Anda di halaman 1dari 9

Pendidikan

Pancasila dan
Kewarganegaraan

Mata Kuliah : PPKn


Prodi : Ilmu Perpustakaan
Semester / SKS :3/3
Hari / Tanggal / Waktu : Kamis / 16 September 2021
Dosen Pengampu : Dra. Nurhabsyah, M.Si
NEGARA DAN KONSTITUSI

B. Konstitusi
1. Konstitusi dan Undang-Undang Dasar

Kata ‘konstitusi” yang berarti pembentukan, berasal dari kata “constituer” (Perancis)
yang berarti membentuk. Sedangkan istilah “undang-undang dasar” merupakan terjemahan dari
bahasa Belanda “grondwet”. “Grond” berarti dasar, dan “wet” berarti undang-undang. Jadi
Grondwet sama dengan undang-undang dasar. Namun dalam kepustakaan Belanda dikenal pula
istilah “constitutie” yang artinya juga undangundang dasar. Dalam kepustakaan hukum di
Indonesia juga dijumpai istilah “hukum dasar”. Hukum memiliki pengertian yang lebih luas
dibandingkan dengan undang-undang. Kaidah hukum bisa tertulis dan bisa tidak tertulis,
sedangkan undang-undang menunjuk pada aturan hukum yang tertulis.
Atas dasar pemahaman tersebut, konstitusi disamakan pengertiannya dengan hukum
dasar, yang berarti sifatnya bisa tertulis dan tidak tertulis. Sedangkan undang-undang dasar
adalah hukum dasar yang tertulis atau yang tertuang dalam suatu naskah/dokumen. Dengan
demikian undang-undang dasar merupakan bagian dari konstitusi.
NEGARA DAN KONSTITUSI
Berikut ini pengertian yang menggambarkan perbedaan antara undang-undang dasar dan
konstitusi. Bahwa undang-undang dasar adalah suatu kitab atau dokumen yang memuat aturan-aturan
hukum dan ketentuan-ketentuan hukum yang pokok-pokok atau dasar-dasar yang sifatnya tertulis, yang
menggambarkan tentang sistem ketatanegaraan suatu negara. Sedangkan konstitusi adalah dokumen
yang memuat aturan-aturan hukum dan ketentuan-ketentuan hukum yang pokok-pokok atau dasar-dasar,
yang sifatnya tertulis maupun tidak tertulis, yang menggambarkan tentang sistem ketatanegaraan suatu
negara. (Soehino,
1985:182).
Menurut James Bryce, konstitusi adalah suatu kerangka masyarakat politik (negara) yang
diorganisir dengan dan melalui hukum. (Stong,2008:15). Dengan demikian konstitusi merupakan
kerangka kehidupan negara yang diatur dengan ketentuan hukum.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa konstitusi memiliki 2 (dua) pengertian, yaitu pengertian
yang luas dan pengertian yang sempit. Namun hampir semua negara di dunia memberi arti konstitusi
dalam pengertian yang sempit, kecuali di Inggris. (Martosoewignjo, 1981:62). Dalam pengertian yang
sempit konstitusi hanya mengacu pada ketentuan-ketentuan dasar yang tertuang dalam dokumen tertulis
yaitu undang-undang dasar, sehingga muncul sebutan seperti, Konstitusi Amerika Serikat, Konstitusi
Perancis, Konstitusi Swiss, dan sebagainya. Sedangkan dalam pengertian yang luas, konstitusi juga
mencakup kebiasaan ketatanegaraan sebagai suatu kaidah yang sifatnya tidak tertulis. Jadi ketika istilah
“konstitusi” disamakan pengertiannya dengan “undang-undang dasar”, istilah tersebut hendaknya
dipahami dalam pengertian yang sempit.
NEGARA DAN KONSTITUSI

2. Unsur-unsur yang Terdapat dalam Konstitusi

Undang-undang dasar atau konstitusi negara tidak hanya


berfungsi membatasi kekuasaan pemerintah, akan tetapi juga menggambarkan struktur
pemerintahan suatu negara. Menurut Savornin Lohman ada 3 (tiga) unsur yang terdapat dalam
konstitusi yaitu:
a. Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial), sehingga
menurut pengertian ini, konstitusikonstitusi yang ada merupakan hasil atau konklusi dari
persepakatan masyarakat untuk membina negara dan pemerintahan yang akan mengatur
mereka.
b. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia, berarti perlindungan dan
jaminan atas hak-hak manusia dan warga negara yang sekaligus penentuan batas-batas hak
dan kewajiban baik warganya maupun alat-alat pemerintahannya.
c. Konstitusi sebagai forma regimenis, yaitu kerangka bangunan pemerintahan. (Lubis, 1982:48)
NEGARA DAN KONSTITUSI

Pendapat lain dikemukakan oleh Sri Sumantri, yang menyatakan bahwa materi muatan
konstitusi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Pengaturan tentang perlindungan hak asasi manusia dan warga negara,
b. Pengaturan tentang susunan ketatanegaraan suatu negara yang mendasar,
c. Pembatasan dan pembagian tugas-tugas ketatanegaraan yang juga mendasar. (Chaidir, 2007:38).

