Anda di halaman 1dari 15

KONSTITUSI DAN KONSTITUSIONALISME

Siti Rukianah Hafid

Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang

E-mail : sitirukianah29@gmail.com

Abstrak

Dalam perkembangannya diwujudkan beberapa negara hukum bahwa isi


konstitusi negara-negara tersebut tidak lengkap Dekrit tentang Pembatasan
Kekuasaan dan Pengakuan Hak banyak masyarakat sipil. Muncul gagasan
bahwa konstitusi akan mengatur hal seperti itu sebuah pemerintahan
konstitusional yang pada dasarnya menyelesaikan sesuatu. Pembatasan
pemerintah atau penargetan pemerintah terbatas untuk menjaga ketertiban
pemerintahanPenelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan. Studi
kepustakaan (library research) merupakan ketekunan dalam membaca dan
mengumpulkan buku serta artikel dan subjek penelitian. Di Indonesia sudah
dilaksanakan bahkan sebelum reformasi yakni UUD 1945 diundangkan. Ini
memposisikan MPR sebagai lembaga tertinggi nasional. Dalam sistem seperti
itu, Aturan adalah lembaga tertinggi, bukan konstitusi. Setelah
restrukturisasi. Kedudukan MPR bukan lagi sebagai lembaga tertinggi negara
tetapi setara. Lembaga ketatanegaraan lain yang sejenis terikat dengan
mekanisme “checks and balances” Atau mereka saling menyeimbangkan dan
memantau satu sama lain. Ketika konstitusi dibentuk, yang setidaknya berisi
dua bagian utama.

Kata kunci :konstitusi, konstitusionalisme


A. PENDAHULUAN

Konstitusi Amerika Serikat, yang ditandatangani oleh 39 delegasi pada


tanggal 17 September 1787 di Philadelphia, Pennsylvania, tempat
berlangsungnya Konvensi Konstitusi, menyebabkan munculnya supremasi
hukum di banyak wilayah di dunia, termasuk negara kaya. negara-negara
monarki yang dikenal Tanda:monarki konstitusional (Adam Latif, Irwan,
Muhammad Rusdi, Ahmad Mustanir, 2019). Dalam perkembangannya
diwujudkan beberapa negara hukum bahwa isi konstitusi negara-negara
tersebut tidak lengkap Dekrit tentang Pembatasan Kekuasaan dan
Pengakuan Hak banyak masyarakat sipil (Ahmad, 2018). Muncul gagasan
bahwa konstitusi akan mengatur hal seperti itu sebuah pemerintahan
konstitusional yang pada dasarnya menyelesaikan sesuatu (Ahmad &
Muhammad, 2019). Pembatasan pemerintah atau penargetan pemerintah
terbatas untuk menjaga ketertiban pemerintahan. Ini memulai penerimaan
Pengertian konstitusionalisme atau konstitusionalitas perubahan Konstitusi
(amandemen konstitusi) beberapa negara di abad ke-20 dan XXI (Andi
Asmawati AR, Haeruddin Syarifuddin, Abdul Jabbar, Kamaruddin Sellang,
Muhammad Rais Rahmat Razak, Monalisa Ibrahim, 2021).

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. KONSEP KONSTITUSI

Konstitusi atau Grondwet, Hukum Dasar, Konstitusi adalah hukum dan


keputusan tertinggi negara (Andi Uceng, 2019). Kata konstitusi berasal dari
bahasa Latin: Konstitusi berarti derajat, ketetapan, keputusan. Dalam
konteks kelembagaan di negara, konstitusi berarti deklarasi tertinggi
(Dawabsheh et al., 2020), a.l. kedaulatan tertinggi, struktur negara, bentuk
pemerintahan, bentuk pemerintahan, parlemen, peradilan dan berbagai
lembaga negara dan hak asasi manusia (Dawabsheh et al., 2020).
Secara garis besar konstitusi pertama mengatakan (Fitrah et al., 2021):
yang memiliki kedaulatan tertinggi. Siapa lagi yang menegakkan kedaulatan?
Kedaulatan menjadi begitu penting karena secara formal merupakan pusat
kekuasaan yang membagi kekuatan inferior ke bawah (Ibrahim et al., 2020).

