Anda di halaman 1dari 18

Kata konstitusi secara literal berasal dari bahasa prancis Constituin yang berarti membentuk.

Dalam konteks
ketatanegaraan, konstitusi dimaksudkan dengan pembentukan suatu negara, konstitusi juga bias berarti
peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan suatu negara.

Dalam bahasa belanda, istilah konstitusi dikenal dengan istilah Grondwet, yang berarti undang-undang dasar
(grond=dasar, wet=undang-undang). Di jerman istilah konstitusi juga dikenal dengan istilah Grundgesetz, yang
juga berarti Undang-Undang Dasar (grund=idasar dan gesetz=Undang-Undang).
Istilah konstitusi menurut Chairul Anwar adalah fundamental laws tentang pemerintahan suatu negara dan nilainilai fundamentalnya. Sementara menurut Sri Soemantri, konstitusi berarti suatu naskah yang membuat suatu
bangunan negara dan sendi-sendi system pemerintahan negara. Dari dua pengertian bisa dikatakan bahwa
konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) mengenai sendi-sendi yang diperlukan untuk berdirinya
sebuah negara.
E.C.S. Wade mengatakan bahwa yang dimaksud dengan konstitusi adalah a document having a special legal
sanctity which sets out the framework and the principal functions of the organs of government of a state and
declares the principles governing the operation of those organs (naskah yang memaparkan rangka dan tugastugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menetukan pokok cara kerja badan tersebut).
Dari berbagai pengertian konstitusi diatas, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan konstitusi dalah
sejumlah aturan-aturan dasar dan ketentuan-ketentuan hokum yang dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur
lembaga pemerintahan termasuk dasar hubungan kerjasama antara Negara dan masyarakat (rakyat) dan
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam peraktiknya, konstitusi ini terbagi kedalam 2 (dua) bagian,
yakni yang tertulis atau dikenal dengan undang-undang dasar dan yang tidak tertulis, atau dikenal dengan
konvensi.
Dalam perkembangannya, ada beberapa pendapat yang membedakan antara konstitusi dengan undang-undang
dasar. Seperti yang dikemukakan oleh Herman Heler. Ia mengatakan bahwa konstitusi lebih luas dari pada
undang-undang dasar. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis melainkan juga bersifat sosiologis dan politis.
Sedangkan undang-undang dasar lainnya merupakan sebagian dari pengertian konstitusi, yakni die geschreiben
verfassung atau konstitusi yang ditulis (Milan,2001:14).
Pendapat yang sama dikemukakan oleh F.Lassale yang dikutip oleh Abu Daud Busroh dan Abubakar Busr. Ia
membagi pengertian konstitusi kedalam dua pengertian, yaitu:
1. Pengertian sosiologis dan politis (sosiologiche atau politische begrip). Konstitusi merupakan shintese factor
kekuatan yang nyata (dereele machtsfactoren) dalam masyarakat. Jadi konstitusi menggambarkan hubungan
antara kekuasaan yang terdapat dengan nyata dalam suatu negara.
2. Pengertian yuridis (yuridische begrip). Konstitusi adalah suatu naskah yang memuat semua bangunan negara
dan sendi-sendi pemerintahan
2. Tujuan Konstitusi

Konstitusi sebagaimana disebutkan merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk dalam mengatur hubungan
antar negara dan warga negara. Konstitusi juga dapat dipahami sebagai bagian dari social contract (kontrak
social) yang memuat aturan main dalam berbangsa dan bernegara. Lebih jelas, Suvernin Lohman menjelaskan
bahwa dalam konstitusi harus memuat unsure-unsur sebagai berikut:
1. Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak social), artinya bahwa konstitusi
merupakan konklusi dari kesepakatan masyarakat untuk membina negara dan pemerintahan yang akan
mengatur mereka.
2. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia dan warga negara sekalipun penentuan
batas-batas hak dan kewajiban warga negara dan alat-alat pemerintahannya.
3. Onstitusi sebagai forma regimenis yaitu kerangka bangunan pemerintahan (Solly Lubis, 1982:48).
Konstitusi memiliki tujuan untuk membatasi kewenangan pemerintah dalam menjamin hak-hak yang diperintah
dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Secara spesifik CF. strong memberikan batasan
tentang tujuan konstitusi sebagaimana dikutib Thalib-sebagai berikut : are to limit the arbitrary action of the
government, to quarantee the right of the governed, and to define the operation of the sovereign power (Thaba,
2001:27). Pendapat yang hamper sama dikemukakan oleh Loewenstein. Ia mengatakan bahwa konstitusi
merupakan sarana dasar untuk mengawasi proses-proses kekuasaan.
Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat dikelasifikasikan menjadi 3 tujuan, yaitu:
1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri
3. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam menjalankan
kekuasaannya.
Pentingnya Konstitusi Dalam Suatu Negara
Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan sesuatu hal yang sangat krusial,
karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk sebuah negara.
Dr. A. Hamid S. Attamimi menegaskan-seperti yang dikutip Thaib- bahwa konstitusi atau undang-undang dasar
merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus dipakai
sebagai pegangan dalam mengatur bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan, sejalan dengan pendapat
tersebut, Bagir Manan mengatakan bahwa hakekat konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusi
atau konstitusionalisme yaitu pemabatasan terhadap kekuasaan pemerintah disuatu pihak dan jaminan terhadap
hak-hak warga negara maupun setiap penduduk dipihak lain.
Sejalan dengan perlunya konstitusi sebagai instrument untuk membatasi kekuasaan dalam suatu negara Miriam
Budiardjo mengatakan : Di dalam Negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, undangundang dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian diharapkan hak-hak warga
negara akan lebih terlindungi. (Budiardjo, 1978:96).
Dalam konteks pentingnya konstitusi Kusnardi menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi
kedalam dua bagian, yakni membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi kekuasaan pemerintah atau
penguasa dalam negara. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi mereka yang memandang negara dari sudut
kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan, maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga
atau kumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan dibagi diantara bebrapa lembaga kenegaraan,
seperti antara lembaga legislative, eksekutif dan yudikatif.
Selain sebagai pembatas kekuasaan, konstitusi juga digunakan sebagai alat untuk menjamin hak-hak warga
negara. Hak-hak tersebut mencakup hak-hak asasi, seperti hak untuk hidup, kesejahtraan hidup dan kebebasan.
Mengingat pentingnya konstitusi dalam suatu negara ini, Struycken dalam bukunyahet Staatsrecht van Het
Koninkrijk der Nederlander mengatakan bahwa Undang-undang Dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan
dokumen formal yang berisikan:
1. Hasil perjuangan politik bangsa diwaktu yang lampau
2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan bik untuk sekarang maupun untuk waktu yang akan
datang

