Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KELOMPOK

HUKUM PERUSAHAAN

“Bentuk – Bentuk Hukum Perusahaan”

Disusun Oleh :

NAMA NIM
JOUDY J. WATUPONGOH 18602031
YOSUA LOURENSA 18602084
SHEYLA T.S. LAPIAN 18602001
MILINIA G.M.N. TARORE 18602068
GLORIA B. SUOTH 18602124
GRECHITA I. SUMAMPOUW 18602153
SUSANE G. MEA 18602085

Kelas / Semester : D / III


Dosen MK : Dr. Artur N. Tuwaidan, SH., MH.

FAKULTAS ILMU SOSIAL


PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
anugerahnya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan Makalah hukum perusahaan ini dengan
baik. Kelompok mengangkat materi dari berbagai sumber yang dipercaya dan dapat
dipertangggungjawabkan. Kelompok berharap dengan adanya makalah ini maka dapat melengkapi
bahan ajar mata kuliah hukum perusahaan dan diharapkan pula para pembaca dpat mengetahui
maksud dan tujuan dari makalah ini.
Makalah ini menganngat judul : Bentuk – Bentuk Hukum Perusahaan. Dengan makalah ini
kiranya kami dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman kami tentang hukum perusahaan. Kritik
dan saran sangatlah kami butuhkan demi kelancaran proses pembelajaran bersama.
Selamat Membaca!!!

Tondano, Oktober 2019


DAFTAR ISI
Judul........................................................................................................................................................
Kata Pengantar......................................................................................................................................
Daftar Isi ................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................................................................


B. Masalah ......................................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................
D. Manfaat ......................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
1. Bagaimana Bentuk Hukum Dari Perusahaan Perseorangan, Firma, Cv (Persekutuan
Komendinter), Dan Perseroan Terbatas .................................................................................
2. Sumber Hukum Perusahaan ....................................................................................................
3. Ruang Lingkup Hukum Perusahaan ......................................................................................
4. Bagaimana Contoh Masalah Dan Solusi Yang Dihadapi Perusahaan Berbadan Hukum

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN .........................................................................................................................
B. SARAN .......................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan adalah segala bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap,
terus menerus, bekerja, berada dan didirikan di wilayah Negara Indonesia dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan atau badan usaha terdiri dari perusahaan berbadan
hukum dan tidak berbadan hukum. Sebuah perusahaan dapat dikatakan berbadan hukum bila
memiliki unsur-unsur seperti
1.       Adanya harta kekayaan yang dipisahkan
2.       Mempunyai tujuan tertentu
3.       Mempunyai kepentingan sendiri
4.       Adanya organisasi yang teratur
5.       Proses pendiriannya mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman

Hukum perusahaan merupakan sebuah Hukum yang mengatur tentang seluk beluk bentuk hukum
perusahaan. Hukum Perusahaan adalah pengkhususan dari beberapa bab dalam KUH Perdata dan
KUHD (Kodifikasi) ditambah dengan sebuah peraturan perundangan lain yang mengatur tentang
perusahaan (hukum tertulis yang belum dikodifikasi). Sesuai dengan perkembangan dunia
perdagangan dewasa ini, maka sebagian dari hukum perusahaan adalah peraturan-peraturan hukum
yang masih baru. Jika hukum dagang (KUHD) adalah hukum khusus (lex specialis) terhadap hukum
perdata (KUH Perdata) yang sifatnya lex generalis, demikian pula hukum perusahaan merupakan
hukum khusus terhadap hukum dagang.

B. Masalah

   Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk hukum dari perusahaan Perseorangan, Firma, CV (Persekutuan
Komendinter), Dan Perseroan Terbatas ?
2. Sumber Hukum Perusahaan
3. Ruang Lingkup Hukum Perusahaan
4. Bagaimana contoh masalah dan solusi yang dihadapi perusahaan berbadan hukum?

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah HUKUM PERUSAHAAN oleh Bapak


Dr.Artur N. Tuwaidan, SH., MH.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang bentuk – bentuk hukum perusahaan
3. Sebagai salah satu penunjang Bahan Ajar Mata Kuliah Hukum Perusahaan di
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial di UNIVERSITAS NEGERI
MANADO.

