Anda di halaman 1dari 15

NILAI-NILAI KONSTITUSI DI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Anggy Aprilya.S

Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang


Email : Anggie3046@gmail.com

Abstrak

Konstitusi adalah aturan yang memuat norma kehidupan bernegara, agar kekuasaan
dalam negara tidak disalahgunakan dan hak asasi manusia tidak dilanggar. Konstitusi bisa saja
berubah sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat, artinya konstitusi dapat berkembang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tidak berhenti.Penelitian ini menggunakan metode
studi kepustakaan (library research). Negara dan konstitusi merupakan lembaga yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. dapat ditarik kesimpulan bahwa sebuah konstitusi sangat
diperlukan konstitusi memenuhi peran penting dalam kehidupan ketatanegaraan bangsa.
Lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain adalah negara dan konstitusi. Oleh karena
itu 2 hal ini merupakan hal yang sangat penting.

1. PENDAHULUAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang diundangkan pada tahun 1945
tetap eksis dan berfungsi sebagai konstitusi tertinggi negara Indonesia. Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak dapat hanya menjadi dokumen
nasional. Karena pembukaan mengandung pernyataan yang sangat penting tentang bentuk,
cita-cita dan arah bangsa. (Mustanir n.d.)

Pada umumnya setiap negara memiliki konstitusi, karena berdirinya negara saat ini
tidak terlepas dari adanya konstitusi yang menjadi landasannya. Salah satu fungsinya
adalah membatasi kekuasaan pemerintah dan mencegah tindakan pemerintah yang
sewenang-wenang. Dengan cara ini hak-hak sipil dapat dilindungi dan didistribusikan.
(Ahmad Mustanir, Sellang, and Ali 2018)

Terdapat undang-undang di negara yang mengatur urusan internal dan eksternal,


dan hubungan eksternal dan internal pada umumnya. Maka ada istilah yang sekarang
banyak dikenal oleh orang terutama pemerintah yaitu konstitusi (Fitrah et al. 2021).
Konstitusi adalah aturan yang memuat norma kehidupan bernegara, agar kekuasaan dalam
negara tidak disalahgunakan dan hak asasi manusia tidak dilanggar. Konstitusi bisa saja
berubah sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat, artinya konstitusi dapat
berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tidak berhenti (Siriattakul,
Jermsittiparsert, and Mustanir 2019).

Konstitusi saat ini di Indonesia, UUD 1945 dilakukan empat kali amandemen. Dan
perubahan tersebut mempengaruhi struktur dan jalannya lembaga ketatanegaraan di
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itulah sebabnya konstitusi sangat penting dan
berpengaruh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, konstitusi harus
dibuat dalam kesepakatan bersama antara negara dan warga Negara (Mustanir,
Muhanniah, and Sellang 2022).

Konstitusi adalah cara untuk mendisiplinkan masyarakat dalam kehidupan


bernegara. Meskipun banyak rintangan sosial untuk mencapainya, konstitusi adalah
landasan hukum mutlak yang ada di negara ini. Undang-undang atau tata cara tidak hanya
disahkan, tetapi juga harus dilaksanakan oleh semua elemen terkait. Hukum bekerja ketika
semua orang bekerja secara aktif, bukan pasif. (Mustanir and Rusdi 2019).

Konstitusi dalam arti formal adalah dokumen resmi, berarti norma hukum yang
dapat diubah di bawah kendali ketentuan ketentuan khusus, dengan tujuannya adalah untuk
mempersulit perubahan norma-norma itu. Konstituen dalam karya materialistis terdiri dari
aturan dan peraturan yang menjadi dasar untuk menegakkan standar hukum yang berlaku
umum, khususnya pembentukan undang-undang. (Mustanir and Rusdi 2019).

Pada saat penyusunan undang-undang dasar, nilai-nilai dan norma-norma dasar


yang hidup dalam masyarakat dan dalam praktek ketatanegaraan turut mempengaruhi
redaksi teks tersebut, yaitu suasana spiritual yang membentuk latar belakang filosofis,
sosiologis, politis, dan historis. Rumusan ketentuan hukum UUD harus dipahami dengan
seksama agar dapat memahami dengan sebaik-baiknya ketentuan-ketentuan yang dimuat
dalam Pasal-pasal UUD (Akhmad, Mustanir, and Ramadhan 2006).

