Anda di halaman 1dari 16

KONSTITUSI DALAM PRINSIP NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI

NURUL FITRAH
0910580319002
Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang
Fitrahnurul566@gmail.com

Abstrak
Tiap - tiap warga negara dan kepala negara harus tunduk pada konstitusi yang merupakan

dasar kehidupan bernegara. Lahirnya negara dan kenyamanan di dalam kehidupan

bermasyarakat untuk mewujudkan hal tersebut diselenggarakan bagaimana menentukan hak

dan kewajiban serta kewajiban anggota masyarakat. Rule of law dan pembahasan konstitusi

dalam teori demokrasi sangat erat kaitannya. Indonesia menganut konsep negara demokrasi,

artinya kekuasaan dan kedaulatan berada di genggaman rakyat. Hal ini dapat ditemukan pada

paragraf 2. Pasal 1 UUD 1945. Dikatakan bahwa kedaulatan adalah milik rakyat dan

ditangani sesuai dengan konstitusi. Hukum dibuat dan ditegakkan sesuai dengan prinsip

demokrasi. Hukum tidak dapat di ciptakan, diundangkan, di artikan dan ditegakkan dengan

pondasi atas dasar otoritas. Tetapi demokrasi harus diatur oleh hukum. Implementasi cita-cita

demokrasi membutuhkan cara-cara hukum untuk mencegah berkembangnya politik

kerakyatan yang mengancam demokrasi itu sendiri.


I. PENDAHULUAN

Kesucian UUD 1945 diubah dengan berbagai cara. Konstitusi bertujuan untuk

menjamin hak dan kewajiban rakyat, kekuasaan dan hak pemerintah (dalam arti luas), dan

kewajiban pemerintah. Gugatan perombakan UUD 1945 pada dasarnya menyerukan

reformasi kehidupan bernegara dan berbangsa. Dengan kata lain, berusaha menciptakan

“kontrak sosial” baru antara negara dan warga negara, berdasarkan tujuan bersama yang

ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar (UD). Selanjutnya, konstitusi yang diamandemen

berupaya mengubah kediktatoran menjadi demokrasi untuk menjaga keseimbangan dalam

institusinya. Oleh karena itu, amandemen UUD tidak dapat diubah ( et al. 2019).

Dasar atau konstitusi negara adalah konstitusi. Hukum dasar dapat disebut hukum

tertulis dan fundamental (BLA) atau hukum dan konvensi tidak tertulis. Penciptaan dan

pelaksanaan negara atau lembaga disebut dengan konstitusi. Aturan tidak hanya dianggap

hukum konstitusional; Dibalik itu, konstitusi dilihat sebagai kelompok pernyataan tentang

impian dan keyakinan. Untuk mencapai ketertiban sosial, kedamaian dan keadilan. politisi

dan warga negara harus menegaskan dan mengamalkan prinsip bahwa negara hukum adalah

prinsip kehidupan (S. Mustanir, Ahmad 2021). Negara di dunia sebagian besar memiliki

UUD (undang-undang dasar) atau disebut konstitusi tertulis yang secara umum mengolah

pembuatan, fungsi dan pembagian berbagai lembaga negara dan perlindungan hak asasi

manusia (Mustanir 2015).

Dorongan untuk konstitusi seperti yang didefinisikan oleh Lord Bryce adalah

keinginan warga negara ketika hak-hak itu terancam mereka dapat menjamin hak-hak mereka

sendiri dan untuk membatasi tindakan pemerintah di masa depan, kehendak gubernur /

gubernur. untuk melindungi hak, hak rakyat, untuk menciptakan tatanan konstitusional yang

awalnya kabur, berdasarkan prinsip-prinsip yang sehat, untuk mencegah pemerintah masa
depan bertindak sewenang-wenang atas apa yang mungkin dilihat oleh pemerintah negara

bagian sebelumnya (Sadapotto et al. 2022).

Konstitusi bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara serta

membangkitkan kesejahteraan dan keamanan warga negaranya. Di sini pemerintah berperan

mengatur kehidupan bernegara. Meskipun istilah “rule of law” baru familiar pada abad ke-19,

namun sejak lama konsep tersebut telah ada dan berkembang dari waktu ke waktu untuk

memenuhi kebutuhan kondisi (Samad, Mustanir, and Pratama 2019). Sejak zaman Plato

sampai sekarang, konsep “negara hukum” telah banyak mengalami perubahan yang

mendorong para filosof dan filosof membangun istilah “negara hukum” pada persoalan-

persoalan yang dibutuhkan oleh gagasan negara hukum. Aturan yang diharapkan, dilanjutkan

oleh Aristoteles, yaitu aturan yang adil yang dapat menjamin kesejahteraan publik, yang

dipaksakan bukan oleh penguasa, tetapi oleh kehendak rakyat, seperti yang dikatakan Plato

karena merupakan pemerintahan dengan pejabat terpilih, negara hukum sangat fleksibel dan

tak terpisahkan dari demokrasi, kedaulatan rakyat, dan landasan konstitusional (Mustanir and

Jaya 2016). Maka dari itu, di bawah negara hukum unsur-unsur mendasar dan esensial

meliputi aturan hukum, prinsip pemisahan kekuasaan, ketidakberpihakan dan kemandirian,

aturan rakyat, demokrasi dan aturan hukum. aturan merupakan semua contoh dari aturan

tersebut (Mustanir and Razak 2022).