4. Suatu keinginan. Dimana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin.


Keempat materi yang terdapat dalam konstitusi atau undang-undang tersebut, menunjukan arti pentingnya suatu
konstitusi yang menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa, serta memberikan arahan dan pedoman
bagi generasi penerus bangsa dalam menjalankan suatu negara.
Eksistensi konstitusi dalam suatu negara merupakan suatu keniscayaan, karena dengan adanya konstitusi akan
tercipta pembatasan kekuasaan melalui pembagian wewenang dan kekuasaan dalam menjalankan negara.
Selain itu, adanya konstitusi juga menjadi suatu hal yang sangat penting untuk menjamin hak-hak asasi warga
negara, sehingga terjadi penindasan dan perlakuan sewenang-wenang dari pemerintah.

Konstitusi Demokratis
Konstitusi merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk untuk mengatur dasar hubungan kerjasama antara
negara dan masyarakat (rakyat) dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai sebuah aturan
dasar yang mengatur hubungan dalam bernegara, maka sepatutnya konstitusi dibuat atas dasar kesepakatan
bersama antara negara dan warga negara, agar satu sama lain merasa bertanggung jawab serta tidak menjadi
penindasan dari yang kuat terhadap yang lemah.
Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis bagi seluruh warga negara. Dengan
kata lain, negara yang memilih demokrasi sebagai pilihannya, maka konstitusi demokratis merupakan aturan
yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi dinegara tersebut sehingga melahirkan kekuasaan atau
pemerintahan yang demokratis pula.
Meskipun tidak dijumpai pemerintahan yang demokratis murni didunia ini, namun pada dasarnya, setiap
konstitusi yang digolongkan sebagai konstitusi demokratis haruslah memiliki prinsip-prinsip dasar demokrasi
sendiri.
Prinsip-prinsip dasar demokrasi dalam kehidupan bernegara, yaitu:
1. Menempatkan warga negara sebagai sumber utama kedaulatan
2. Mayoritas berkuasa dan terjaminnya hak minoritas
3. Pembatasan pemerintahan
4. Pembatasan dan pemisahan kekuasaan negara yang meliputi:
a. Pemisahan wewenang kekuasaan berdasarkan trias politika
b. Control dan keseimbangan lembaga-lembaga pemerintahan
c. Proses hukum
d. Adanya pemilihan umum sebagai mekanisme peralihan kekuasaan.
Prinsip-prinsip konstitusi demokratis ini merupakan refleksi dari nilai-nilai dasar terkandung dalam hak asasi
manusia yang meliputi:
1. Hak-hak dasar (basic rights)
2. Kebebasan mengeluarkan pendapat
3. Hak-hak individu
4. Keadilan
5. Persamaan
6. Keterbukaan.

Sistem Ketatanegaraan Negara Republik Indonesia terdapat dalam Sistem Konstitusi


(Hukum Dasar) Republik Indonesia, selain tersusun dalam hukum dasar yang tertulis yaitu
UUD 1945, juga mengakui hukum dasar yang tidak tertulis. Perlu diperhatikan bahwa
kaidah-kaidah hukum ketatanegaraan tidak hanya terdapat pada hukum dasar. Kaidahkaidah hukum ketatanegaraan terdapat juga pada berbagai peraturan ketatanegaraan
lainnya seperti dalam Tap. MPR, UU, Perpu, dan sebagainya.

Hukum dasar tidak tertulis yang dimaksud dalam UUD 1945 adalah Konvensi atau kebiasaan
ketatanegaraan dan bukan hukum adat (juga tidak tertulis), terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara.
Meminjam rumusan (dalam teori) mengenai Konvensi dari AV. Dicey : adalah ketentuan yang
mengenai bagaimana seharusnya mahkota atau menteri melaksanakan Discretionary
Powers .
Dicretionary Powers adalah kekuasaan untuk bertindak atau tidak bertindak yang sematamata didasarkan kebijaksanaan atau pertimbangan dari pemegang kekuasaan itu sendiri.
Hal diatas yang mula-mula mengemukakan yaitu Dicey dikalangan sarjana di Inggris
pendapat tersebut dapat diterima, beliau memperinci konvensi ketatanegaraan merupakan
hal-hal sebagai berikut :

1.

Konvensi adalah bagian dari kaidah ketatanegaraan (konstitusi) yang tumbuh,


diikuti dan ditaati dalam praktek penyelenggaraan negara.

2.

Konvensi sebagai bagian dari konstitusi tidak dapat dipaksakan oleh


(melalui) pengadilan.

3.

Konvensi ditaati semata-mata didorong oleh tuntutan etika, akhlak atau


politik dalam penyelenggaraan negara.

4.

Konvensi adalah ketentuan-ketentuan mengenai bagaimana seharusnya


(sebaliknya) discretionary powers dilaksanakan.

Menyinggung ketatanegaraan adalah tak terlepas dari organisasi negara, disini muncul
pertanyaan yaitu : apakah negara itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita pinjam
Teori Kekelompokan yang dikemukakan oleh ; Prof. Mr. R. Kranenburg.
Adalah sebagai berikut :
Negara itu pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh
sekelompok manusia yang disebut bangsa dengan tujuan untuk menyelenggarakan kepentingan
mereka bersama
Maka disini yang primer adalah kelompok manusianya, sedangkan organisasinya, yaitu
negara bersifat sekunder.
Tentang negara muncul adanya bentuk negara dan sistem pemerintahan, keberadaan
bentuk

negara

menurut

pengertian

ilmu

negara

dibagi

menjadi

dua

yaitu : Monarchie danRepublik.