Konstitusi merupakan hukum paling mendasar kapasitasnya sebagai sumber


legitimasi atau otoritas dalam bentuk hukum atau perundang-undangan lain yang sesuai
dengan Prinsip hukum yang berlaku secara universal, demikian pula peraturan pada tingkat
yang lebih rendah Hukum Dasar dapat diterapkan dan ditegakkan, keputusan tidak bisa
untuk menentang hukum yang lebih tinggi (Mustainir, Barisan, and Hamid 2017).

Fungsi konstitusi adalah melindungi inti dari eksistensi negara terhadap pengaruh
berbagai dinamika perkembangan. Oleh karena itu, konstitusi yang ideal merupakan hasil
penyesuaian dan penyempurnaan untuk mengikuti segala perkembangan, terutama yang
berkaitan dengan keinginan hati nurani rakyat. Pengaturan demikian membatasi dan
mengendalikan dinamika kekuasaan dalam proses penyelenggaraan pemerintahan dan
Negara sebagaimana mestinya, apa yang dipahami konstitusionalisme dalam Negara
adalah konsep yang harus ada.Padahal, (Surya Adi Tama and Wirama 2020).

Kata "konstitusi" berarti "institusi yang ada". Apalagi berasal dari kata "coustituer"
(Perancis), yang artinya "membentuk". Jika suatu bangsa tertentu digulingkan, "konstitusi"
yang dihasilkannya akan berlaku untuk semua hukum yang mungkin merugikan bangsa
itu. (Sulaeman, Mustanir, and Muchtar 2019).

Kata "konstitusi" berarti "institusi yang ada". Apalagi berasal dari kata "coustituer"
(Perancis), yang artinya "membentuk". Jika suatu bangsa tertentu digulingkan, "konstitusi"
yang dihasilkannya akan berlaku untuk semua hukum yang mungkin merugikan bangsa
itu. Mengenai istilah konstitusi dalam arti pembentukan, berasal dari bahasa Perancis yaitu
constituer, yang berarti membentuk (Mustanir, Ali, et al. 2020).

Yang dimaksud dengan pendidikan di sini dapat dipahami dari istilah konstitusi
dalam pengertian pendidikan, dan kita melihat bahwa UUD 1945 adalah konstitusi yang
membentuk bangsa. UUD 1945 merupakan bentuk tertulis dari UUD dan menjadi dasar
hukum pembuatan peraturan dan pembuatan peraturan tersebut. (Jamal, Mustanir, and
Latif 2020).

Mengenai evaluasi implementasi konstitusional, Carl Loewenstein dalam bukunya


Reflections on the Value of Constitutions in Our Revolution berpendapat bahwa ada tiga
jenis pemerataan nilai konstitusi secara simultan. Artinya pendidikan. Yang Dipahami Di
Sini dengan Pendidikan Istilah konstitusi dalam pengertian pendidikan menunjukkan
bahwa UUD 1945 adalah konstitusi yang membentuk negara. UUD 1945 merupakan
bentuk tertulis dari UUD dan menjadi dasar hukum pembuatan peraturan dan pembuatan
peraturan tersebut. (Mustanir 2020).
2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konstitusi

Kata "konstitusi" pertama kali digunakan di Perancis dan berasal dari kata
Perancis "constituer", yang berarti "membangun". Kata "membangun" seperti yang
digunakan di sini berarti "membangun sesuatu". Negara. Dengan menggunakan
bahasa negara tertentu yang mendasari konstitusi. Ini adalah hasil dari konstitusi
yang berisi aturan di bawah setiap undang-undang yang relevan dengan negara
tertentu. Istilah itu muncul karena Prancis memproklamirkan teori ketatanegaraan
sebagai cabang ilmu dengan latar belakang fenomena sosial . (Mustanir, Abadi,
and A. 2017)

Konstitusi berasal dari bahasa Inggris constitution atau the Dutch constitution
yang berarti Undang-Undang Dasar. orang Jerman dan Belanda menggunakan kata
grondwet, yang terdiri dari suku kata grond = pondasi dan wet = hukum, keduanya
mengacu pada teks tertulis (Mustanir 2017).

Pengertian konstitusi dapat diartikan di satu sisi lebih luas dari konstitusi,
karena pengertian konstitusi meliputi konstitusi tertulis hanya dalam hal masih
terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak termasuk dalam Konstitusi. konstitusi
adalah. Keduanya sama pentingnya dengan UUD karena hanya memuat aturan
tertulis (Mustanir, Jermsittiparsert, et al. 2020).

Padap praktek ketatanegaraan Republik Indonesia, konstitusi sama dengan


Undang-Undang Dasar. Hal ini dibuktikan dengan penyebutan istilah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia (Ibrahim et al. 2020).

