“Hukum Perusahaan”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Ekonomi
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur dengan berkat rahmat dan karunia Allah SWT. Kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Hukum Perusahaan”.
Semuanya tidak terlepas dari pertolongan serta Rahmat Rahim-Nya, sehingga semua
kendala dan hambatan yang kami hadapi dapat terselesaikan dengan lancar. Sholawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang
senantiasa membimbing umatnya ke jalan yang benar dan diridhai-Nya.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen terutama kepada
Bapak Lian Fuad, Lc., M.A selaku dosen mata kuliah Aspek Hukum dalam Ekonomi.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam mempelajari mata
kuliah Lembaga Keuangan Syariah.
Kami menyadari dalam proses penyusunan makalah ini tidak lepas dari
hambatan dan rintangan. Kami bersedia untuk menerima kritik maupun saran atas
kesalahan dan kekurangan yang masih ada dalam penyusunan makalah ini. Terima kasih
sekali lagi untuk semua pihak dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
2.1 Pengertian Hukum Perusahaan...........................................................................5
A. Pengertian Perusahaan........................................................................................5
B. Pengertian Hukum Perusahaan...........................................................................6
C. Bentuk-Bentuk Perusahaan.................................................................................7
D. Pembagian Perusahaan atau Badan Usaha..........................................................7
E. Struktur Perusahaan............................................................................................8
F. Manfaat Perusahaan Bagi Masyarakat dalam Kehidupan Sosial Ekonomi........8
2.2 Perusahaan Dagang.............................................................................................9
2.3 Yayasan...............................................................................................................9
2.4 Firma Komanditer (CV)....................................................................................11
2.5 Perseroan (Firma) Komanditer Atas/Dengan Saham Perseroan.......................13
2.6 Perseroan Terbatas (PT)....................................................................................15
2.7 Koperasi............................................................................................................16
2.8 Badan Usaha Milik Negara (BUMN)...............................................................18
A. Pengaturan dan Definisi....................................................................................18
B. Penggolongan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).......................................19
2.9 Usaha Kecil Dan Menengah (UKM)................................................................20
BAB III............................................................................................................................22
PENUTUP.......................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan...................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perusahaan
5
5. Struktur permodalabbya dibagi menjadi modal dasar, ditempatkan , dan
disektor. Modal dasar miimal Rp. 5.000.000.00. adapun modal disetor dan
ditempatkan haris 25% dari modal dasarnya.
6. Organ perusahan terdiei dari direksi, dewan pengurus komiisaris, dan rapat
umum pemegang saham.
7. Dapat menerbitkan saham dan obligasi.
1
Tuti Rastuti, Seluk Beluk Perusahaan dan Hukum Perusahaan, Bandung: PT. Refika Aditama, 2015,
hlm. 10
6
j. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
C. Bentuk-Bentuk Perusahaan
7
E. Struktur Perusahaan
Struktur perusahaan sangat tergantung pada luas lingkup dan bidang garapnya serta
kebutuhan manajemen perusahaan yang bersangkutan.
Presiden direktur (Direktur Utama) à Direktur (pemegang prokurasi
mengurus bidang tertentu) à Manajer à Kepala Bagian (Kabag) à Staf.
Pimpinan perusahaan atau direktur dan para manajer bukanlah pengusaga untuk
menjalankan perusahaan,namun mereka bertanggung jawab atas seluruh
penggelolaan dan maju-mundurnya perusahaan. Hubungan antara pimpinan
perusahaan dan penusaha bersifat:
1) Hubungan perburuhan
2) Hubungan pemberian kuasa
8
2.2 Perusahaan Dagang
2.3 Yayasan
Yayasan diterjemahkan dari istilah dalam bahasa Belanda yaitu stichting dan dalam
bahasa Inggris yaitu foundation.2 Yayasan merupakan sebuah badan hukum yang
sifatnya sosial, bisa juga disebut nirlaba, yang mana pendiriannya sesuai dengan
peraturan perundangan yang sudah ditetapkan. Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, dijelaskan bahwa yayasan adalah
badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk
mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak
mempunyai anggota. Menurut Wirjono Projodikoro, esensi yayasan meliputi:
A. Adanya suatu harta kekayaan.
B. Harta kekayaan ini merupakan harta kekayaan tersendiri tanpa adanya yang
memilikinya melainkan dianggap sebagai milik dari yayasan
C. Atas harta kekayaan itu diberi suatu tujuan tertentu.
D. Adanya pengurus yang melaksanakan tujuan dan diadakannya harta kekayaan
itu.