Jika seorang kepala negara diangkat berdasarkan hak waris atau keturunan maka
bentuk negara disebut Monarchie dan kepala negaranya disebut Raja atau Ratu.
Jika kepala negara dipilih untuk masa jabatan yang ditentukan, bentuk negaranya
disebut Republik dan kepala negaranya adalah Presiden.
PERATURAN KETATANEGARAAN DI INDONESIA MENURUT UUD 1945
PADA ZAMAN PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA
(Indonesische Staatsregeling, disingkat IS)
Dg. S. 1855-2 jo. 1 disebutkan namanya Regeeringsreglement dengan singkatan RR,
kemudian

s.d.u.t.

dengan

Ind. S.

1925-415

jo.

577

sebutan

namanya

menjadi

Staatsinrichting van Ned. Ind. dan terakhir s.d.u.t. dg. Ind. S. 1925-447 sebutan namanya
menjadi Ind. Staatsregeling, disingkat ISR, di mana diumumkan kembali naskah secara

menyeluruh dengan nomor urut pasal-pasalnya seperti yang sekarang ini yang mulai
berlaku sejak 1 Jan. 1926.
Pasal 131
(1)

Hukum-hukum perdata, dagang dan pidana, begitu pula hukum acara perdata dan

pidana, diatur dengan undang-undang (ordonansi), dengan tidak mengurangi wewenang


yang diberikan oleh atau berdasarkan undang-undang kepada pembentuk perundangundangan pidana. Pengaturan ini dilakukan, baik untuk seluruh golongan penduduk atau
beberapa golongan dari penduduk itu ataupun sebagian dari golongan itu, ataupun baik
untuk bagian-bagian dari daerah secara bersama maupun untuk satu atau beberapa
golongan
(2)

atau

bagian

dari

golongan

itu

secara

khusus.

Dalam ordonansi-ordonansi yang mengatur hukum perdata dan dagang ini:

a.

Untuk golongan Eropa berlaku (dianut) undang-undang yang berlaku di Negeri

Belanda, dan penyimpangan dari itu hanya dapat dilakukan dengan mengingat baik yang
khusus bertaku menurut keadaan di Indonesia, maupun demi kepentingan mereka
ditundukkan kepada peraturan perundang-undangan menurut ketentuan yang sama bagi
satu atau beberapa golongan penduduk lainnya;
b.

Untuk orang-orang Indonesia, golongan Timur Asing atau bagian-bagian dari golongan-

golongan itu, yan merupakan dua golongan dari penduduk, sepanjang kebutuhan
masyarakat megnghendaki, diberlakukan baik ketentuan perundang-undangan untuk
golongan Eropa, sedapat mungkin dengan mengadakan perubahan-perubahan seperlunya,
maupun ketentuan perundang-undangan yang sama dengan golongan Eropa, sedangkan
untuk hal-hal lain yang belum diatur di situ, bagi mereka berlaku peraturan hukum yang
bertalian dengan agama dan adat-kebiasaan mereka, yang hanya dapat menyimpang dari
itu, apabila temyata kepentingan umum atau kebutuhan masyarakat menghendakinya. (ISR.
163; S. 1882-152; S. 1917-129, 130; S. 1924-556; S. 1931-53 jo. 177.)
(3)

Dalam ordonansi-ordonansi yang mengatur hukum pidana, hukum seats p,erdata dan

hukum acara pidana, bila hal itu berlaku secara khusus untuk golongan Eropa, dianut
undang-undang yang berlaku di Negeri Belanda, akan tetapi dengan perubahan-perubahan
yang diperlukan yang disebabkan oleh keadaan khusus di Indonesia; bila karena penerapan
atau penundukan diri kepada peraturan umum yang berlaku sama bagi golongan lain atau
sebagian dari golongan itu, barulah undang-undang itu diberlakukan bila terdapat
persesuaian
(4)

dengan

keadaan

yang

khusus

itu.

Orang-orang Indonesia dan golongan Timur Asing, sepanjang mereka belum

ditundukkan

kepada

peraturan

yang

sama

bagi

golongan

Eropa,

berhak

untuk

menundukkan diri secara kescluruhan atau sebahagian, untuk melakukan perbuatan


hukum tertentu, kepada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam hukum perdata dan hukum
dagang untuk golongan Eropa yang sebetulnya tidak berlaku bagi mereka itu. Penundukan
diri kepada hukum Eropa ini beserta akibat-akibat hukumnya diatur dengan ordonansi. (ISR.
163-1
(5)

S.

1917-12,

528jo.

S.

1926-360.)

Ordonansi-ordonansi yang disebutkan dalam pasal ini berlaku hanya di daerah-daerah

di mana orang-orang Indonesia diberi kebebasan untuk menggunakan hukum acaranya


sendiri dalam berperkara, bila penerapannya dapat disesuaikan dengan keadaan setempat.
(S.

1932-80.)

(6)

Hukum perdata dan hukum dagang yang sekarang berlaku bagi orang-orang Indonesia

dan golongan Timur Asing masih tetap berlaku selama belum diganti dengan ordonansiordonansi seperti yang disebutkan dalam ayat (2) b seperti tersebut di atas. (ISR. 134, 163.)
Pasal 134
(1)

Semua perselisihan mengenai hak milik dan hak-hak lainnya yang timbul karenanya,

tagihan

utang

atau

perkara

perdata

lainnya,

merupakan

perkara

yang

untuk

penyelesaiannya harus dikemukakan di pengadilan (melalui kekuasaan kehakiman). (RO. 2.)