Konstitusi terbagi menjadi dua asas, yaitu konstitusi. Sebagai bantuan kepada
borjuis agar masyarakat memahami hak-hak, dan Konstitusi sebagai bentuk
konstitusi formal (konstitusi dapat ditulis) dan konstitusi formal konstitusi
(konstitusi dapat ditulis). pengertian material senso (konstitusi substantif) (Samad,
Mustanir, and Pratama 2019).
Konstitusi adalah hukum tertinggi bangsa dan tidak dapat ada tanpa
Konstitusi. Dengan demikian, ia duduk di puncak hierarki peraturan hukum (norma
dasar) di Segitiga, lebih dikenal sebagai teori hukum dan ketertiban bertingkat.
(Mustanir, Yasin, et al. 2018).

Konstitusi memuat aturan-aturan dan asas-asas politik dan hukum, istilah ini
secara khusus berarti penguatan konstitusi nasional sebagai asas politik dasar, asas-
asas dasar hukum adalah struktur, prosedur, kekuasaan. . dan tugas
penyelenggaraan negara pada umumnya. Konstitusi biasanya merujuk pada
penjaminan hak-hak warga negaranya (Uceng, Erfina, et al. 2019).

Konstitusi memiliki tujuan yang penting dalam negara, yaitu (Uceng, Ali, et
al. 2019) :

1. Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang-wenang artinya


tanpa membatasi kekuasaan penguasa maka konstitusi tidak akan berjalan
dengan baik dan dimungkinkan kekuasaan penguasa melebihi dan menimbulkan
kerugian yang besar bagi rakyat .
2. Perlindungan hak asasi manusia berarti bahwa setiap penguasa berhak untuk
menghormati hak asasi orang lain dan berhak mendapat perlindungan hukum
dalam menjalankan haknya.
3. Aturan administrasi pemerintahan berarti bahwa negara kita tidak dapat hidup
tanpa aturan konstitusional.

Sebagai konsekuensi logis dari fakta bahwa suatu negara tidak dapat dibentuk
tanpa konstitusi, maka konstitusi memainkan peran yang sangat penting dalam
kehidupan ketatanegaraan negara, seperti "Perjalanan cinta setia dan abadi Romeo
dan Juliet" I'm here. Demikian pula Negara dan Undang-Undang Dasar merupakan
lembaga yang tidak dapat dipisahkan. Dr. A. Hamid S. Attamimi dalam
makalahnya membahas tentang pentingnya konstitusi atau pedoman dan batasan
ketatanegaraan serta bagaimana seharusnya kekuasaan negara digunakan.
(Mustanir and Hamid 2019).

Struycken menyatakan dalam bukunya Het Staatscrecht Van Het


Koninkrijk der Nederlanden menyatakan bahwa status Undang-undang Dasar
sebagai konstitusi tertulis adalah sebagai dokumen resmi yang berisi (Sapri, S.,
Mustanir, A., Ibrahim, M., Adnan, A. A., Wirfandi 2019):Hasil politik bangsa saat
ini, Perkembangan ketatanegaraan bangsa tingkat-tingkat tertinggi, Pandangan
tokoh-tokoh bangsa yang tidak dapat disepakati, baik untuk saat ini maupun untuk
masa yang akan dating, Satu gagasan khusus yang di dalamnya pemimpin Bangsa
Perkembangan Ketatanegaraan Hendak Dipimpin.

Terlihat betapa pentingnya konstitusi bagi negara. Karena UUD merupakan


barometer kehidupan bernegara dan bermasyarakat, ide-ide dasar yang digariskan
oleh para pendirinya, memberi arah kepada generasi penerus dalam memimpin
negara. . Semua agenda penting negara ini tertulis dalam konstitusi. Jadi benar
bahwa hukum tata negara merupakan cabang utama penelitian hukum tata Negara
(Sapri, S., Mustanir, A., Ibrahim, M., Adnan, A. A., Wirfandi 2019).
Di sisi lain, keberadaan "negara" yang diisyaratkan oleh A.G.
Pringgodogdo, itu hanya benar jika Anda memenuhi unsur-unsur berikut (Irwan et
al. 2019):
1. Memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat
2. Wilayah tertentu
3. Rakyat yang hidup secara tradisional sebagai satu bangsa;
4. Pengakuan dari bangsa lain

Jika konstitusi tidak mengarah ke arah yang benar, empat pilar dasar negara
yang bersangkutan tidak cukup kuat untuk mengklaim integritas nasional.
Kebenaran dasar yang relevan adalah konstitusionalisme atau hukum. (Suharyanto
2021).