Menurut Where, rule of law ini digambarkan dalam undang-undang layaknyaTransfer

of Powers Act, yang mengatur pemindahan kekuasaan, People's Representation Act, yang

secara bertahap mengumumkan pemastian hak pilih universal dari tahun 1832, Judiciary Act,

dan Legislative Act, parlementer 1911 dan 1949, mengurangi kekuasaan Majelis (Mustanir

and Abadi 2017). Konstitusi tidak dimaksudkan sebagai rangkuman peraturan hukum dan

ekstra hukum yang lengkap; Sebaliknya, itu disebut sebagai kumpulan, biasanya terdiri dari

satu naskah atau beberapa naskah yang terkait erat. UUD 1945 juga tercatat dalam naskah
formal yang ditandatangani pada 18 Agustus 1945, satu hari setelah Republik Indonesia

memproklamasikan kemerdekaannya (Uceng et al. 2019).

Demokrasi dan negara hukum merupakan dua konsep mekanisme kekuasaan dalam

pemerintahan. Kedua konsep tersebut saling mendukung sampai tidak dapat dipisahkan. Dari

penjelasan tersebut, perlu dijelaskan apa yang dimaksud dengan demokrasi dan negara

hukum serta mengapa kedua konsep tersebut berkaitan dalam perkembangannya (Latif,

Mustanir, and Irwan 2019). Berdasakan sejarah, konsep negara hukum telah berkembang

sesuai dengan perkembangan sejarah. Model negara hukum sudah ada sejak abad Yunani

kuno, ketika Plato menyusun gagasan bahwa negara harus didasarkan pada aturan yang

dibuat oleh rakyat. Ide ini berawal dari Yunani kuno ketika Plato melihat bahwa negara

negaranya dikepalai oleh sosok yang haus akan kekayaan, kekuasaan dan kehormatan. Pada

dasarnya, gagasan negara hukum sebagaimana didefinisikan oleh Plato adalah bahwa negara

harus berdasarkan keadilan dan hukum bagi warga negaranya (Mustanir 2019a).

Suatu negara adalah bentuk kehidupan dalam kelompok besar dengan banyak

anggota, sehingga harus diklasifikasikan sebagai tipe "subkelompok". Kehidupan dalam

suatu negara sebagai bentuk kehidupan berorganisasi yang memiliki kesamaan dengan bentuk

kehidupan lain seperti dusun, desa, gubuk dan lain-lain. Negara sebagai salah satu bentuk

kehidupan sosial memiliki dua jenis ciri yang tidak dimiliki oleh bentuk kehidupan sosial lain

yang tidak bernegara, yaitu (1) negara memiliki kekuasaan lebih dari bentuk kehidupan sosial

lainnya, (2) ) kedudukan negara yang lebih tinggi daripada struktur interaksi sosial lainnya

(Mustanir, Sellang, et al. 2018).

Supremasi hukum dan demokrasi adalah dua konsep mekanisme kekuasaan

pemerintahan. Kedua konsep ini saling mendukung dalam perkembangannya secara

bersamaan, bahkan bisa dikatakan saling melengkapi sedemikian rupa sehingga tidak dapat
dipecah-belah. Dalam konteks ini, demokrasi yang bukan negara hukum bukanlah demokrasi

dalam arti sebenarnya sesuai yang dinyatakan oleh Franz Magnis Suseno. Demokrasi adalah

cara paling pasti untuk tetap mengontrol supremasi hukum (Irwan, Latif, and Mustanir 2021).

Pandangan demokrasi dan negara hukum berdasarkan sejarah memiliki nilai yang

sama, yaitu lahir untuk mengontrol kesewenang-wenangan kekuasaan yang memberlakukan

sistem yang sewenang-wenangnya dan mengabaikan hak-hak rakyat (Mustanir, Justira, et al.