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang
bentuk – bentuk hukum perusahaan yang ada di indonesia , serta bagaimana kerangka – kerangaknya
seperti sumber hukum perusahaan dan ruang lingkup hukum perusahaan dan serta dalam makalah ini
terdapat suatu permasalahan yang dialami oleh sebuah perusahaan dan solusi jalan keluar dari
masalah tersebut sudah ada diuraikan dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bentuk – bentuk Perusahaan

Bentuk hukum perusahaan persekutuan dan badan hukum sudah diatur dengan undang-
undang, Firma (Fa) dan Persekutuan Komanditer (CV) diatur dalam KUHD, Perseroan Terbatas
diatur dalam undang-undang No. 40 tahun 2007, Koperasi diatur dalam UU No. 25 tahun 1992,
Perusahaan Umum dan Perusahaan Perseroan diatur dalam UU No. 9 tahun 1969, Firma (Fa) dan
Persekutuan Komanditer (CV) adalah bukan badan hukum, sedangkan Perseroan Terbatas, Koperasi,
Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero) adalah Badan Hukum. Perseroan
Terbatas dan Koperasi adalah Badan Usaha Milik Swasta sedangkan Perusahaan Umum (Perum) dan
Perusahaan Perseroan (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara.

1.1 Perusahaan Perseorangan


Perusahaaan perseorangan adalah badan usaha yang dikelola dan diawasi oleh satu orang, dimana
pengelola perusahaan memperoleh semua keuntungan perusahaan, tetapi ia juga menanggung semua
resiko yang timbul dalam kegiatan perusahaan.
Pada umumnya perusahaan perseorangan bermodal kecil, terbatasnya jenis serta jumlah
produksi, memiliki tenaga kerja atau buruh yang sedikit dan penggunaan alat produksi teknologi
sederhana. Contoh perusahaan perseorangan seperti toko kelontong, tukang bakso keliling, pedagang
asongan, dan lain sebagainya.
Pendirian perusahaan perseorangan tidak diatur dalam KUHD dan tidak memerlukan
perjanjian karena hanya didirikan oleh satu orang pengusaha saja.
Ciri-ciri perusahaan perseorangan
1) Jumlah pengusaha hanya satu orang yaitu pemilik perusahaan
2) Modal usaha dimiliki satu orang (pengusaha yang bersangkutan) dan biasanya kecil
atau menengah.
3) Pembantu pengusaha bekerja berdasarkan perjanjian kerja atau hibah.
4) Tidak ada aturan yang mengatur secara khusus mengenai perusahaan perseorangan, namun hanya
memerlukan izin permohonan usaha dari Dinas Perdagangan setempat.
5) Tidak perlu dibuatkan akta pendirian.
6) Merupakan bentuk perusahaan paling sederhana.
7) Pengusaha memiliki sendiri seluruh kekayaan atau asset perusahaan dan bertanggung jawab sendiri
pula atas seluruh utang perusahaan (tanggung jawab sampai harta kekayaan pemilik sehingga
pemisahan modal perusahaan dari kekayaan tidak berarti dalam hal tejadi kebangkrutan.
8) Bentuk perusahaan perseorangan adalah Perusahaan Dagang (PD) atau Usaha Dagang (UD).
Perusahaan perseorangan dibagi dalam 2 kelompok yaitu:
1) Usaha Perseorangan Berizin
memiliki izin operasional dari departemen teknis. Misalnya bila perusahaan perseorangan bergerak
dalam bidang perdagangan, maka dapat memiliki izin seperti Tanda Daftar Usaha Perdagangan
(TDUP), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
2) Usaha Perseorangan Yang Tidak Memiliki Izin
Misalnya usaha perseorangan yang dilakukan para pedagang kaki lima, toko barang kelontong, dsb.
1.2 Persekutuan Firma
Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Firma adalah sebuah bentuk
persekutuan untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih dengan memakai nama bersama”.
Persekutuan Firma merupakan bagian dari persekutuan perdata, maka dasar hukum persekutuan
firma terdapat pada Pasal 16 sampai dengan Pasal 35 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) dan pasal-pasal lainnya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang
terkait.

1.      Pembentukan Firma


Di dalam Firma, tiap-tiap sekutu secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya
atas segala perikatan dari Firma (Pasal 18 KUHD). Dalam Pasal 22 KUHD disebutkan bahwa
persekutuan firma harus didirikan dengan akta otentik. Untuk mendirikan suatu badan usaha yang
berbentuk firma. Harus memiliki Perjanjian yang disebut dengan Akta Pendirian Firma yang
didalamnya memuat beberapa hal yang harus dipenuhi (Pasal 26 KUHD). Pasal 23 KUHD
menyebutkan setelah akta pendirian dibuat, maka harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri dalam wilayah mana firma tersebut didirikan. Hal-hal yang perlu didaftarkan adalah:
1)      Akta pendirian atau
2)      Ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut (Pasal 26 KUHD),
Selanjutnya ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut harus diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia (Pasal 28 KUHD). Selama akta pendirian belum didaftarkan dan
diumumkan, maka pihak ketiga menganggap firma sebagai persekutuan umum yang menjalankan
segala macam usaha, didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas serta semua sekutu
berwenang menandatangani berbagai surat untuk firma ini (Pasal 29 KUHD).