Selain itu, untuk memahami hak-hak dasar negara, perlu tidak hanya
mempelajari konstitusi dan undang-undang dasar, tetapi juga memahami deskripsi
dasar yang muncul dan mengakar dalam praktik administrasi. negara. Namun, itu
tidak diakui secara resmi atau sering disusun kembali oleh satu negara. Karena
pertimbangan-pertimbangan tersebut, “ketertiban” dapat dipandang sebagai fungsi
utama hukum. (Adam Latif, Irwan, Muhammad Rusdi, Ahmad Mustanir 2019).

Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi dilihat dari dua


prespektif (AR et al. 2021):
1. Menurut isi (naar the heuduh), konstitusi meliputi unsur-unsur dasar struktur
dan tujuan nasional (administratie).
2. Menurut bentuk (menurut Sang Pencipta), karena yang membentuk konstitusi
bukanlah orang atau lembaga. Mungkin itu bisa berupa raja, raja dengan rakyat,
badan konstituen atau lembaga diktator.

B. Nilai konstitusi
Menurut Karl Loewenstein, Suatu konstitusi tertulis (Undang-Undang Dasar)
pada suatu lingkungan nasional yang spesifik, terutama fenomena bagi warga biasa
sebagai akibatnya membawa Karl Loewenstein di 3 jenis penilaian konstitusi, yaitu
konstitusi yang memiliki Nilai Normatif, Nominal, dan Semantik. (Mustanir, Justira, et
al. 2018).
1. Nilai Normatif
Sebuah konstitusi memiliki nilai normatif jika suatu negara mentolerir pelanggaran
sipil terhadapnya, diikuti, dan ditegakkan tanpa penyimpangan sedikit pun.
Amandemen konstitusi tersebut diusulkan untuk kepentingan warga negara dan tetap
berisi arahan yang harus dilaksanakan sebagai langkah efektif, arahan atau hal-hal
yang mendesak. Ketika konstitusi dilaksanakan dengan benar, itu disebut konstitusi
normatif.
2. Nilai nominal
Ketika sebuah fenomena mencapai batas yang masuk akal, ia mengikuti nilai
nominal dari beberapa konfigurasi, dan pada batas itu, nilai nominal dari beberapa
konfigurasi digunakan. Sebuah konstitusi tertentu memiliki banyak pasal yang
hampir tidak memihak bila digunakan secara bijaksana. Selain itu, ada banyak
artikel yang sama tidak memihaknya di yurisdiksi lain. Bagian yang tidak dapat
dilengkapi dengan bahasa yang valid atau tidak aktif dapat dilengkapi dengan
koreksi, perubahan, atau penambahan. (Kholifah R and Mustanir 2019).
Akibatnya, undang-undang normatif atau yang secara inheren bermasalah
dianggap sebagai klausul saat ini, sementara jenis klausul lainnya masih
diperbolehkan dan dapat diberlakukan di manapun di negara ini, termasuk di
daerah terpencil. Karl Loewenstein menekankan bahwa nilai-nilai konstitusional
fiktif dimaksudkan ketika sebuah konstitusi tidak berlaku dan hanya disebut
dengan nama, seperti yang paling sering dibuat, yaitu dibuat dengan fenomena
yang berbeda. (Mustanir and Jusman 2016).
3. Nilai Semantik
Konstitusi dengan kekuatan hukum adalah yang dirancang dan dilaksanakan
oleh Penn, tetapi jarang memberikan kerangka (formalisasi) berdasarkan tempat
kekuasaan politik yang ada. Menurut beberapa undang-undang, maksud esensial
adalah jenis kekuatan yang harus dipertahankan agar dapat berfungsi, tetapi dalam
hal ini diungkapkan dengan menggunakan kekuatan atau kekuatan material yang
dinyatakan dengan jelas. Contoh konstitusi Republik Demokratik Weimar
(Jerman), namun sistem yang diterapkan adalah sistem THT. (Mustanir, Hamid,
and Syarifuddin 2020).

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan (library research). Penelitian


kepustakaan (library research), yaitu kegiatan membaca dan mengumpulkan buku dan
artikel serta referensi dari internet, yang berkaitan dengan topik nilai konstitusi untuk
digali secara mendalam.