(2)

(s.d.u. dg.S. 1929-221jo. 487.) Akan tetapi perkara perdata antarasesama orang Islam,

bila hukum adat mereka menghendakinya, dapat diselesaikan di pengadilan agama,


sepanjang hal itu tidak ditentukan lain oleh ordonansi. (RO. 3; ISR. 163; S. 1882-152, 153; S.
1931-53 jo. 177; S. 1911-633.)
Pasal 142.
Rahasia yang dipercayakan kepada Jawatan Pos dan badan angkutan surat-surat pos lainnya
tidak dapat diganggu gugat, kecuali atas perintah hakim dapat digugat dalam hal-hal seperti
yang ditentukan dalam ordonansi. (S. 1893-240 jo. S. 1923-317; KUHP 430 dst.; Sv. 91; F. 13
dst.)
Pasal 143.
Siapa pun tidak dapat dituntut karena pidana atau dijatuhi hukum pidana karenanya, kecuali
dengan cara-cara dan dalain hal-hal yang disebutkan dalam perundang-undangan umum.
(AB. 26; KUHP. 1; Sv. 370; IR. 294; RBg. 661.)
Pasal 144.
Tidak ada hukuman pidana yang mengakibatkan seseorang kehilangan hak asasinya
(burgerlijke dood) atau kehilangan semua haknya dalam hukum keperdataan. (KUHPerd. 3.)
Pasal 145.
Untuk setiap pelanggaran atau kejahatan tidak dapat dijatuhi hukum pidana dengan
melakukan sitaan atas barang-barang milik seseorang yang dikalahkan dalam perkara.
Pasal 163.
(1)

Bila ketentuan-ketentuan dalam undang-undang ini, peraturan umum dan verordening

lainnya, reglemen, pemeriksaan polisi dan peraturan administrasi berbeda-beda yang


digunakan untuk golongan Eropa, orang Indonesia dan golongan Timur Asing, berlakulah
pelaksanaan-pelaksanaan

seperti

berikut.

(2)

Ketentuan-ketentuan untuk golongan Eropa berlaku bagi:

1.

Semua orang Belanda;

2.

Semua orang yang tidak termasuk dalam no. 1 yang berasal dari Eropa;

3.

semua orang Jepang dan selanjutnya semua pendatang dari luar negeri yang tidak

termasuk dalam no. 1 dan 2 yang di negeri-asalnya berlaku bagi mereka hukum
keluarga yang pada dasamya mempunyai asas-asas hukum yang sama dengan hukum
keluarga Belanda;
4.

anak-anak yang sah atau yang diakui sah berdasarkan undang-undang di Indonesia

beserta keturunan-keturunan dari orang-orang seperti yang disebutkan dalam no. 2 dan 3.
(3)

Ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi orang-orang Indonesia, kecuali bagi orang-

orang Kristen-Indonesia yang keadaan hukumnya telah ditetapkan dengan ordonansi,


berlaku bagi semua orang yang termasuk penduduk asli Indonesia dan yang tidak
mengalihkan status hukumnya ke golongan lain dari penduduk asli Indonesia, dan termasuk
mereka yang merupakan golongan lain dari penduduk asli Indonesia akan tetapi telah

membaurkan
(4)

diri

dalam

penduduk

asli

Indonesia.

Ketentuan-ketentuan untuk golongan Timur Asing, kecuali yang status hukumnya telah

ditetapkan dalam ordonansi bagi mereka yang memeluk Agama Kristen, berlaku bagi semua
orang yang tidak memenum unsur-unsur seperti yang disebutkan dalam ayat (2) dan (3)
pasal
(5)

ini.
Dengan persetujuan Raad van Indonesia, Gubernur Jenderal berwenang untuk

memberlakukan ketentuan-ketentuan untuk golongan Eropa bagi mereka yang tidak tunduk
kepada ketentuan-ketentuan tersebut di atas. Pernyataan berlakunya ketentuan-ketentuan
ini bagi mereka, berlaku pula demi hukum bagi anak-anak mereka yang sah yang dilahirkan
kemudian dan anak-anak mereka yang sah berdasarkan undang-undang dan keturunanketurunan
(6)

lanjutan

mereka.

(S.

1883-192.)

Setiap orang berdasarkan peraturan yang ditetapkan dalam ordonansi dapat

mengajukan permohonan kepada hakim untuk ditetapkan dalam kategori mana orang itu
berada.

Bentuk negara menurut UUD 1945 baik dalam Pembukaan dan Batang Tumbuh dapat
diketahui pada pasal 1 ayat 1, tidak menunjukkan adanya persamaan pengertian dalam
menggunakan istilah bentuk negara (lihat alinea ke 4);
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, dst. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik .
Dalam

sistem

ketatanegaraan

dapat

diketahui

melalui

kebiasaan

ketatanegaraan

(convention), hal ini mengacu pengertian Konstitusi, Konstitusi mengandung dua hal
yaitu :Konstitusi tertulis dan Konstitusi tidak tertulis, menyangkut konstitusi sekelumit
disampaikan tentang sumber hukum melalui ilmu hukum yang membedakan dalam arti
materiil dan sumber hukum dalam arti formal.
Sumber hukum dalam arti materiil adalah sumber hukum yang menentukan isi dan
substansi hukum sedangkan sumber hukum dalam arti formal adalah hukum yang dikenal
dari bentuknya, karena bentuknya itu menyebabkan hukum berlaku umum, contoh dari
hukum formal adalah Undang-Undang dalam arti luas, hukum adat, hukum kebiasaan, dan
lain-lain.
Konvensi atau hukum kebiasaan ketatanegaraan adalah hukum yang tumbuh dalam praktek
penyelenggaraan

negara,

untuk

melengkapi,

menyempurnakan,

menghidupkan

mendinamisasi kaidah-kaidah hukum perundang-undangan. Konvensi di Negara Republik


Indonesia diakui merupakan salah satu sumber hukum tata negara.
Pengertian Undang-Undang Dasar 1945 terdiri dari 2 kelompok yaitu : Pembukaan, Batang
Tumbuh yang memuat pasal-pasal, dan terdiri 16 bab, 37 pasal, 3 pasal aturan peralihan
dan aturan tambahan 2 pasal. Mengenai kedudukan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
sumber hukum tertinggi, Pancasila merupakan segala sumber hukum.
Dilihat dari tata urutan peraturan perundang-undangan menurut TAP MPR No. III/MPR/ 2000,
tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan peraturan perundang-undangan.
TAP MPR NO. XX/MPRS/1966