2018). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hubungan diantara demokrasi dan negara

hukum muncul ketika negara ingin mengikuti prinsip-prinsip demokrasi yang harus

berdasarkan hukum, atau sebaliknya, ketika negara membuat keputusan (mengeluarkan

peraturan atau instruksi) oleh penyelenggara penguasa atau penyelenggara pemerintahan

untuk mencerminkan kehendak rakyat. Oleh karena itu, perpaduan kedua konsep ini sangat

penting di era saat ini, dengan tujuan untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan,

tindakan sewenang-wenang (arbitrerness) dan pengutamaan rasa keadilan (persamaan gender)

(Mustanir Ahmad, Suharyanto 2021).

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSTITUSI NEGARA

Kata “konstitusi” berarti “pembuatan”, bermula dari pernyataan kerja “constituer”

(bahasa Prancis) yang diartikan membuat, yang di buat adalah negara, dan menurut

pengertian ini konstitusi meliputi permulaan (awal) segala aturan dan hukum yang mengatur

negara, berlaku untuk negara ( sakir Mustanir, Ahmad 2019). Konstitusi baru awalnya

mencerminkan situasi sosial-politik suatu kaum dan belum masuk akal dari sudut pandang

hukum. Jadi masih persepsi sosiologi/politik yang merupakan keputusan organisasi itu

sendiri. Misalnya, tentukan siapa yang akan menjadi ketua organisasi dan siapa yang akan

menjadi asisten (Dawabsheh, Mustanir, and Jermsittiparsert 2020).


Konstitusi sebagai definisi hukum adalah ketentuan masyarakat yang pada awalnya

adalah pemahaman politik sebagai kenyataan, kemudian menjadi rumusan normatif yang

harus diterapkan dan pelanggarannya diberi sanksi hukum (delegation of rights). Di sini kita

melihat suatu abstraksi, yaitu suatu metode yurisprudensi yang dengannya unsur-unsur

hukum diambil dari realitas sosial, yang kemudian digunakan sebagai rumusan-rumusan

hukum (Andi Asmawati AR, Haeruddin Syarifuddin, Abdul Jabbar, Kamaruddin Sellang,

Muhammad Rais Rahmat Razak, Monalisa Ibrahim 2021).

Dalam teori negara dikenal dua jenis konstitusi, yaitu konstitusi buatan dan konstitusi

murni . Gagasan atau perwujudan pandangan tentang negara bangsa disebut Konstitusi murni.

Konstitusi semacam itu tidak mensyaratkan sebuah norma tertentu sebagai landasan

pembentukannya, karena mempunyai kekuatan tersendiri yang timbul dari suatu falsafah

hidup yang timbul dari suatu gagasan atau pandangan tentang negara dari rakyat. Sebaliknya

konstitusi buatan atau konstitusi prefabrikasi adalah konstitusi yang memperoleh

kekuatannya dari hukum lain. Misalnya, konstitusi negara patungan, yang konstitusinya

hanya sekedar menjadi Normlogiek Machtloze (Jamal, Mustanir, and Latif 2020).

Secara teori, kita tahu bahwa konstitusi memiliki dua ciri: konstitusi yang fleksibel

dan konstitusi yang berstrategi rev. Sejauh mana suatu konstitusi fleksibel atau kaku adalah

apakah konstitusi dapat diamandemen atau tidak dan mudah tidaknya untuk mengikuti

tatanan tersebut (Mustanir 2015).

Suatu konstitusi yang mempertahankan kedaulatannya harus mempunyai nilai-nilai

yang secara materil sejalan dengan pandangan bangsa tentang kenegaraan, sehingga rakyat

dapat melaksanakan dan menjunjungnya dengan baik. Namun dalam praktik bernegara,

terjadi suatu konstitusi/hukum dasar tertulis hanya berlaku sebagian atau hanya untuk

kepentingan penguasa (Mustanir, Barisan, and Hamid 2017).


Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1954 (UUD

1945) yaitu Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berarti

Undang-Undang Dasar yang tertinggi, yang dijadikan rujukan dan petunjuk utama dalam

penyelenggaraan masyarakat, bangsa dan kehidupan negara. negara. Konsep kekuasaan yang

digunakan didalam UUD 1945 adalah kekuasaan rakyat dan negara hukum (Mustanir 2017).

Kedaulatan rakyat yang berarti kekuasaan tertinggi negara kesatuan Republik Indonesia

berada di genggaman rakyat merupakan dasar pembangunan kehidupan politik dengan sistem

demokrasi. Arti konstitusi dalam prosiding ketatanegaraan pada dasarnya dapat memiliki dua

pengertian: a) lebih luas dari konstitusi b) pengertian yang sama dengan konstitusi (Latif,

Mustanir, and ir 2020).

Kata konstitusi berasal dari kata Perancis "constituer", yang berarti "membentuk".

