Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PAPER

BAGAIMANA NILAI DAN NORMA KONSTITUSIONAL UUD NRI 1945 DAN


KONSTITUSIONALITAS KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BAWAH
UUD?

Oleh:
SELFIA RAMADHANI (E011201080)

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAGAIMANA NILAI DAN NORMA KONSTITUSIONAL UUD NRI 1945 DAN
KONSTITUSIONALITAS KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BAWAH
UUD?

1. Pengertian

1. Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang
bagaimana pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang
terdapat dalam konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat mendasar dari suatu negara,
maka konstitusi dikatakan pula sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara.

2. Konsep konstitusi dari segi bahasa atau asal katanya (secara etimologis). Istilah
konstitusi dikenal dalam sejumlah bahasa, misalnya dalam bahasa Prancis dikenal
dengan istilah constituer, dalam bahasa Latin/Italia digunakan istilah constitutio,
dalam bahasa Inggris digunakan istilah constitution, dalam bahasa Belanda digunakan
istilah constitutie, dalam bahasa Jerman dikenal dengan istilah verfassung, sedangkan
dalam bahasa Arab digunakan istilah masyrutiyah (Riyanto, 2009). Constituer (bahasa
Prancis) berarti membentuk, pembentukan. Yang dimaksud dengan membentuk di
sini adalah membentuk suatu negara. Kontitusi mengandung permulaan dari segala
peraturan mengenai suatu negara atau dengan kata lain bahwa konstitusi mengandung
permulaan dari segala peraturan mengenai negara (Prodjodikoro, 1970).

3. Merujuk pandangan Lord James Bryce yang dimaksud dengan konstitusi adalah suatu
kerangka negara yang diorganisasikan melalui dan dengan hukum, yang menetapkan
lembaga-lembaga yang tetap dengan mengakui fungsi-fungsi dan hak-haknya. Pendek
kata bahwa konstitusi itu menurut pandangannya merupakan kerangka negara yang
diorganisasikan melalui dan dengan hukum, yang menetapkan lembaga-lembaga yang
tetap (permanen), dan yang menetapkan fungsi-fungsi dan hak-hak dari lembaga-
lembaga permanen tersebut.

4. C.F. Strong yang menganut paham modern secara tegas menyamakan pengertian
konstitusi dengan undang-undang dasar. Rumusan yang dikemukakannya adalah
konstitusi itu merupakan satu kumpulan asas-asas mengenai kekuasaan pemerintah,
hak-hak yang diperintah, dan hubungan antara keduanya (pemerintah dan yang
diperintah dalam konteks hak-hak asasi manusia). Konstitusi semacam ini dapat
diwujudkan dalam sebuah dokumen yang dapat diubah sesuai dengan perkembangan
zaman, tetapi dapat pula berupa a bundle of separate laws yang diberi otoritas sebagai
hukum tata negara. Rumusan C.F. Strong ini pada dasarnya sama dengan definisi
Bolingbroke (Astim Riyanto, 2009).

5. Fungsi Konstitusi

1. Konstitusi berfungsi sebagai landasan kontitusionalisme. Landasan


konstitusionalisme adalah landasan berdasarkan konstitusi, baik konstitusi
dalam arti luas maupun konstitusi dalam arti sempit.

2. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa,


sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
Dengan demikian, diharapkan hak-hak warganegara akan lebih terlindungi.
Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme, yang oleh Carl Joachim Friedrich
dijelaskan sebagai gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan
kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, tetapi yang
dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa
kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh
mereka yang mendapat tugas untuk memerintah (Thaib dan Hamidi, 1999).

3. Konstitusi berfungsi: (a) membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa


agar dalam menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap
rakyatnya; (b) memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat
yang dicitacitakan tahap berikutnya; (c) dijadikan landasan penyelenggaraan
negara menurut suatu sistem ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi
oleh semua warga negaranya; (d) menjamin hak-hak asasi warga negara.

2. Sumber

 Historis

1. Ada suatu adagium. Apakah ada negara yang tidak memiliki konstitusi? Jika ada, apa
yang akan terjadi dengan kehidupan negara tersebut? Untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut kita perlu memulainya dari penelusuran historis dengan
memahami pandangan Thomas Hobbes (1588-1879). Dari pandangan ini, kita akan
dapat memahami, mengapa manusia dalam bernegara membutuhkan konstitusi.

