Dalam konteks
ketatanegaraan, konstitusi dimaksudkan dengan pembentukan suatu negara, konstitusi juga bias berarti
peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan suatu negara.
Dalam bahasa belanda, istilah konstitusi dikenal dengan istilah Grondwet, yang berarti undang-undang dasar
(grond=dasar, wet=undang-undang). Di jerman istilah konstitusi juga dikenal dengan istilah Grundgesetz, yang
juga berarti Undang-Undang Dasar (grund=idasar dan gesetz=Undang-Undang).
Istilah konstitusi menurut Chairul Anwar adalah fundamental laws tentang pemerintahan suatu negara dan nilainilai fundamentalnya. Sementara menurut Sri Soemantri, konstitusi berarti suatu naskah yang membuat suatu
bangunan negara dan sendi-sendi system pemerintahan negara. Dari dua pengertian bisa dikatakan bahwa
konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) mengenai sendi-sendi yang diperlukan untuk berdirinya
sebuah negara.
E.C.S. Wade mengatakan bahwa yang dimaksud dengan konstitusi adalah a document having a special legal
sanctity which sets out the framework and the principal functions of the organs of government of a state and
declares the principles governing the operation of those organs (naskah yang memaparkan rangka dan tugastugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menetukan pokok cara kerja badan tersebut).
Dari berbagai pengertian konstitusi diatas, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan konstitusi dalah
sejumlah aturan-aturan dasar dan ketentuan-ketentuan hokum yang dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur
lembaga pemerintahan termasuk dasar hubungan kerjasama antara Negara dan masyarakat (rakyat) dan
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam peraktiknya, konstitusi ini terbagi kedalam 2 (dua) bagian,
yakni yang tertulis atau dikenal dengan undang-undang dasar dan yang tidak tertulis, atau dikenal dengan
konvensi.
Dalam perkembangannya, ada beberapa pendapat yang membedakan antara konstitusi dengan undang-undang
dasar. Seperti yang dikemukakan oleh Herman Heler. Ia mengatakan bahwa konstitusi lebih luas dari pada
undang-undang dasar. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis melainkan juga bersifat sosiologis dan politis.
Sedangkan undang-undang dasar lainnya merupakan sebagian dari pengertian konstitusi, yakni die geschreiben
verfassung atau konstitusi yang ditulis (Milan,2001:14).
Pendapat yang sama dikemukakan oleh F.Lassale yang dikutip oleh Abu Daud Busroh dan Abubakar Busr. Ia
membagi pengertian konstitusi kedalam dua pengertian, yaitu:
1. Pengertian sosiologis dan politis (sosiologiche atau politische begrip). Konstitusi merupakan shintese factor
kekuatan yang nyata (dereele machtsfactoren) dalam masyarakat. Jadi konstitusi menggambarkan hubungan
antara kekuasaan yang terdapat dengan nyata dalam suatu negara.
2. Pengertian yuridis (yuridische begrip). Konstitusi adalah suatu naskah yang memuat semua bangunan negara
dan sendi-sendi pemerintahan
2. Tujuan Konstitusi
Konstitusi sebagaimana disebutkan merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk dalam mengatur hubungan
antar negara dan warga negara. Konstitusi juga dapat dipahami sebagai bagian dari social contract (kontrak
social) yang memuat aturan main dalam berbangsa dan bernegara. Lebih jelas, Suvernin Lohman menjelaskan
bahwa dalam konstitusi harus memuat unsure-unsur sebagai berikut:
1. Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak social), artinya bahwa konstitusi
merupakan konklusi dari kesepakatan masyarakat untuk membina negara dan pemerintahan yang akan
mengatur mereka.
2. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia dan warga negara sekalipun penentuan
batas-batas hak dan kewajiban warga negara dan alat-alat pemerintahannya.