Penggunaan istilah ketatanegaraan yang dimaksud adalah pembentukan negara atau

pembangunan dan proklamasi suatu negara. Istilah konstitusi merupakan terjemahan dari

istilah Belanda “grondwet”, kata “wet” diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia hukum dan

“grond” berarti tanah/fondasi. Menurut Kay, “tujuan pembuatan konstitusi adalah untuk

menegakkan aturan-aturan tertentu yang mempengaruhi perilaku rakyat dan dengan demikian

menjaga berfungsinya pemerintahan dengan baik (Agus Hendrayady, S.Sos., M.Si. Dr.

Arman, S.Sos., M.Si. | Nugroho Djati Satmoko, S.E., M.SIE. Afriansyah, S.Psi., S.Sos., S.P.,

M.Si., M.H., M.Agr | Heriyanto, S.Sos., M.Si Chaereyranba Sholeh, S.A.P., M.A.P Dr. Iwan

Henri Kusnadi, S.Sos, M.Si H. Tamrin, 2019).

Dalam (Ahmad and Muhammad 2019) fungsi Konstitusi yang ditemukan oleh

profesor hukum tata negara Jimly Assshiddiqie, yang menjelaskan tentang sebagai berikut :

1. Tugas menentukan dan membatasi retensi organ negara

2. Pengaturan pencairan dana antar instansi pemerintah

3. Peran pengatur negara dan badan antar pemerintah warga negara


Maksud dari Pasal 1 butir (3) Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan tentang

Supremasi konstitusional. Terdapat Ketentuan yang menyatakan bahwa Indonesia adalah

negara konstitusi. Norma hukum dasar dimaksudkan untuk memperkuat supremasi hukum

dan keutamaan hukum didalam kedaulatan negara. Kekuasaan negara yang di dalamnya

rakyat berdaulat dilaksanakan sebagai hak tertinggi negara menurut ketentuan konstitusi (

sapri Mustanir, Ahmad 2019).

Kata konstitusi dapat memiliki arti yang lebih luas dari pada arti konstitusi karena

pengertian konstitusi hanya mencakup naskah-naskah tertulis dan ada juga konstitusi tak

tercatat yang tidak termasuk dalam konstitusi (Sulaeman, Mustanir, and Muchtar 2019). Para

penyusun UUD 1945 mengikuti konsep konstitusi yang lebih luas sebagai konstitusi,

sebagaimana penjelasan UUD 1945 menyatakan: “Konstitusi suatu negara hanya merupakan

bagian dari undang-undang dasar negara yang bersangkutan hukum tertulis, di mana hukum

dasar tidak tertulis berlaku berdampingan dengan konstitusi, yaitu tata cara mendasar yang

timbul dan diikuti dalam pelaksanaan penyelenggaraan negara, maupun tidak tertulis

(Mustanir, Dema, et al. 2018). Setiap konstitusi memuat ketentuan tentang hal-hal sebagai

berikut :

1) Penyelenggaraan negara, contohnya pembagian kekuasaan antara yudikatif, legislatif,

dan eksekutif; pemabagian kekuasaan antara pemerintah federal dengan pemerintah

negara bagian terdapat di dalam negara federal; dan negara bagian; tata cara

penyelesaian pelanggaran yurisdiksi otoritas negara, dan sebagainya.

2) Hak Asasi Manusia.

3) Prosedur untuk mengubah Konstitusi

4) Kadang-kadang termasuk larangan mengubah fitur tertentu dari Konstitusi. Ini akan

menghindari pengulangan perihal yang baru saja dituntaskan

5) Berisi cita-cita rakyat dan prinsip-prinsip ideologi negara.


B. NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI

Negara adalah sebuah kelompok kekuasaan yang dibentuk oleh 3 (tiga) syarat utama

yang harus dipenuhi adalah Orang, Pemerintah dan Wilayah. Tiga hal tersebut adalah kondisi

kumulatif, yaitu jika suatu unsur tidak terpenuhi maka negara dianggap dihapus atau

dihilangkan. Demokrasi mengarah ke pemerintah dari, oleh, dan bagi bangsa. Secara

sederhana, itu juga bisa dijelaskan bahwa demokrasi memiliki tujuan dan berorientasi pada

kepentingan rakyat bukan golongan dan golongan tertentu hanya. Konsep dan teori

demokrasi sejak saat itu telah diadakan dan dilaksanakan waktu Yunani Kuno. Konsep

demokrasi itu sendiri adalah wadah yang tak lepas dari negara. Demokrasi itu sendiri adalah

negara (Fitrah et al. 2021) .

Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila yang bertujuan untuk

mewujudkan bangsa yang makmur,adil dan setara, baik materiil maupun spiritual. Peran

negara Indonesia bukan hanya menjaga ketertiban umum, tetapi juga melampauinya. Negara

berkewajiban untuk berpartisipasi dalam hampir semua bidang kehidupan dan kehidupan

bermasyarakat. Model negara hukum yang diwarisi dari negara Indonesia ( Hukum Pancasila)

adalah negara kesejahteraan (Mustanir 2020a).