2.      Proses Pembubaran


Pembubaran Persekutuan Firma diatur dalam ketentuan Pasal 1646 sampai dengan Pasal 1652
KUHP dan Pasal 31 sampai dengan Pasal 35 KUHD. Pasal 1646 KUHP menyebutkan bahwa ada 5
hal yang menyebabkan Persekutuan Firma berakhir, yaitu :
a.         Jangka waktu firma telah berakhir sesuai yang telah ditentukan dalam akta pendirian;
b.        Adanya pengunduran diri dari sekutunya atau pemberhentian sekutunya;
c.         Musnahnya barang atau telah selesainya usaha yang dijalankan persekutuan firma;
d.        Adanya kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu;
e.         Salah seorang sekutu meninggal dunia atau berada di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit.
Pasal 17 KUHD menyebutkan bahwa dalam anggaran dasar harus ditegaskan apakah di antara
para sekutu ada yang tidak diperkenankan bertindak keluar untuk mengadakan hubungan hukum
dengan pihak ketiga. Meskipun sekutu kerja tersebut dikeluarkan wewenangnya atau tidak diberi
wewenang untuk mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga, namun hal ini tidak
menghilangkan sifat tanggung jawab pribadi untuk keseluruhan, sebagaimana diatur dalam Pasal 18
KUHD.
Perihal pembagian keuntungan dan kerugian dalam persekutuan Firma diatur dalam Pasal 1633
sampai dengan Pasal 1635 KUHPerdata yang mengatur cara pembagian keuntungan dan kerugian.
Apabila cara pembagian keuntungan dan kerugian tidak diperjanjikan, maka pembagian didasarkan
pada perimbangan pemasukan secara adil dan seimbang dan sekutu yang memasukkan berupa tenaga
kerja hanya dipersamakan dengan sekutu yang memasukkan uang atau benda yang paling sedikit.
1.3 Persekutuan Komanditer (CV)
1. Pengertian Persekutuan Komanditer
Dasar hukum: Pasal 19-21 KUHD Dalam Pasal 19 Kitab Undang-undang Hukum Dagang
(KUHD). bahwa CV (Comanditaire Venootschaaf)  adalah perseroan yang terbentuk dengan cara
meminjamkan uang, yang didirikan oleh seseorang atau beberapa orang persero yang bertanggung
jawab secara tanggung renteng dan satu orang pesero atau lebih yang bertindak sebagai pemberi
pinjaman uang. Pada beberapa referensi lain, pemberian pinjaman modal atau biasa disebut inbreng,
dapat berbentuk selain uang, misalnya benda atau yang lainnya. Persekutuan komanditer merupakan
persekutuan firma dengan bentuk khusus. Bentuk khususnya adalah adanya sekutu komanditer
(dimana sekutu komanditer tidak ada dalam persekutuan firma)
2. Unsur-Unsur CV
Unsur CV adalah sebagai berikut:
1)  Menjalankan perusahaan (pasal 16 KUHD)
2)  Dengan nama bersama atau firma ( pasal 16 KUHD)
3)  Tanggung jawab sekutu (kerja) bersifat pribadi atau keseluruhan (pasal 18 KUHD)
Dari pengertian di atas, sekutu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : Sekutu aktif atau sekutu
Komplementer, adalah sekutu yang menjalankan perusahaan dan berhak melakukan perjanjian
dengan pihak ketiga. Artinya, semua kebijakan perusahaan dijalankan oleh sekutu aktif. Sekutu aktif
sering juga disebut sebagai persero kuasa atau persero pengurus. Sekutu Pasif atau sekutu
Komanditer, adalah sekutu yang hanya menyertakan modal dalam persekutuan. Jika perusahaan
menderita rugi, mereka hanya bertanggung jawab sebatas modal yang disertakan dan begitu juga
apabila untung, uang mereka memperoleh terbatas tergantung modal yang mereka berikan.
3. Pendirian CV
Persekutuan komanditer dapat diadakan berdasarkan perjanjian dengan lisan atau sepakat
para pihak saja (Pasal 22 KUH Dagang). Para pemberi modal atau pesero komanditer, tidak bisa
terlibat dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Hal tersebut diatur secara tegas di dalam Pasal 20
KUHD yang menjelaskan bahwa pesero komanditer ini tidak boleh melakukan tindakan pengurusan
atau bekerja dalam perusahaan perseroan tersebut, meskipun ada pemberian kuasa sekalipun. Namun
jika pesero komanditer terbukti ikut menjalankan perusahaan sebagaimana yang dilakukan pesero
komplementer dan mengakibatkan kerugian perusahaan, maka sesuai dengan Pasal 21 KUHD,
pesero komanditer ikut bertanggung jawab secara tanggung renteng terhadap semua utang dan
perikatan perseroan tersebut.
4.      Berakhirnya CV
Karena pada hakekatnya persekutuan komanditer adalah persekutuan perdata, maka
berakhirnya persekutuan komanditer adalah sama dengan persekutuan perdata yang diatur dalam
Pasal 1646 sampai dengan 1652 KUHPerdata.
Pasal 1646 KUH Perdata menyebutkan bahwa paling tidak ada 4 hal yang menyebabkan persekutuan
berakhir yaitu:
a.         Lewatnya masa waktu perjanjian persekutuan
b.        Musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan
c.         Kehendak dari sekutu, dan
d.        Jika salah seorang sekutu meninggal atau ditaruh di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit.
Berakhirnya CV,juga diatur dalam Pasal 31 KUHD yaitu:
a.    Berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar (Akta Pendirian).
b.     CV berakhir sebelum jangka waktu yang ditetapkan, akibat pengunduran diri atau pemberhentian
sekutu.
Akibat perubahan anggaran dasar (akta pendirian) di mana perubahan anggaran dasar ini
mempengaruhi kepentingan pihak ketiga terhadap CV Berbadan Hukum.
1.4 Perseroan Terbatas ( PT )
Perseroan terbatas merupakan  organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang
dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa
melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di dalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak
harus memimpin perusahaan, karena dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi
pimpinan. Untuk mendirikan PT atau persoroan terbatas dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam
jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas, PT adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang No. 1 tahun 1995 serta peraturan
pelaksanaannya.
1.    PT Merupakan Badan Hukum.
Dalam hukum Indonesia dikenal bentuk-bentuk usaha yang dinyatakan sebagai Badan Hukum dan
bentuk-bentuk usaha yang Bukan Badan Hukum. Bentuk usaha yang merupakan Badan Hukum
adalah: PT, Yayasan, PT (Persero), Koperasi. Sedangkan bentuk usaha yang Bukan Badan Hukum
adalah: usaha perseorangan, Firma, Commanditaire Vennotschap (CV), Persekutuan Perdata
(Maatschap). Perbedaan yang mendasar antara bentuk usaha Badan Hukum dan bentuk usaha Bukan
Badan Hukum adalah, dalam bentuk usaha Badan Hukum terdapat pemisahan harta kekayaan dan
pemisahan tanggung jawab secara hukum antara pemilik bentuk usaha Badan Hukum dengan Badan
Hukum tersebut sendiri. Sedangkan dalam bentuk usaha Bukan Badan Hukum secara prinsip tidak
ada pemisahan harta kekayaan dan pemisahan tanggung jawab secara hukum antara pemilik dan
bentuk usaha itu sendiri.