4. PEMBAHASAN

Dalam perspektif kedua ini, K.C. berkaitan dengan konsep hukum tidak tertulis
ketika suatu konstitusi tertentu dibentuk oleh suatu badan tertentu yang memiliki
“otoritas hukum”, yakni suatu badan yang bertanggung jawab mengarahkan penerapan
hukum. Konstitusi Khusus. (Irwan, S.I.P. et al. 2006).

Tapi kenyataannya tidak meniadakan adanya konstitusi yang benar-benar


kosong karena tidak ada hubungan nyata antara partai yang menyusun dan menyusun
konstitusi dengan partai yang sebenarnya mengatur negara. Pemerintah. Sehingga
konstitusi hanya menjadi dokumen sejarah atau bahkan tabir (Mustanir et al. 2019).

Situasi objektif yang demikian adalah penyebab bangkitnya pemerintahan yang


seringkali diikuti dengan perubahan konstitusi negara. Seperti yang terjadi di Filipina,
Kamboja, dll. Tidaklah mengherankan jika dalam praktik ketatanegaraan negara ini
ditemukan konstitusi tertulis yang tidak sepenuhnya sahih karena salah satu dari
beberapa pasalnya dilanggar atau tidak lagi dihormati. Bisa juga karena tidak
ditegakkannya konstitusi yang ada, kepentingan golongan atau kepentingan pribadi
penguasa. Selain itu, tentunya masih banyak nilai-nilai dalam UUD yang dilaksanakan
sesuai dengan pasal-pasal yang tercantum di dalamnya (Mustanir and Abadi 2017).

Ada beberapa opsi implementasi konstitusi saat ini di negara ini, yaitu (Mustanir
and Jaya 2016):

1. Konstitusi ditegakkan menurut ketentuan-ketentuannya


2. Ada beberapa ketentuan UUD yang menurut ketentuan UUD tidak lagi dipenuhi,
meskipun secara resmi masih berlaku.
3. Konstitusi tidak dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan yang terkandung di
dalamnya, tetapi menurut kepentingan golongan atau pribadi tertentu.

Mengingat banyak kemungkinan di atas, Karl Loewenstein melakukan


penelitian dan menghasilkan tiga jenis amandemen konstitusi, seperti yang ditunjukkan
di bawah ini (Mustanir and Darmiah 2016):
1. Nilai normative
Konstitusi yang sebenarnya dibuat oleh negara juga memuat fakta-fakta yang
terinternalisasi sesuai kebutuhan dan keabsahan mutlak. Artinya, konstitusi bersih
dan ditegakkan secara konsisten. Ketika suatu negara secara resmi mengadopsi
konstitusi. Oleh karena itu, Konstitusi tidak hanya valid secara hukum, tetapi juga
realitas yang mendalam dalam arti yang paling murni. Fungsi dan kekuasaan Diet,
termasuk fungsi eksekutif, legislatif dan yudikatif, diatur dalam Konstitusi dan
memiliki kekuatan hukum.

2. Nilai nominal
Dalam konteks saat ini, menurut mereka yang terlibat, UUD tampak sehat,
tetapi terbukti tidak murni karena prinsip-prinsip dasar tertentu tidak berlaku untuk
kenyataan ini.
3. Nilai semantic
Tujuan konstitusi tetap jelas, tetapi tampaknya terbatas pada menegakkan
prinsip-prinsip yang ada dan memprakarsai tindakan politik. Peralihan dinamis
otoritas pengaturan, tujuan penting dari Konstitusi, dilayani sesuai dengan
kepentingan pemegang kekuasaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, konstitusi
hanyalah sebuah konsep dan implementasinya bergantung pada kepentingan
penguasa. Konstitusi ini hanya memiliki nilai semantik. Saat memobilisasi
kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi sebagai alat untuk menjalankan
kekuasaan politik.

Menurut Karl Löwenstein, setiap konstitusi memiliki dua aspek penting, yaitu
sifat idealnya sebagai teori (seharusnya) dan sifat aktualnya sebagai praktik (seharusnya).
Apabila rakyat memahami, mengakui, menerima dan menaati suatu konstitusi yang
mengikat, yang berlaku tidak saja secara hukum, Namun, karena orang hidup dalam
bentuk seni yang efektif dan perlu, lembaga itu dikenal sebagai konstitusi dan memiliki
standar normatif. (Mustanir and Yasin 2018).