Prinsip negara hukum seperti ini yang sekarang diterima di sebagian besar negara di

dunia. Berdasarkan sejarah dan keefektifannya, konsep negara hukum memanifestasikan

dirinya dalam berbagai gaya seperti negara hukum eropa, negara hukum , nomokrasi Islam

dan beberapa mode lainnya seperti konsep Pancasila tentang kekuasaan negara. Konsep

negara hukumyang digalakkan oleh Friedrich Julius Stahl lahir pada abad ke-19 (Mustanir,

Ahmad, monalisa 2019).


Konsep ini mempertimbangkan komponen-komponen negara hukum sebagai berikut :

a. Perlindungan hak asasi manusia;

b. Untuk menjamin hak tersebut diperlukan pembagian dan pemisahan kekuasaan;

c. Pemerintahan didasarkan peraturan perundang-undangan; dan

d. Keadilan administrasi dalam perselisihan.

Demokrasi dalam kaitannya dengan hukum tidak bisa dipecah belah satu sama lain.

Demokrasi membutuhkan hak untuk menentukan aturan main, koridor-koridor yang harus

dipatuhi dan dilakukan bersama dalam pelaksanaannya. Demokrasi tanpa aturan perundang-

undangan dapat menyebabkan anarki dan kekacauan di negara. Demikian pula, hukum tanpa

demokrasi dapat melahirkan hukum otoriter yang tidak sesuai dengan kepentingan rakyat

(Mustanir and Jusman 2016).

Negara yang menggunakan sistem demokrasi tidak lepas dari hukum. Kebijakan

suprastruktur hubungan harmonis dan terjalin di seluruh struktur politik apabila ada koridor

atau aturan umum disepakati dan dilaksanakan bersama. Di sini peran hukum berfungsi

sebagai acuan melahirkan demokrasi meminimalkan variasi pelanggaran yang baik dari

pemerintah atau publik. Ketika pelanggaran terjadi ini memperjelas apa referensi itu

pengobatan dan penuntutan pelanggarannya adalah hukum . Karena keberadaan hukum yaitu

pada prinsipnya bekerja menciptakan tatanan sosial (Siriattakul, Jermsittiparsert, and

Mustanir 2019).

Dalam (Mustanir et al. 2020) ada beberapa prinsip yang menjelaskan prinsip negara

hukum dan prinsip demokrasi diantaranya :

1. Prinsip negara hukum

a. Asas legalitas. Kelonggaran warga negara (oleh pemerintah) dibatasi dan harus

ditetapkan berdasarkan undang-undang yang menjadi peraturan umum. Hukum


pada umumnya harus memberikan jaminan (bagi warga negara) terhadap

tindakan sewenang-wenang (pemerintah), kolusi dan segala macam tindakan

ilegal.

b. perlindungan hak asasi manusia

c. pemerintahan yang terikat oleh hukum.

d. Monopoli pemaksaan negara untuk menegakkan hukum dan ketertiban. Hukum

harus ditegakkan ketika hukum dilanggar. Negara harus menyediakan instrumen

penegakan hukum dalam lingkungan sosial. Dari sistem peradilan negara,

seseorang yang tidak mentaati hukum dapat dipaksa oleh pemerintah . Tugas

utama pemerintah adalah pengenalan hukum publik.

e. Pengawasan oleh hakim independen. Akses hukum tidak dapat ditunjukkan jika

norma hukum hanya ditegakkan oleh otoritas publik. Oleh karena itu, pengintaian

oleh hakim yang independen diperlukan di setiap negara hukum.

2. Prinsip-prinsip demokrasi

a. Perwakilan politik. Kekuasaan pemerintah tertinggi di suatu negara dan

masyarakat ditentukan oleh lembaga perwakilan yang dipilih lewat suara rakyat.

b. Akuntabilitas Politik. Badan-badan pemerintahan kurang lebih tergantung secara

politis dalam pelaksanaan tugasnya, yaitu pada lembaga perwakilan.

c. Pemberian Kewenangan. Pemusatan kekuasaan sosial dalam satu badan

pemerintahan bersifat sewenang-wenang. Oleh karena itu, kekuasaan badan-

badan publik ini harus didistribusikan di antara badan-badan yang berbeda.

d. supervisor dan counter. (Pelaksana) pemerintah perlu dikontrol.

e. Kejujuran dan keterbukaan pemerintah terhadap publik.

f. Masyarakat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan.


Hukum dan demokrasi merupakan keniscayaan bagi penyelenggaraan negara.