3. Onstitusi sebagai forma regimenis yaitu kerangka bangunan pemerintahan (Solly Lubis, 1982:48).
Konstitusi memiliki tujuan untuk membatasi kewenangan pemerintah dalam menjamin hak-hak yang diperintah
dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Secara spesifik CF. strong memberikan batasan
tentang tujuan konstitusi sebagaimana dikutib Thalib-sebagai berikut : are to limit the arbitrary action of the
government, to quarantee the right of the governed, and to define the operation of the sovereign power (Thaba,
2001:27). Pendapat yang hamper sama dikemukakan oleh Loewenstein. Ia mengatakan bahwa konstitusi
merupakan sarana dasar untuk mengawasi proses-proses kekuasaan.
Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat dikelasifikasikan menjadi 3 tujuan, yaitu:
1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri
3. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam menjalankan
kekuasaannya.
Pentingnya Konstitusi Dalam Suatu Negara
Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan sesuatu hal yang sangat krusial,
karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk sebuah negara.
Dr. A. Hamid S. Attamimi menegaskan-seperti yang dikutip Thaib- bahwa konstitusi atau undang-undang dasar
merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus dipakai
sebagai pegangan dalam mengatur bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan, sejalan dengan pendapat
tersebut, Bagir Manan mengatakan bahwa hakekat konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusi
atau konstitusionalisme yaitu pemabatasan terhadap kekuasaan pemerintah disuatu pihak dan jaminan terhadap
hak-hak warga negara maupun setiap penduduk dipihak lain.
Sejalan dengan perlunya konstitusi sebagai instrument untuk membatasi kekuasaan dalam suatu negara Miriam
Budiardjo mengatakan : Di dalam Negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, undangundang dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian diharapkan hak-hak warga
negara akan lebih terlindungi. (Budiardjo, 1978:96).
Dalam konteks pentingnya konstitusi Kusnardi menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi
kedalam dua bagian, yakni membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi kekuasaan pemerintah atau
penguasa dalam negara. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi mereka yang memandang negara dari sudut
kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan, maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga
atau kumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan dibagi diantara bebrapa lembaga kenegaraan,
seperti antara lembaga legislative, eksekutif dan yudikatif.
Selain sebagai pembatas kekuasaan, konstitusi juga digunakan sebagai alat untuk menjamin hak-hak warga
negara. Hak-hak tersebut mencakup hak-hak asasi, seperti hak untuk hidup, kesejahtraan hidup dan kebebasan.
Mengingat pentingnya konstitusi dalam suatu negara ini, Struycken dalam bukunyahet Staatsrecht van Het
Koninkrijk der Nederlander mengatakan bahwa Undang-undang Dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan
dokumen formal yang berisikan:
1. Hasil perjuangan politik bangsa diwaktu yang lampau
2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan bik untuk sekarang maupun untuk waktu yang akan
datang
Konstitusi Demokratis
Konstitusi merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk untuk mengatur dasar hubungan kerjasama antara
negara dan masyarakat (rakyat) dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai sebuah aturan
dasar yang mengatur hubungan dalam bernegara, maka sepatutnya konstitusi dibuat atas dasar kesepakatan
bersama antara negara dan warga negara, agar satu sama lain merasa bertanggung jawab serta tidak menjadi
penindasan dari yang kuat terhadap yang lemah.
Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis bagi seluruh warga negara. Dengan
kata lain, negara yang memilih demokrasi sebagai pilihannya, maka konstitusi demokratis merupakan aturan
yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi dinegara tersebut sehingga melahirkan kekuasaan atau
pemerintahan yang demokratis pula.
Meskipun tidak dijumpai pemerintahan yang demokratis murni didunia ini, namun pada dasarnya, setiap
konstitusi yang digolongkan sebagai konstitusi demokratis haruslah memiliki prinsip-prinsip dasar demokrasi
sendiri.
Prinsip-prinsip dasar demokrasi dalam kehidupan bernegara, yaitu:
1. Menempatkan warga negara sebagai sumber utama kedaulatan
2. Mayoritas berkuasa dan terjaminnya hak minoritas
3. Pembatasan pemerintahan
4. Pembatasan dan pemisahan kekuasaan negara yang meliputi:
a. Pemisahan wewenang kekuasaan berdasarkan trias politika
b. Control dan keseimbangan lembaga-lembaga pemerintahan
c. Proses hukum
d. Adanya pemilihan umum sebagai mekanisme peralihan kekuasaan.
Prinsip-prinsip konstitusi demokratis ini merupakan refleksi dari nilai-nilai dasar terkandung dalam hak asasi
manusia yang meliputi:
1. Hak-hak dasar (basic rights)
2. Kebebasan mengeluarkan pendapat
3. Hak-hak individu
4. Keadilan
5. Persamaan
6. Keterbukaan.
Hukum dasar tidak tertulis yang dimaksud dalam UUD 1945 adalah Konvensi atau kebiasaan
ketatanegaraan dan bukan hukum adat (juga tidak tertulis), terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara.
Meminjam rumusan (dalam teori) mengenai Konvensi dari AV. Dicey : adalah ketentuan yang
mengenai bagaimana seharusnya mahkota atau menteri melaksanakan Discretionary
Powers .
Dicretionary Powers adalah kekuasaan untuk bertindak atau tidak bertindak yang sematamata didasarkan kebijaksanaan atau pertimbangan dari pemegang kekuasaan itu sendiri.
Hal diatas yang mula-mula mengemukakan yaitu Dicey dikalangan sarjana di Inggris
pendapat tersebut dapat diterima, beliau memperinci konvensi ketatanegaraan merupakan
hal-hal sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Menyinggung ketatanegaraan adalah tak terlepas dari organisasi negara, disini muncul
pertanyaan yaitu : apakah negara itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita pinjam
Teori Kekelompokan yang dikemukakan oleh ; Prof. Mr. R. Kranenburg.
Adalah sebagai berikut :
Negara itu pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh
sekelompok manusia yang disebut bangsa dengan tujuan untuk menyelenggarakan kepentingan
mereka bersama
Maka disini yang primer adalah kelompok manusianya, sedangkan organisasinya, yaitu
negara bersifat sekunder.
Tentang negara muncul adanya bentuk negara dan sistem pemerintahan, keberadaan
bentuk
negara
menurut
pengertian
ilmu
negara
dibagi
menjadi
dua
s.d.u.t.
dengan
Ind. S.
1925-415
jo.
577
sebutan
namanya
menjadi
Staatsinrichting van Ned. Ind. dan terakhir s.d.u.t. dg. Ind. S. 1925-447 sebutan namanya
menjadi Ind. Staatsregeling, disingkat ISR, di mana diumumkan kembali naskah secara
menyeluruh dengan nomor urut pasal-pasalnya seperti yang sekarang ini yang mulai
berlaku sejak 1 Jan. 1926.
Pasal 131
(1)
Hukum-hukum perdata, dagang dan pidana, begitu pula hukum acara perdata dan
atau
bagian
dari
golongan
itu
secara
khusus.
a.
Belanda, dan penyimpangan dari itu hanya dapat dilakukan dengan mengingat baik yang
khusus bertaku menurut keadaan di Indonesia, maupun demi kepentingan mereka
ditundukkan kepada peraturan perundang-undangan menurut ketentuan yang sama bagi
satu atau beberapa golongan penduduk lainnya;
b.
Untuk orang-orang Indonesia, golongan Timur Asing atau bagian-bagian dari golongan-
golongan itu, yan merupakan dua golongan dari penduduk, sepanjang kebutuhan
masyarakat megnghendaki, diberlakukan baik ketentuan perundang-undangan untuk
golongan Eropa, sedapat mungkin dengan mengadakan perubahan-perubahan seperlunya,
maupun ketentuan perundang-undangan yang sama dengan golongan Eropa, sedangkan
untuk hal-hal lain yang belum diatur di situ, bagi mereka berlaku peraturan hukum yang
bertalian dengan agama dan adat-kebiasaan mereka, yang hanya dapat menyimpang dari
itu, apabila temyata kepentingan umum atau kebutuhan masyarakat menghendakinya. (ISR.
163; S. 1882-152; S. 1917-129, 130; S. 1924-556; S. 1931-53 jo. 177.)
