Anda di halaman 1dari 16

AKUNTANSI LANJUTAN

“ PERSEKUTUAN FIRMA “

Disusun Oleh :

● Sefia Sal Sabilah 1902622010267 / 10

● Sintia Dewi Sutandi 1902622010280 / 23

● Ade Putri Cantika Dewi 1902622010283 / 26

● Maya Anggiani 1902622010288 / 31

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................ i
Prakata ....................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Persekutuan Firma ............................................................. 3
2.1.1 Pengertian Persekutuan Firma Menurut Para Ahli .....................
2.2 Karakteristik Badan Usaha Persekutuan Firma.................................... 4
2.3 Sifat Sifat Persekutuan Firma .............................................................. 4
2.4 Jenis – Jenis Persekutuan Firma dan Contohnya.................................. 5
2.5 Investasi Awal Persekutuan ................................................................. 6
2.6 Tambahan Investasi dan Pengambilan ................................................. 6
2.7 Kegiatan Usaha Persekutuan ............................................................... 7
2.8 Pembagian Laba Rugi Dalam Persekutuan Firma ............................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 15
3.2 Saran .................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Secara umum perusahaan artinya tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya
semua faktor produksi untuk digunakan dan dikoordinir demi memuaskan kebutuhan
dengan cara yang menguntungkan. Berdasarkan definisi diatas maka dapat dilihat adanya
lima unsur penting dalam sebuah perusahaan,yaitu organisasi, produksi, sumber ekonomi,
kebutuhan dan cara yang menguntungkan. Setiap perusahaan ada yang terdaftar di
pemerintah dan ada pula yang tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah,
mereka mempunyaibadan usaha untuk perusahaannya. Badan usaha ini adalah status dari
perusahaan tersebut yang terdaftar di pemerintah secara resmi. Adapun perusahaan itu
sendiri dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : 1) Perusahaan perseorangan atau disebut juga
Perusahaan Individu adalah badan usaha yang kepemilikannya dimiliki oleh satu orang.
Individu dapat membuat badan usaha perseorangan tanpa izin dan tata cara tertentu.
Semua orang bebas membuat bisnis personal tanpa adanya batasan untuk mendirikannya.
Pada umumnya perusahaan perseorangan bermodal kecil, terbatasnya jenis serta jumlah
produksi, memiliki tenaga kerja/buruh yang sedikit dan penggunaan alat produksi
teknologi sederhana. Perusahaan Perseorangan dapat berbentuk Perusahaan Dagang/Jasa
(Toko Swalayan, Biro Konsultan) dan Perusahaan Industri. Contoh perusahaan
perseorangan seperti toko kelontong, tukang bakso keliling, pedagang asongan, dan lain
sebagainya. 2) Perusahaan Persekutuan Badan Hukum yang dapat berbentuk Perseroan
Terbatas (PT), Koperasi, dan BUMN. Perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang
memiliki badan hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung
jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau
perseorangan yang ada di dalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin
perusahaan, karena dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi
pimpinan. Untuk mendirikan PT / persoroan terbatas dibutuhkan sejumlah modal minimal
dalam jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya. 3) Perusahaan Persekutuan
bukan Badan Hukum atau disebut juga Perusahaan persekutuan yang artinya badan usaha
yang dimiliki oleh dua orang atau lebih yang secara bersama-sama bekerja sama untuk
mencapai tujuan bisnis. Yang termasuk dalam badan usaha persekutuan adalah
Perusahaan Dagang/Usaha Dagang, Industri Rumah (home industri), dan Perseroan
(Firma dan CV). Untuk mendirikan badan usaha persekutuan membutuhkan izin khusus
pada instansi pemerintah yang terkait. Banyak sekali bentuk-bentuk perusahaan yang
dapat kita lihat dari penjelasan diatas. Tapi yang akan kita bahas sekarang yaitu mengenai
Firmayang merupakan salah satu contoh dari Badan Persekutuan bukan Berbadan
Hukum. Kita tahu sekarang ini banyak sekali perusahaanperusahaan yang menggunakan
bentuk Firma ini. Bahkan Firma bukanlah suatu istilah yang asing lagi untuk kita dengar
dan akan terus berkembang di masa sekarang ini. Firma itu sendiri telah dibuat hukum
nya (peraturannya) dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) oleh
pemerintah. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengetahui lebih dalam lagi apa itu
Firma sehingga kita dapat mempertimbangkan bentuk usaha apa yang ingin kita gunakan
jika kita ingin membuka suatu usaha.