Demokrasi dipandang begitu dekat dengan konsep kekuasaan rakyat yang menegaskan bahwa

kekuasaaan berada di genggaman rakyat, sehingga sinergi kedua konsep tersebut adalah

membentuk pemerintahan berdasarkan kehendak bersama dan melindungi kepentingan

rakyat. umumnya menyadari (Mustanir and Abadi 2017). Mengingat semakin besarnya peran

negara, maka pemerintah sebagai penyelenggara negara diberikan kekuasaan untuk

melakukan intervensi (staatbemoeinis) dalam segala bidang kehidupan. Pada prinsipnya,

segala bentuk intervensi negara harus berdasarkan perundang-undangan sebagai pearturan

yang berlaku dengan bentuk asas legalitas yang merupakan landasan negara hukum (Ibrahim

et al. 2020).

C. METODE

Pendekatan literature review digunakan dalam penelitian ini, kegiatan yang dilakukan

ini adalah dengan cara mencari kumpulan jurnal dan buku. Kemudian mengkajinya sebagai

bahan referensi. Bahan referensi dilihat dan dijadikan landasan dalm mengambil inti materi

dari konstitusi dalam negara hukum dan demokrasi (Mustanir 2019b).

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

UUD 1945, sebagai aturan tertulis di negara Indonesia dan juga sebagai cerminan

hukum dari cita-cita bangsa Indonesia, dengan tegas menggariskan beberapa asas dasar.

Salah satu asas dasar yang diratifikasi dalam amandemen UUD 1945 adalah negara hukum,

sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 Ayat (3): “Negara Indonesia adalah negara hukum”

(Mustanir, Yasin, et al. 2018).

Demokrasi dan supremasi hukum ibarat dua bagian yang tidak dapat dipisahkan.

Demokrasi membutuhkan kerangka acuan atau aturan konstitusi dalam suatu negara agar

dapat melaksanakan demokrasi itu sendiri, supaya dapat tercipta ketertiban dan demokratisasi
dapat tercapai. Hukum itu sendiri membutuhkan demokrasi agar hukum yang ada responsif

dan berpijak pada kepentingan bangsa. Konstitusi tanpa demokrasi dapat menyebabkan

hukum otoriter (Mustanir and Darmiah 2016). Untuk mewujudkan bangsa yang sejahtera

dalam suatu konstitusi negara maka dibutuhkan negara konstitusi yang baik pula agar

memberikan hasil penegakan konstitusi yang baik. Hal ini menegaskan sebetulnya konsepsi

negara hukum Pancasila merupakan konsep negara hukum Indonesia yang khas, yang

mengutamakan penerapan dari lima sila Pancasila didalam produk hukum dan tingkat

penerapannya yang efektif di jalankan dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara

(Mustanir 2020b).

E. KESIMPULAN

Negara hukum konstitusional suatu negara memiliki ciri khas tersendiri, disesuaikan

dengan falsafah dan konsepsi hukum negara tersebut. Dengan demikian, pemisahan

kekuasaan yang konseptual, Di dalam negara inonesia sebagai negara hukum mengandung

prinsip check and balance yang menjadi mekanisme perimbangan demokrasi yang nyata

untuk saling menguasai kekuasaan negara (Akhmad, Mustanir, and Ramadhan 2018).

Demokrasi pancasila dan Supremasi hukum dalam konsepnya adalah rumusan yang tepat

untuk dijadikan cita-cita yang memungkinkan itu membutuhkan usaha sinergi pemerintah dan

rakyat, maka dari itu perlu penguatan ideologi bangsa yang bisa terintegrasi secara mendalam

di kurikulum pendidikan. Penyelenggaraan negara hukum yang bersifat demokratis berpijak

pada Pancasila (Sabir et al. 2022). Sebenarnya yang harus dibuat oleh negara yaitu

menjalankan tanggung jawab dan pesan konstitusi karena Presiden, pemerintah daerah, dan

dewan perwakilan rakyat di pusat harus dipilih yang paham dan mengerti model aturan

demokrasi Pancasila dan negara hukum . Sehingga pemimpin tidak diragukan lagi tujuannya

dalam berbangsa dan bernegara seperti yang dirumuskan didalam pembukaan UUD 1945 (S.

Mustanir, Ahmad 2021).