TAP MPR NO. III/MPR/2000

Tata Urutannya sebagai berikut :1. UUD


1945 2. TAP MPR
3. UU / Peraturan Pemerintah Pengganti
UU
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
6. Peraturan Pelaksanaan lainnya seperti:
- Peraturan Menteri
- Instruksi Menteri

Tata Urutannya sebagai berikut :1. UUD


1945 2. TAP MPR RI
3. Undang Undang
4. Peraturan Pemerintah Pengganti UU
(Perpu)
5. Peraturan Pemerintah
6. Keputusan Presiden
7. Peraturan Daerah

Sifat Undang-Undang Dasar 1945, singkat namun supel, namun harus ingat kepada
dinamika kehidupan masyarakat dan Negara Indonesia, untuk itu perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Pasalnya hanya 37 buah, hanya mengatur pokok-pokoknya saja, berisi instruksi kepada
penyelenggara negara dan pimpinan pemerintah untuk menyelenggarakan pemerintahan
negara dan mewujudkan kesejahteraan sosial.
b. Aturan pelaksanaan diserahkan kepada tataran hukum yang lebih rendah yakni UndangUndang, yang lebih mudah cara membuat, mengubah, dan mencabutnya.
c. Yang penting adalah semangat para penyelenggara negara dan pemerintah dalam
praktek pelaksanaan.
d. Kenyataan bahwa UUD 1945 bersifat singkat namun supel seperti yang dinyatakan
dalam UUD 1945, secara kontekstual, aktual dan konsisten
menjelaskan

dapat dipergunakan untuk

ungkapan Pancasila merupakan ideologi terbuka serta membuatnya

operasional.
e. Dapat kini ungkapan Pancasila merupakan ideologi terbuka dioperasionalkan setelah
ideologi Pancasila dirinci dalam tataran nilai. Pasal-pasal yang mengandung nilai-nilai
Pancasila (nilai dasar) yakni aturan pokok didalam UUD 1945 yang ada kaitannya dengan
pokok-pokok pikiran atau ciri khas yang terdapat pada UUD 1945. Nilai instrumen Pancasila,
yaitu aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu (TAP MPR, UU, PP, dsb).
Fungsi dari Undang-Undang Dasar merupakan suatu alat untuk menguji peraturan
perundang-undangan dibawahnya apakah bertentangan dengan UUD disamping juga
merupakan sebagai fungsi pengawasan.
Makna Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan
dan tekad bangsa Indonesia yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita moral yang
ingin ditegakkan baik dalam lingkungan nasional maupun dalam hubungan pergaulan
bangsa-bangsa di dunia.

Pembukaan yang telah dirumuskan secara padat dan hikmat dalam 4 alinea itu, setiap alinea
dan kata katanya mengandung arti dan makna yang sangat mendalam, mempunyai nilainilai yang dijunjung oleh bangsa-bangsa beradab, kemudian didalam pembukaan tersebut
dirumuskan menjadi 4 alinea.
Pokok pokok pikiran alinea pertama berbunyi :
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
perikeadilan .
Makna yang terkandung dalam alinea pertama ini ialah;

1.

Adanya keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia membela


kemerdekaan melawan penjajah.

2.

Tekad bangsa Indonesia untuk merdeka dan tekad untuk tetap berdiri
dibarisan yang paling depan untuk menentang dan menghapus penjajahan
diatas dunia.

3.

Pengungkapan suatu dalil obyektif, yaitu bahwa penjajahan tidak sesuai


dengan perkemanusiaan dan perikeadilan; penjajah harus ditentang dan
dihapuskan.

4.

Menegaskan kepada bangsa/pemerintah Indonesia untuk senantiasa


berjuang melawan setiap bentuk penjajahan dan mendukung kemerdekaan
setiap bangsa.

Alinea kedua berbunyi :


Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan
selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Makna yang terkandung disini adalah ;

1.

Bahwa kemerdekaan yang merupakan hak segala bangsa itu bagi bangsa
Indonesia, dicapai dengan perjuangan pergerakkan bangsa Indonesia.

2.

Bahwa perjuangan pergerakan tersebut telah sampai pada tingkat yang


menentukan, sehingga momentum tersebut harus dimanfaatkan untuk
menyatakan kemerdekaan.

3.

Bahwa kemerdekaan bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi
dengan mewujudkan Negara Indonesia yang bebas, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur, yang tidak lain adalah merupakan cita-cita bangsa Indonesia
(cita-cita nasional).

Alinea ke tiga berbunyi :


Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
Hal ini mengandung makna adanya ;

1.

Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan kita adalah berkat ridho
Tuhan.

2.
3.

Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsa Imdonesia terhadap suatu


kehidupan didunia dan akhirat.
Pengukuhan dari proklamasi kemerdekaan.

Alinea ke-empat berbunyi :


Kemudian daripada itu untuk membentuk pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamian abadi, keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Alinea ke empat ini sekaligus mengandung;

1. Fungsi sekaligus tujuan Negara Indonesia yaitu :


Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Memajukan kesejahteraan umum

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan

Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,


perdamaian abadi, dan keadilan sosial
2. Susunan / bentuk Negara adalah Republik
3. Sistem pemerintahan Negara adalah Kedaulatan Rakyat
4. Dasar Negara adalah Pancasila, sebagaimana seperti dalam sila-sila yang terkandung
didalamnya.
Dari uraian diatas maka, sementara dapat disimpulkan bahwa sungguh tepat apa yang
telah dirumuskan didalam Pembukaan UUD 1945 yaitu : Pancasila merupakan landasan ideal
bagi terbentuknya masyarakat adil dan makmur material dan spiritual didalam Negara Republik
Indonesia yang bersatu dan demokratif.
Sebelum menjelaskan mengenai sistem ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 disampaikan terlebih dahulu mengenai struktur ketatanegaraan
pada umumnya. Istilah struktur ketatanegaraan disini adalah terjemahan dari istilah Inggris
The Structure of Government .
Pada umumnya struktur ketatanegaraan suatu negara meliputi dua suasana, yaitu : supra
struktur politik dan infra struktur politik, yang dimaksud dengan supra struktur politik disini
adalah segala sesuatu yang bersangkutan dengan apa yang disebut alat- alat perlengkapan
negara termasuk segala hal yang berhubungan dengannya.
Hal-hal yang termasuk dalam supra struktur politik ini adalah mengenai kedudukan,
kekuasaan dan wewenangnya, tugasnya, pembentukannya, serta hubungan antara alat-alat
perlengkapan itu satu sama lain.
Adapun infra struktur politik meliputi lima macam komponen, yaitu :

1.

komponen Partai Politik,

2.