Namun, jika UUD menolak salah satu atau semua isin, kemungkinan besar sistem
tidak akan digunakan atau penggunaannya kemungkinan besar tidak akurat. Tidak
tergolong sebagai acuan atau pedoman dalam proses mengungkapkan pemikiran
seseorang dalam pelaksanaan suatu rencana. kenegaraan, maka dapat dikatakan bahwa
UUD adalah suatu bilangan nominal. Misalnya, Konstitusi menentukan A, tetapi kisi
menunjukkan bahwa itu sebenarnya B. Bagaimana dengan Anda? sedikit di bawah nilai
nominal yang tercantum dalam UUD. Dalam praktiknya, Anda juga bisa Ada konflik
antara nilai nominal dan standar. Hanya sebagian kecil UUD yang dilaksanakan,
sementara banyak UUD lainnya yang tidak dilaksanakan, sedangkan sebagian lainnya
tidak dilaksanakan dalam praktek, sehingga dapat dikatakan hanya berlaku sebagian
secara normatif, sedangkan sebagian lainnya hanya bersifat nominal (Ahmad Mustanir1,
Kamaruddin Sellang, Akhwan Ali, Madaling 2018).

Suatu konstitusi disebut sebagai konstitusi yang memiliki nilai semantik apabila
norma-norma yang terkandung di dalamnya sah menurut hukum, tetapi sebenarnya hanya
merupakan bentuk pelaksanaan kekuasaan politik yang khas. Sehingga banyak yang
melihat konstitusi sebagai “jargon” atau slogan untuk mempertahankan kekuasaan
(Ahmad Mustanir, Herman Dema and Irwan 2018).

4. KESIMPULAN

Konstitusi adalah asas hukum fundamental dalam negara yang mengatur


hubungan antar negara, dalam hal ini pemerintah; dan warga negara, yang semuanya
terikat oleh hukum, baik konstitusi tertulis maupun tidak tertulis. Maka dari itu, sebagai
warga negara yang baik, mereka harus mematuhi konstitusi atau aturan hukum dan
mengikutinya dengan baik. Karena tujuan keadilan, kepastian, kemaslahatan, ketertiban
dan nilai-nilai ideal seperti kemerdekaan atau kebebasan dan kesejahteraan atau
kebaikan bersama hanya dapat dicapai menurut norma hukum yang ada. Demikianlah
para pendiri negara merumuskan tujuan negara.

Karl Loewenstein melakukan penelitian dan mengidentifikasi tiga jenis aturan


konstitutif nilai-nilai: nilai standar, nilai nominal, dan nilai semantik. Setiap konstitusi
memiliki dua ciri pokok, yaitu idealisasi sifat sebagai teori (seharusnya) demikian pula
sifat aktual sebagai praktik (seharusnya). Jika rakyat mengerti, mengakui, menerima,
dan membatasi untuk mengikat suatu konstitusi yang berlaku tidak Tegasnya,
bagaimanapun, juga fakta bahwa rakyat hidup dalam seni yang beraneka ragam. Ini
disebut sebagai konstitusi karena efektif dan memiliki standar normative (Cookson and
Stirk 2019).

Dari penjelasan konstitusi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebuah


konstitusi sangat diperlukan konstitusi memenuhi peran penting dalam kehidupan
ketatanegaraan bangsa. Lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain adalah
negara dan konstitusi. Oleh karena itu 2 hal ini merupakan hal yang sangat penting.
REFERENCES

Adam Latif, Irwan, Muhammad Rusdi, Ahmad Mustanir, Muh Sutrisno. 2019. “Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa Timoreng Panua Kecamatan
Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang.” Jurnal MODERAT 5(1): 5.

Ahmad Mustanir, Herman Dema, Haeruddin Syarifuddin, and Kiki Meity Sri Wulandari
Irwan. 2018. “Pengaruh Motivasi Dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan
Di Kelurahan Lalebata Kecamatan Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang.” 2(1):
27–39.

Ahmad Mustanir, Oleh, Kamaruddin Sellang, and Akhwan Ali. 2018. 2 PERANAN
APARATUR PEMERINTAH DESA DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI DESA TONRONGNGE
KECAMATAN BARANTI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG.

Ahmad Mustanir1, Kamaruddin Sellang, Akhwan Ali, Madaling, Mutmainna. 2018.


“PERANAN APARATUR PEMERINTAH DESA DAN PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DI DESA TONRONGNGE KECAMATAN BARANTI KABUPATEN SIDENRENG
RAPPANG.” 2(1): 67–84.

Akhmad, Israwaty, Ahmad Mustanir, and Muhammad Rohady Ramadhan. 2006.


“PENGARUH PEMANFAATAN TEKHNOLOGI INFORMASI DAN
PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN
KEUANGAN KABUPATEN ENREKANG.” : 89–103.