Menurut Hobbes, manusia pada “status naturalis” bagaikan serigala. Hingga timbul
adagium homo homini lupus (man is a wolf to [his fellow] man), artinya yang kuat
mengalahkan yang lemah. Lalu timbul pandangan bellum omnium contra omnes
(perang semua lawan semua). Hidup dalam suasana demikian pada akhirnya
menyadarkan manusia untuk membuat perjanjian antara sesama manusia, yang
dikenal dengan istilah factum unionis. Selanjutnya timbul perjanjian rakyat
menyerahkan kekuasaannya kepada penguasa untuk menjaga perjanjian rakyat yang
dikenal dengan istilah factum subjectionis.
2. Dalam bukunya yang berjudul Leviathan (1651) ia mengajukan suatu argumentasi
tentang kewajiban politik yang disebut kontrak sosial yang mengimplikasikan
pengalihan kedaulatan kepada primus inter pares yang kemudian berkuasa secara
mutlak (absolut). Primus inter pares adalah yang utama di antara sekawanan
(kumpulan) atau orang terpenting dan menonjol di antara orang yang derajatnya sama.
Negara dalam pandangan Hobbes cenderung seperti monster Leviathan.
3. Pemikiran Hobbes tak lepas dari pengaruh kondisi zamannya (zeitgeist- nya) sehingga
ia cenderung membela monarkhi absolut (kerajaan mutlak) dengan konsep divine
right yang menyatakan bahwa penguasa di bumi merupakan pilihan Tuhan sehingga
ia memiliki otoritas tidak tertandingi. Pandangan inilah yang mendorong munculnya
raja-raja tiran. Dengan mengatasnamakan primus inter pares dan wakil Tuhan di bumi
mereka berkuasa sewenang-wenang dan menindas rakyat.
4. Louis XIV meningkatkan kekuasaan Perancis di Eropa melalui tiga peperangan besar:
Perang Perancis-Belanda, Perang Aliansi Besar, dan Perang Suksesi Spanyol antara
1701-1714. Louis XIV berhasil menerapkan absolutisme dan negara terpusat.
Ungkapan "L'État, c'est moi" ("Negara adalah saya") sering dianggap berasal dari
dirinya, walaupun ahli sejarah berpendapat hal ini tak tepat dan kemungkinan besar
ditiupkan oleh lawan politiknya sebagai perwujudan stereotipe absolutisme yang dia
anut. Seorang penulis Perancis, Louis de Rouvroy, bahkan mengaku bahwa ia
mendengar Louis XIV berkata sebelum ajalnya: "Je m'en vais, mais l'État demeurera
toujours" ("saya akan pergi, tapi negara akan tetap ada"). Akibat pemerintahannya
yang absolut, Louis XIV berkuasa dengan sewenang-wenang, hal itu menimbulkan
kesengsaraan dan penderitaan yang luar biasa pada rakyat.
 Sosiologis

1. Kembali pada pertanyaan mengapa diperlukan konstitusi dalam kehidupan berbangsa-


negara, tentu Anda sudah mendapatkan jawabannya. Jawaban terpenting atas
pertanyaan tersebut adalah agar dapat membatasi kekuasaan pemerintah atau
penguasa negara. Sejarah tentang perjuangan dan penegakan hak-hak dasar manusia
sebagaimana terumus dalam dokumen-dokumen di atas, berujung pada penyusunan
konstitusi negara. Konstitusi negara di satu sisi dimaksudkan untuk membatasi
kekuasaan penyelenggaran negara dan di sisi lain untuk menjamin hak- hak dasar
warga negara. UUD NRI TAHUN 1945
Pasal 7 : Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali
masa jabatan.
2. Seorang ahli konstitusi berkebangsaan Jepang Naoki Kobayashi mengemukakan
bahwa undang-undang dasar membatasi dan mengendalikan kekuasaan politik untuk
menjamin hak-hak rakyat. Melalui fungsi ini undang-undang dasar dapat memberi
sumbangan kepada perkembangan dan pembinaan tatanan politik yang demokratis
(Riyanto, 2009).

 Politik

1. Tidak dapat kita bayangkan bagaimana jadinya jika kekuasaan pemerintah tidak
dibatasi. Tentu saja penguasa akan memerintah dengan sewenang- wenang. Mengapa
demikian? Ingat tentang hukum besi kekuasaan bahwa setiap kekuasaan pasti
memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi sewenang-wenang, seperti
dikemukakan oleh Lord Acton: “Power tends to corrupt, and absolute power corrupts
absolutely”. Inilah alasan mengapa diperlukan konstitusi dalam kehidupan berbangsa-
negara Indonesia, yakni untuk membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak
memerintah dengan sewenang-wenang.

2. Miriam Budiardjo (2003) mengemukakan bahwa setiap UUD memuat ketentuan-


ketentuan mengenai:
a. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif,
eksekutif dan yudikatif. (b) Hak-hak asasi manusia.
b. Prosedur mengubah UUD.
c. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD.

3. Dinamika

1. Setelah ditetapkan satu hari setelah proklamasi kemerdekaan, UUD NRI 1945 mulai
berlaku sebagai hukum dasar yang mengatur kehidupan ketatanegaraan Indonesia
dengan segala keterbatasannya. Mengapa demikian, karena sejak semula UUD NRI
1945 oleh Bung Karno sendiri dikatakan sebagai UUD kilat yang akan terus
disempurnakan pada masa yang akan datang. Dinamika konstitusi yang terjadi di
Indonesia adalah sebagai berikut.

Tabel IV.2 Dinamika Konstitusi Indonesia


Konstitusi Masa Berlakunya
18 Agustus 1945 sampai dengan Agustus 1950, dengan
UUD NRI 1945
catatan, mulai 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus
(Masa Kemerdekaan)
hanya berlaku di wilayah RI Proklamasi
Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 sampai dengan 17Agustus 1950
UUDS 1950 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959
UUD NRI 1945 (Masa
5 Juli 1959 sampai dengan 1965
Orde Lama)
UUD NRI 1945 (Masa
1966 sampai dengan 1998
Orde Baru)

2. Pada pertengahan 1997, negara kita dilanda krisis ekonomi dan moneter yang sangat
hebat. Krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia ketika itu merupakan
suatu tantangan yang sangat berat. Akibat dari krisis tersebut adalah harga-harga
melambung tinggi, sedangkan daya beli masyarakat terus menurun. Sementara itu
nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, terutama Dolar Amerika, semakin
merosot. Menyikapi kondisi seperti itu, pemerintah berusaha menanggulanginya
dengan berbagai kebijakan. Namun kondisi ekonomi tidak kunjung membaik. Bahkan
kian hari semakin bertambah parah. Krisis yang terjadi meluas pada aspek politik.
Masyarakat mulai tidak lagi mempercayai pemerintah. Maka timbullah krisis
kepercayaan pada Pemerintah. Gelombang unjuk rasa secara besar-besaran terjadi di
Jakarta dan di daerah-daerah. Unjuk rasa tersebut dimotori oleh mahasiswa, pemuda,
dan berbagai komponen bangsa lainnya. Pemerintah sudah tidak mampu lagi
mengendalikan keadaan. Maka pada 21 Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan
berhenti dari jabatannya. Berhentinya Presiden Soeharto menjadi awal era reformasi
di tanah air.
3. Pada awal era reformasi (pertengahan 1998), muncul berbagai tuntutan reformasi di
masyarakat. Tuntutan tersebut disampaikan oleh berbagai komponen bangsa, terutama
oleh mahasiswa dan pemuda. Beberapa tuntutan reformasi itu adalah:

a. Mengamandemen UUD NRI 1945,

b. Menghapuskan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia,

c. Menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), serta


pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN),

d. Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah,

e. Mewujudkan kebebasan pers,

f. Mewujudkan kehidupan demokrasi.

4. Esensi dan Urgensi

1. Setelah disahkannya Perubahan Keempat UUD NRI 1945 pada Sidang Tahunan MPR
2002, agenda reformasi konstitusi Indonesia untuk kurun waktu sekarang ini
dipandang telah tuntas. Perubahan UUD NRI 1945 yang berhasil dilakukan mencakup
21 bab, 72 pasal, 170 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Ada enam pasal yang tidak mengalami perubahan, yaitu Pasal 4, Pasal 10, Pasal 12,
Pasal 25, Pasal 29, dan Pasal 35.
2. Konstitusi menempati posisi yang sangat krusial dalam kehidupan ketatanegaraan
suatu negara. Hamid S. Attamimi, berpendapat bahwa pentingnya suatu konstitusi
atau Undang-Undang Dasar adalah sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas,
sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.
3. Dalam negara modern, penyelenggaraan kekuasaan negara dilakukan berdasarkan
hukum dasar (konstitusi). Dengan demikian konstitusi mempunyai kedudukan atau
derajat supremasi dalam suatu negara. Yang dimaksud dengan supremasi konstitusi
adalah konstitusi mempunyai kedudukan tertinggi dalam tertib hukum suatu negara.
4. Indonesia sebagai negara yang menganut sistem tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance) seyogyanya menerapkan prinsip-prinsip transparansi dan
akuntabilitas. Benarkah demikian? Jika benar demikian, artinya Pemerintah
berkewajiban menjelaskan secara transparan kemana saja uang pajak yang telah
dibayarkan tersebut dan untuk apa uang tersebut dipergunakan?
5. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, warga negara yang mampu tetapi tidak
berkontribusi dalam pembangunan melalui pembayaran pajak dan hanya mau ikut
menikmati hasil pembangunan dikenal dengan sebutan pendompleng pembangunan
atau free rider. Jadi, sebagai warga negara yang baik, kita harus menjaga
keseimbangan antara pelaksanaan kewajiban dan penuntutan hak kepada negara. Para
mahasiswa bahkan harus menjadi pelopor sebagai Wajib Pajak yang baik dan secara
melembaga harus mengedukasi masyarakat untuk menjadi Wajib Pajak yang taat.

Anda mungkin juga menyukai