Menurut CF. Strong, konstitusi memuat hal-hal sebagai berikut:


a. Cara pengaturan berbagai jenis institusi;
b. Jenis kekuasaan yang diberikan kepada institusi-institusi tersebut;
c. Dengan cara bagaimana kekuasaan tersebut dilaksanakan. (Stong, 2008:16).

Dari beberapa pendapat sebagaimana di atas, dapat dekemukakan bahwa unsur-unsur yang
terdapat dalam konstitusi modern meliputi ketentuan tentang:

a. Struktur organisasi negara dengan lembaga-lembaga negara di dalamnya;


b. Tugas/wewenang masing-masing lembaga negara dan hubungan tatakerja antara satu lembaga
dengan lembaga lainnya;
c. Jaminan hak asasi manusia dan warga negara.
NEGARA DAN KONSTITUSI

3. Perubahan Konstitusi

Betapapun sempurnanya sebuah konstitusi, pada suatu saat konstitusi itu bisa
ketinggalan jaman atau tidak sesuai lagi dengan dinamika dan perkembangan masyarakat. Karena
itulah perubahan atau amandemen konstitusi merupakan sesuatu hal yang wajar dan tidak perlu
dianggap sebagai sesuatu yang istimewa. Yang penting bahwa perubahan itu didasarkan pada
kepentingan negara dan bangsa dalam arti yang sebenarnya, dan bukan hanya karena
kepentingan politik sesaat dari golongan atau kelompok tertentu.
Secara teoritik perubahan undang-undang dasar dapat terjadi melalui berbagai cara.
CF. Strong menyebutkan 4 (empat) macam cara perubahan terhadap undang-undang dasar, yaitu:
a. oleh kekuasaan legislatif tetapi dengan pembatasan-pembatasan tertentu,
b. oleh rakyat melalui referendum,
c. oleh sejumlah negara bagian- khususnya untuk negara serikat,
d.dengan kebiasaan ketatanegaraan, atau oleh suatu lembaga negara yang khusus dibentuk
untuk keperluan perubahan.
NEGARA DAN KONSTITUSI

C. Peranan Konstitusi dalam Kehidupan Bernegara


Secara umum dapat dikatakan bahwa konstitusi disusun sebagai pedoman dasar dalam
penyelenggaraan kehidupan negara agar negara berjalan tertib, teratur, dan tidak terjadi tindakan yang
sewenang-wenang dari pemerintah terhadap rakyatnya. Untuk itu maka dalam konstitusi ditentukan
kerangka bangunan suatu negara, kewenangan pemerintah sebagai pihak yang berkuasa, serta hak-hak
asasi warga negara.
Menurut CF. Strong (2008:16), tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-
wenang pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan
yang berdaulat. Sedangkan menurut Lord Bryce, motif yang mendasari pembentukan konstitusi adalah
sebagai berikut (Chaidir, 2007:30):
a. The desire of the citizens to secure their own rights when threatened, and to restrain the action of the
ruler;
b. The desire on the part either of the ruled, or of the ruler wishing to please his people, to set out of the
form of the existing system in government, hither to in an indenifite form, in positive terms in order that
in future there shall be no possibility of arbitrary action.
c. The desire of those creating a new political community to secure the method of government in a form
which shall have permanence and be comprehensible to the subjects.
d. The desire to secure effective joint action by hither to separate communities, which at the same time
wish to retain certain rights and interest to themselves separately.
NEGARA DAN KONSTITUSI

C. Peranan Konstitusi dalam Kehidupan Bernegara


Atas dasar pendapat di atas dapatlah dinyatakan bahwa peranan konstitusi bagi
kehidupan negara adalah untuk memberikan landasan dan pedoman dasar bagi penyelenggaraan
ketatanegaraan suatu negara, membatasi tindakan pemerintah agar tidak bertindak sewenang-
wenang, dan memberikan jaminan atas hak asasi bagi warga negara.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai