi
berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah; menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad
mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah; menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad
salam, Akad istishna', atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
13
Syariah; menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; menyalurkan Pembiayaan penyewaan
barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah
dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; melakukan pengambilalihan utang
berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah; melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah; membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga
yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara
lain, seperti Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau
hawalah; membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan
oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia; menerima pembayaran dari tagihan
atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau
antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah; menyediakan tempat untuk
menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah;
memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah; memberikan fasilitas letter of credit atau
bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah; dan melakukan kegiatan lain yang
lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Bank Pembiayaan Syariah
adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
meliputi:6
1) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk: Simpanan berupa
Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad
wadi'ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah; dan Investasi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
2) menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk: Pembiayaan
bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau musyarakah;
6
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/PBS-dan-kelembagaan.aspx.

14
Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, salam, atau istishna';
Pembiayaan berdasarkan Akad qardh; Pembiayaan penyewaan barang
bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah
atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; dan
pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah;
3) menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan
berdasarkan Akad wadi'ah atau Investasi berdasarkan Akad
mudharabah dan/atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah;
4) memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum
Konvensional, dan UUS; dan
5) menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah
lainnya yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan
Bank Indonesia (sekarang OJK).

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

16
DAFTAR PUSTAKA

17

Anda mungkin juga menyukai