2.    PT Didirikan Berdasarkan Perjanjian.


Perjanjian dibuat oleh paling sedikit 2 pihak. Oleh karena PT harus didirikan berdasarkan perjanjian
maka PT minimal harus didirikan oleh paling sedikit 2 pihak. Pasal 7 UU No.1/1995 mengatur hal
tersebut:“Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam
bahasa Indonesia”.
3.    PT Melakukan Kegiatan Usaha.
Sebagai suatu bentuk usaha, fungsi didirikannya suatu PT adalah untuk melakukan kegiatan usaha.
Dalam mendirikan PT harus dibuat Anggaran Dasar PT yang didalamnya tertulis maksud dan tujuan
PT dan kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT.
4.    PT Memiliki Modal Dasar yang Seluruhnya Terbagi dalam Saham.
Salah satu karakteristik dari PT adalah modal yang terdapat dalam PT terbagi atas saham. Suatu
Pihak yang akan mendirikan PT harus menyisihkan sebagian kekayaannya menjadi kekayaan/aset
dari PT. Kekayaan yang disisihkan oleh pemilik tersebut menjadi modal dari PT yang dinyatakan
dalam bentuk saham yang dikeluarkan oleh PT tersebut.
5.    PT Harus Memenuhi Persyaratan yang Ditetapkan dalam UU No. 1/1995 serta Peraturan
Pelaksananya. UU No. 1/1995 sampai saat ini adalah dasar hukum yang mengatur mengenai
perseroan terbatas di Indonesia. Namun sehubungan dengan PT harus diperhatikan pula peraturan
pelaksana yang terkait dengan UU No. 1/1995 antara lain misalnya: Peraturan Pemerintah No. 5
tahun 1999 tentang “Bentuk-bentuk Tagihan Tertentu Yang Dapat Dikompensasikan Sebagai
Setoran Saham” yang merupakan peraturan pelaksana dari Pasal 28 UU No.1/1995.

