Disusun oleh:
FAKULTAS SYARIAH
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu. Tak lupa kami ucapkan sholawat dan salam kepada junjungan nabi
besar kita Nabi Muhammad SAW, serta para keluarga dan sahabat-sahabatnya
sepanjang masa, beserta pengikut setia beliau hingga akhir zaman yang kita
nantikan syafaat-Nya di Yaumul Qiyamah.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih
Mu’malah. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Sewa Menyewa
(Ijarah)”. Kami mendapat bantuan dari berbagai pihak hingga makalah ini dapat
tersusun dengan baik. Kami juga menguraikan secara singkat agar pembaca
mampu memahami isi dari makalah ini. Dan tak lupa, kami mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Taufiq Zam Zami S. H. I. selaku dosen pengampu mata
kuliah Fiqih Mu’amalah yang telah memberi kami arahan sehingga makalah ini
dapat selesai pada waktunya.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini dikarenakan keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena
itu kami berharap pembaca dapat memberikan kritik, saran serta masukan demi
perbaikan makalah ini. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
dalam penyempurnaan makalah selanjutnya. Demikian pengantar dari penulis,
apabila terdapat kesalahan kami mohon maaf, semoga makalah ini dapat
menambah ilmu pengetahuan kita serta bermanfaat bagi para pembacanya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................3
A. Latar Belakang..........................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
PEMBAHASAAN..................................................................................................5
A. Pengertian Ijarah Menurut Bahasa dan Istilah.......................................6
BAB III.................................................................................................................28
PENUTUP............................................................................................................28
A. Kesimpulan...................................................................................................28
B. Saran..............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAAN
seperti gaji.1
ijarah, al ijarah berasal dari kata al ajru yang berarti al ‘iwadhu (ganti).
dari sebab itu ats tsawab (pahala) dinamai ajru (upah). menurut
1
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), cet.
ke- 3, edisi ke- 3, h. 1345.
2
Chairuman Pasaribu S. K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar
Grafika, 1994), cet. ke- 1, h. 56.
6
manfaat dengan jalan penggantian3 ”. Al-ijarah berasal dari kata ujrah
yang
berupa harta.”
milik atas manfaat suatu barang yang mubah untuk masa tertentu
4. Menurut Hanabilah “ijarah adalah suatu akad atas manfaat yang bisa
Ada pula yang mendefinisikan bahwa ijarah adalah akad atas manfaat
yang dibolehkan. Dan yang dimaksud dengan ji’alah adalah akad atas
425
yang berjanji akan memberikan ji’alah (upah) tertentu kepada siapa saja
7
hingga sembuh. Idris Ahmad dalam bukunya yang berjudul Fiqih Syafi’i
26
atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan
8
Pada sesuatu yang dikerjakan dalam upah mengupah, disyaratkan pada
pekerjaan yang dilakukan itu dibolehkan Islam dan aqad atau transaksinya
ketentuan tentang upah dari jasa tidak tercantum secara terperinci. Namun
seperti firman Allah SWT dalam surat al Baqarah ayat 233 yaitu:
9
Artinya :“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian.Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka
tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan
oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.”
adalah pengambilan manfaat dari orang yang dipekerjakan yaitu jasa dari
diri seorang ibu yang menghasilkan air susu lalu kewajiban ayah memberi
makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Hal itu
termakna dari satu kata yaitu al-maulud yang artinya “orang tua laki-
10
ayahnyalah ia dinasabkan dan dengan nama ayah pula disebut, Sedangkan
Serta dalam firman Allah s.w.t tentang upah jasa yaitu dalam surat
Dalam arti kata yaitu “qaa la lausyi’ta lattakhodzta ngalaiyhi ajjran” yang
artinya: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu”
Khidir agar mengambil upah dari perbuatannya itu, untuk dinafkahkan dalam
membeli makanan, minuman dan kepentingan hidup lainnya. Dalam hal ini
Khidir mendapatkan upah yang dari jasa yang dia lakukan setelah dia
menegakkan dinding itu yang terlihat dari arti kata yaitu: “fawa jadaa fihaa
keduanya mendapatkan didalam negeri itu sebuah dinding yang miring dan
itu kembali tegak lurus.Maka hal ini menjadi salah satu mu’jizatnya. Dalam
37
11
Artinya :“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami
telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka
atas
kalian bisa saling mempergunakan satu sama lain dalam hal pekerjaan
atau yang lain, karena diantara kalian saling membutuhkan satu sama
lain”.
sesuatu itu dengan cara melakukan transaksi, salah satunya dengan akad ijarah
atau sewa-menyewa. 39
12
Artinya :“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat
tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan
mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri
yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka
nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan
(anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala
sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan
lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.”