(3)
Dalam ordonansi-ordonansi yang mengatur hukum pidana, hukum seats p,erdata dan
hukum acara pidana, bila hal itu berlaku secara khusus untuk golongan Eropa, dianut
undang-undang yang berlaku di Negeri Belanda, akan tetapi dengan perubahan-perubahan
yang diperlukan yang disebabkan oleh keadaan khusus di Indonesia; bila karena penerapan
atau penundukan diri kepada peraturan umum yang berlaku sama bagi golongan lain atau
sebagian dari golongan itu, barulah undang-undang itu diberlakukan bila terdapat
persesuaian
(4)
dengan
keadaan
yang
khusus
itu.
ditundukkan
kepada
peraturan
yang
sama
bagi
golongan
Eropa,
berhak
untuk
S.
1917-12,
528jo.
S.
1926-360.)
1932-80.)
(6)
Hukum perdata dan hukum dagang yang sekarang berlaku bagi orang-orang Indonesia
dan golongan Timur Asing masih tetap berlaku selama belum diganti dengan ordonansiordonansi seperti yang disebutkan dalam ayat (2) b seperti tersebut di atas. (ISR. 134, 163.)
Pasal 134
(1)
Semua perselisihan mengenai hak milik dan hak-hak lainnya yang timbul karenanya,
tagihan
utang
atau
perkara
perdata
lainnya,
merupakan
perkara
yang
untuk
(s.d.u. dg.S. 1929-221jo. 487.) Akan tetapi perkara perdata antarasesama orang Islam,
seperti
berikut.
(2)
1.
2.
Semua orang yang tidak termasuk dalam no. 1 yang berasal dari Eropa;
3.
semua orang Jepang dan selanjutnya semua pendatang dari luar negeri yang tidak
termasuk dalam no. 1 dan 2 yang di negeri-asalnya berlaku bagi mereka hukum
keluarga yang pada dasamya mempunyai asas-asas hukum yang sama dengan hukum
keluarga Belanda;
4.
anak-anak yang sah atau yang diakui sah berdasarkan undang-undang di Indonesia
beserta keturunan-keturunan dari orang-orang seperti yang disebutkan dalam no. 2 dan 3.
(3)
membaurkan
(4)
diri
dalam
penduduk
asli
Indonesia.
Ketentuan-ketentuan untuk golongan Timur Asing, kecuali yang status hukumnya telah
ditetapkan dalam ordonansi bagi mereka yang memeluk Agama Kristen, berlaku bagi semua
orang yang tidak memenum unsur-unsur seperti yang disebutkan dalam ayat (2) dan (3)
pasal
(5)
ini.
Dengan persetujuan Raad van Indonesia, Gubernur Jenderal berwenang untuk
memberlakukan ketentuan-ketentuan untuk golongan Eropa bagi mereka yang tidak tunduk
kepada ketentuan-ketentuan tersebut di atas. Pernyataan berlakunya ketentuan-ketentuan
ini bagi mereka, berlaku pula demi hukum bagi anak-anak mereka yang sah yang dilahirkan
kemudian dan anak-anak mereka yang sah berdasarkan undang-undang dan keturunanketurunan
(6)
lanjutan
mereka.
(S.
1883-192.)
mengajukan permohonan kepada hakim untuk ditetapkan dalam kategori mana orang itu
berada.
Bentuk negara menurut UUD 1945 baik dalam Pembukaan dan Batang Tumbuh dapat
diketahui pada pasal 1 ayat 1, tidak menunjukkan adanya persamaan pengertian dalam
menggunakan istilah bentuk negara (lihat alinea ke 4);
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, dst. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik .
Dalam
sistem
ketatanegaraan
dapat
diketahui
melalui
kebiasaan
ketatanegaraan
(convention), hal ini mengacu pengertian Konstitusi, Konstitusi mengandung dua hal
yaitu :Konstitusi tertulis dan Konstitusi tidak tertulis, menyangkut konstitusi sekelumit
disampaikan tentang sumber hukum melalui ilmu hukum yang membedakan dalam arti
materiil dan sumber hukum dalam arti formal.