2. Sumber Hukum Perusahaan

Setidaknya ada empat sumber hukum perusahaan pada aspek hukum dalam ekonomi, yaitu
perundang-undangan, kontrak perusahaan, yurisprudensi, dan kebiasaan. Berikut masing-masing
penjelasannya.

Perundang-undangan
Perundang-undangan dalam hal ini meliputi undang-undang peninggalan Hindia Belanda di
Indonesia pada masa lampau, tapi masih dianggap berlaku dan sah hingga saat ini berdasarkan atas
peralihan UUD 1945, misalya suatu ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam KUHD (Kitab
Undang-undang Hukum Dagang) ,KUH Perdata. Selain itu juga perundang-undangan yang
termaktub mengenai perusahaan di Indonesia, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang terus
dilaksanakan dan dikembangkan hingga saat ini.
Perundang-undangan lain yang menjadi sumber hukum:

 Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,


 PP No. 15 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan,
 Undang-undang No. 32 Tahun 2007 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi,
 Undang-undang No. 33dan 34 Tahun 1964 tentang Asuransi Kecelakaan Jasa Raharja,
 Undang-undang No. 5 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing,
 Undang-undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri,
 Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
 Undang-undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan,
 Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,
 Undang-undang No.7 Tahun 1987 tentang Penyempurnaan Undang-undang No.6 Tahun
1982,
 Undang-undang No.14 Tahun 2001 tentang Paten
 Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

3. Ruang Lingkup Hukum Perusahaan

Dengan mengacu kepada undang-undang wajib daftar perusahaan, maka perusahaan didefinisikan
sebagai ”setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang sifatnya tetap, terus-
menerus, dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia dengan tujuan
untuk mendapatkan keuntungan dan atau laba”. Bertitik tolak dari definisi tersebut, maka lingkup
pembahasan hukum perusahaan meliputi 2 (dua) hal pokok, yakni bentuk usaha dan jenis usaha.
Keseluruhan aturan hukum yang mengatur tentang bentuk usaha dan jenis usaha disebut dengan
hukum perusahaan.

1. Bentuk Usaha
Bentuk Usaha ialah sebuah organisasi usaha atau badan usaha yang menjadi wadah
penggerak setiap jenis usaha, yang disebut bentuk hukum perusahaan. Dalam bahasa Inggris bentuk
usaha atau bentuk hukum perusahaan disebut dengan company atau corporation. Bentuk hukum
perusahaan diatur/diakui oleh undang-undang, baik yang bersifat perseorangan, persekutuan atau
badan hukum. Bentuk hukum perusahaan perseorangan misalnya Perusahaan Otobis (PO) dan
Perusahaan dagang (PD). Bentuk hukum perusahaan belum ada pengaturan dalam undang-undang,
tetapi berkembang sesuai dengan suatu kebutuhan masyarakat pengusaha, dalam parktiknya dibuat
tertulis di muka notaris.