1.2 RUMUSAN MASALH


1. Pengertian Persekutuan Firma
2. Karakteristik Badan Usaha Persekutuan Firma
3. Sifat – Sifat Persekutuan Firma
4. Jenis – Jenis Persekutuan Firma dan Contohnya
5. Investasi Awal Persekutuan
6. Tambahan Investasi dan Pengambilan
7. Kegiatan Usaha Persekutuan
8. Pembagian Laba Rugi Dalam Persekutuan

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan dalam pembahasan makalah ini, yang berjudul “Persekutuan Firma” berdasarkan
rumusan masalah di atas, adalah untuk membahas hal-hal yang sesuai dengan
permasalahan yang diajukan antara lain :
1. Untuk Mengatahui Pengertian Mengenai Persekutuan Firma
2. Untuk Mengatahui Apa Saja Karakteristik Badan Usaha Persekutuan Firma
3. Untuk Mengatahui Sifat – Sifat Persekutuan Firma
4. Untuk Mengatahui Jenis – Jenis Persekutuan Firma dan Contohnya
5. Untuk Mengatahui Investasi Awal Persekutuan
6. Untuk Mengatahui Tambahan Investasi dan Pengambilan
7. Untuk Mengatahui Kegiatan Usaha Persekutuan
8. Untuk Mengatahui Pembagian Laba Rugi Dalam Persekutuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persekutuan Firma


Secara etimologi kata Firma berasal dari bahasa Belanda, yaitu Vennootschap Onder
Firma yang berati perserikatan dagang antara beberapa perusahaan. Istilah Firma
biasanya disingkat dengan Fa.
Persekutuan firma bukan merupakan badan hukum karena tidak memenuhi syarat untuk
menjadi badan hukum. Seperti kita ketahui, salah satu syarat badan hukum adalah
kekayaan perusahaan terpisah dengan kekayaan pribadi pemiliknya. Dalam firma,
kekayaan pribadi para pemiliknya tidak terpisah dengan kekayaan perusahaan dan tidak
ada undang-undang khusus yang mengatur tentang firma.

2.1.1. Pengertian Persekutuan Firma Menurut Para Ahli


 Willem Molengraaff
Menurut Molengraaff, pengertian firma adalah suatu persekutuan atau
perkumpulan yang didirikan untuk menjalankan perusahaan di bawah nama
bersama dan yang mana anggota-anggotanya tidak terbatas tanggung jawabnya
terhadap perikatan perseroan dengan pihak ketiga.
 Wery
Menurut  Wery, pengertian firma adalah perseroan yang menjalankan suatu
perusahaan di bawah nama bersama, yang tidak sebagai perseroan komanditer.
 Slagter
Menurut Slagter, pengertian firma adalah suatu perjanjian kerjasama antara dua
orang atau lebih untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah nama bersama,
agar mendapatkan keuntungan atas hak kebendaan bersama guna mencapai tujuan
pihak-pihak di antara mereka mengikatkan diri untuk memasukkan uang, barang,
nama baik, hak-hak atau kombinasi daripadanya kedalam persekutuan.
 Undang – Undang Hukum Dagang RI.
Menurut Undang-Undang Hukum Dagang RI, pengertian Firma adalah tiap-tiap
perserikatan yang didirikan guna menjalankan suatu perusahaan yang dibawahi
oleh satu nama bersama.
2.2 Karakteristik Badan Usaha Persekutuan Firma
Kita bisa mengenali persekutuan firma dengan melihat ciri-cirinya. Mengacu pada
pengertian firma di atas, berikut ini adalah ciri-ciri firma:
 Badan usaha firma didirikan oleh dua orang atau lebih dalam suatu perjanjian
 Firma menggunakan satu nama usaha bersama dalam menjalankan semua
kegiatan usaha
 Para anggota firma secara aktif mengelola perusahaan dan memiliki
tanggungjawab bersama kepada pihak ketiga
 Keanggotaan firma sangat mengikat dan berlaku seumur hidup
 Para anggota firma mempunyai hak untuk membubarkan firma
 Masing-masing anggota firma dapat melakukan suatu perjanjian dengan pihak lain
Dalam menjalankan firma, semua keuntungan dibagi secara proporsional kepada
para anggota
 Pendirian firma biasanya dilakukan dengan akta notaris, namun ini bukan
persyaratan mutlak
2.3 Sifat – Sifat Persekutuan Firma
Berikut adalah Sifat – Sifat dari Persekutuan Firma yaitu:
 Keagenan atau perwakilan bersama
 Umur terbatas
 Memiliki tanggung jawab tak terbatas
 Adanya kepentingan pada masing-masing anggota
 Adanya partisipasi dalam Persekutuan Firma
 Bentuk firma ini digunakan untuk kegiatan usaha skala kecil maupun skala besar
 Firma dapat berupa perusahaan kecil yang menjual barang pada satu lokasi, atau
perusahaan besar yang mempunyai cabang atau kantor di banyak lokasi
 Semua anggota dapat menjadi agen atau wakil dari persekutuan firma untuk
tujuan usahanya
 Pembubaran persekutuan firma akan terjadi jika salah satu anggota mengundurkan
diri atau meninggal
 Tanggungjawab seorang anggota tidak terbatas pada jumlah investasinya
 Semua investasi dalam persekutuan firma tidak lagi dimiliki secara terpisah oleh
masing-masing anggota
 Semua anggota berhak memperolah pembagian laba persekutuan firma.
2.4 Jenis – Jenis Persekutuan Firma dan Contohnya
Jenis firma dapat dikenali dengan mudah dari aktivitas usaha yang dijalankan. Berikut ini
adalah jenis-jenis firma besarta contoh perusahaan firma yang ada di Indonesia.
 Firma Dagang.
Firma Dagang dibentuk untuk menjalankan usaha di industri perdangangan.
Kegiatan utamanya adalah membeli dan menjual barang. Beberapa contoh Firma
Dagang diantaranya adalah:
- Perusahaan Nike
- Perusahaan Diadora
- Perusahaan Crocs
 Firma Non Dagang.
Firma Non-Dagan didirikan untuk menjalankan usaha di industri jasa.
Kegiatannya adalah menjual produk jasa. Beberapa contoh firma Non-dagang
diantaranya:
- Firma Hukum (konsultan hukum, kantor pengacara, dan lain-lain)
- Firma Akuntansi (kantor akuntan publik)
- Konsultan Bisnis
- Dan lain-lain
 Firma Umum (General Partnership).
Firma umum adalah firma dimana para anggotanya memiliki kekuasaan yang tak
terbatas. Para anggota firma umum memiliki tanggungjawab atas berjalannya
operasional perusahaan, baik itu kewajiban hutang dan piutang.
 Firma Terbatas ( Limited Partnership).
Limited Partnership adalah firma dimana para anggotanya memiliki kekuasaan
terbatas atas perusahaan. Selain itu, tanggungjawab dan kewajiban para anggota
juga terbatas.
Beberapa contoh Firma terbatas yaitu :
- Firma Indo Eternity
- Firma Multi Marketing
- Firma Panghudi Luhur
- Firma Sumber Rezeki
2.5 Investasi Awal Persekutuan
Penyerahan modal para sekutu dalam pendirian persekutuan dilakukan dengan tiga cara
yaitu dengan uang kas, aktiva non kas dan menyerahkan neraca perusahaan perseorangan.
 Uang Kas
Penyerahan modal dalam bentuk uang kas dicatat secara langsung sebagai
investasi awal kedalam rekening modal masing – masing anggota dan tidak
membutuhkan penilaian kembali dari aktiva yang disetorkan.
Contoh 1 :
Zain dan Indra sepakat untuk mendirikan persekutuan dengan invetasi awal
berupa uang tunai, Zain sebesar Rp 50.000.000 dan Indra sebesar Rp 40.000.000
Jurnal yang dibuat :
Kas Rp 90.000.000
Modal Zain Rp 50.000.000
Modal Indra Rp 40.000.000
 Aktiva Non Kas
Jika dalam pendirian persekutuan baru terdapat sekutu yang berinvestasi dalam
bentuk aktiva non – kas, maka perlu dilakukan penilaian kembali atas aktiva non-
kas tersebut, dan pada umumnya dicatat pada nilai wajarnya pada saat investasi
dilakukan. Nilai wajar dalam akuntansi dinilai oleh pihak independen, atau
berdasarkan kesepakatan masing – masing anggota sekutu.
Contoh 2 :
Rizka dan Naura mendirikan persekutuan masing – masing menyerahkan modal
aktiva non-kas. Rizka menginvestasikan kendaraan seharga Rp 200.000.000 dan
Naura menyerahkan tanah dan bangunan dengan harga perolehan masing –
masing untuk seharga Rp 40.000.000 dan bangunan seharga Rp 60.000.000. para
sekutu setuju untuk melakukan penilaian kembali, nilai wajar bedasarkan
penilaian tim appraisal yaitu kendaraan dinilai wajar sebesar Rp 157.000.000,
tanah Rp 55.000.000 dan bangunan Rp 90.000.000.
Jurnal yang dibuat :
Kendaraan Rp 157.000.000
Tanah Rp 55.000.000
Bangunan Rp 90.000.000
Modal Rizka Rp 157.000.000
Modal Naura Rp 145.000.000
 Menyerahkan neraca perusahaan perseorangan.
Sekutu yang menyerahkan modalnya dalam bentuk neraca perusahaan
perseorangan, pada umumnya dilakukan penilain kembali dengan nilai wajar dan
disetujui oleh para sekutu.
Pencatatan atas oenyerahan neraca perusahaan ada 2 metode :
a. Persekutuan menggunakan pembukuan baru
b. Persekutuan menggunakan buku lama yaitu melanjutkan buku neraca
perusahaan perseorangan.

Kedua metode di atas akan menghasilkan laporan keuangan yang sama pada
persekutuan baru.
Contoh 3 :
Naura, Ahmad, Zaky bersepakat untuk mendirikan sebuah persekutuan dengan
nama Firma “NAZ” Tn. Zaky telah memiliki perusahaan perseorangan yang telah
bejalan, sedangkan Sdri. Naura menyerahkan uang tunai sebesar Rp 50.000.0000,
Tn. Ahmad menyerahkan bangunan seharga Rp 50.000.000, penilaian kembali
telah dilakukan dan disetujui dengan nilai wajar sebesar Rp 65.000.000.

1. Persekutuan menggunakan buku baru :


Jurnal yang dibuat :
(Mencatat investasi sekutu Naura) :
Kas Rp 50.000.000
Modal Naura Rp 50.000.000

(Mencatat investasi sekutu Ahmad) :


Bangunan Rp 65.000.000
Modal Ahmad Rp 65.000.000

(Mencatat investasi sekutu Zaky) :


Kas Rp 32.000.000
Piutang Dagang Rp 42.500.000
Persediaan BD Rp 40.000.000’
Kendaraan Rp 35.000.000
Hutang Usaha Rp 52.000.000
Penyisihan piutang tak tertagih Rp 2.125.000
Modal Tn. Zaky Rp 95.375.000
2. Persekutuan menggunakan buku lama :
Jurnal yang harus dibuat :
(Mencatat invedtasi sekutu Naura) :
Kas Rp 50.000.000
Modal Naura Rp 50.000.000
(Mencatat investasi sekutu Ahmad):
Bangunan Rp 65.000.000
Modal Ahmad Rp 65.000.000

(Mencatat investasi sekutu Zaky):


