Puji dan syukur senantiasa penulis pengucapkan kehadirat Allah Swt.yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat presentasi mkalah yang
mengenai tentang METODE PERHITUNGAN PEMBAGIAN HARTA WARIS tepat pada
waktunya
Sholawat serta salam tidak lupa kita junjung Nabi besar Nabi Muhammad SAW yang
telah memberikan kita sehat dan bisa melaksanakan makalah dengan tepat waktu
Penulis menyadari bahwasanya makalah saya bnyak kekurngan oleh karena itu saya
minta maaf kepada kalian semuanya dan saya minta bimbingan kepada kalian agar
kedepannya bisa lebih baik daripada saya...
Penulis
Daftar Pustaka
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAAN
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hal yang melandasi penulisan makalah ini adalah untuk
memperkenalkan cara pembagian waris yang sesuai dengan syari’at islam, agar tidak ada
kekeliruan lagi dalam masyarakat khususnya dalam proses pembagian waris.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas dapat di simpulkan bahwa tujuan pembahasan adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan harta waris
2. Untuk mengetahui cara metode perhitungan harta waris.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Isabatul Furud
Isbatul furudh adalah ketentuan bagian masing – masing ahli waris yaitu sebagai berikut:
a. Menentukan siapa yang berhak menerima dari ahli waris yang ada.
b. Menentukan beberapa bagian masing – masing ahli waris dan siapa yang berhak menjadi
ashabah.
Kalau seseorang mati dengan meninggalkan beberapa ahli waris misalnya: bapak, ibu,
suami, kakek, paman, keponakan, anak laki – laki, anak perempuan, saudara sekandung dan
saudar seibu. Sebelum ditetapkan bagian harta warisan masing – masing terlebih dahulu
harus diperiksa di antara mereka siapa yang mejadi mahjud dan ashabah.[1]
Tidak mahjud
Bapak, ibu, suami.
Mahjub
Paman mahjub oleh anak laki – laki dan bapak.
Kakek mahjub oleh bapak
Keponakan mahjub oleh ank laki- laki, kakek atau paman
Saudara sekandung mahjub oleh anak laki – laki dan bapak
Saudara seibu mahjub oleh anak laki – laki, bapak datuk, anak perempuan.
Ashabah
Anak laki – laki menjadi ashabah .
Anak perempuan menjadi ashabuh bil ghairi dengan anak laki – laki.
Contoh lain, seseorang wafat dan meninggalkan istri, ibu, dua orang saudara laki-laki seibu,
dan seorang saudara laki-laki kandung. Maka pembagiannya seperti berikut: bagian istri
seperempat (1/4), ibu seperenam (1/6), dua saudara laki-laki seibu sepertiga (1/3), dan
saudara kandung laki-laki sebagai 'ashabah.
Pada contoh ini tampak ada campuran antara bagian seperempat (1/4) --yang termasuk
kelompok pertama-- dengan seperenam (1/6) dan sepertiga (1/3). Maka berdasarkan kaidah,
pokok masalahnya dari dua belas (12). Angka tersebut merupakan hasil perkalian antara
empat (yang merupakan bagian istri) dengan tiga (sebagai bagian kedua saudara laki-laki
seibu). Tabelnya tampak berikut ini:
Pokok masalah dari dua belas (12)
Istri seperempat (1/4)) 3
Ibu seperenam (1/6) 2
Dua saudara laki-laki seibu sepertiga (1/3) 4
Saudara kandung laki-laki sebagai 'ashabah (sisanya) 3
Dari seleksi yang dilakukan dapat diketahui bahwa ahli waris yang termasuk Dzawil arham
adalah :
- Cucu perempuan garis perempuan
- Anak laki-laki saudara ibu
Bagian
Ahli Waris (Bag) AM Harta Waris Rp.12.000.000 Penerimaan
“12”
Suami 1/4 x 3 3/12 x Rp. 12.000.000 Rp. 3.000.000
Anak Pr 1/2 x 6 6/12 x Rp. 12.000.000 Rp. 6.000.000
Cucu Pr 1/6 x 2 2/12 x Rp. 12.000.000 Rp. 2.000.000
Sdr Pr
(Ashobah) Sisa 1 1/12 x Rp. 12.000.000 Rp. 1.000.000
Jumlah 12 Rp. 12.000.000
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Didalam pembagian waris sering dijumapi kasus kelebihan dan kekurangan harta, apabila
diselesaikan menurut Furudh al – mukhadarah, kelebihan harta akan terjadi apabila ahli waris
sedikit dan tidak ada ahli waris.
Didalam penyelesaian kasus waris menurut hukum waris islam bukan dalam proses
penghitungan untuk menentukan bagian waris masing – masing ahli waris sebagiamana
dikatakan oleh banyak orang meliankan dalam hal
1. Menerapkan kedudukan ahli waris tertentu didalam kelompok dan golonganm.
2. Menetapkan apakah hak – waris, ahlo waris tertentu sudsh terbuka atau sebelum
DAFTAR PUSTAKA
[2] Fiqh mawaris pembagian waris berdasarkan syariat islam Prof Dr Muhammad teungku
hasbi ash- shiddieqy