DAFTAR PUSTAKA

Agus Hendrayady, S.Sos., M.Si. Dr. Arman, S.Sos., M.Si. | Nugroho Djati Satmoko, S.E., M.SIE.
Afriansyah, S.Psi., S.Sos., S.P., M.Si., M.H., M.Agr | Heriyanto, S.Sos., M.Si Chaereyranba Sholeh,
S.A.P., M.A.P Dr. Iwan Henri Kusnadi, S.Sos, M.Si H. Tamrin, M.Si. 2019. “Pengantar Ilmu
Administrasi Publik.” : 9–25.
Ahmad, Mustanir, and Rusdi Muhammad. 2019. “Participatory Rural Appraisal (PRA) Sebagai Sarana
Dakwah Muhammadiyah Pada Perencanaan Pembangunan Di Kabupaten Sidenreng Rappang.”
Prosiding Konferensi Nasional Ke-8 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi
Muhammadiyah Aisyiyah (APPPTMA): 467–75.
Akhmad, Israwaty, Ahmad Mustanir, and Muhammad Rohady Ramadhan. 2018. “Enrekang.”
Pengaruh Pemanfaatan Tekhnologi Informasi Dan Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Kabupaten Enrekang: 89–103.
Andi Asmawati AR, Haeruddin Syarifuddin, Abdul Jabbar, Kamaruddin Sellang, Muhammad Rais
Rahmat Razak, Monalisa Ibrahim, Akhwan Ali. 2021. “Sipil Negara Kabupaten Sidenreng
Rappang.” Jurnal Sosial-Politika 2(1): 65–73.
Dawabsheh, Mohammad, Kittisak Mustanir, and Kittisak Jermsittiparsert. 2020. “School Facilities as
a Potential Predictor of Engineering Education Quality: Mediating Role of Teaching Proficiency
and Professional Development.” TEST Engineering & Management 82(3511): 3511–21.
Fitrah, Nurul et al. 2021. “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pemetaan Swadaya Dengan
Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Tata Kelola Potensi Desa.” SELAPARANG Jurnal
Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 5(1): 337.
Ibrahim, Monalisa, Ahmad Mustanir, A Astinah Adnan, and Nur Alizah P. 2020. “Pengaruh
Manajemen Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Terhadap Peningkatan Partisipasi Masyarakat
Di Desa Bila Riase Kecamatan Pitu Riase Kebupaten Sidenreng Rappang.” Movere Journal 2(2):
56–62.
Irwan, Irwan, Adam Latif, and Ahmad Mustanir. 2021. “Pendekatan Partisipatif Dalam Perencanaan
Pembangunan Di Kabupaten Sidenreng Rappang.” GEOGRAPHY Jurnal Kajian, Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan 9(2): 137–51.
Jamal, Yenni, Ahmad Mustanir, and Adam Latif. 2020. “Penerapan Prinsip Good Governance
Terhadap Aparatur Desa Dalam Pelayanan Publik Di Desa Ciro-Ciroe Kecamatan Watang Pulu
Kabupaten Sidenreng Rappang.” PRAJA: Jurnal Ilmiah Pemerintahan 8(3): 207–12.
Emy Kholifah R, and Ahmad Mustanir. 2019. “Food Policy and Its Impact on Local Food.” (October):
27–38.
Latif, Adam, Ahmad Mustanir, and ir. 2020. “Buku Kepemimpinan Adam Irwan 2020.Pdf.” Cv.
Penerbit Qiara Media: 154.
Latif, Adam, Ahmad Mustanir, and Irwan Irwan. 2019. “Pengaruh Kepemimpinan Terhadap
Partisipasi Masyarakat Pada Perencanaan Pembangunan.” JAKPP (Jurnal Analisis Kebijakan &
Pelayanan Publik): 144–64.
Mustanir, Ahmad, monalisa, Sadapotto. 2019. Buku Ajar Pelayanan Publik.
Mustanir, Ahmad, sakir. 2019. “Sinergi Dan Strategi.”
Mustanir, Ahmad, sapri. 2019. “Pelayanan Publik Referensi.” 4(1): 88–100.
Mustanir, Ahmad, Sofyan. 2021. “Strategi Pemberdayaan.” 4(1): 88–100.
Mustanir Ahmad, Suharyanto, Hadriyanus. 2021. Pengantar Ilmu Politik : ENVIRONMENT.
Mustanir, Ahmad. 2015. “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Bina Desa.” Osf.
———. 2017. “Pemberdayaan Badan Usaha Milik Desa Melalui Kelompok Ekonomi Kewirausahaan
Secara Partisipatif.” Osf.
Mustanir, Ahmad, Herman Dema, et al. 2018. “Pengaruh Motivasi Dan Partisipasi Masyarakat
Terhadap Pembangunan Di Kelurahan Lalebata Kecamatan Panca Rijang Kabupaten Sidenreng
Rappang.” Jurnal Ilmiah Clean Government (JCG) 2(1): 27–39.
Mustanir, Ahmad, Kamaruddin Sellang, et al. 2018. “Peranan Aparatur Pemerintah Desa Dan
Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Desa Tonrongnge
Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang.” Jurnal Ilmiah Clean Government (JCG) 2(1):