AR, Andi Asmawati, Saifullah , Ahmad Mustanir, Haeruddin Syarifuddin, Abdul Jabbar,
Akhwan Ali Kamaruddin Sellang, Muhammad Rais Rahmat Razak, Monalisa Ibrahim,
and Irwan. 2021. “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP
DISIPLIN APARATUR SIPIL NEGARA KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG.”
2(1).

Cookson, Maria Dimova, and Peter M.R. Stirk. 2019. Pelayanan Publik Di Era Tatanan
Normal Baru.

Fitrah, Nurul et al. 2021. “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pemetaan Swadaya Dengan
Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Tata Kelola Potensi Desa.” SELAPARANG
Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 5(1): 337.

Ibrahim, Monalisa, Ahmad Mustanir, A Astinah Adnan, and Nur Alizah P. 2020. “Pengaruh
Manajemen Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Terhadap Peningkatan Partisipasi
Masyarakat Di Desa Bila Riase Kecamatan Pitu Riase Kebupaten Sidenreng Rappang.”
Movere Journal 2(2): 56–62.
Irwan, Irwan et al. 2019. “Gaya Kepemimpinan, Kinerja Aparatur Sipil Negara Dan
Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Di Kecamatan Kulo Kabupaten
Sidenreng Rappang.” Jurnal Moderat 5(1): 32–43.

Irwan, S.I.P., M.A.P, M.S.I Drs. adam Latif, S.I.P., S.I Ahmad Mustanir, S.I.P., M, and
M.A.P Kamaruddin Sellang, S.A.P. 2006. “PENDEKATAN PARTISIPATIF
IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN.” ‫ممممممم ممممم مممم‬
1999(December): 1–6.

Jamal, Yenni, Ahmad Mustanir, and Adam Latif. 2020. “Penerapan Prinsip Good
Governance Terhadap Aparatur Desa Dalam Pelayanan Publik Di Desa Ciro-Ciroe
Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sidenreng Rappang.” PRAJA: Jurnal Ilmiah
Pemerintahan 8(3): 207–12.

Kholifah R, Emy, and Ahmad Mustanir. 2019. “Food Policy and Its Impact on Local Food.”
(October): 27–38.

Mustainir, Ahmad, Barisan, and Hariyanti Hamid. 2017. “Towards Open Goverment: Finding
The Whole-Goverment Approach Participatory Rural Appraisal As The Participatory
Planning Method Of Development Planning.” Iapa: 78–84.

Mustanir, Ahmad. 2017. “Deskripsi Tentang Keamanan Di Gedung Dan Jalanan Kota Kuala
Lumpur.”

———. 2019. “Kepemimpinan Lurah Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Di Kelurahan


Lautang Benteng Kabupaten Sidenreng Rappang.” Journal of Social Politics and
Governance (JSPG) 1(2): 99–118.

———. 2020. “Implementasi E Government Pemerintahan Desa Dalam Administrasi


Pelayanan Publik (Studi Kasus Web Site Desa Kanie Kecamatan Maritengngae
Kabupaten Sidenreng Rappang).” Osf.

Mustanir, Ahmad, Kittisak Jermsittiparsert, et al. 2020. “Village Head Leadership and
Bureaucratic Model Towards Good Governance in Sidenreng Rappang.”

Mustanir, Ahmad. “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA DESA DAN PARTISIPASI


MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DI DESA TETEAJI KECAMATAN
TELLU LIMPOE KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG.”

Mustanir, Ahmad, and Partisan Abadi. 2017. “Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah
Rencana Pembangunan Di Kelurahan Kanyuara Kecamatan Watang Sidenreng
Kabupaten Sidenreng Rappang.” Jurnal Politik Profetik 5(2): 247–61.

Mustanir, Ahmad, Partisan Abadi, and Nasri A. 2017. “Participation of Ethnic Community
Towani Tolotang in Deliberation of Development Plan.” 84(Iconeg 2016): 356–59.
Mustanir, Ahmad, Akhwan Ali, Akhmad Yasin, and Budiman Budiman. 2020. “Transect on
Participatory Development Planning in Sidenreng Rappang Regency.” : 250–54.

Mustanir, Ahmad, and Darmiah Darmiah. 2016. “Implementasi Kebijakan Dana Desa Dan
Partisipasi Masyarat Dalam Pembangunan Di Desa Teteaji Kecamatan Tellu Limpoe
Kabupaten Sidenreng Rappang.” Jurnal Politik Profetik 4(2): 225–38.