2
Zainal Asikin dan L. Wira Pria Suhartana, Op. cit., hlm. 205.
9
1) Kekayaan yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang
diperoleh yayasan berdasarkan Undang-undang ini, dilarang dialihkan atau
dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah ,
maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada
Pembina, Pengurus, dan Pengawas.
2) Pengecualian atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
ditentukan dalam anggaran dasar Yayasan bahwa pengurus menerima gaji, upah,
atau honorarium, dalam hal pengurus yayasan:
- Bukan pendiri yayasan dan tidak terafiliasi dengan pendiri, pembina, dan
pengawas.
- Melaksanakan kepengurusan yayasan secara langsung dan penuh.
3) Penentuan mengenai gaji, upah, atau honorarium sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), ditetapkan oleh pembina sesuai dengan kemampuan kekayaan yayasan.
Yayasan memiliki organ yang terdiri dari pembina, pengurus, dan pengawas.
Berdasarkan penjelasan pada Bab VI Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001
tentang Yayasan, disebutkan bahwa:
Pasal 28 ayat (1): Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan
yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh undang-undang ini atau
anggaran dasar.
Pasal 28 ayat (3): Yang diangkat menjadi anggota pembina sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) adalah orang perseorangan sebagai pendiri yayasan dan/atau mereka
10
yang berdasarkan keputusan rapat anggota pembina dinilai mempunyai dedikasi
yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan.
Pasal 31 ayat (1): pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan
yayasan.
Pasal 31 ayat (2): Yang dapat diangkat menjadi pengurus adalah orang perseorangan
yang mampu melakukan perbuatan hukum.
Pasal 40 ayat (1): Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan
pengawasan serta memberi nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan
yayasan.
Pasal 40 ayat (2): Yang dapat diangkat menjadi pengawas adalah orang
perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum.
Dalam kegiatannya, yayasan tidak boleh dijadikan sebagai badan usaha. Untuk
melakukan kegiatan usaha dengan tujuan mengumpulkan kekayaan demi
terlaksananya program yayasan, maka yayasan dapat mendirikan sebuah badan
usaha yang terpisah dari yayasan itu sendiri. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3
ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, bahwa yayasan
dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan
tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu
badan usaha.
11
sifatnya pasif, pihak inilah yang memberikan investasi modal. Permodalan CV sama
seperti pemasukan persekutuan, dapat berupa uang, barang, dan keterampilan.
Sebagaimana jika CV terbentuk atas nama saham, maka modal yang digunakan
berupa saham. Persekutuan komanditer terbagi menjadi beberapa jenis menurut
H.M.N. Purwosutjipto yaitu:3
Selain ketiga jenis persekutuan komanditer di atas, ada pula beberapa bentuk
persekutuan komanditer, yaitu sebagai berikut:
3
nal Asikin, Op. cit., hlm. 56.
12
dengan Pasal 35. Firma memiliki tiga unsur mutlak yang merupakan ciri khusus
sebagai tambahan persekutuan perdata, yaitu:4
1. Menjalankan perusahaan (Pasal 16 KUHD)
2. Dengan nama bersama atau firma (Pasal 16 KUHD)
3. Tanggung jawab sekutu bersifat pribadi untuk keseluruhan (Pasal 18 KUHD).
Firma berarti persekutuan yang namanya diambil dari nama bersama para sekutu.