Komponen golongan kepentingan,

3.

Komponen alat komunikasi politik,

4.

Komponen golongan penekan,

5.

Komponen tokoh politik.

Praktek ketatanegaraan Negara Republik Indonesia sebelum amandemen UUD 1945 dapat
diuraikan mengenai pendapat-pendapat secara umum yang berpengaruh (dominan)
berpendapat, UUD 1945 dan Pancasila harus dilestarikan, upaya pelestarian ditempuh
dengan cara antara lain tidak memperkenankan UUD 1945 diubah.
Secara hukum upaya tersebut diatur sebagai berikut :
1. MPR menyatakan secara resmi tidak akan mengubah UUD 1945 seperti tercantum dalam
TAP MPR No. I/MPR/1983, pasal 104 berbunyi sebagai berikut Majelis berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945 tidak berkehendak dan tidak akan melakukan perubahan
terhadap serta akan melaksanakannya secara murni dan konsekuen .
2. Diperkenalkannya referendum dalam sistem ketatanegaraan RI. Kehendak MPR untuk
mengubah UUD 1945 harus terlebih dahulu disetujui dalam sebuah referendum sebelum
kehendak itu menjelma menjadi perubahan UUD. Referendum secara formal mengatur
tentang tata cara perubahan UUD 1945 secara nyata, lembaga ini justru bertujuan untuk
mempersempit kemungkinan mengubah UUD 1945 hal ini dapat diketahui pada bunyi
konsideran TAP MPR No. IV/MPR/1983 huruf e yang berbunyi :
Bahwa dalam rangka makin menumbuhkan kehidupan demokrasi Pancasila dan keinginan
untuk meninjau ketentuan pengangkatan 1/3 jumlah anggota MPR perlu ditemukan jalan
konstitusional agar pasal 37 UUD 1945 tidak mudah digunakan untuk merubah UUD 1945.
Kata melestarikan dan mempertahankan UUD 1945 secara formal adalah dengan tidak
mengubah kaidah-kaidah yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 diakui bahwa UUD
1945 seperti yang terdapat didalam penjelasan adalah sebagai berikut :
Memang sifat aturan itu mengikat oleh karena itu makin supel (elastic) sifatnya aturan itu
makin baik. Jadi kita harus menjaga supaya sistem UUD jangan sampai ketinggalan jaman .
Dari uraian diatas dapat diketahui adanya dua prinsip yang berbeda yaitu : yang pertama
berkeinginan mempertahankan, sedangkan prinsip yang kedua menyatakan UUD jangan
sampai ketinggalan jaman, yang artinya adanya perubahan, mengikuti perkembangan
jaman dalam hal ini perlu dicari jalan keluar untuk memperjelas atau kepastian hukum
dalam ketatanegaraan.
Jalan keluar salah satu diantaranya bentuk ketentuan yang mengatur cara melaksanakan
UUD 1945 adalah konvensi. Konvensi merupakan

condition sine quanon (keadaan

sesungguhnya) untuk melaksanakan UUD 1945. Untuk melestarikan atau mempertahankan


UUD 1945 yaitu agar UUD 1945 mampu menyesuaikan dengan perkembangan jaman
sedangkan larangan mengubah UUD 1945 dapat dilihat sebagai aspek statis (mandeg) dari
upaya mempertahankan atau melestarikan UUD 1945.
Selain alasan-alasan diatas kehadiran konvensi dalam sistem ketatanegaraan RI, didorong
pula oleh :

1.

Konvensi merupakan sub sistem konstitusi yang selalu ada di setiap negara.

2.

Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat. Konvensi


merupakan salah satu sarana untuk menjamin pelaksanaan kedaulatan rakyat.

Didalam memperjelas mengenai ketatanegaraan di Indonesia pada UUD 1945 sebelum


amandemen dapat dilihat pada bagan lampiran tersendiri. Dan setelah UUD 1945 dilakukan
amandemen yang pertama disahkan pada tanggal 19 Oktober 1999, kedua pada tanggal 18
Agustus 2000, ketiga pada tanggal 9 November 2001 dan keempat pada tanggal 10 Agustus
2002 dari perubahan atau amandemen UUD 1945 tampak terlihat adanya perubahan
struktur ketatanegaraan RI yang selanjutnya didalam struktur setelah amandemen adanya
lembaga baru yaitu Mahkamah Konstitusi dalam hal ini diatur kedalam UUD 1945 yang
diamandemen pasal 7B ayat 1-5 yang intinya adalah menyangkut jabatan Presiden dan
Wakil Presiden, dan apablia melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, dll harus diajukan terlebih dahulu ke Mahkamah
Konstitusi untuk memeriksa, mengadili dan memutuskan seadil-adilnya terhadap pendapat
DPR kepada penyalahgunaan Presiden/Wakil Presiden. Dalam hal ini DPR mengajukannya
masalahnya ke Mahkamah Konstitusi selanjutnya diserahkan kepada MPR untuk diambil
langkah-langkah selanjutnya dalam sidang istimewa.
Hubungan negara dan warga negara serta HAM menurut UUD 1945 dilihat dari sejarah
bangsa Indonesia tentang kewarganegaraan pada Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
mana pasal 26 ayat 1 menentukan bahwa;
Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang bangsa lain
yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga negara,
sedangkan ayat 2 menyebutkan bahwa;
Syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang- Undang.
Mengacu pada pembahasan oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia, masalah hak asasi manusia Indonesia menjadi perdebatan sengit, ada yang
mengusulkan agar hak asasi manusia dimasukkan kedalam ide tetapi ada juga yang
menolaknya.
Pada akhirnya antara pro dan kontra tentang hak asasi manusia dimasukkan dalam UUD
dilengkapi suatu kesepakatan yaitu masuk kedalam pasal-pasal : 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33,
dan 34. Yang dimaksud kewajiban asasi adalah kewajiban setiap pribadi untuk berbuat agar
eksistensi negara atau masyarakat dapat dipertahankan, sebaliknya negara memiliki
kemampuan menjamin hak asasi warga negaranya. Mengenai hak asasi manusia
merupakan hak yang melekat pada diri manusia itu sejak lahir terlihat dari uraian diatas
mengenai hubungan antar negara dan warga negara masing-masing memiliki hak dan
kewajiban.

