Anda di halaman 1dari 17

JABATAN RANGKAP DALAM SEBUAH PERSEROAN TERBATAS

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007


TENTANG PERSEROAN TERBATAS DAN UNDANG-UNDANG NOMOR
5 TAHUN 1999 TENTANG PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Dagang

MAKALAH

Disusun Oleh :

Annisa Ramadhani NH

1173050015

Ilmu Hukum A/ Smt 4

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan penulis kemudahan sehinga dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Shalawat beserta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW
Makalah dengan judul “Jabatan Rangkap Dalam Sebuah Perseroan
Terbatas Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Persaingan Tidak
Sehat“ merupakan makalah yang dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Hukum Dagang.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis secara langsung atau tidak
langsung mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan serta do’a untuk
kesuksesan penulis.
2. Bapak Dr. H. Nandang Najmudin S.H., M. H.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna.
Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga
dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Bandung, 25 April 2019

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan Makalah ........................................................................................ 2

D. Manfaat Makalah ...................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Jabatan Rangkap ..................................................................... 3

B. Pengertian Perseroan Terbatas .................................................................. 6

BAB III PEMBAHASAN

A. Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Persaingan


Usaha Tidak Sehat Memandang Jabatan Rangkap dalam Perusahaan ..... 3
B. Akibat yang Timbul dari Jabatan Rangkap dalam sebuah Perseroan
Terbatas ..................................................................................................... 6
BAB IV SIMPULAN ............................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia bisnis dari waktu ke waktu terus menjadi bidang yang paling
banyak digeluti oleh masyarakat. Kebanyakan orang ingin mendapatkan apa
yang mereka mau, melalui bekerja, usaha atau mendirikan sebuah perusahaan
dagang dimana nantinya menghasilkan suatu barang dan dapat dipasarkan ke
khalayak luas serta dapat meraup banyak keuntungan. Tak ayal, banyak yang
berbondong-bondong ingin terjun ke dunia bisnis begitu tahu banyak sekali
jaminan sukses di dalamnya.
Meski begitu, ada pula manusia-manusia yang memiliki mindset bahwa
kedudukan tinggi dalam suatu perusahaan dapat mendatangkan untung besar
ketimbang mendirikan usaha sendiri dari nol. Alhasil, tak jarang menimbulkan
berbagai konfllik yang timbul akibat keserakahan dan keegoisan manusia
dalam hal memenuhi keinginan pribadi.
Perusahaan-perusahaan besar seperti yang biasa ditemukan di kota-kota
besar, perlu yang namanya investor, pemegang saham dan jajaran direksi untuk
memenuhi jabatan yang tersedia guna menjalankan visi dan misi dari
perusahaan itu sendiri. Namun, akibat kurangnya pengetahuan atas sebuah
aturan, terkadang, seseorang mampu menduduki sebuah jabatan dalam dua
perusahaan sekaligus. Atau, seseorang dapat menduduki dua jabatan sekaligus
dalam satu perusahaan yang sama karena sebuah alasan.
Padahal, pemerintah sudah dengan gamblang menjelaskannya dalam
Undang-Undang Persaingan Usaha Pasal 26 tentang larangan jabatan rangkap
di dalamnya. Termasuk dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas pasal 93 ayat 1 dan 2 serta pasal 110 ayat 1 dan 2
meski tidak dijelaskan secara jelas dan terkesan eksplisit. Ada hal-hal tertentu
yang menyebabkan pemerintah membatasi seseorang dalam menduduki sebuah
jabatan. Walau terkadang banyak orang yang menutup mata dan berpura-pura
tidak tahu seoal keberadaan undang-undang ini. Seolah sudah terdoktrin oleh