Sumber hukum dalam arti materiil adalah sumber hukum yang menentukan isi dan
substansi hukum sedangkan sumber hukum dalam arti formal adalah hukum yang dikenal
dari bentuknya, karena bentuknya itu menyebabkan hukum berlaku umum, contoh dari
hukum formal adalah Undang-Undang dalam arti luas, hukum adat, hukum kebiasaan, dan
lain-lain.
Konvensi atau hukum kebiasaan ketatanegaraan adalah hukum yang tumbuh dalam praktek
penyelenggaraan
negara,
untuk
melengkapi,
menyempurnakan,
menghidupkan
Sifat Undang-Undang Dasar 1945, singkat namun supel, namun harus ingat kepada
dinamika kehidupan masyarakat dan Negara Indonesia, untuk itu perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Pasalnya hanya 37 buah, hanya mengatur pokok-pokoknya saja, berisi instruksi kepada
penyelenggara negara dan pimpinan pemerintah untuk menyelenggarakan pemerintahan
negara dan mewujudkan kesejahteraan sosial.
b. Aturan pelaksanaan diserahkan kepada tataran hukum yang lebih rendah yakni UndangUndang, yang lebih mudah cara membuat, mengubah, dan mencabutnya.
c. Yang penting adalah semangat para penyelenggara negara dan pemerintah dalam
praktek pelaksanaan.
d. Kenyataan bahwa UUD 1945 bersifat singkat namun supel seperti yang dinyatakan
dalam UUD 1945, secara kontekstual, aktual dan konsisten
menjelaskan
operasional.
e. Dapat kini ungkapan Pancasila merupakan ideologi terbuka dioperasionalkan setelah
ideologi Pancasila dirinci dalam tataran nilai. Pasal-pasal yang mengandung nilai-nilai
Pancasila (nilai dasar) yakni aturan pokok didalam UUD 1945 yang ada kaitannya dengan
pokok-pokok pikiran atau ciri khas yang terdapat pada UUD 1945. Nilai instrumen Pancasila,
yaitu aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu (TAP MPR, UU, PP, dsb).
Fungsi dari Undang-Undang Dasar merupakan suatu alat untuk menguji peraturan
perundang-undangan dibawahnya apakah bertentangan dengan UUD disamping juga
merupakan sebagai fungsi pengawasan.
Makna Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan
dan tekad bangsa Indonesia yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita moral yang
ingin ditegakkan baik dalam lingkungan nasional maupun dalam hubungan pergaulan
bangsa-bangsa di dunia.
Pembukaan yang telah dirumuskan secara padat dan hikmat dalam 4 alinea itu, setiap alinea
dan kata katanya mengandung arti dan makna yang sangat mendalam, mempunyai nilainilai yang dijunjung oleh bangsa-bangsa beradab, kemudian didalam pembukaan tersebut
dirumuskan menjadi 4 alinea.
Pokok pokok pikiran alinea pertama berbunyi :
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
perikeadilan .
Makna yang terkandung dalam alinea pertama ini ialah;
1.
2.
Tekad bangsa Indonesia untuk merdeka dan tekad untuk tetap berdiri
dibarisan yang paling depan untuk menentang dan menghapus penjajahan
diatas dunia.
3.
4.
1.
Bahwa kemerdekaan yang merupakan hak segala bangsa itu bagi bangsa
Indonesia, dicapai dengan perjuangan pergerakkan bangsa Indonesia.
2.
3.
Bahwa kemerdekaan bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi
dengan mewujudkan Negara Indonesia yang bebas, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur, yang tidak lain adalah merupakan cita-cita bangsa Indonesia
(cita-cita nasional).
1.
Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan kita adalah berkat ridho
Tuhan.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
Praktek ketatanegaraan Negara Republik Indonesia sebelum amandemen UUD 1945 dapat
diuraikan mengenai pendapat-pendapat secara umum yang berpengaruh (dominan)
berpendapat, UUD 1945 dan Pancasila harus dilestarikan, upaya pelestarian ditempuh
dengan cara antara lain tidak memperkenankan UUD 1945 diubah.
