Pancasila dan
Kewarganegaraan
B. Konstitusi
1. Konstitusi dan Undang-Undang Dasar
Kata ‘konstitusi” yang berarti pembentukan, berasal dari kata “constituer” (Perancis)
yang berarti membentuk. Sedangkan istilah “undang-undang dasar” merupakan terjemahan dari
bahasa Belanda “grondwet”. “Grond” berarti dasar, dan “wet” berarti undang-undang. Jadi
Grondwet sama dengan undang-undang dasar. Namun dalam kepustakaan Belanda dikenal pula
istilah “constitutie” yang artinya juga undangundang dasar. Dalam kepustakaan hukum di
Indonesia juga dijumpai istilah “hukum dasar”. Hukum memiliki pengertian yang lebih luas
dibandingkan dengan undang-undang. Kaidah hukum bisa tertulis dan bisa tidak tertulis,
sedangkan undang-undang menunjuk pada aturan hukum yang tertulis.
Atas dasar pemahaman tersebut, konstitusi disamakan pengertiannya dengan hukum
dasar, yang berarti sifatnya bisa tertulis dan tidak tertulis. Sedangkan undang-undang dasar
adalah hukum dasar yang tertulis atau yang tertuang dalam suatu naskah/dokumen. Dengan
demikian undang-undang dasar merupakan bagian dari konstitusi.
NEGARA DAN KONSTITUSI
Berikut ini pengertian yang menggambarkan perbedaan antara undang-undang dasar dan
konstitusi. Bahwa undang-undang dasar adalah suatu kitab atau dokumen yang memuat aturan-aturan
hukum dan ketentuan-ketentuan hukum yang pokok-pokok atau dasar-dasar yang sifatnya tertulis, yang
menggambarkan tentang sistem ketatanegaraan suatu negara. Sedangkan konstitusi adalah dokumen
yang memuat aturan-aturan hukum dan ketentuan-ketentuan hukum yang pokok-pokok atau dasar-dasar,
yang sifatnya tertulis maupun tidak tertulis, yang menggambarkan tentang sistem ketatanegaraan suatu
negara. (Soehino,
1985:182).
Menurut James Bryce, konstitusi adalah suatu kerangka masyarakat politik (negara) yang
diorganisir dengan dan melalui hukum. (Stong,2008:15). Dengan demikian konstitusi merupakan
kerangka kehidupan negara yang diatur dengan ketentuan hukum.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa konstitusi memiliki 2 (dua) pengertian, yaitu pengertian
yang luas dan pengertian yang sempit. Namun hampir semua negara di dunia memberi arti konstitusi
dalam pengertian yang sempit, kecuali di Inggris. (Martosoewignjo, 1981:62). Dalam pengertian yang
sempit konstitusi hanya mengacu pada ketentuan-ketentuan dasar yang tertuang dalam dokumen tertulis
yaitu undang-undang dasar, sehingga muncul sebutan seperti, Konstitusi Amerika Serikat, Konstitusi
Perancis, Konstitusi Swiss, dan sebagainya. Sedangkan dalam pengertian yang luas, konstitusi juga
mencakup kebiasaan ketatanegaraan sebagai suatu kaidah yang sifatnya tidak tertulis. Jadi ketika istilah
“konstitusi” disamakan pengertiannya dengan “undang-undang dasar”, istilah tersebut hendaknya
dipahami dalam pengertian yang sempit.
NEGARA DAN KONSTITUSI
Pendapat lain dikemukakan oleh Sri Sumantri, yang menyatakan bahwa materi muatan
konstitusi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Pengaturan tentang perlindungan hak asasi manusia dan warga negara,
b. Pengaturan tentang susunan ketatanegaraan suatu negara yang mendasar,
c. Pembatasan dan pembagian tugas-tugas ketatanegaraan yang juga mendasar. (Chaidir, 2007:38).
Dari beberapa pendapat sebagaimana di atas, dapat dekemukakan bahwa unsur-unsur yang
terdapat dalam konstitusi modern meliputi ketentuan tentang:
3. Perubahan Konstitusi
Betapapun sempurnanya sebuah konstitusi, pada suatu saat konstitusi itu bisa
ketinggalan jaman atau tidak sesuai lagi dengan dinamika dan perkembangan masyarakat. Karena
itulah perubahan atau amandemen konstitusi merupakan sesuatu hal yang wajar dan tidak perlu
dianggap sebagai sesuatu yang istimewa. Yang penting bahwa perubahan itu didasarkan pada
kepentingan negara dan bangsa dalam arti yang sebenarnya, dan bukan hanya karena
kepentingan politik sesaat dari golongan atau kelompok tertentu.
Secara teoritik perubahan undang-undang dasar dapat terjadi melalui berbagai cara.
CF. Strong menyebutkan 4 (empat) macam cara perubahan terhadap undang-undang dasar, yaitu:
a. oleh kekuasaan legislatif tetapi dengan pembatasan-pembatasan tertentu,
b. oleh rakyat melalui referendum,
c. oleh sejumlah negara bagian- khususnya untuk negara serikat,
d.dengan kebiasaan ketatanegaraan, atau oleh suatu lembaga negara yang khusus dibentuk
untuk keperluan perubahan.
NEGARA DAN KONSTITUSI