Anda di halaman 1dari 9

Makalah Kelompok 1

AL- AKDARIYAH, ASYRIYAH ZAID DAN MUBAHALAH.

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh mawaris II)
Dosen Pengampu Mata Kuliah: Sri Hidayati M.Ag.

Disusun Oleh:

Alifa Fathrizqia 11190440000042

Husnul Fathariq 11190440000035

Pillaria Azzahra 11190440000031

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Masalah Akdariyah,
‘Asyriyah Zaid, dan Mubahalah. ”
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Sri
Hidayati M.Ag pada Mata Kuliah Fiqh Mawaris II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang ilmu mawaris yang terdiri dari pengertian dan bagaimana cara
menghitungnya bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Hidayati M.Ag selaku dosen mata
kuliah Fiqh Mawaris II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Ciputat , 15 Maret 2021

kelompok 1
Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................................2

PENDAHULUAN.................................................................................................4

A. Latar Belakang..................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................4

PEMBAHASAN...................................................................................................5

A. Al Akdariyah....................................................................................................5
B.’ Asyriyah Zaid..................................................................................................6
C. Mubahalah........................................................................................................7

PENUTUP.............................................................................................................8
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai kekayaan seseorang setelah ia
meninggal, mengenai bagaimana memindahkan kekayaan oarang setelah dia tidak ada atau
meninggal kepada orang yang berhak menerimanya, seperti keluarga dan masyarakat yang lebih
berhak.
Merujuk pada Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang disebarluaskan berdasarkan intruksi
Presiden Nomor 1 tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam (“Inpres
1/1991). Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah
atau hubungan perkawinn dengan pewaris, beragama islam dan tidak terhlang karena hukum
untuk menjadi ahli waris. Ahli waris dipandang beragama islam apabila diketahui dari karti
indentitas atau pengakuan atau amalan atau kesaksian, sedangkan bagi bayi yang baru lahir atau
anak yang belum dewasa, beragama menurut ayahnya atau lingkungannya.
Dalam pembagian harta warisan tidak dihitung secara bebas, akan tetapi ada beberapa
metode dan pembagian maing- masing pada setiap orangnya atau golongannya. Pembagian
harta warisan juga dibagi tergantung kondisi ahli waris.
Kita sebagai umat muslim setidaknya faham atau tau pengertian dan bagaimana harta
warisan dari seorang pewaris itu dibagikan. Agar supaya nantinya tidak ada perselisihan atau
kesalah pahaman dalam pembagian harta warisan.

2. Rumusan Masalah
1. Apa itu Al Akdariyah?
2. Apa itu ‘Asyriyah Zaid?
3. Apa itu Mubahalah?
PEMBAHASAN

1. AL-AKDARIYAH

Yang dimaksud dengan masalah al akdariyah adalah masalah pembagian harta


pusaka kepada ahli waris yang terdiri dari:

a. Suami
b. Ibu
c. Saudara kandung/saudaraseayah
d. Kakek

Contoh jikalau harta warisan yang di tingalkan itu sebanyak 216.000 dan ahli waris yang
ditingalkan seperti yang tertera diatas maka cara pembagianya sebagai berikut:1

Ahli Waris Bagian AM Harta Penerimaan


Warisan

6 Rp. 216.000

Suami 1/2 3 3/9x216.000 72.000

Ibu 1/3 2 2/9 x 216.000 48.000

Sdri knd 1/2 3 3/9 x 216.000 72.000

kakek 1/6 1 1/9 x 216.000 24.000

9 (dijadikan a.m dalam aul)

Istilah al-akdariyah muncul karena masalah ini berkaitan dengan salah seorang wanita dari
bani Akdar.

Sedangkan sebagian ulama mengatakan bahwa penyebutan masalah ini dengan istilah al-
akdariyah --yang artinya 'kotor' atau 'mengotori'-- disebabkan masalah ini cukup mengotori
mazhab Zaid bin Tsabit (sosok sahabat yang sangat dipuji Rasulullah akan kemahirannya
dalam faraid, penj.). Dia pernah menghadapi masalah waris dan memvonisnya dengan
melakukan sesuatu yang bertentangan (menyimpang) dari kaidah-kaidah faraid yang
masyhur.

1
Drs.Fatcur Rahman, ilmuwarishal, 526-527
Permasalahannya seperti berikut: bila seseorang wafat dan meninggalkan seorang suami, ibu,
kakek, dan seorang saudara kandung perempuan. Apabila berpegang pada kaidah yang telah
disepakatiseluruhfuqaha--termasukdidalamnyaZaidbinTsabitsendirimakapembagiannyaadalah
dengan menggugurkan hak saudara kandung perempuan. Sebab, suami mendapat setengah (1/2),
bagian, ibu mendapat sepertiga (1/3) bagian, dan sisanya hanya seperenam (1/6) yang tidak lain
sebagaibagiankakekyangtidakmungkindigugurkan--karenamerupakanhaknyasecarafardh.Oleh sebab
itu, sudah semestinya bagian saudara kandung perempuan digugurkan karena tidak ada sisa
hartawaris

Akan tetapi, dalam kasus ini Zaid bin Tsabit r.a. memvonis dengan menyalahi kaidah yang
ada. Dia memberi saudara kandung setengah (1/2) bagian, dan menaikkan masalahnya dari
enam (6) menjadi sembilan (9). Kemudian ia menyatukan hak saudara kandung perempuan
dengan saham kakak, dan membaginya menjadi bagian laki-laki dua kali lipat bagian wanita.
Setelah ditashih, masalahnya menjadi dua puluh tujuh (27), dan pembagiannya seperti
berikut: suami mendapat sembilan (9) bagian, ibu enam (6) bagian, kakek delapan (8)
bagian, dan saudara kandung perempuan empat (4)bagian.2

Dalam hal ini Imam Malik dan Imam Syafi'i mengikuti apa yang pernah dilakukan Zaid bin
Tsabit, sehingga menjadikannya sebagai keputusan ijtihad dalam fiqih kedua imam tersebut.