1
2

mindset selama jabatan itu didapat atas kemampuan diri sendiri dan pemilik
perusahaan pun tidak merasa keberatan, rangkap jabatan pun akan terjadi dan
akan menjadi suatu hal yang lumrah apabila tidak ada tindakan tegas.
Oleh karena penjabaran di atas, penulis memutuskan untuk membuat
makalah berjudul “Jabatan Rangkap dalam Sebuah Perusahaan Ditinjau dari
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Persaingan Usaha Tidak Sehat.”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang menjadi landasan dalam pembuatan
makalah ini, antara lain :
1. Bagaimana Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang
Persaingan Usaha memandang problema rangkap jabatan dalam
sebuah perusahaan?
2. Bagaimana akibat yang timbul dari jabatan rangkap dalam sebuah
Perseroan Terbatas?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pandangan Undang-undang Perseroan Terbatas dan
Undang-Undang Persaingan usaha terhadap jabatan rangkap dalam
sebuah perusahaan.
2. Untuk mengetahui akibat yang dapat ditimbulkan dari jabatan rangkap
dalam sebuah perusahaan.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan Ilmu Hukum pada umumnya dan Hukum Dagang
pada khususnya.
3

b. Dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan (literatur) di samping


literatur-literatur yang sudah ada tentang jabatan rangkap dalam
sebuah perusahaan.
2. Manfaat Praktis
a. Penulisan hukum ini diharapkan dapat membantu dan memberikan
masukan serta sumbangan pemikiran bagi para pihak yang terkait
dalam masalah yang dibahas dan berguna dalam menyelesaikannya.
b. Untuk melatih mengembangkan pola pikir yang sistematis sekaligus
untuk mengukur kemampuan penulis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Jabatan Rangkap


Menurut KBBI yang disebut dengan jabatan adalah pekerjaan (tugas)
dalam pemerintahan atau organisasi. Selain itu, jabatan juga dapat diartikan
sebagai kedudukan yang menunjukan tugas, tanggung jawab, wewenang dan
hak seorang pegawai dalam rangka suatu organisasi.
Sehingga jabatan rangkap memiliki pengertian dua atau lebih jabatan yang
dipegang oleh seseorang dalam suatu pemerintahan atau organisasi dalam
waktu yang bersamaan.

B. Perseroan Terbatas
Secara umum, kata perseroan memiliki arti perusahaan atau organisasi
usaha. Sedangkan perseroan terbatas adalah salah satu bentuk organisasi usaha
yang ada dan dikenal dalam sistem hukum dagang di Indonesia1.
Perseroan Terbatas terdiri dari dua kata, yakni Perseroan dan Terbatas.
Perseroan merujuk pada modal PT yang terdiri dari atas sero-sero atau saham-
saham. Kata terbatas menunjukan sebuah tanggung jawab pemegang saham
yang luasnya hanya terbatas pada nominal semua saham yang dimilikinya. 2
Sehingga, definisi dari Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksananya (Pasal 1
butir 1 UUPT).3
Yang dimaksud dengan perseroan terbatas menurut Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan

1
I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Edisi Revisi, Cetakan Ke 6, Kesain
Blanc, 2006,hlm. 1
2
Ridwan Khayrandi, Hukum Perseroan Terbatas, UII Press, 2014, hlm. 1
3
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perseroan Terbatas di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, 1996,
hlm. 5

4
5

yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.


Bentuk-bentuk badan usaha yang dikenal dalam sistem hukum dagang
Indonesia adalah Firma (Fa), Commoditaire Vennotschap (CV) dan Perseroan
Terbatas (PT).4

4
Ibid
BAB III

PEMBAHASAN

A. Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Persaingan


Usaha Memandang Jabatan Rangkap dalam Perusahaan
Dalam sebuah perusahaan, akan ada banyak jabatan yang dibutuhkan
untuk menjalankan roda usaha. Fenomena jabatan rangkap memang bukan hal
yang asing untuk didengar. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas, di dalamnya mengatur tentang Perseroan Terbatas dari
mulai pendirian, pendaftaran, modal, pemegang saham sampai pada wewenang
direksi dan komisaris namun tidak mengatur aturan atau memuat larangan
tentang jabatan. Undang-Undang Perseroan Terbatas hanya membahas
mengenai pengangkatan direksi dalam pasal 93 ayat 1 yang berbunyi :
”Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang
perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5
(lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah; a) dinyatakan pailit, b)
menjadi anggota direksi atau dewan komisaris yang dinyatakan bersalah
menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, atau, c) dihukum karena
melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang
berkaitan dengan sektor keuangan.”
Hal serupa juga tertulis mengenai pengangkatan dewan komisaris dalam
pasal 110 ayat 1. Namun, dalam ayat 2 masing-masing pasal, tertulis sebuah
kalimat yang berbunyi:
“Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkan
persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundang-undangan.”
Maka, tidak menutup kemungkinan bahwa UUPT juga melarang adanya
jabatan rangkap dalam sebuah perusahaan. Akan tetapi, UUPT mengembalikan
seluruh wewenang pada Perseroan Terbatas bersangkutan apabila ingin
melarang seseorang memiliki jabatan rangkap atau tidak.