Kedaulatan menyiratkan pengakuan kekuasaan, karena kekuasaan


berada di belakang kedaulatan (Irwan et al., 2021). Kedaulatan dan
kekuasaan seperti dua sisi mata uang yang sama (Irwan et al., 2019). Otoritas
(dari bevoegdheden) secara formal menggabungkan kekuasaan dengan
kedaulatan. Secara umum, konstitusi pertama menyatakan: yang memiliki
kedaulatan tertinggi negara. Siapa lagi yang menjaga kedaulatan?

Kedaulatan menjadi begitu penting karena secara formal merupakan pusat


kekuasaan yang membagi kekuatan inferior ke bawah (Jamal et al., 2020).

Kedaulatan menyiratkan pengakuan kekuasaan, karena kekuasaan


berada di belakang kedaulatan. Kedaulatan dan kekuasaan seperti dua sisi
mata uang yang sama (Kholifah R & Mustanir, 2019). Otoritas (dari Istilah
kedaulatan merupakan terjemahan dari kata sovereign, souvereinitas, yang
keduanya berasal dari kata Latin: superanus atau supernitas, dengan arti
kekuasaan tertinggi, kekuasaan yang lengkap dan tertinggiden) secara formal
menggabungkan kekuasaan dengan kedaulatan (Latif et al., 2020). Istilah
kedaulatan merupakan terjemahan dari kata sovereign, souvereinitas, yang
keduanya berasal dari kata Latin: superanus atau supernitas, dengan arti
kekuasaan tertinggi, kekuasaan yang lengkap dan tertinggi (Latif et al., 2019),
Negara tanpa kedaulatan berarti negara tanpa kedaulatan, negara yang tidak
berdaulat lebih rendah dari negara boneka (Mustainir et al., 2017).

Jean Bodin (1530 - 1596), dalam bukunya Les six livres de la Republique
(1576), halaman 122 sampai 128, menganggap hak negara atas penentuan
nasib sendiri sebagai kekuatan absoluta, yang dimiliki tanpa gangguan pada
republik, sedangkan orang Latin menyebutnya maiestatum atau kekuasaan
(Mustair, 2022). terbaik untuk memerintah (= plus kekuatan besar
komandan). Dalam sejarah perkembangannya, konstitusi membawa
pengakuan adanya pemerintahan rakyat (= Demos + Kratein). Munculnya
Konstitusi di Amerika Serikat pada tahun 1787 membatalkan cita rasa
terakhir kedaulatan yang menyerahkan kedaulatan di tangan rakyat
(Mustanir, 2020). Pada abad ke-19, Revolusi Prancis membantu
mengembangkan hak rakyat untuk menentukan nasib sendiri dalam sistem
republik (Mustanir, 2017b).
XVIII. Memahami distribusi kekuasaan di berbagai negara, dikombinasikan
dengan check and balances, membantu mengurangi rasa malu mutlak negara
(Mustanir, 2019b).

Konstitusi adalah dokumen yang sah untuk memahami kedaulatan


rakyat (Mustanir, 2019a). Teks yang dimaksud adalah kontrak sosial yang
mewajibkan setiap warga negara untuk membangun pemahaman tentang
kedaulatan manusia (Mustanir, 2017a). Djokosoeton menyoroti beberapa
makna kontekstual ketika memahami konstitusi sebagai berikut::

• Konstitusi dalam arti material ( constitutie in materiale zin ) berkaitan


dengan gewalificerde naar de inuhud , yaitu fokusnya adalah pada isi
konstitusi, yang mendefinisikan struktur (inrichting) dan dasar
(grondslagen) operasi (administratie). ) negara.