Bentuk hukum perusahaan persekutuan dan badan hukum sudah diatur dengan undang-undang,
Firma (Fa) dan Persekutuan Komanditer (CV) diatur dalam KUHD, Perseroan Terbatas diatur dalam
undang-undang No. 40 tahun 2007, Koperasi diatur dalam UU No. 25 tahun 1992, Perusahaan
Umum dan Perusahaan Perseroan diatur dalam UU No. 9 tahun 1969, Firma (Fa) dan Persekutuan
Komanditer (CV) adalah bukan badan hukum, sedangkan Perseroan Terbatas, Koperasi, Perusahaan
Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero) adalah Badan Hukum. Perseroan Terbatas dan
Koperasi adalah Badan Usaha Milik Swasta sedangkan Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan
Perseroan (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara.
2. Jenis Usaha

Jenis Usaha ialah berbagai macam usaha di bidang perekonomian yang meliputi bidang
perindustrian, bidang perdagangan, bidang jasa dan bidang keuangan (pembiayaan). Usaha
ialah setiap tindakan, perbuatan atau kegiatan apapun dalam bidang perekonomian, yang dilakukan
oleh setiap pengusaha dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan atau laba. Sedangkan yang
dimaksud dengan pengusaha ialah setiap orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang
menjalankan suatu jenis perusahaan. Dengan demikian, suatu kegiatan dapat disebut usaha dalam
arti hukum perusahaan jika memenuhi unsur-unsur berikut ini :

 dalam bidang perekonomian;


 dilakukan oleh pengusaha;
 tujuan memperoleh keuntungan atau laba.

4. Bagaimana contoh masalah dan solusi yang dihadapi perusahaan berbadan hukum?

2.2 Contoh Masalah Dan Solusi Yang Dihadapi Perusahaan Berbadan Hukum
Kasus Penggelapan Pajak Oleh PT. Asian Agri Group
PT Asian Agri Group (AAG) adalah salah satu induk usaha terbesar kedua di Grup Raja Garuda
Mas, perusahaan milik Sukanto Tanoto. Menurut majalah Forbes, pada tahun 2006 Tanoto adalah
keluarga paling kaya di Indonesia, dengan kekayaan mencapai US$ 2,8 miliar (sekitar Rp 25,5
triliun). Terungkapnya dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG, bermula dari aksi Vincentius Amin
Sutanto (Vincent) membobol brankas PT AAG di Bank Fortis Singapura senilai US$ 3,1 juta pada
tanggal 13 November 2006. Vincent saat itu menjabat sebagai group financial controller di PT AAG
sampai yang mengetahui seluk-beluk keuangannya. Perbuatan Vincent ini terendus oleh perusahaan
dan dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Vincent kabur ke Singapura sambil membawa sejumlah
dokumen penting perusahaan tersebut. Dalam pelariannya inilah terjadi jalinan komunikasi antara
Vincent dan wartawan Tempo.
Pada tanggal 1 Desember 2006 VAS sengaja datang ke KPK untuk membeberkan permasalahan
keuangan PT AAG yang dilengkapi dengan sejumlah dokumen keuangan dan data digital.Salah satu
dokumen tersebut adalah dokumen yang berjudul “AAA-Cross Border Tax Planning (Under Pricing
of Export Sales)”, disusun pada sekitar 2002. Dokumen ini memuat semua persiapan transfer
pricing PT AAG secara terperinci. Modusnya dilakukan dengan cara menjual produk minyak sawit
mentah (Crude Palm Oil) keluaran PT AAG ke perusahaan afiliasi di luar negeri dengan harga di
bawah harga pasar – untuk kemudian dijual kembali ke pembeli riil dengan harga tinggi. Dengan
begitu, beban pajak di dalam negeri bisa ditekan. Selain itu, rupanya perusahaan-perusahaan luar
negeri yang menjadi rekanan PT AA sebagian adalah perusahaan fiktif.
Pembeberan Vincent ini kemudian ditindaklanjuti oleh KPK dengan menyerahkan permasalahan
tersebut ke Direktorat Pajak sampai karena memang permasalahan PT AAG tersebut terkait erat
dengan perpajakan. Direktur Jendral Pajak, Darmin Nasution, kemudian membentuk tim khusus
yang terdiri atas pemeriksa, penyidik dan intelijen. Tim ini bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kejaksaan Agung. Tim khusus tersebut melakukan
serangkaian penyelidikan sampai termasuk penggeledahan terhadap kantor PT AAG, baik yang di
Jakarta maupun di Medan.
Berdasarkan hasil penyelidikan  tersebut (14 perusahaan diperiksa), ditemukan terjadinya
penggelapan pajak yang berupa penggelapan pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai
(PPN). Selain itu juga "bahwa dalam tahun pajak 2002-2005, terdapat Rp 2,62 triliun penyimpangan
pencatatan transaksi. Yang berupa menggelembungkan biaya perusahaan hingga Rp 1,5 triliun.
mendongkrak kerugian transaksi ekspor Rp 232 miliar. mengecilkan hasil penjualan Rp 889 miliar.
Lewat modus ini, Asian Agri diduga telah menggelapkan pajak penghasilan untuk badan usaha
senilai total Rp 2,6 triliun. Perhitungan SPT Asian Agri yang digelapkan berasal dari SPT periode
2002-2005. Hitungan terakhir menyebutkan penggelapan pajak itu diduga berpotensi merugikan
keuangan negara hingga Rp 1,3 triliun.
Dari rangkaian investigasi dan penyelidikan, pada bulan Desember 2007 telah ditetapkan 8 orang
tersangka, yang masing-masing berinisial ST, WT, LA, TBK, AN, EL, LBH, dan SL. Kedelapan
orang tersangka tersebut merupakan pengurus, direktur dan penanggung jawab perusahaan. Di
samping itu, pihak Depertemen Hukum dan HAM juga telah mencekal 8 orang tersangka tersebut.
Terungkapnya kasus penggelapan pajak oleh PT AAG tidak terlepas dari pemberitaan
investigatif Tempo ataupun   baik koran maupun majalah dan pengungkapan dari Vincent. Dalam
konteks pengungkapan suatu perkara, apalagi perkara tersebut tergolong perkara kakap, mustinya
dua pihak ini mendapat perlindungan sebagai whistle blower. Kenyataannya, dua pihak ini di
blaming. Alih-alih memberikan perlindungan, aparat penegak hukum malah mencoba
mempidanakan tindakan para whistle blower ini. Vincent didakwa dengan pasal-pasal tentang
pencucian uang, karena memang dia, bersama rekannya, sempat mencoba mencairkan uang PT
AAG. 