40
Artinya bermusyawarahlah kalian wahai para bapak dan para ibu dalam urusan
anak-anak, dengan apa yan lebih baik bagi anak-anak itu dalam urusan anak-
anak. Dengan apa yang lebih baik bagi anak-anak itudalam urusan kesehatan,
kesulitan dalam hal upah-dan nafkah-nafkah lainnya. Dan jangan pula para ibu
menyusahkan dan menyempitkan para bapak, karena anak-anak itu belahan hati
para orang tua. Maksudnya dalam ijarah tersebut harus ada musyawarah
41
supaya adanya kesepakatan seperti perjanjian supaya setiap pihak tidak saling
jasa bahwa:
13
Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karen
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja
(pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." Ayat ini berkisah
tentang perjalanan nabi Musa as bertemu dengan kedua putri nabi Ishaq,
nabi Musa as mampu mengangkat batu yang hanya bisa diangkat oleh
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat
kedua sifat ini yaitu keterpercayaan dan kemampuan yang terdapat pada
14
seseorang yang mengerjakan suatu perkara, Maka ia akan mendatangkan
supaya apa yang diharapkan oleh pemberi upah nantinya akan merasakan
manfaatnya.
َّ ُ قَ ْب َل َأ ْن یَ ِج، (َأ ْعطُو ا اَْأل ِجی َر َأ جْ َره: َو َسلَّ َم صلَّى هللا َعلَ ْی ِھ
ف َ
15
صلَھُ ْا
َ ٌ َو َو، ع اق َو فِ ْی ِھ ا ْنقِطَاِ اَجْ َر تَھُ ) َر َو ا هُ َع ْب ُد ا ل َّر َّز
َى َح ِذیفَة ِ لبَ ْیھَقِ ُّى ِم ْن طَ َر ی.
ِ َْق ا
Ahmad Taufiq Abdurrahman, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), cet. ke- 1, jilid 2, h.
194.
Hafizh Ibn Hajar al-As Qalani, (Semarang: PT. Karya Toha Putra), cet. ke-1, h. 460.
tersebut harus jelas dan tidak menyimpang dari rukun dan syarat
Jika manfaatnya tidak jelas maka akad itu tidak sah. berikut adalah 47
kaidah fiqhnya:
َ َم ْف
سدَة اَلتَّ َوصُّ ل بِ َماھُ َو َمصْ لَ َحةٌ اِلَى
16
mengandung semula yang pekerjaan suatu Melaksanakan
“:Artinya
َ ْال َم
ْصالِح ِ َد ْف ُع ْال َمفَا ِس ِد ُمقَد ٌم َعلَى َج ْل
ب
kemaslahatan.” 49
transaksi, yang dilihat adalah akad yang disepakati oleh orang yang
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja
47
48
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007),
cet. ke- 3, h. 132.
49
Ibid, h. 134.
17
Artinya: “Patokan dasar dalam hal-hal yang berkaitan dengan hak Allah adalah
lafalnya.” 50
نِى ص ِد َو ْال َم َعا نِى الَ بِاْ َأل ْلفَا ِظ َو ْال َمبَا
ِ ق وْ ِد بِا ْا َمقَا
ُ اَ ْل ِع ْب َر ِة فى ْال ُع.
dianggap fasid (rusak), namun tidak ada efek hukumnya, tetapi jika
18
upah jasa pengobatan tradisional tersebut ada suatu kejanggalan dari
yaitu:
ض َر ُر یُ َزا ُل
َّ ال
50
Ibid, h. 138.
51
Ibid, h. 138.
dan qobul, yaitu pernyataan dari orang yang menyewa dan yang
manfaat
d. Manfaat, baik manfaat dari suatu barang yang disewa atau jasa
19
2. Syarat sahnya Ijarah
52
Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih Kaidah Hukum Islam Dalam
Menyelesaikan Masalah- Masalah Yang Praktis, (Jakarta: Kencana Prenada Media
group, 2006), cet. ke-3, edisi pertama, h. 67.
53
Sayid Sabiq, op.cit, h. 11
54
Ahmad Wardi Muslich, op.cit, h. 321
48
20
dapat membedakan.Jika salah seorang yang berakad itu gila
55
Ibid, h. 321.
56
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001),
21
c. Syarat sahnya ijarah
berikut:
58
Ahmad Wardi Muslich, Op.Cit, h. 322.
59
Rachmat Syafei, Op.Cit, h. 126.
60
Ahamad Wardi Muslich, Loc.Cit, h. 322.
61
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007),
cet. ke- 1, h. 232.
22
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu.” 62
sah,
rumah ini”, maka akad ijarah tidak sah, karena rumah mana
S.A.W yaitu :
62
Departemen Agama RI, Op.Cit, h. 65.
23
63
Syafii Jafri, Fiqih Muamalah, (Pekanbaru: Suska Press, 2008),
melakukan akad,
24
65
Moh. Machfuddin Aladip, Op.Cit, h. 460.
66
Rachmat Syafei, Op.Cit, h. 129
67
Ahmad Wardi Muslich, Op.Cit, h. 327.
68
Rachmat Syafei, Op.Cit, h. 131.
menjualnya.
pindah. 69
Proses penentuan upah yang islami berasal dari dua faktor yaitu
faktor objektif dan faktor subjektif. Faktor objektif adalah upah ditentukan
ada sisi kemanusiaan yang harus diperhatikan pula. Misal, tata cara
25
Rasulullah SAW bersabda: “berikanlah upah orang upahan sebelum kering
69
Ibid
yang islami dapat berasal dari dua sumber, yakni majikan dan
26
yang haram. Namun jika ia membolos bekerja tanpa alasan yang
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
28
DAFTAR PUSTAKA
29