• Konstitusi dalam pengertian formal ( constitutie in formele zin ) mengacu


pada kwalicerde naar de maker , yang menitikberatkan pada metode dan
prosedur tertentu dalam pembuatannya.

• Konstitusi (grondwet) menurut konstitusi sebagai bukti (constitutie als


bewijbaar) untuk menciptakan stabilitas (voor stablilty) harus dituangkan
dalam bentuk konstitusi atau grondwet (Mustanir, 2015).

Djokosoeton mengingatkan agar makna kontekstual ketiga konsep


konstitusi tidak bercampur, misalnya terkadang konstitusi tidak berbeda
makna formalnya dengan konstitusi dalam bentuk teks UUD atau Grondwet.
(Harun Alrasid, Kuliah Konstitusi Prof. Mr. Djokosoetono. Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1982, hlm. 47-49, 53-57). Hal ini tidak berarti bahwa
Undang-Undang Dasar itu sendiri mengandung hakikat administrasi publik
(Mustanir & Abadi, 2017) Sejak pembaharuan konstitusi Kerajaan Belanda di
Tahun 1922 (dan kelak di Tahun 1938), Negeri Hindia Belanda tidak lagi
muncul untuk tanah jajahan dan harta benda di Kerajaan Belanda. Pasal 1
Konstitusi Kerajaan Belanda menetapkan Bahwasanya. Kerajaan Belanda
meliputi wilayah kedaulatan Belanda, Hindia Belanda, Suriname, dan
Curacao. Dikataka, Kerajaan Belanda Negeri Dumanang Yang Berdaula,
Sekreli Wilayah-Wilaya (Grongelieden): Kerajaan di Eropa, Hindia Belanda,
Suriname lalu Curacao yang besat Mandiri (otonom) (Mustanir et al., 2017).
Kenyataannya, struktur negara Het Koninkrijk der Nederlander tetap
merupakan kerajaan (oppergezag, opperbestuur) antara Kerajaan Belanda
dengan Hindia Belanda, Suriname dan Curacao (Mustanir, Ali, et al., 2020).
Pemerintahan di Hindia Belanda didasarkan pada Naam Konings yang
ditugaskan kepada Gubernur Jenderal, berdasarkan Staatsinrichting van
Nederlands Indie atau Peraturan Negara India.

2. KONSTITUSIONALISME

Walton H. Hamilton memulai artikel yang dia tulis bersama Judul


“Konstitusionalisme” menjadi salah satu entri dalam Ensiklopedia Ilmu Sosial
1930 dengan frasa: "konstitusionalisme" adalah nama yang diberikan untuk
kepercayaan bahwa orang menempatkan kekuatan kata-kata yang terukir di
atas perkamen untuk menjaga agar pemerintahan tetap teratur. "untuk
menjaga ketertiban dalam pemerintahan" membutuhkan peraturan seperti
itu sehingga terjadi dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dibatasi
dan dikendalikan sebagaimana mestinya. Ide peraturan dan batas kekuasaan
ini muncul secara alami karena kebutuhan untuk menanggapi perubahan
peran kekuatan relatif umum dalam kehidupan manusia (Mustanir &
Darmiah, 2016).

Sebagai negara-bangsa memperoleh bentuk yang sangat kuat,


tersentralisasi, dan sangat kuat di mana-mana. Selama abad ke-16 dan ke-17,
berbagai teori politik berkembang untuk menjelaskan evolusi sistem
kekuasaan itu sangat kuat. Di Inggris pada abad ke-18, berkembangnya
sentralisme bentuknya dalam doktrin "raja di parlemen", di mana pada
dasarnya mencerminkan kekuatan raja yang tak terbatas (Mustanir, Dema, et
al., 2018).