Solusi penyelesaian Kasus Asian Agri: Di Dalam atau Luar Pegadilan?


PT Asian Agri Group (AAG) diduga telah melakukan penggelapan pajak (tax evasion)selama
beberapa tahun terakhir sehingga menimbulkan kerugian negara senilai trilyunan rupiah. Peraturan
perundangan mengancam pelaku tindak pidana perpajakan dengan sanksi pidana penjara dan denda
yang cukup berat, akan tetapi nyatanya masih ada celah hukum untuk meloloskan para penggelap
pajak dari ketok palu hakim di pengadilan. Pasal 44B UU No.28/2007 membuka peluang out of
court settlement bagi tindak pidana di bidang perpajakan. Ketentuan itu mengatur bahwa atas
permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan. Dengan demikian,
kasus berakhir (case closed) jika wajib pajak yang telah melakukan kejahatan itu telah melunasi
beban pajak beserta sanksi administratif berupa denda. 
Penyelesaian kasus tindak pidana perpajakan oleh Asian Agri Group meski masuk kategori
“Perlawanan Aktif terhadap Pajak” sekalipun tetap dapat diselesaikan di luar sidang pengadilan.
Dengan demikian, harapan kita bergantung pada Menteri Keuangan dan Jaksa Agung sebagai pihak
yang paling menentukan dalam proses penyelesaian tindak pidana perpajakan ini.

Tidak Hanya Urusan Pajak


Menilik modus operandi dalam kasus ini, penggelapan pajak bukanlah satu-satunya
perbuatan pidana yang bisa didakwakan kepada Asian Agri Group. Penyidikan terhadap Asian Agri
Group juga dapat dikembangkan pada tindak pidana pencucian uang (money laundering).Dalam hal
itu, penggelapan pajak oleh Asian Agri Group perlu dilihat sebagai kejahatan asal (predict crime)
dari tindak pidana pencucian uang. Sebagaimana lazimnya, kejahatan pencucian uang tidak berdiri
sendiri dan terkait dengan kejahatan lain. Kegiatan pencucian uang adalah cara untuk menghapuskan
bukti dan menyamarkan asal-usul keberadaan uang dari kejahatan yang sebelumnya. Dalam kasus
ini, penggelapan pajak dapat menjadi salah satu mata rantai dari kejahatan pencucian uang.
Asian Agri Group mengecilkan laba perusahaan dalam negeri agar terhindar dari beban pajak
yang semestinya dengan cara mengalirkan labanya ke luar negeri (Mauritius, Hongkong Macao, dan
British Virgin Island). Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) kelompok usaha Asian Agri Group
kepada Ditjen Pajak telah direkayasa sehingga kondisinya seolah merugi (Lihat pernyataan Darmin
Nasution, Direktur Jenderal Pajak, mengenai rekayasa SPT itu). Modus semacam itu memang biasa
dilakukan dalam kejahatan pencucian uang, sebagaimana juga diungkapkan oleh Ketua Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Yunus Hussein mengenai profile,
karakteristik, dan pola transaksi keuangan yang tidak beres sebagai indikasi kuat adanya money
laundering (Metro TV, 8/1/2008).
Kasus Asian Agri adalah cermin sempurna bagi penegak hukum kita.Dari situ tergambar, sebagian
dari mereka tidak sungguh-sungguh menegakkan keadilan, malah berusaha menyiasati hukum
dengan segala cara. Tujuannya boleh jadi buat melindungi orang kaya yang diduga melakukan
kejahatan. Dan kalau perlu dilakukan dengan cara mengorbankan orang yang lemah.Persepsi itu
muncul setelah petugas Kepolisian Daerah Metro Jaya bersentuhan dengan kasus dugaan
penggelapan pajak Asian Agri, salah satu perusahaan milik taipan superkaya, Sukanto Tanoto.
Kejahatan ini diperkirakan merugikan negara Rp 786 miliar. Polisi amat bersemangat mengusut
Vincentius Amin Sutanto, bekas pengontrol keuangan perusahaan itu, hingga akhirnya dihukum 11
tahun penjara pada Agustus lalu. Padahal justru dialah yang membongkar dugaan penggelapan pajak
dan money laundering oleh Asian Agri. Pemerintah mestinya berterima kasih kepada mereka. 