Penyisihan piutang tak tertagih Rp 875.000
Akum. Peny. Kendaraan Rp 14.000.000
Modal Tn. Zaky Rp 4.625.000

Piutang Usaha Rp 2.500.000

Persediaan BD Rp 2.000.000

Kendaraan Rp 35.000.000

2.6 Tambahan Investasi dan Pengambilan


Persekutuan memiliki akun untuk masing masing sekutu dalam pencatatan akuntaninya.
Akun sekutu tersebut adalah ebagai berikut :

a. Akun Modal :
Setiap sekutu memliki satu akun modal, yang dicatat pada sisi kredit. Namun dalam
keadaan tertentu, akun modal seorang sekutu juga dapat bersaldo debit yang disebut
juga dengan defisiensi atau defisit, hal ini terjadi karena kerugian dan penarikan
modal seorang sekutu yang melebihi dari kontribusi modal yang diberikan dan
melebihi pembagian keuntungan. Saldo pada akun modal mempelihatkan bagian aset
neto seorang sekutu dalam persekutuan.
Contoh Jurnal :
Kas Rp 20.000.000
Modal Rina Rp 20.000.000
b. Akun Prive (Penarikan) :
Untuk mengantisipasi keuntungan biasanya para sekutu melakukan penarikan aset
sepanjang tahun. Akun penarikan yang terpisah digunakan untuk mencatat penarikan
periodik dan kemudian ditutup ke akun modal sekutu pada akhir periode. Jika terjadi
penarikan non kas maka harus dinilai berdasarkan nilai pasar pada tanggal penarikan,
namun beberapa sekutu mencatat penarikan persediaan pada biaya perolehan,
sehingga hal ini menyebabkan tidak tercatatnya keuntungan atau kerugian atas
penarikan ini.
Contoh Jurnal :
Prive Rina Rp 10.000
Kas Rp 10.000
Pada akhir tahun akun ini ditutup dengan mengambil modal sekutu yang bersangkutan
dengan jurnal sebagain berikut :
Modal Rina Rp 10.000
Prive Rina Rp 10.000

c. Akun Pinjaman :
Persekutuan dapat meminta modal tambahan dengan cara pinjaman kepada seorang
ekutu, yang harus dilengkai dengan dokumen yang memadai seperti surat perjanjian
utang(promisary note). Tanpa semua sekutu menyetujui, persekutuan diwajibkn untuk
membayar bunga pinjaman kepada sekutu yang meminjamkannya. Jika dalam
perjanjian persekutuan menyatakan bahwa bunga modal haru dibayar. Utang
pinjaman dari sekutu dilaporkan dalam laporan posisi keuangan persekutuan.
Pinjaman dari sekutu merupakan transaksi yang terkait dengan para pihak yang
membutuhkan catatan kaki yang terpiah, dan harus dilaporkan sebagai pos laporan
posisi keuangan tersendiri

2.7 Kegiatan Usaha Persekutuan


A. Laporan keuangan dari persekutuan meliputi neraca, laporan rugi – laba, laporan
modal persekutuan, dan laporan arus kas.
B. Persetujuan pembagian laba dan rugi diberikan untuk pembagian keuntungan.
1. Bonus dan gaji untuk mitra dan bunga akun modal bukanlah biaya dan tidak
mempengaruhi besarnya pendapatan persekutuan.
2. Peraturan dari perjanjian persekutuan diikuti dengan patuh tanpa memperdulikan
pendapatan atau kerugian yang dialami oleh persekutuan.
3. Kerugian dibagi sama halnya dengan keuntungan apabila tidak ada perjanjian
khusus untuk kerugian.
4. Modal dipertimbangkan di dalam rugi – laba yang persrtujuannya bisa dibagi
menjadi permulaan, akhiran, atau rata – rata neraca modal. Rata – rata modal
berarti rata – rata tertimbang modal kecuali jika yang ditetapkan di dalam
persetujuan persekutuan.