Penentuan nama ini bisa diambil dari nama salah seorang sekutu, misalnya; Fa
Bima, atau nama salah satu sekutu ditambah keterangan hubungan dengan sekutu
lain, contoh; Fa Fatma and Sister. Pemberian nama juga bisa melalui akronim nama
para anggota sekutu, seperti; Fa Baru (Bima, Ayu, Rasha, dan Ulfa). Selain dari
nama-nama para anggota sekutu, penamaan firma juga bisa langsung merujuk pada
bidang usaha, contohnya; Fa Udang Tambo (udang tambak jumbo).
Ketentuan mengenai tanggung jawab sekutu dalam persekutuan yaitu ada tanggung
jawab intern dan tanggung jawab ekstern.7 Tanggung jawab intern sekutu sesuai
dengan pemasukannya. Tanggung jawab ekstern para sekutu sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 18 KUH Dagang yaitu dalam perseroan firma tiap-tiap
4
Zainal Asikin dan L. Wira Pria Suhartana, Op. cit., hlm. 49
5
Tuti Rastuti, Op. cit., hlm. 27
6
Zainal Asikin, Hukum Dagang, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 52
7
Zainal Asikin dan L. Wira Pria Suhartana, Op. cit., hlm. 38.
13
persero bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk seluruhnya atas
perserikatan-perserikatan perseroannya. Dengan kata lain, tiap-tiap sekutu memiliki
tanggung jawab pada semua perikatan persekutuan walaupun sekutu lain yang
mengadakannya, termasuk perikatan yang ada sebab melawan hukum.
Persekutuan firma merupakan persekutuan perdata khusus, oleh sebab itu ketentuan
mengenai pembubaran persekutuan firma sama dengan persekutuan perdata, yang
terdapat pada Pasal 1646 sampai dengan Pasal 1652 KUH Perdata. Selain itu,
terdapat aturan khusus dalam Pasal 31 sampai dengan Pasal 35 KUH Dagang, yang
menyebutkan bahwa firma dibubarkan dengan akta relas notaris bersamaan dengan
pendaftaran pembubaran di pengadilan negeri setempat. Pasal 31 ayat (1) KUH
Dagang memberi ketentuan pembubaran terkait dengan pihak ketiga yang berbunyi,
“Pembubaran suatu persekutuan dengan firma yang terjadi sebelum waktu yang
ditentukan dalam perjanjian atau sebagai akibat pengunduran diri atau
pemberhentian, begitu juga perpanjangan waktu akibat lampaunya waktu yang
ditentukan, dan pengubahan-pengubahan dalam perjanjian semula yang penting bagi
pihak ketiga, semua itu harus dilakukan dengan akte autentik, didaftarkan dan
diumumkan dalam Tambahan Berita negara Republik Indonesia.”
8
H.M,N. Purwosutjipto, OP, cit, ...jilid II, hlm.66.
14
4. Para sekutu bersama-sama dengan suara dengan suara terbanyak dapat
menunjuk sekutu yang bukan sekutu pengurus untuk melakukan pembereesan
dan;
5. Kalau suara terbanyak tidak didapat, maka sekutu-sekutu dapat meminta bantuan
pengadilan untuk menetapkan likuidator.
Perseroan terbatas merupakan organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi
yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku
pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di
dalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin perusahaan, karena
dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan. Untuk
mendirikan PT atau persoroan terbatas dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam
jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya. Berdasarkan Pasal 1 ayat (1)
Undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas,
PT adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang No. 1 tahun 1995 serta
peraturan pelaksanaannya.
1) PT Merupakan Badan Hukum.
Dalam hukum Indonesia dikenal bentuk-bentuk usaha yang dinyatakan sebagai
Badan Hukum dan bentuk-bentuk usaha yang Bukan Badan Hukum. Bentuk
usaha yang merupakan Badan Hukum adalah: PT, Yayasan, PT (Persero),
Koperasi. Sedangkan bentuk usaha yang Bukan Badan Hukum adalah: usaha
perseorangan, Firma, Commanditaire Vennotschap (CV), Persekutuan Perdata
(Maatschap). Perbedaan yang mendasar antara bentuk usaha Badan Hukum dan
bentuk usaha Bukan Badan Hukum adalah, dalam bentuk usaha Badan Hukum
terdapat pemisahan harta kekayaan dan pemisahan tanggung jawab secara
hukum antara pemilik bentuk usaha Badan Hukum dengan Badan Hukum
tersebut sendiri. Sedangkan dalam bentuk usaha Bukan Badan Hukum secara
prinsip tidak ada pemisahan harta kekayaan dan pemisahan tanggung jawab
secara hukum antara pemilik dan bentuk usaha itu sendiri.