Jika kasus ini segera ditangani dengan tuntas, amat besar uang negara yang bisa diselamatkan.
Upaya ini juga akan mencegah pengusaha lain melakukan penyelewengan serupa, sehingga tujuan
pemerintah mendongkrak penerimaan pajak tercapai. Tidak sewajarnya polisi mengkhianati program
pemerintah. Mereka seharusnya segera mengusut pula dugaan pencucian uang yang dilakukan Asian
Agri. Perusahaan ini diduga menyembunyikan hasil "penghematan" pajak ke berbagai bank di luar
negeri. Inilah yang mestinya diprioritaskan dibanding membidik orang yang justru membantu
membongkar dugaan penggelapan pajak
BAB III
PENUTUP
A. KEISMPULAN

Perusahaan adalah segala bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap,
terus menerus, bekerja, berada dan didirikan di wilayah Negara Indonesia dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan atau badan usaha terdiri dari perusahaan berbadan
hukum dan tidak berbadan hukum. Sebuah perusahaan dapat dikatakan berbadan hukum bila
memiliki unsur-unsur seperti
1.       Adanya harta kekayaan yang dipisahkan
2.       Mempunyai tujuan tertentu
3.       Mempunyai kepentingan sendiri
4.       Adanya organisasi yang teratur
5.       Proses pendiriannya mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman

Hukum perusahaan merupakan sebuah Hukum yang mengatur tentang seluk beluk bentuk hukum
perusahaan. Hukum Perusahaan adalah pengkhususan dari beberapa bab dalam KUH Perdata dan
KUHD (Kodifikasi) ditambah dengan sebuah peraturan perundangan lain yang mengatur tentang
perusahaan (hukum tertulis yang belum dikodifikasi). Sesuai dengan perkembangan dunia
perdagangan dewasa ini, maka sebagian dari hukum perusahaan adalah peraturan-peraturan hukum
yang masih baru. Jika hukum dagang (KUHD) adalah hukum khusus (lex specialis) terhadap hukum
perdata (KUH Perdata) yang sifatnya lex generalis, demikian pula hukum perusahaan merupakan
hukum khusus terhadap hukum dagang.

B. SARAN

Sebuah perusahaan harus meenuhi semua persyaratan yang sudah tercantum dalamKUHD
maupun KUHS. Selain itu manajemen yang baik juga merupakan unsur yang sangat penting. Agar
perusahaan tersebut dapat terus bertahan dalam persaingan dunia usaha yang semakin ketat.

DAFTAR PUSTAKA

Kansil, 1989. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
_________, 2014, Hukum-hukum perusahaan, (online),
(https://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-perusahaan/),
diakses pada tanggal 28 Agustus 2015

bhangga, 2013. Contoh Kasus dan Solusi ( Whistle Blowing ), (online),


(http://ari-wirawinata.blogspot.com/2011/10/makalah-kasus-penggelapanpajak-oleh-pt.html),
diakses 14 Oktober 2019.

Wahab, sahaby, 2013. Bentuk-bentuk Perusahaan. (Online)


(http://bentuk-bentukbadanusahabywahab.blogspot.co.id/), diakses14
Oktober 2015.

Anda mungkin juga menyukai