67–84.
Mustanir, Ahmad. 2019a. “Pemberdayaan Masyarakat Kewirausahaan.” Osf.
———. 2019b. “Pemberdayaan Perempuan Anggota Badan Usaha Milik Desa Dengan Pemanfaatan
Lahan Kebun Bibit Desa.” Osf.
———. 2020a. “Implementasi E Government Pemerintahan Desa Dalam Administrasi Pelayanan
Publik (Studi Kasus Web Site Desa Kanie Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng
Rappang).” Osf.
———. 2020b. “Implementasi Pendekatan.” 4(1): 88–100.
Mustanir, Ahmad, and Partisan Abadi. 2017. “Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Rencana
Pembangunan Di Kelurahan Kanyuara Kecamatan Watang Sidenreng Kabupaten Sidenreng
Rappang.” Jurnal Politik Profetik 5(2): 247–61.
Mustanir, Ahmad, Barisan, and Hariyanti Hamid. 2017. “Towards Open Goverment: Finding The
Whole-Goverment Approach Participatory Rural Appraisal As The Participatory Planning
Method Of Development Planning.” Iapa: 78–84.
Mustanir, Ahmad, and Darmiah Darmiah. 2016. “Implementasi Kebijakan Dana Desa Dan Partisipasi
Masyarat Dalam Pembangunan Di Desa Teteaji Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng
Rappang.” Jurnal Politik Profetik 4(2): 225–38.
Mustanir, Ahmad, Monalisa Ibrahim, Muhammad Rusdi, and Madeali Jabbareng. 2020.
“Pembangunan Partisipatif Dan Pemberdayaan Masyarakat.” (July): 111.
Mustanir, Ahmad, and Irfan Jaya. 2016. “Pengaruh Kepemimpinan Dan Budaya Politik Terhadap
Perilaku Pemilih Towani Tolotang Di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang.”
Jurnal Politik Profetik 4(1): 84–97.
Mustanir, Ahmad, and Jusman. 2016. “Implementasi Kebijakan Dan Efektivitas Pengelolaan
Terhadap Penerimaan Retribusi Di Pasar Lancirang Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidenreng
Rappang.” Jurnal Ilmiah Akmen 13(3): 542–58.
Mustanir, Ahmad, Nur Justira, Kamaruddin Sellang, and Andi Ilham Muchtar. 2018. “Democratic
Model On Decision-Making At Deliberations Of Development Planning.” International
Conference on Government Leadership and Social Science (ICOGLASS). Demanding Governance
Accountability and Promoting Democratic Leadership for Public Welfare Achievement (April):
110 – 115.
Mustanir, Ahmad, and Muhammad Rais Rahmat Razak. 2022. Chapter - Pelayanan Publik dan Good
Governance Pelayanan Publik Di Era Tatanan Normal Baru.
Mustanir, Ahmad, Akhmad Yasin, Irwan, and Muhammad Rusdi. 2018. “Potret Irisan Bumi Desa
Tonrong Rijang Dalam Transect Pada Perencanaan Pembangunan Partisipatif.” Jurnal.unigal
4(4): 1–14.
Sabir, Riska et al. 2022. “Akuntabilitas Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Anggaran Dana Desa Di
Desa Talawe.” PRAJA: Jurnal Ilmiah Pemerintahan 10(1): 49–54.
Sadapotto, Andi, Nadirah Nadirah, Muhammad Hanafi, and Ahmad Mustanir. 2022. “Indonesian
Short Story.” Penerbit Media Sains Indonesia: 179.
Samad, Zainuddin, Ahmad Mustanir, and Muh Yusuf Putra Pratama. 2019. “Partisipasi Masyarakat
Dalam Musyawarah Rencana Pembangunan Untuk Mewujudkan Good Governance Kabupaten
Enrekang.” Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan 5(4): 379–95.
Siriattakul, Parinya, Kittisak Jermsittiparsert, and Ahmad Mustanir. 2019. “What Determine the
Organizational Citizenship Behavior in Indonesian Agriculture Manufacturing Firms?”
International Journal of Psychosocial Rehabilitation 23(4): 778-`792.
Sulaeman, Zhilviana, Ahmad Mustanir, and Andi Ilham Muchtar. 2019. “Partisipasi Masyarakat
Terhadap Perwujudan Good Governance Di Desa Damai Kecamatan Watang Sidenreng
Kabupaten Sidenreng Rappang.” PRAJA: Jurnal Ilmiah Pemerintahan 7(3): 88–92.
Uceng, Andi, Erfina Erfina, Ahmad Mustanir, and Sukri Sukri. 2019. “Partisipasi Masyarakat Dalam
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Desa Betao Riase Kecamatan Pitu Riawa
Kabupaten Sidenreng Rappang.” MODERAT: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan 5(2): 18–32.

Anda mungkin juga menyukai