1. Kedudukan Pancasila Sebagai Sumber dari segala Hukum


Sebagai sumber dari segala hukum atau sebagai sumber tertib hukum
Indonesia maka Setiap produk hukum harus bersumber dan tidak boleh bertentangan
dengan Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan
UUD 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok
pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya

dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD 1945, serta hukum positif lainnya.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup bangsa serta idiologi bangsa
dan negara, bukanlah hanya untuk sebuah rangkaian kata- kata yang indah namun
semua itu harus kita wujudkan dan di aktualisasikan di dalam berbagai bidang dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan bahwa Pancasila itu sebagai
sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari seluruh tertib hukum yang ada di
Negara RI. Berarti semua sumber hukum atau peraturan-peraturan, mulai dari
UUD`45, Tap MPR, Undang-Undang, Perpu (Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang), PP (Peraturan Pemerintah), Keppres (Keputusan Presiden), dan seluruh
peraturan pelaksanaan yang lainnya, harus berpijak pada Pancasila sebagai landasan
hukumnya. Semua produk hukum harus sesuai dengan Pancasila dan tidak boleh
bertentangan dengannya. Oleh sebab itu, bila Pancasila diubah, maka seluruh produk
hukum yang ada di Negara RI sejak tahun 1945 sampai sekarang, secara otomatis
produk hukum itu tidak berlaku lagi. Atau dengan kata lain, semua produk hukum
sejak awal sampai akhir, semuanya, Batal Demi Hukum. Karena sumber dari segala
sumber hukum yaitu Pancasila, telah dianulir.Oleh sebab itu Pancasila tidak bisa
diubah dan tidak boleh diubah.
Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi atau falsafah terlahir dan telah
membudaya di dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.Nilai-nilai itu tertanam
dalam hati, tercermin dalam sikap dan perilaku serta kegiatan lembaga-lembaga
masyarakat. Dengan perkataan lain, Pancasila telah menjadi cita-cita moral bangsa
Indonesia, yang mengikat seluruh warga masyarakat baik sebagai perorangan maupun
sebagai kesatuan bangsa (Poespowardojo dan
Hardjatno, 2010).Namun demikian nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
harus diimplementasikan sebagai sumber dari semua sumber hukum dalam negara dan
menjadi landasan bagi penyelenggaraan negara.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara ditunjukkan pada alinea keempat
Pembukaan UUD 1945, yang secara nyata merupakan lima sila Pancasila. Hal itu

merupakan dasar negara yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dapat dianggap sebagai penjelmaan
kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka. Lebih spesifik lagi Pancasila sebagai
sumber hukum dinyatakan dalam Ketetapan No.XX/MPRS/1966 jo Ketetapan MPR
No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di
Indonesia.
Lebih lanjut, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara
dinyatakan dalam pasal 2 Undang-Undang (UU) No. 10 Tahun 2004 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Pengertian pembentukan peraturan
perundang- undangan adalah proses pembuatan peraturan perundangundangan yang
pada dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan,
pembahasan, pengesahan, pengundangan, penyebarluasan. Rumusan UU tersebut
selain memenuhi pertimbangan dan salah satu syarat dalam rangka pembangunan
hukum nasional, juga sekaligus menunjukkan bahwa implementasi nilai-nilai Pancasila
sebagai dasar negara telah memiliki landasan aturan formal. Dalam pasal 7 dinyatakan
ruang lingkup hirarki Peraturan Perundang-undangan meliputi (i) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (ii) Undang-Undang/Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang; (iii) Peraturan Pemerintah; (iv) Peraturan
Presiden; dan (v) Peraturan Daerah.
Upaya mengurai nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara memiliki cakupan
yang luas sekaligus dinamis.Luas dalam arti mencakup seluruh aspek kehidupan sosial,
ekonomi dan lingkungan.Dinamik mengandung arti memberi ruang reaksi terhadap
perubahan lingkungan strategis. Dengan kata lain, upaya mengurai nilai-nilai Pancasila
adalah hal yang tidak pernah selesai sejalan dengan perjalanan bangsa Indonesia
mencapai tujuan nasional. Keluasan dan kedinamikan tersebut dapat ditarik melalui
pancaran nilai dari ke lima sila Pancasila. Implementasi nilai-nilai tersebut
ditunjukkan dengan perilaku dan kualitas SDM di dalam menjalankan kehidupan
nasional menuju tercapainya tujuan negara.

Sistem Pemerintahan dan Lembaga-Lembaga Negara di Indonesia


Bukti bahwa Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial menurut UUD 1945:
1. Pasal 4:1 (Presiden RI memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang Undang Dasar')
2. Pasal 17:1 (Presiden dibantu menteri negara)
3. Pasal 17:2 (Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden)
4. Pasal 17:3 (Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan)
5. Pasal 17:4 (Pengubahan, pemgubahan, pembubaran kementerian negara diatur dalam undangundang)
Adanya prinsip2 pemerintahan presidensial sebab:
1. Presiden berfungsi sebagai Kepala Negara (simbol)
2. Presiden juga berfungsi sebagai kepala pemerintahan (eksekutif)
3. Presiden berhak menyusun kabinet tanpa persetujuan parlemen
4. Masa jabatan menteri tergantung kehendak presiden yang dapan menggantinya kapanpun
5. Menteri dan kabinet bertanggung jawab pada Presiden