15
2) PT Didirikan Berdasarkan Perjanjian.
Perjanjian dibuat oleh paling sedikit 2 pihak. Oleh karena PT harus didirikan
berdasarkan perjanjian maka PT minimal harus didirikan oleh paling sedikit 2
pihak. Pasal 7 UU No.1/1995 mengatur hal tersebut:“Perseroan didirikan oleh 2
(dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia”.
3) PT Melakukan Kegiatan Usaha.
Sebagai suatu bentuk usaha, fungsi didirikannya suatu PT adalah untuk
melakukan kegiatan usaha. Dalam mendirikan PT harus dibuat Anggaran Dasar
PT yang didalamnya tertulis maksud dan tujuan PT dan kegiatan usaha yang
dilakukan oleh PT.
4) PT Memiliki Modal Dasar yang Seluruhnya Terbagi dalam Saham.
Salah satu karakteristik dari PT adalah modal yang terdapat dalam PT terbagi
atas saham. Suatu Pihak yang akan mendirikan PT harus menyisihkan sebagian
kekayaannya menjadi kekayaan/aset dari PT. Kekayaan yang disisihkan oleh
pemilik tersebut menjadi modal dari PT yang dinyatakan dalam bentuk saham
yang dikeluarkan oleh PT tersebut.
5) PT Harus Memenuhi Persyaratan yang Ditetapkan dalam UU No. 1/1995 serta
Peraturan Pelaksananya. UU No. 1/1995 sampai saat ini adalah dasar hukum
yang mengatur mengenai perseroan terbatas di Indonesia. Namun sehubungan
dengan PT harus diperhatikan pula peraturan pelaksana yang terkait dengan UU
No. 1/1995 antara lain misalnya: Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 1999 tentang
“Bentuk-bentuk Tagihan Tertentu Yang Dapat Dikompensasikan Sebagai
Setoran Saham” yang merupakan peraturan pelaksana dari Pasal 28 UU
No.1/1995.
2.7 Koperasi
16
Sejak pertama kali diperkenalkan pada masyarakat Indonesia, badan usaha koperasi
telah mampu membantu masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonominya
melalui kegiatan-kegiatan usaha koperasi. 1 International Co – operative Alliance,
Jatidiri Koperasi ICA Co-operative Identity Statement Prinsip – Prinsip Koperasi
untuk Abad ke 21, Terjemahan – Pengantar Ibnoe Soedjono Lembaga Studi
Pengembangan Perkoperasian Indonesia ,Jakarta , 2001 hal 24-47 Prinsip usaha dan
karakter koperasi yang berbeda dengan badan usaha lainnya membuat badan usaha
ini disenangi oleh masyarakat Indonesia yang melaksanakan seluruh kegiatan
perekonomiannya berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan. Sistem ekonomi
kerakyatan yang ada di Indonesia ini memang secara umum sangat cocok dengan
badan usaha yang berbentuk koperasi. Keduanya, sama-sama menganut asas
kekeluargaan dan mengedepankan prinsip gotongroyong. Dalam Pasal 9 Undang-
Undang Nomor 17 tahun 2012 menyebutkan bahwa Koperasi memperoleh status
badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh pemerintah. Sedangkan dalam
Pasal 1 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan
Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian Perubahan Anggaran Dasar Koperasi bahwa
Pengesahan akta pendirian , perubahan anggaran dasar koperasi merupakan
wewenang dan tanggung jawab Pemerintah, yang dalam pelaksanaannya
dilimpahkan kepada Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Koperasi diakui sebagai badan hukum adalah suatu badan yang ada karena hukum
dan memang diperlukan keberadaannya sehingga disebut legal entity. Sebagaimana
halnya dengan pendirian suatu badan hukum, maka pendirian suatu Koperasi tidak
dapat digolongkan pada suatu perjanjian obligatoir, tetapi merupakan tindakan
hukum berganda berdasarkan pada aturan hukumnya sendiri serta formil sifatnya.