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Meskipun konsep konstitusionalisme diturunkan dari konstitusi bahkan


menganjurkan adanya negara hukum dalam perkembangannya, namun inti
dari konstitusionalisme adalah gagasan pembatasan kekuasaan dalam negara
(Mustanir & Hamid, 2019). Kebijakan konstitusionalisme menerapkan aturan
hukum; itu membawa prediktabilitas dan kepastian hubungan antara
individu dan pemerintah dengan mendefinisikan kekuasaan dan batas-batas
pemerintah itu (konstitusionalitas mengatur pelaksanaan aturan hukum
dalam hubungan antara individu dan pemerintah (Mustanir, Ibrahim, et al.,
2020). Konstitusionalisme adalah situasi yang dapat menumbuhkan rasa
aman karena kekuasaan pemerintahan adalah batas-batas yang ditentukan
terlebih dahulu," kata Richard Kay (Miriam Budiarjo, 2008:170). Pandangan
tentang kedaulatan konstitusional ini harus dibedakan dari sudut pandang
lainnya (Mustanir, Hamid, et al., 2020).

Di Indonesia sudah dilaksanakan bahkan sebelum reformasi yakni UUD


1945 diundangkan. Ini memposisikan MPR sebagai lembaga tertinggi
nasional. Dalam sistem seperti itu, Aturan adalah lembaga tertinggi, bukan
konstitusi. Setelah restrukturisasi. Kedudukan MPR bukan lagi sebagai
lembaga tertinggi negara tetapi setara (MUSTANIR et al., 2022). Lembaga
ketatanegaraan lain yang sejenis terikat dengan mekanisme “checks and
balances” Atau mereka saling menyeimbangkan dan memantau satu sama
lain (Mustanir & Jaya, 2016). Jadi setelah restrukturisasi Nama sistem
ketatanegaraan Indonesia diubah dari Sistem Kekuasaan Kelembagaan
menjadi:

Kontrol konstitusional. Konstitusionalisme atau konstitusionalisme


mensyaratkan suatu negara yang penyelenggaraan negara dan
pemerintahannya tidak sewenang-wenang dan hal-hal yang dimaksud
dibatasi sehingga secara tegas dinyatakan dan diatur dalam pasal-pasal
konstitusi (Mustanir, Jermsittiparsert, et al., 2020).

Dalam bukunya “Constitutional Government and Democracy”, Carl J


Friedrich berpendapat bahwa konstitusionalisme adalah seperangkat
pembatasan untuk memastikan (Samad et al., 2019) bahwa kekuasaan yang
dipegang oleh pemerintah yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat
tidak disalahgunakan. Ini termasuk gagasan menerima. Mereka yang
bertugas mengatur (Miriam Budiarjo, 2008:171). Negara diperlukan karena
kekuasaan menggerakkan jalannya urusan negara, tetapi kita harus
mewaspadai kekuasaan yang terakumulasi di tangan mereka yang berkuasa
yang tidak terikat oleh konstitusi (Mustanir & Jusman, 2016).

Lord Acton (1838:1902) dalam suratnya tertanggal 5 April 1887


kepada Uskup Mandell Creighton, mengatakan, "Kekuasaan cenderung korup
dan kekuasaan absolut korup absolut." Orang yang berkuasa cenderung
menyalahkan, mereka akan melakukannya tetapi mereka yang memiliki
kekuatan akan selalu menyalahgunakannya. Menurut William G. Andrews
(1968:13), menurut konstitusionalisme, ada dua jenis pembatasan terhadap
pemerintahan. Kekuasaan diberikan dan prosedur diberikan. Kekuasaan
larangan dan prosedur yang ditentukan (Mustanir, Justira, et al., 2018).
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 (edisi baru) menyatakan, “Kedaulatan ada
di tangan rakyat dan dilakukan menurut UUD”. Pasal konstitusi yang
dimaksud mengandung gagasan konstitusionalisme. Penguasa tertinggi
terikat oleh konstitusi (Mustanir et al., 2022). Kedaulatan rakyat
dilaksanakan menurut UUD, tidak boleh dilaksanakan berdasarkan
kekuasaan mayoritas. Menurut William G. Andrews (1968:13), menurut
konstitusionalisme ada dua jenis pembatasan terhadap pemerintah.
Kekuatan diberikan dan prosedur diberikan. Kekuasaan larangan dan
prosedur yang ditentukan (Mustanir & Razak, 2022).

Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 (edisi baru) menyatakan, “Kedaulatan


berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.
Pasal konstitusi yang dimaksud mengandung gagasan konstitusionalisme.
Kekuasaan tertinggi terikat oleh konstitusi (Mustanir, S, et al., 2020).
Kedaulatan rakyat dilaksanakan menurut konstitusi, tidak boleh
dilaksanakan berdasarkan kekuasaan mayoritas. UUD 1945 (versi lama) yang
disahkan pada Sidang PPKI 18 Agustus 1945 nyaris mengabaikan konsep
konstitusionalisme, padahal telah menerapkan pembagian kekuasaan antar
wilayah kekuasaan negara (Mustanir & Yasin, 2018). Uraian UUD 1945
berjudul Sistem Administrasi Negara, Nomor II bahkan dengan jelas
menyebutkan nomenklaturnya: Sistem Tata Negara. Ada pada ayat (2):
“Pemerintahan berdasarkan sistem ketatanegaraan (hukum dasar), bukan
absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Namun, beberapa pasal dalam
UUD (redaksi lama) tidak mendukung paham konstitusionalisme ini. Salah
satu pasal konstitusi yang bersifat tirani, terdapat dalam Pasal 7 UUD 1945
(edisi lama) yang berbunyi: “Presiden dan Wakil Presiden menjabat selama
lima tahun dan setelah itu dapat diberhentikan kembali. dipilih". Pasal
konstitusi tidak menentukan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden
secara jelas dan rinci. Keduanya dipilih untuk jangka waktu lima tahun dan
dapat dipilih kembali untuk lima tahun berikutnya secara terus-menerus
(Mustanir et al., 2019). Dalam masa lalu, soekarno dan soeharto memerintah
cukup lama, soekarno dari tahun 1945 sampai tahun 1967 (22 tahun) ketika
soeharto diangkat menjadi penjabat presiden republik indonesia pada sidang
mprs tahun 1967 dan baru berhenti pada tahun 1998 (31 tahun) (Mustanir,
Sellang, et al., 2018).

D. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan. Studi


kepustakaan (library research) merupakan ketekunan dalam membaca dan
mengumpulkan buku serta artikel dan subjek penelitian.

E. KESIMPULAN

Ketika konstitusi dibentuk, yang setidaknya berisi dua bagian utama.


Manfred Nowak menyarankan bahwa ada dua bagian pokok konstitusi,
yaitu bagian resmi dan bagian materiil. Bagian Pejabat itu berisi
peraturan kewenangan tingkat tertinggi negara, prosedur dan keputusan
dari badan-badan tersebut, dan prinsip dasar struktur negara.

Konstitusi yang merupakan keseluruhan sistem tatanegara dalam


suatu negara dengan kumpulan aturan yang membentuk serta aturan
yang memerintah dalam pemerintahan dalam suatu negara.
Konstitusionalisme yang merupakan pemahaman dalam bernegara yang
bertitik tumpu terhadap pemberian hak asasi manusia(HAM) dengan
perlindungan. Yang disertai batas-batas dari kekuasaan negara yang
dissalurkan ke lembaga-lembaga dengan tujuan perlindungan hak asasi
manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Adam Latif, Irwan, Muhammad Rusdi, Ahmad Mustanir, M. S. (2019).


Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa
Timoreng Panua Kecamatan Panca Rijang Kabupaten Sidenreng
Rappang. Jurnal MODERAT, 5(1), 5.
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat/article/view/1898
Ahmad, M. (2018). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Optimalisasi
Pelayanan Publik dan Potensi Desa Sereang Utilization of Information
Technology in Optimizing Public Services and the Potential of Sereang
Village. Doi 10.17605/Osf.Io/Jmsx8, 1–34.
https://osf.io/preprints/pv4bf/
Ahmad, M., & Muhammad, R. (2019). Participatory Rural Appraisal (PRA)
Sebagai Sarana Dakwah Muhammadiyah Pada Perencanaan
Pembangunan di Kabupaten Sidenreng Rappang. Prosiding Konferensi
Nasional Ke-8 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi
Muhammadiyah Aisyiyah (APPPTMA), 467–475.
http://asosiasipascaptm.or.id/index.php/publikasi/prosiding-
konferensi-nasional-appptma-ke-8
Andi Asmawati AR, Haeruddin Syarifuddin, Abdul Jabbar, Kamaruddin
Sellang, Muhammad Rais Rahmat Razak, Monalisa Ibrahim, A. A. (2021).
Sipil Negara Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Sosial-Politika, 2(1),
65–73.
Andi Uceng, A. A. (2019). Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap
Pembangunan Sumber Daya Manusia Di Desa Cemba Kecamatan
Enrekang Kabupaten Enrekang. MJurnal Moderat, 5(2), 1–17.
Dawabsheh, M., Mustanir, K., & Jermsittiparsert, K. (2020). School Facilities as
a Potential Predictor of Engineering Education Quality: Mediating Role
of Teaching Proficiency and Professional Development. TEST
Engineering & Management, 82(3511), 3511–3521.
http://www.testmagzine.biz/index.php/testmagzine/article/view/141
7
Fitrah, N., Mustanir, A., Akbari, M. S., Ramdana, R., Jisam, J., Nisa, N. A., Qalbi,
N., Febriani, A. F., Irmawati, I., Resky S., M. A., & Ilham, I. (2021).
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pemetaan Swadaya Dengan
Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Tata Kelola Potensi Desa.
SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 5(1), 337.
https://doi.org/10.31764/jpmb.v5i1.6208
Ibrahim, M., Mustanir, A., Astinah Adnan, A., & Alizah P, N. (2020). Pengaruh
Manajemen Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Terhadap Peningkatan
Partisipasi Masyarakat Di Desa Bila Riase Kecamatan Pitu Riase
Kebupaten Sidenreng Rappang. Movere Journal, 2(2), 56–62.
https://doi.org/10.53654/mv.v2i2.118
Irwan, I., Latif, A., & Mustanir, A. (2021). Pendekatan Partisipatif Dalam
Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Sidenreng Rappang.
GEOGRAPHY Jurnal Kajian, Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan,
9(2), 137–151.
https://journal.ummat.ac.id/index.php/geography/article/view/5153
Irwan, I., Latif, A., Sofyan, Mustanir, A., & Fatimah, Fa. (2019). Gaya
Kepemimpinan, Kinerja Aparatur Sipil Negara dan Partisipasi
Masyarakat Terhadap Pembangunan di Kecamatan Kulo Kabupaten
Sidenreng Rappang. Jurnal Moderat, 5(1), 32–43.
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat
Jamal, Y., Mustanir, A., & Latif, A. (2020). Penerapan Prinsip Good Governance
Terhadap Aparatur Desa Dalam Pelayanan Publik Di Desa Ciro-Ciroe
Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sidenreng Rappang. PRAJA: Jurnal
Ilmiah Pemerintahan, 8(3), 207–212.
https://doi.org/10.55678/prj.v8i3.298
Kholifah R, E., & Mustanir, A. (2019). Food Policy and Its Impact on Local
Food. Journal of Asian Review of Public Affairs and Policy, 4 no 3(october),
27–38. https://doi.org/10.32528/pi.v0i0.2465
Latif, A., Mustanir, A., & ir. (2020). Buku Kepemimpinan Adam Irwan
2020.pdf. In Cv. Penerbit Qiara Media (p. 154).
Latif, A., Mustanir, A., & Irwan, I. (2019). Pengaruh Kepemimpinan Terhadap
Partisipasi Masyarakat Pada Perencanaan Pembangunan. JAKPP (Jurnal
Analisis Kebijakan & Pelayanan Publik), 144–164.
https://doi.org/10.31947/jakpp.v1i2.7977
Mustainir, A., Barisan, & Hamid, H. (2017). Towards Open Goverment:
Finding The Whole-Goverment Approach Participatory Rural Appraisal
As The Participatory Planning Method Of Development Planning. Iapa,
78–84.
Mustair, A. (2022). PELAYANAN PUBLIK.
https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results