2.8 Pembagian Laba Rugi Dalam Persekutuan


Cara pembagian laba rugi di dalam persekutuan adalah:
 Dibagi sama
 Denqan perbandingan atas dasar perjanpan
 Dengan perbandingan penyertaan modal
 Mula-mula ditentukan bungan modal dari masing-masing anggota, selebihnya
dibagi atas dasar perjanjian
 Mula-mula diberikan gaji sebagai pemilik dan bonus kepada anqqota yang aktif
bekerja sisanya dibaqi atas dasar perjanjian
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa Firma merupakan
sebuah bentuk badan usaha untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih
dengan memakai nama bersama atau satu nama yang digunakan bersama untuk
memperluas usahanya. Unsure-unsur yang berkaitan dengan Persekutuan Firma itu
sendiri adalah: Persekutuan Perdata (pasal 1618 BW), Menjalankan Perusahaan (pasal
16 KUHD), Dengan nama bersama atau Firma (pasal 26 KUHD) dan Tanggung jawab
sekutu bersifat pribadi untuk keseluruhan (pasal 18 KUHD). Kemudian daripada itu,
Firma sendiri memiliki beberapa kebaikan dan beberapa keburukan. Kebaikan Firma
dapat disimpulkan bahwa modalnya yang didapat dari usaha perorangan lebih besar
sehingga mempunyai kemampuan finansial yang lebih besar pula. Bahkan prosedur
pendiriannya mudah untuk dilakukan. Tetapi keburukannya yang merugikan yaitu
karena tanggung jawab nya ditanggung bersama, maka jika ada utang semua harus
ikut bertanggung jawab, bahkan mudah terjadi perselisihan akibat pemimpin lebih
dari satu orang dan jika salah satu Firmant keluar maka Firma akan dibubarkan.
Berdasarkan pengertian Firma itu sendiri, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
Persekutuan Firma itu anggotanya biasanya sudah saling mengenal dan saling
percaya, memakai nama bersama untuk membentuk usahanya, tanggung jawab dan
resikonya ditanggung bersama, setiap anggotanya punya hak untuk memimpin bahkan
membubarkan. Semua mengenai Firma itu sudah diatur dalam KUHD dalam Pasal 16
– 35. Dalam Mendirikan Persekutuan Firma harus didirikan dengan akta otentik dan
dibuat oleh/di depan Notaris. Akta pendirian tersebut harus sesuai dengan Isi ikhtisar
resmi. Kemudian Firma harus didaftarkan kepada Panitera Pengadilan Negeri dan
harus diumumkan dalam Berita Negara Rakyat Indonesia (BNRI) atau Tambahan
Berita Negara. Jika tidak, maka pendirian Firma hanya dianggap sebagai persekutuan
umum, didirikan tanpa batas, dianggap tidak ada sekutu yang dikecualikan bertindak
atas nama bahkan tiap sekutu berhak menandatangani dan berbuat perbuatan hukum
bagi persekutuannya. Hubungan Firma sendiri dengan tanggung jawabnya itu terbagi
dua, yaitu Hubungan Hukum antara sekutu Firma dan Hubungan hukum antara sekutu
Firma dengan Pihak Ketiga. Persekutuan Firma dapat bubar karena berakhirnya
jangka waktu yang telah di tetapkan dalam akta pendirian, bisa pula akibat
pengunduran diri/pemberhentian sekutu dan bisa juga karena terjadi bangkrut. Cara
pembubarannya hampir mirip dengan pendiriannya yaitu harus dengan akta otentik,
didaftarkan di ke Paniteraan Pengadilan Negri dan harus diumumkan di Tambahan
Berita Negara. Jika tidak maka pembubaran, pengunduran diri, dan perubahan
terhadap pihak ketiga tidak berlaku.
DAFTAR ISI

https://www.scribd.com/document/372230363/Tambahan-Investasi-Dan-Pengambilan

https://www.scribd.com/doc/310700333/Investasi-Awal-Pada-Persekutuan

https://id.scribd.com/document/249143780/88217667-Makalah-Firma

https://osf.io/8azvd/download/?format=pdf

Anda mungkin juga menyukai