6
7

Lain halnya dengan UUPT, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999


Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
dengan gamblang disebutkan dalam pasal 26 bahwa :
“Seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris dari
suatu perusahaan, pada waktu bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi
atau komisaris pada perusahaan lain, apabila perusahaan-perusahaan
tersebut: a) berada dalam pasar bersangkutan yang sama; atau, b) memiliki
kerterkaitan yang erat dalam bidang dan/atau jenis usaha; atau, c) secara
bersama dapat menguasai pangsa pasar barang dan/atau jasa tertentu, yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha
tidak sehat.”
Pasal ini memang secara tegas melarang adanya jabatan rangkap komisaris
atau direksi pada satu perusahaan di perusahaan lain apabila dalam suatu
keadaan yang telah disebutkan di atas. Terjadi tumpang tindih antara UUPT
dengan Undang-undang Persaingan Usaha dalam mengatur masalah jabatan
rangkap. UUPT meski tidak secara gamblang menyatakan sebuah larangan
adanya jabatan rangkap, akan tetapi, secara eksplisit diterangkan dalam pasal
93 ayat 2 bahwa UUPT juga menghendaki larangan jabatan rangkap apabila
sebuah perusahaan juga menghendaki adanya larangan jabatan rangkap di
dalamnya. Undang-Undang Persaingan Usaha terkesan tegas dengan
memunculkan pasal 26 tentang larangan jabatan rangkap, akan tetapi undang-
undang ini juga memberi celah bagi perusahaan untuk membolehkan adanya
jabatan rangkap diluar dari keadaan yang telah disebutkan dalam pasal 26.
Hal tersebut demikian karena UUPT hanya mengatur tentang perseroan
terbatas. Perekrutan komisaris dan direksi dikembalikan lagi pada perusahaan
itu sendiri tentang bagaimana latar belakang, pengalaman dan kredibilitas
seseorang untuk menduduki jabatan tersebut, terlepas dari apakah orang
tersebut memiliki jabatan yang sama di perusahaan lain dan nantinya justru
menjadi suatu hal yang buruk untuk perusahaan. Karena itu menjadi wewenang
perusahaan yang bersangkutan, undang-undang hanya mengatur perseroan
terbatas secara umum dan menyeluruh.
8

Sedangkan Undang-Undang Persaingan Usaha, yang juga mengatur


tentang larangan monopoli, mengatur tentang apa yang dibolehkan dan
dilarang pelaku usaha dalam menjalankan usahanya agar memperhatikan tidak
hanya kepentingan pribadi pelaku usaha itu sendiri tapi juga kepentingan
umum. Dan adanya jabatan rangkap ini adalah salah satu pemicu dari
timbulnya praktek monopoli termasuk persaingan usaha yang tidak sehat.
Karena timbulnya suatu konflik antar suatu usaha justru dimulai dari sebuah
jabatan yang terkadang orang anggap remeh.

B. Akibat yang Timbul dari Jabatan Rangkap dalam sebuah Perseroan


Terbatas
Sebuah perusahaan dapat berjalan dengan baik apabila jabatannya diisi
oleh orang-orang mumpuni dalam bidangnya masing-masing. Meski pada
akhirnya itu bukanlah suatu jaminan suksesnya sebuah perusahaan.
Dalam sebuah perseroan terbatas, ada yang disebut sebagai pendiri,
pemegang saham, direksi dan dewan komisaris. Pendiri adalah orang yang
mendirikan dan orang pertama yang wajib memiliki saham dalam perseroan
yang didirikan. Pendiri, otomatis akan menjadi pemegang saham setengah
lebih banyak dari para pemegang saham. Sedangkan direksi adalah orang yang
bertanggungjawab atas pengurusan perseroan. Dalam hal ini, pendiri boleh
menjadi direksi, boleh jika tidak sesuai dengan kemampuan. Akan tetapi,
direksi tidak boleh merangkap jabatan sebagai komisaris di perusahaan lain
pada saat yang sama. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam pasal 26 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Mengapa demikian?
Tugas dari direksi adalah menyusun rencana kerja tahunan sebelum
dimulainya tahun buku yang akan datang. Kemudian, rencana kerja tersebut
akan disampaikan kepala dewan komisaris yang nantinya harus mendapat
persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham atau biasa disingkat sebagai
RUPS. Selain membuat rencana kerja, direksi juga bertugas membuat laporan
tahunan kepada RUPS setelah ditelaah lebih dulu oleh Dewan Komisaris.
9