Mustanir, A. (2015). Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Bina Desa. Osf.


Mustanir, A. (2017a). Deskripsi Tentang Keamanan Di Gedung dan Jalanan
Kota Kuala Lumpur.
https://www.researchgate.net/publication/331064740_Deskripsi_Tent
ang_Keamanan_Di_Gedung_dan_Jalanan_Kota_Kuala_Lumpur
Mustanir, A. (2017b). Pemberdayaan Badan Usaha Milik Desa Melalui
Kelompok Ekonomi Kewirausahaan Secara Partisipatif. Osf.
Mustanir, A. (2019a). Pemberdayaan Masyarakat Kewirausahaan. Osf.
https://www.researchgate.net/publication/331311483_Pemberdayaan_
Masyarakat_Kewirausahaanhttps://www.academia.edu/38428570/Pe
mberdayaan_Masyarakat_Kewirausahaan
Mustanir, A. (2019b). Pemberdayaan Perempuan Anggota Badan Usaha Milik
Desa dengan Pemanfaatan Lahan Kebun Bibit Desa. Osf.
Mustanir, A. (2020). Implementasi E Government Pemerintahan Desa Dalam
Administrasi Pelayanan Publik (Studi Kasus Web Site Desa Kanie
Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang). Osf.
Mustanir, A., & Abadi, P. (2017). Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah
Rencana Pembangunan Di Kelurahan Kanyuara Kecamatan Watang
Sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Politik Profetik, 5(2),
247–261. http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/jpp/article/viewFile/4347/3986http://journ
al.uin-alauddin.ac.id/index.php/jpp/issue/view/636
Mustanir, A., Abadi, P., & A., N. (2017). Participation of Ethnic Community
Towani Tolotang in Deliberation of Development Plan. 84(Iconeg 2016),
356–359. https://doi.org/10.2991/iconeg-16.2017.79
Mustanir, A., Ali, A., Yasin, A., & Budiman, B. (2020). Transect on Participatory
Development Planning in Sidenreng Rappang Regency. 250–254.
https://doi.org/10.4108/eai.25-10-2019.2300523
Mustanir, A., & Darmiah, D. (2016). Implementasi Kebijakan Dana Desa Dan
Partisipasi Masyarat Dalam Pembangunan Di Desa Teteaji Kecamatan
Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Politik Profetik, 4(2),
225–238. http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/jpp/article/view/2749http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/jpp/issue/view/457
Mustanir, A., Dema, H., Syarifuddin, H., Meity, K., & Wulandari, S. (2018).
Pengaruh Motivasi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan
di Kelurahan Lalebata Kecamatan Panca Rijang Kabupaten Sidenreng
Rappang. Jurnal Ilmiah Clean Government (JCG), 2(1), 27–39.
http://lonsuit.unismuhluwuk.ac.id/index.php/clean/article/view/212
Mustanir, A., & Hamid, H. (2019). Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Desa
Dalam Perencanaan Metode Partisipatif. Jurnal MODERAT, 5(3), 239–
227. https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat
Mustanir, A., Hamid, H., & Syarifuddin, R. N. (2020). Perencanaan Partisipatif
Pada Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Wanita Tani. 1, 1–120.
https://play.google.com/store/books/details/Ahmad_Mustanir_S_I_P_M
_Si_PERENCANAAN_PARTISIPATIF?id=E1sAEAAAQBAJ
Mustanir, A., Ibrahim, M., Rusdi, M., & Jabbareng, M. (2020). Pembangunan
Partisipatif dan Pemberdayaan Masyarakat. July, 111.
MUSTANIR, A., IBRAHIM, M., SOFYAN, & SADAPOTTO, A. (2022). PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN.
https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