Mustanir, Ahmad, and Hariyanti Hamid. 2019. “Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Desa
Dalam Perencanaan Metode Partisipatif.” Jurnal MODERAT 5(3): 239–227.

Mustanir, Ahmad, Hariyanti Hamid, and Rifni Nikmat Syarifuddin. 2020. “Perencanaan
Partisipatif Pada Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Wanita Tani.” 1: 1–120.

Mustanir, Ahmad, and Irfan Jaya. 2016. “Pengaruh Kepemimpinan Dan Budaya Politik
Terhadap Perilaku Pemilih Towani Tolotang Di Kecamatan Maritengngae Kabupaten
Sidenreng Rappang.” Jurnal Politik Profetik 4(1): 84–97.

Mustanir, Ahmad, and Jusman. 2016. “Implementasi Kebijakan Dan Efektivitas Pengelolaan
Terhadap Penerimaan Retribusi Di Pasar Lancirang Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten
Sidenreng Rappang.” Jurnal Ilmiah Akmen 13(3): 542–58.

Mustanir, Ahmad, Nur Justira, Kamaruddin Sellang, and Andi Ilham Muchtar. 2018.
“Democratic Model On Decision-Making At Deliberations Of Development Planning.”
International Conference on Government Leadership and Social Science (ICOGLASS).
Demanding Governance Accountability and Promoting Democratic Leadership for
Public Welfare Achievement (April): 110 – 115.

Mustanir, Ahmad, Muhanniah Muhanniah, and Kamaruddin Sellang. 2022. “Pemberdayaan


Kelompok Wanita Tani Mekar Kelurahan Benteng Kabupaten Sidenreng Rappang.”
Seminar Nasional Paedagoria 2: 180–89.

Mustanir, Ahmad, and Muhammad Rusdi. 2019. “Participatory Rural Appraisal (PRA)
Sebagai Sarana Dakwah Muhammadiyah Pada Perencanaan Pembangunan Di
Kabupaten Sidenreng Rappang.” Prosiding Konferensi Nasional Ke-8 Asosiasi Program
Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (APPPTMA): 467–75.

Mustanir, Ahmad, and Akhmad Yasin. 2018. “Community Participation in Transect on


Development Planning.” Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Publik 8(2): 137.

Mustanir, Ahmad, Akhmad Yasin, Irwan, and Muhammad Rusdi. 2018. “Potret Irisan Bumi
Desa Tonrong Rijang Dalam Transect Pada Perencanaan Pembangunan Partisipatif.”
Jurnal Moderat 4(4): 1–14.

Samad, Zainuddin, Ahmad Mustanir, and Muh Yusuf Putra Pratama. 2019. “Partisipasi
Masyarakat Dalam Musyawarah Rencana Pembangunan Untuk Mewujudkan Good
Governance Kabupaten Enrekang.” Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan 5(4):
379–95.

Sapri, S., Mustanir, A., Ibrahim, M., Adnan, A. A., Wirfandi, W. 2019. “Peranan Camat Dan
Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Kecamatan
Enrekang Kabupaten Enrekang.” MODERAT: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan 5(2):
33–48.

Siriattakul, Parinya, Kittisak Jermsittiparsert, and Ahmad Mustanir. 2019. “What Determine
the Organizational Citizenship Behavior in Indonesian Agriculture Manufacturing
Firms?” International Journal of Psychosocial Rehabilitation 23(4): 778-`792.

Suharyanto, Hadriyanus. 2021. Pengantar Ilmu Politik : ENVIRONMENT.

Sulaeman, Zhilviana, Ahmad Mustanir, and Andi Ilham Muchtar. 2019. “Partisipasi
Masyarakat Terhadap Perwujudan Good Governance Di Desa Damai Kecamatan
Watang Sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang.” PRAJA: Jurnal Ilmiah
Pemerintahan 7(3): 88–92.

Surya Adi Tama, Putu, and Dewa Gede Wirama. 2020. “Akuntabilitas Pemerintah Desa
Dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa.” E-Jurnal Akuntansi 30(1): 73.

Uceng, Andi, Akhwan Ali, et al. 2019. “Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap
Pembangunan Sumber Daya Manusia Di Desa Cemba Kecamatan Enrekang Kabupaten
Eenrekang Dosen Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang 4).” Jurnal
MODERAT 5(2): 1–17.

Uceng, Andi, Erfina Erfina, Ahmad Mustanir, and Sukri Sukri. 2019. “Partisipasi Masyarakat
Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Desa Betao Riase Kecamatan Pitu
Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang.” MODERAT: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan
5(2): 18–32.

Anda mungkin juga menyukai