Secara hukum upaya tersebut diatur sebagai berikut :
1. MPR menyatakan secara resmi tidak akan mengubah UUD 1945 seperti tercantum dalam
TAP MPR No. I/MPR/1983, pasal 104 berbunyi sebagai berikut Majelis berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945 tidak berkehendak dan tidak akan melakukan perubahan
terhadap serta akan melaksanakannya secara murni dan konsekuen .
2. Diperkenalkannya referendum dalam sistem ketatanegaraan RI. Kehendak MPR untuk
mengubah UUD 1945 harus terlebih dahulu disetujui dalam sebuah referendum sebelum
kehendak itu menjelma menjadi perubahan UUD. Referendum secara formal mengatur
tentang tata cara perubahan UUD 1945 secara nyata, lembaga ini justru bertujuan untuk
mempersempit kemungkinan mengubah UUD 1945 hal ini dapat diketahui pada bunyi
konsideran TAP MPR No. IV/MPR/1983 huruf e yang berbunyi :
Bahwa dalam rangka makin menumbuhkan kehidupan demokrasi Pancasila dan keinginan
untuk meninjau ketentuan pengangkatan 1/3 jumlah anggota MPR perlu ditemukan jalan
konstitusional agar pasal 37 UUD 1945 tidak mudah digunakan untuk merubah UUD 1945.
Kata melestarikan dan mempertahankan UUD 1945 secara formal adalah dengan tidak
mengubah kaidah-kaidah yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 diakui bahwa UUD
1945 seperti yang terdapat didalam penjelasan adalah sebagai berikut :
Memang sifat aturan itu mengikat oleh karena itu makin supel (elastic) sifatnya aturan itu
makin baik. Jadi kita harus menjaga supaya sistem UUD jangan sampai ketinggalan jaman .
Dari uraian diatas dapat diketahui adanya dua prinsip yang berbeda yaitu : yang pertama
berkeinginan mempertahankan, sedangkan prinsip yang kedua menyatakan UUD jangan
sampai ketinggalan jaman, yang artinya adanya perubahan, mengikuti perkembangan
jaman dalam hal ini perlu dicari jalan keluar untuk memperjelas atau kepastian hukum
dalam ketatanegaraan.
Jalan keluar salah satu diantaranya bentuk ketentuan yang mengatur cara melaksanakan
UUD 1945 adalah konvensi. Konvensi merupakan
1.
Konvensi merupakan sub sistem konstitusi yang selalu ada di setiap negara.
2.
dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD 1945, serta hukum positif lainnya.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup bangsa serta idiologi bangsa
dan negara, bukanlah hanya untuk sebuah rangkaian kata- kata yang indah namun
semua itu harus kita wujudkan dan di aktualisasikan di dalam berbagai bidang dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan bahwa Pancasila itu sebagai
sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari seluruh tertib hukum yang ada di
Negara RI. Berarti semua sumber hukum atau peraturan-peraturan, mulai dari
UUD`45, Tap MPR, Undang-Undang, Perpu (Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang), PP (Peraturan Pemerintah), Keppres (Keputusan Presiden), dan seluruh
peraturan pelaksanaan yang lainnya, harus berpijak pada Pancasila sebagai landasan
hukumnya. Semua produk hukum harus sesuai dengan Pancasila dan tidak boleh
bertentangan dengannya. Oleh sebab itu, bila Pancasila diubah, maka seluruh produk
hukum yang ada di Negara RI sejak tahun 1945 sampai sekarang, secara otomatis
produk hukum itu tidak berlaku lagi. Atau dengan kata lain, semua produk hukum
sejak awal sampai akhir, semuanya, Batal Demi Hukum. Karena sumber dari segala
sumber hukum yaitu Pancasila, telah dianulir.Oleh sebab itu Pancasila tidak bisa
diubah dan tidak boleh diubah.
Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi atau falsafah terlahir dan telah
membudaya di dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.Nilai-nilai itu tertanam
dalam hati, tercermin dalam sikap dan perilaku serta kegiatan lembaga-lembaga
masyarakat. Dengan perkataan lain, Pancasila telah menjadi cita-cita moral bangsa
Indonesia, yang mengikat seluruh warga masyarakat baik sebagai perorangan maupun
sebagai kesatuan bangsa (Poespowardojo dan
Hardjatno, 2010).Namun demikian nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
harus diimplementasikan sebagai sumber dari semua sumber hukum dalam negara dan
menjadi landasan bagi penyelenggaraan negara.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara ditunjukkan pada alinea keempat
Pembukaan UUD 1945, yang secara nyata merupakan lima sila Pancasila. Hal itu
merupakan dasar negara yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dapat dianggap sebagai penjelmaan
kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka. Lebih spesifik lagi Pancasila sebagai
sumber hukum dinyatakan dalam Ketetapan No.XX/MPRS/1966 jo Ketetapan MPR
No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di
Indonesia.
Lebih lanjut, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara
dinyatakan dalam pasal 2 Undang-Undang (UU) No. 10 Tahun 2004 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Pengertian pembentukan peraturan
perundang- undangan adalah proses pembuatan peraturan perundangundangan yang
pada dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan,
pembahasan, pengesahan, pengundangan, penyebarluasan. Rumusan UU tersebut
selain memenuhi pertimbangan dan salah satu syarat dalam rangka pembangunan
hukum nasional, juga sekaligus menunjukkan bahwa implementasi nilai-nilai Pancasila
sebagai dasar negara telah memiliki landasan aturan formal. Dalam pasal 7 dinyatakan
ruang lingkup hirarki Peraturan Perundang-undangan meliputi (i) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (ii) Undang-Undang/Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang; (iii) Peraturan Pemerintah; (iv) Peraturan
Presiden; dan (v) Peraturan Daerah.
Upaya mengurai nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara memiliki cakupan
yang luas sekaligus dinamis.Luas dalam arti mencakup seluruh aspek kehidupan sosial,
ekonomi dan lingkungan.Dinamik mengandung arti memberi ruang reaksi terhadap
perubahan lingkungan strategis. Dengan kata lain, upaya mengurai nilai-nilai Pancasila
adalah hal yang tidak pernah selesai sejalan dengan perjalanan bangsa Indonesia
mencapai tujuan nasional. Keluasan dan kedinamikan tersebut dapat ditarik melalui
pancaran nilai dari ke lima sila Pancasila. Implementasi nilai-nilai tersebut
ditunjukkan dengan perilaku dan kualitas SDM di dalam menjalankan kehidupan
nasional menuju tercapainya tujuan negara.
Anggota MPR adalah seluruh anggota DPR dan DPD yg dipilih lewat pemilu. Susuna dan keanggotaan
MPR diatur melalui UU.
4 kekuasaan MPR yaitu:
1.
2.
3.
4.
Mengubah UUD
Menetapkan UUD
Melantik Presiden dan Wakil Presiden yg dipilih rakyat lewat pemilu
Memberhentikan Presiden dan/atau wakil presiden
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
peradilan
peradilan
peradilan
peradilan
hukum
agama
militer
tata usaha negara
Kewenangan MA:
1. Mengadili pada tingkat kasasi
2. Menguji peraturan pernudang-undangan di bawah undang2 terhadap undang2
3. Melaksanakan wewenang lainnya yg diberikan oleh undang2
Anggota MA disebut hakim agung.
f. MK (Mahkamah Konstitusi)
MK adalah lembaga baru hasil amandeman UUD 45'. Merupakan salah 1 lembaga pelaksana
kekuasaan kehakiman
Wewenang MK:
1. Memutus pembubaran partai politik
2. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu
Dll
Anggota MK disebut hakim konstitusi
g. KY (Komisi Yudisial)
KY merupakan lembaga baru hasil amandemen UUD 45'. KY merupakan lembaga yg bertugas
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat hakim. Berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung, dll. Anggota KY diangkat dan diberhentika presiden dgn persetujuan
DPR.