Mustanir, A., & Jaya, I. (2016). Pengaruh Kepemimpinan Dan Budaya Politik
Terhadap Perilaku Pemilih Towani Tolotang Di Kecamatan
Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Politik Profetik,
4(1), 84–97. http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/jpp/article/view/2741#http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/jpp/issue/view/430
Mustanir, A., Jermsittiparsert, K., Ali, A., Hermansyah, S., & Sakinah, S. (2020).
Village Head Leadership and Bureaucratic Model Towards Good
Governance in Sidenreng Rappang. https://doi.org/10.4108/eai.21-10-
2019.2291532
Mustanir, A., & Jusman. (2016). Implementasi Kebijakan Dan Efektivitas
Pengelolaan Terhadap Penerimaan Retribusi Di Pasar Lancirang
Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Ilmiah
Akmen, 13(3), 542–558. https://e-jurnal.stienobel-
indonesia.ac.id/index.php/akmen/article/view/69https://e-
jurnal.stienobel-indonesia.ac.id/index.php/akmen/issue/view/6
Mustanir, A., Justira, N., Sellang, K., & Muchtar, A. I. (2018). Democratic Model
On Decision-Making At Deliberations Of Development Planning.
International Conference on Government Leadership and Social Science
(ICOGLASS). Demanding Governance Accountability and Promoting
Democratic Leadership for Public Welfare Achievement, April, 110–115.
https://www.researchgate.net/publication/330090538_Democratic_Mo
del_On_Decision-Making_At_Deliberations_Of_Development_Planning
Mustanir, A., Muhanniah, M., & Sellang, K. (2022). Pemberdayaan Kelompok
Wanita Tani Mekar Kelurahan Benteng Kabupaten Sidenreng Rappang.
Seminar Nasional Paedagoria, 2, 180–189.
Mustanir, A., & Razak, M. R. R. (2022). Pelayanan Publik Di Era Tatanan
Normal Baru. In Chapter - Pelayanan Publik dan Good Governance.
Mustanir, A., S, F., Adri, K., Nurnawati, A. A., & Goso, G. (2020). Sinergitas
Peran Pemerintah Desa dan Partisipasi Masyarakat Terhadap
Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Sidenreng Rappang. Journal of
Government Science, 1(2), 84–108.
https://doi.org/10.54144/govsci.v1i2.8
Mustanir, A., Samad, Z., Jabbar, A., Ibrahim, M., & Juniati, J. (2019).
Kepemimpinan Lurah Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Di
Kelurahan Lautang Benteng Kabupaten Sidenreng Rappang. Journal of
Social Politics and Governance (JSPG), 1(2), 99–118.
https://doi.org/10.24076/jspg.v1i2.185
Mustanir, A., Sellang, K., Ali, A., Madaling, M., & Mutmainna, M. (2018).
Peranan Aparatur Pemerintah Desa Dan Partisipasi Masyarakat Dalam
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Desa Tonrongnge
Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Ilmiah Clean
Government (JCG), 2(1), 67–84.
http://lonsuit.unismuhluwuk.ac.id/index.php/clean/article/view/213
Mustanir, A., & Yasin, A. (2018). Community Participation in Transect on
Development Planning. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Publik, 8(2), 137.
https://doi.org/10.26858/jiap.v8i2.7994
Samad, Z., Mustanir, A., & Pratama, M. Y. P. (2019). Partisipasi Masyarakat
Dalam Musyawarah Rencana Pembangunan Untuk Mewujudkan Good
Governance Kabupaten Enrekang. Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu
Pemerintahan, 5(4), 379–395.
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat/article/viewFile/3014/2
750

Anda mungkin juga menyukai