Dalam sebuah laporan tahunan, di dalamnya memuat :


a. Laporan keuangan
b. Laporan kegiatan Perseroan
c. Laporan Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
d. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku baru yang
mempengaruhi kegiatan usaha perseroan
e. Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh
Dewan Komisaris
f. Nama anggota direksi dan dewan komisaris
g. Gaji dan tunjangan bagi anggota direksi atau honorarium dan tunjangan
bagi anggota dewan komisaris perseroan untuk tahun yang baru
lampau.
Sedangkan yang dimaksud dewan komisaris dalam UUPT adalah Organ
Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus
sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Pada
praktiknya terhadap pengelolaan Perseroan, sebagaimana yang sudah
dijelaskan bahwa fungsi Dewan Komisaris adalah untuk mengawasi dan
memberikan nasihat pada Direksi agar perusahaan tidak melakukan perbuatan
melanggar hukum yang dapat merugikan perseroan, shareholders dan
stakeholders.5
Bukan hanya itu, komisaris juga mengawasi kebijakan-kebijakan yang
dibuat oleh direksi dalam menajalnkan sebuah perusahaan. Sehingga tugas
komisaris sering disebut sebagai business oversight karena menyangkut
pemantauan terhadap kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup,
melakukan kegiatan bisnis, tumbuh berkembang dan mampu memenangkan
persaingan dalam memperoleh pelanggan atau konsumen.
Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa tugas seorang direksi
dan komisaris saling berkaitan satu sama lain dan menjadi dasar penggerak
berjalannya sebuah perusahaan dalam melakukan kegiatan bisnis. Maka akan

5
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, 2009, hlm. 112
10

sangat berpengaruh sekali apabila salah satu dari mereka yang menduduki
jabatan direksi atau komisaris memiliki jabatan juga di perusahaan lain.
Hal tersebut tentu akan menimbulkan berbagai dampak yang antara lain
adalah sebagai berikut.
1. Terbongkarnya rahasia suatu perusahaan
Ketika seseorang menjabat menjadi seorang direksi atau komisaris,
maka orang tersebut secara tidak langsung akan tahu cara kerja dan
data privat suatu perusahaan yang sudah pasti harus dijaga
kerahasiaannya. Hal yang terjadi apabila salah satu pemilik jabatan
memiliki jabatan juga di perusahaan lain, akan menjadi kesempatan
bagi orang tersebut untuk membongkar rahasia perusahaan kepada
perusahaan lain tempatnya menjabat yang mungkin saja menjadi
rivalnya dalam berbisnis.
2. Praktik Monopoli
Yang dimaksud praktik monopoli adalah pemusatan ekonomi oleh
satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya
produksi, pemasaran atas barang atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan
kepentingan umum. Jabatan rangkap dapat memunculnya praktik
monopoli saat seseorang mengetahui kekurangan dan kelebihan teknik
pemasaran dan produksi perusahaan tempatnya menjabat untuk
kemudiam kekurangan tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan rival
tempatnya bekerja pula untuk mendominasi pasar yang tentu saja
dengan cara yang tidak benar.
3. Persaingan Usaha yang tidak sehat
Saat jabatan rangkap terjadi dalam sebuah perusahaan, tidak menutup
kemungkinan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain akan
saling menjatuhkan satu sama lain setelah mengetahui hal-hal privat
dalam perusahaan. Dunia bisnis memang tak selalu mulus ketika
diseberang sana ada perusahaan rival yang juga sedang mengincar
pasar yang sama. Maka dari itu, perlunya teknik pengelolaan dan
pengurusan perusahaan yang baik dan benar sesuai dengan aturan
11

layak untuk diimplementasikan agar roda bisnis tetap berjalan


sebagaimana mestinya.
BAB III
SIMPULAN

Perseroan terbatas adalah sebuah badan usaha yang berbadan hukum dan
diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas. Perseroan terbatas didirikan oleh dua orang atau lebih pendiri dimana
masing-masing pendiri wajib memiliki saham pada perusahaan yang
didirikannya. Selain itu, dalam perseroan terbatas juga terdapat dewan direksi,
dewan komisaris dan pemegang saham. Ketiganya memiliki peran dan andil
cukup besar dalam rapat umum pemegang saham atau biasa disingkat sebagai
RUPS. Setiap jabatan memiliki tugas pokok dan wewenang yang saling
berkaitan satu sama lain dalam menjalankan roda bisnis perusahaan.
Maka dari itu, adanya jabatan rangkap akan menjadi suatu batu sandungan
dan tidak menutup kemungkinan menjadi boomerang bagi perusahaan itu
sendiri runtuh karena persaingan usaha yang tidak sehat. Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Monopoli dan Persaingan Usaha tidak
sehat telah mengatur larangan tentang adanya jabatan rangkap dalam pasal 26.
Dalam keadaan tertentu, seseorang dilarang menduduki jabatan sebagai
komisaris dan/atau direksi di perusahaan lain pada waktu yang sama. Meski
demikian, jabatan rangkap masih boleh dilakukan diluar dari tiga keadaan yang
telah disebutkan. Undang-Undang Perseroan Terbatas sendiri memang tidak
mengatur secara rinci mengenai larangan adanya jabatan rangkap. Akan tetapi,
tidak menutup kemungkinan UUPT juga melarang adanya jabatan rangkap
sebagaimana yang tertera dalam pasal 93 ayat 2 dan pasal 110 ayat 2.
Akibat yang timbul dari adanya jabatan rangkap antara lain :
1. Terbongkarnya rahasia suatu perusahaan
Ketika seseorang menjabat menjadi seorang direksi atau komisaris,
maka orang tersebut secara tidak langsung akan tahu cara kerja dan data
privat suatu perusahaan yang sudah pasti harus dijaga kerahasiaannya.
Hal yang terjadi apabila salah satu pemilik jabatan memiliki jabatan
juga di perusahaan lain, akan menjadi kesempatan bagi orang tersebut
untuk membongkar rahasia perusahaan kepada perusahaan lain

12
13

tempatnya menjabat yang mungkin saja menjadi rivalnya dalam


berbisnis.
2. Praktek Monopoli
Yang dimaksud praktek monopoli adalah pemusatan ekonomi oleh satu
atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi,
pemasaran atas barang atau jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
Jabatan rangkap dapat memunculnya praktek monopoli saat seseorang
mengetahui kekurangan dan kelebihan teknik pemasaran dan produksi
perusahaan tempatnya menjabat untuk kemudiam kekurangan tersebut
dimanfaatkan oleh perusahaan rival tempatnya bekerja pula untuk
mendominasi pasar yang tentu saja dengan cara yang tidak benar.
3. Persaingan Usaha yang Tidak Sehat
Saat jabatan rangkap terjadi dalam sebuah perusahaan, tidak menutup
kemungkinan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain akan
saling menjatuhkan setelah mengetahui hal-hal privat dalam
perusahaan. Dunia bisnis memang tak selalu mulus ketika diseberang
sana ada perusahaan rival yang juga sedang mengincar pasar yang
sama. Maka dari itu, perlunya teknik pengelolaan dan pengurusan
perusahaan yang baik dan benar sesuai dengan aturan layak untuk
diimplementasikan agar roda bisnis tetap berjalan sebagaimana
mestinya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Muhammad, 1996, Hukum Perseroan Terbatas di Indonesia,


PT. Citra Aditya Bakti, Bandung
I.G. Rai Widjaya, 2006, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Edisi
Revisi, Cetakan Ke 6, Kesain Blanc, Jakarta.
M. Yahya Harahap, 2009, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika,
Jakarta.
Ridwan Khayrandi, 2014, Hukum Perseroan Terbatas, UII Press,
Yogyakarta.

Sumber lain :
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Anda mungkin juga menyukai