2. ASYRIYAH ZAID

Asyriyah zaid adalah salah satu dari empat masalah yang di bangsakan kepada zaid,
tiga buah masalah zaid yang lainya ialaah iszriniyah zaid,mukhtasharah zaid, tis`siniyah
zai .

Adapun yang dikatakan masalah asyriyah zaid ialah suatu masalah yang ahli warisnya
terdiri dari:

a. Kakek
b. Seorang saudarikandung
c. Seorang saudaraseayah

Yang dijadikan asal masalah dalam penyelesaiaan masalah di atas ialah jumlah kepala
mereka (adadur-ruus). Yaitu untuk kakek shahih diangap mempunyai 2 ke pala, untuk saudari
diangap mempunyai 1 kepala dan untuk saudara se ayah dianggap mempunyai 2 kepala jadi
semuanya ada 5 kepala. Disini untuk saudari kandung tetap mendapat ½ fard. Tetapi oleh
karena asal masaalah 5 itu tidak tepat di bagi dengan 2, Artinya tanpa menghindari angka

2
Amir Syarifuddin, hukumkewarisanislam., 56.
pecahan, maka asal masalah nya hendaklah di tasihkan , dengan dikalikan2,menjadi10.
Dengan demikian saham meraka masing dapat diketahui.

Untuk kakek mendapat 2/5 x 10 = 4 saham

Untuk saudara kandung mendapat ½ x 10 = 5 saham

Untuk saudara seayah mendapat = 10- 9 =1 saham,+)

MasalahyangdiatastersebutterkenaldenganASYRIYAH(sepuluhan),karena asal
masalahnya yang semula di aulkan menjadi 10 . dan di sandarkan kepada zaid ,untuk
memperingati dan menghormati ulama dan sahabat yang berinisiatif dalam menyelesaikan
masalahtersebut.3

3. MUBAHALAH

Mubahalah adalah suatu masalah yang mana ahliwarisnya terdiri dari:


*ibu
*suami
*saudara kandung atau se ayah

Apabila ahli waris terdiri dari mereka yang jumlah furudhnya menghasilkan penyelesaian
‘aul dan pecahan per 6 menjadi 8.4
Contoh Mubahalah, yaitu:

Seseorang meninggal dunia meninggalkan ahli waris; suami, ibu, dan empat saudara
perempuan kandung. Harta warisannya sebesar Rp. 16.000.000,- ,maka penyelesaiannya
sebagai berikut:

Ahli Waris Bagian AM Harta Penerimaan


Warisan

6 Rp. 16.000.000

Suami ½ 3 3/8x16.000.000 6.000.000

Ibu 1/6 1 1/8x16.000.000 2.000.000

3
Drs.Faturahman, ilmu Waris.hal, 529.
4
Amir Syarifuddin, hokum kewarisan islam, 55-56.
4 Sdr 2/3 4 4/8x16.000.000 8.000.000
Kandung

Jumlah 8 16.000.00

Masalah yang tertera diatas itu di kenal dengan laqab Mubahalah yang artinya saling
laknat melaknati,karna pernah terjadi tantangan kepada ibnu abbas r.a kepada para
penantangnya untuk diajak bermubahalah di hadapan tuhan, agar siapa yang berdusta
mendapatkan laknat,dari tuhan
Setelah ibnu abbas menyelesaikan masalah diatas sedemikian rupa ada sebagian orang yang
yang menegurmya ,katannya ``putusan tuan itu bertentangan dengan pendapat yang biasa
dilalakukan oleh kebanyakan orang “ mendengar perkataan orang tersebut maka tersingunglah
hatinya ibnu abbas,maka ibnu abbas memberikan tantangan kepada pemuda tersebut,untuk
bermuhabalah dihadapan tuhan dan siapa yang salah atau yang berdusta dilaknat tuhan.
PENUTUP

Kami selaku penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam makalah ini baik
dari ejaan tulisan, tata kalimat, tata bahasa maupun lainnya. Kami telah berusaha menjelaskan
dan menguraikan tentang masalah Al Akdariyah, ‘Asyriyah Zaid, dan Mubahalah, oleh karena
itu kami selaku penulis mengharapkan adanya wujud apresiasi pembaca dengan memberikan
koreksi dan masukan kedepannya kami selaku penulis bisa memperbaikinya.

Daftar Pustaka

Drs.Faturahman, ilmu Waris. Bandung: PT. Al Ma’arif,1971


Syarifuddin, Amir, hokum kewarisan islam, Jakarta: Kencana, 2005

Anda mungkin juga menyukai