Badan Hukum adalah organisasi atau kelompok manusia yang 5H.Budi
Untung ,op.cit, hal 31 6 Ibid, hal 31 mempunyai tujuan tertentu yang dapat
menyandang hak dan kewajiban. Badan hukum itu bertindak sebagai satu kesatuan
dalam lalu lintas lintas hokum seperti orang. Hukum menciptakan badan hukum
oleh karena pengakuan organisasi atau kelompok manusia sebagai subyek hukum.
Menurut Sudikno Mertokusumo subyek hukum adalah segala sesuatu yang dapat
memperoleh hak dan kewajiban dari hukum. Yang dapat memperoleh hak dan
kewajiban dari hukum tidak hanya manusia saja tetapi juga badan hukum.
17
Berdasarkan Pasal 3 ayat (3) jo Pasal 4 (2) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun
1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, dengan
telah disahkannya Akta Pendirian Koperasi Simpan pinjam dan Akta Pendirian
Koperasi yang membuka Unit Usaha Simpan Pinjam maka pengesahan tersebut
berlaku sebagai izin usaha. Yang dimaksud dengan pengesahan akta pendirian
Koperasi berlaku sebagai izin usaha menurut penjelasan Pasal 3 ayat (3) tersebut
adalah dengan dikeluarkannya surat keputusan pengesahan Akta Pendirian.
18
dan/atau Perum serta perseroan ter- batas lainnya. (Pasal 1 angka 10 Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003). Kekayaan negara yang dipisahkan untuk dijadi-
kan penyertaan modal pada perseroan terbatas yang bukan persero, yaitu perseroan
terbatas yang termasuk Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) atau milik asing dalam
kegiatan joint venture.
19
Dalam Pasal 1 butir 4 Undang-Undang BUMN disebut- kan: "Perusahaan
umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya
dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham yang bertujuan untuk kemanfaatan
umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan
sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prin- sip pengelolaan perusahaan."
Maksud dan Tujuan Perum :
Maksud dan tujuan didirikannya perusahaan umum (Pe- rum) dijelaskan dalam
Pasal 36 Undang-Undang BUMN, adalah penyelenggaraan usaha yang bertujuan
untuk kemanfaatan umum berupa penye- diaan barang dan/atau jasa yang
berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip
pe ngelolaan perusahaan yang sehat.
Pembahasan usaha kecil menengah masuk dalam pengelompokan jenis usaha yang
meliputi industri dan perdagangan. Pengertian tentang usaha kecil menengah
(UKM) tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan negara itu. Mengenai
pengertian usaha kecil ternyata sangat bervariasi, disatu negara dengan negara
lainnya. Dalam definisi tersebut mencakup sedikitnya dua aspek yaitu aspek
penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari jumlah
tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan. Pengertian usaha kecil menengah di
Indonesia masih beragam. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM) Usaha kecil (UK) termasuk Usaha
Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai kekayaan bersih paling banyak
Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki
penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. sementara itu, Usaha Menengah
(UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki
kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak
termasuk tanah dan bangunan. Sedangkan Menurut Badan Pusat StatistikUKM
berdasarkan kuantitas kerja, yaitu usaha kecil merupakan entitas usaha yang
memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah
merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d 99 orang. Menurut
Undang-undang Nomor 9 tahun 1995, yang dimaksud dengan usaha kecil adalah:
Usaha Kecil menurut Undang-Undang No.9 tahun 1995 adalah usaha produktif yang
20
berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak
Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.1.000.000.000,00
(satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit dari bank maksimal di
atas Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai Rp.500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
Pembiayaan Usaha-Kecil Menengah mendapat perhatian yang besar dari
pemerintah, hal ini dipicu oleh realitas dimana sebagian besar pelaku ekonomi
bergerak pada sektor usaha berskala kecil. Konsekwensi dari semangat tersebut
adalah tersedianya dukungan dari pihak pembuat kebijakan ( pemerintah) yang
sesuai dengan visi perubahan. Salah satu revisi penting adalah menyangkut
pengendalian sisem produksi yang selama ini mendudukkan rakyat dibawah kendali
sistem produksi.