1. Sistem Pemerintahan di Indonesia


Sistem pemerintahan pada dasarnya adalah: hubungan dan tata kerja antar lembaga negara
pelaksana kedaulatan rakyat yang diatur dalam konstitusi.
Sistem pemerintahan dibagi 2 menjadi:
a.parlementer: kekuasaan lebih besar di tangan parlemen.
b.presidensial: kekuasaan lebih besar di tangan presiden
Ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer:
1. Ada dominasi parlemen (legislatif) dalam pemerintahan.
2. Kepala pemerintahan biasanya perdana menteri
3. Kepala negara berperan sebagai penengah bila terjadi konflik antara parlemen & kabinet
4. Kabinet bertanggung jawab pada parlemen
5. Contoh negara parlementer yaitu China
Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial:
1. Presiden memegang peran utama dalam pengelolaan kekuasaan eksekutif
2. Keseimbangan antara kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dilakukan dgn sistem
check&balance (saling mengawasi dan menyeimbangkan)
3. Ada pemisah ketiga jenis kekuasaan negara melalui larangan rangkap jabatan
4. Contoh negara presedensial yaitu Indonesia

2. Lembaga-lembaga Pelaksana Kedaulatan Rakyat


Menurut UUD 45' ada sejumlah lembaga negara yg menjalankan kedaulatan rakyat dalam praktik
kehidupan kenegaraan sehari-hari.
Lembaga-lembaga tersebut yaitu: DPR, MPR, DPD, Presiden & wakil presiden, MA, MK, KY, BPK
a. MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)

Anggota MPR adalah seluruh anggota DPR dan DPD yg dipilih lewat pemilu. Susuna dan keanggotaan
MPR diatur melalui UU.
4 kekuasaan MPR yaitu:
1.
2.
3.
4.

Mengubah UUD
Menetapkan UUD
Melantik Presiden dan Wakil Presiden yg dipilih rakyat lewat pemilu
Memberhentikan Presiden dan/atau wakil presiden

b. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)


DPR adalah lembaga pamegang kekuasaan pembuat undang-undang yang anggotanya dipilih dalam
pemilu.
Fungsi DPR:
1. Legislasi: membentuk undang-undang
2. Anggaran: menetapkan APBN
3. Pengawasan: mengawasi Pemerintah dalam penyelenggaraan negara
Hak DPR:
1. Budget: menetapkan APBN
2. Inisiatif: mengajukan RUU
3. Angket: mengadakan penyelidikan terhadap masalah yg terjadi di lingkungan eksekutif
4. Menyatakan pendapat: menyampaikan pandangan atas tindakan/keterangan pemerintah
5.Interpelasi: meminta keterangan pada pemerintah mengenai kebijaksanaan pemerintah di bidang
tertentu
6. Amandemen: mengubah RUU
7. Hak bertanya, menyampaikan usul pendapat, hak kekebalan (setiap anggotan DPR)
c. DPD (Dewan Perwakilan Daerah)
DPD adalah lembaga baru hasil amandemen UUD 45'. Anggotanya dipilih dari setiap provinsi lewat
pemilu. Jumlah anggota DPD tak lebih dari sepertiga anggota DPR.
Hak-hak DPD:
1. Mengajukan RUU yg berhubungan dengan kepentingan daerah kepada DPR
2. Ikut serta membahas RUU tentang kepentingan daerah
3. Memberikan pertimbangan pd DPR atas RUU APBN dan RUU yg berkaitan dgn pajak, pendidikan,
agama.
4. Mengawasi undang2 tentang kepentingan daerah
5. Menyampaikan hasil pengawasannya pada DPR
d. Presiden & Wakil Presiden
Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintahan (eksekutif) yg dibantu wakil presiden. Mereka
dipilih lewat pemilu. Presiden memegang kekuasaan tertinggi angkatan darat, laut, dan udara
Hak & wewenang Presiden:

1. Mengajukan RUU pd DPR


2. Menetapkan PP utk menjalankan UU
3. Menyatakan perang, membuat perjanjian dan perdamaian dgn ngegara lain (persetujuan DPR)
4. Menyatakan keadaan bahaya
5. Mengangkat duta dan konsul
6. Menerima penempatan duta dari negara lain
7. Memberikan grasi dan rehabilitasi
8. Memberikan annesti dan abolsi
9. Memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan, dll
10. Membentuk dewan pertimbangan yg bertugas memberi nasihat dan pertimbangan pada presiden
Presiden dan wakilnya bisa diberhentikan oleh MPR atas usul DPR jika: terbukti berkhianat pada
negara, korupsi, penyuapan, dan tindak pidana lain. Atau karena tak lagi memenuhi syarat sebagai
presiden
e. MA (Mahkamah Agung)
Mahkamah Agung adalah pelaksana kekuasaan kehakiman yg merdeka (bebas dari campur tangan
pihak lain). MA membawahi:
1.
2.
3.
4.

Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan

peradilan
peradilan
peradilan
peradilan

hukum
agama
militer
tata usaha negara

Kewenangan MA:
1. Mengadili pada tingkat kasasi
2. Menguji peraturan pernudang-undangan di bawah undang2 terhadap undang2
3. Melaksanakan wewenang lainnya yg diberikan oleh undang2
Anggota MA disebut hakim agung.
f. MK (Mahkamah Konstitusi)
MK adalah lembaga baru hasil amandeman UUD 45'. Merupakan salah 1 lembaga pelaksana
kekuasaan kehakiman
Wewenang MK:
1. Memutus pembubaran partai politik
2. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu
Dll
Anggota MK disebut hakim konstitusi
g. KY (Komisi Yudisial)
KY merupakan lembaga baru hasil amandemen UUD 45'. KY merupakan lembaga yg bertugas
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat hakim. Berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung, dll. Anggota KY diangkat dan diberhentika presiden dgn persetujuan
DPR.

h. BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)


BPK merupakan lembaga yg bebas dan mandiri, bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab ttg keuangan negara. BPK berkedudukan di ibukota, dan memiliki perwakilan di setiap
provinsi. Anggota BPK dipilih DPR memperhatikan pertimbangan DPD

Anda mungkin juga menyukai