Dalam hidup bernegara, Anda dapat menemukan beberapa aturan yang mengatur
bagaimana pemerintahan dijalankan. Misalnya, siapa yang menjalankan kekuasaan
pemerintahan dan bagaimana kekuasaan tersebut diperoleh. Anda juga dapat menemukan
adanya beberapa aturan yang sama sekali tidak berhubungan dengan cara-cara pemerintahan
dijalankan. Misalnya, bagaimana aturan mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya dan
bagaimana cara mencari keadilan jika hak dilanggar orang lain. Pada saat Anda menemukan
aturan atau hukum yang berisi ketentuan yang mengatur bagaimana pemerintah dijalankan,
artinya Anda telah menemukan bagian atau isi dari konstitusi.
Pada Bab ini Anda akan mempelajari tentang hakikat konstitusi; urgensi konstitusi
bagi kehidupan bernegara.
1. Hakikat konstitusi
Konsep konstitusi dari segi bahasa atau asal katanya (secara etimologis). Istilah
konstitusi dikenal dalam sejumlah bahasa, misalnya dalam bahasa Prancis dikenal dengan
istilah constituer, dalam Bahasa Inggris digunakan istilah constitution. Istilah Constitution
berasal dari kata bahasa latin: constitutio bermakna a degree, dekrit, permakluman. Dalam
konteks institusi negara, konstitusi bermakna permakluman tertinggi yang menetapkan antara
lain pemegang kedaulatan tertinggi, struktur negara, bentuk negara, bentuk pemerintahan,
kekuasaan legislatif, kekuasaan peradilan dan berbagai lembaga negara serta hak-hak rakyat
(Marzuki, L. 2010). Selain itu dalam bahasa Belanda digunakan istilah constitutie, dalam
bahasa Jerman dikenal dengan istilah verfassung, sedangkan dalam bahasa Arab digunakan
istilah masyrutiyah (Riyanto, 2009). Constituer (bahasa Prancis) berarti membentuk,
pembentukan. Yang dimaksud dengan membentuk di sini adalah membentuk suatu negara.
Kontitusi mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu negara atau dengan
kata lain bahwa konstitusi mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai negara
(Prodjodikoro, 1970), pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu
negara (Lubis, 1976), dan sebagai peraturan dasar mengenai pembentukan negara (Machfud
MD, 2001).
Selanjutnya adalah pengertian konstitusi yang dikemukakan para ahli (pengertian
terminologis).
Lord James Bryce:
“… a constitution as a frame of political society, organized through and by law, that is to
say, one which in law has stablished permanent institutions with recognized function and
definite rights (CF Strong, 1960).
C.F. Strong:
“…. a constitution may be said to be a collection of principles according to which the power
of the government, the rights of governed, and the relations between the two are adjusted
(1960).
Aristoteles:
Constitution variously as a community of interests that the citizen of a state have in common,
as the common way of lving, that a state has chosen, and as in fact the government (Djahiri,
1971.
Pada bagian lain Aristoteles merumuskan:
A constitution is an organization of offices in a city, by which the method of their distribution
is fixed, the souvereign authority is determined, and the nature of the end to be pursued---by
the association and all its members is prescribed (Barker, 1988).
Russell F. Moore:
The oldest and most general usage is purely descriptive, the constitution of a country consist
of its governmental institutions and the rules which control their operation (Simorangkir,
1984).
Bolingbroke:
By constitution, we mean, whenever we speak with propriety and exactness, that assemblage
of laws, institution and customs, derived from certain fixed principles of reason….that
compose the general system, according to which the community had agreed to be governed
(Wheare,1975)
Chamber’s Encyclopedia Volume IV:
Constitution denotes a body of rules which regulates the government of a state or, for that
matter,of anyinstitution or organization.
William H.Harris:
Constitution, fundamental principles of government in a nation, either implied in its laws,
institutions, and customs or embodied in one document or in several (1975).
(Ristekdikti, 2016)
Merujuk pandangan Lord James Bryce yang dimaksud dengan konstitusi adalah suatu
kerangka negara yang diorganisasikan melalui dan dengan hukum, yang menetapkan
lembaga-lembaga yang tetap dengan mengakui fungsi-fungsi dan hak-haknya. Pendek kata
bahwa konstitusi itu menurut pandangannya merupakan kerangka negara yang
diorganisasikan melalui dan dengan hukum, yang menetapkan lembaga-lembaga yang tetap
(permanen), dan yang menetapkan fungsi-fungsi dan hak-hak dari lembaga-lembaga
permanen tersebut. Sehubungan dengan itu C.F. Strong yang menganut paham modern
secara tegas menyamakan pengertian konstitusi dengan undang-undang dasar. Rumusan
yang dikemukakannya adalah konstitusi itu merupakan satu kumpulan asas-asas mengenai
kekuasaan pemerintah, hak-hak yang diperintah, dan hubungan antara keduanya (pemerintah
dan yang diperintah dalam konteks hak-hak asasi manusia). Konstitusi semacam ini dapat
diwujudkan dalam sebuah dokumen yang dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman,
tetapi dapat pula berupa a bundle of separate laws yang diberi otoritas sebagai hukum tata
negara. Rumusan C.F. Strong ini pada dasarnya sama dengan definisi Bolingbroke (Riyanto,
2009).
Referensi
Budiardjo, M., 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Dina. ____. Undang-Undang Dasar 1945. Diktat Pancasila Bab IV. UNY
Mahfud MD, M. 2000. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia: Studi Tentang Interaksi
Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Marzuki, M.L., 2016. Konstitusi dan Konstitusionalisme. Jurnal Konstitusi, 7(4), pp.001-
008.
Projodikoro, Wirjono.2003. Asas Asas Hukum Pidana. Bandung: Refika Aditama.
RISTEKDIKTI, R., 2016. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN untuk Perguruan
Tinggi.
Kartodirdjo, S., 1993. Integral Nasional: Yogyakarta.
Riyanto, A. 2009. Teori Konstitusi. Bandung: Penerbit Yapemdo.