Dalam ekonomi yang memihak rakyat sudah seyogyanya sistem produksi tunduk
dibawah kebutuhan rakyat. Dukungan pemerintah juga harus menyen- tuh kepada
upaya penghindaran penciptaan kebijakan-kebijakan yang diskriminatif. Strategi
pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) mengalami pasang surut yang sangat
menarik untuk ditelusuri lebih dalam, baik ditingkat wacana maupun ditingkat
empiris. Sementara itu upaya penyehatan sektor perbankan dan restrukturisasi
korporasi masih tertatih-tatih karena keputusan dan langkah kebijakan yang masih
mengalami inkonsistensi yangcukup serius. Bagi individual UKM bantuan teknis
yang meliputi pembenahan internal manajemen, visi usaha, dan pemupukkan
permodalan menjadi kata kunci untuk dapat lebih siaga mengha- dapi tantangan dan
perubahan.
Dalam usahanya mengembangkan UKM pemerintah juga menerbitkan beberapa
Peraturan Perundang-undangan serta aturan pelaksanaan sebagai pendukung bagi
terlaksananya kegiatan UKM tersebut, diantaranya :
a) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
b) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mik- ro, Kecil dan
Menengah.
c) Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil.
21
d) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 Tentang
Kemudahan, Pelindungan, Dan Pemberdayaan Koperasi Dan Usaha Mikro,
Kecil, Dan Menengah
e) Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 Tahun 2013. PelaksanaanUndang-undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
f) Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan.
g) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 Tentang Kemitraan.
h) Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 2002 Tentang Restruk- turisasi Kredit
Usaha Kecil dan Menengah.
i) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1999 Tentang
Pemberdayaan Usaha Menengah.
Hal yang diharapkan tercapai oleh undang-undang tersebut adalah masyarakat adil
dan makmur dan konsep keadilan sosial. Salah satu upaya mengentaskan dan
mengangkat usaha kecil agar dapat tumbuh dan berkembang, usaha besar dan
menengah diharapkan dapat berperan dengan melakukan alih teknologi dan
pengetahuan serta kemampuan manajerial usaha kepada usaha kecil. Mengingat
dampaknya yang demikian besar, maka kebijakan ekonomi kedepan harus didesain
pula kearah penguatan dann pengembangan wirausaha baru, khususnya dalam
bentuk UKM sehingga jumlah pengangguran dan kemiskinan bisa lebih ditekan.
Keberhasilan akan tercapai jika adanya kesesuaian antara faktor internal dan faktor
eksternal melalui penerapan yang tepat. Dalam konteks bantuan yang diberikan
merupakan faktor kunci yang menjamin tercapainya tujuan pembangunan.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
23
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Dwi Atmoko, S.H, M.H.& Jantarda Mauli Hutagalung, S.H., SPd.I, M.H.;
PENGANTAR HUKUM PERUSAHAAN;
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=
4DmdEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&ots=NQc_HJQ3G3&sig=jS_hlA6q6xfA
t9oHuBW2mf8cuIY&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
Prof. Dr.H. Zainal Asikin, S.H., SU & Dr. L.WiraPria Suhartana, S.H., M.H.;
PENGANTAR HUKUM PERUSAHAAN;
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=
KdxDDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=hukum+perusahaan&ots=waOHlDq
KcF&sig=oeWYKrY3Led5FmBkM5kWJ3vwF8&redir_esc=y#v=onepage&q=h
ukum%20perusahaan&f=false
24