Anda di halaman 1dari 6

Definisi Umum Konstitusi

Pengertian konstitusi adalah sebuah norma dalam suatu sistem politik negara dan hukum yang
dibentuk oleh pemerintah negara yang dikodifikasikan sebagai sebuah dokumen tertulis.
Hukum dalam konstitusi tidak mengatur hal yang sifatnya rinci, namun hanya menjabarkan
beberapa prinsip yang menjadi dasar bagi peraturan lainnya.
Konstitusi memuat suatu aturan dan prinsip dari sebuah entitas politik dan hukum dimana istilah
konstitusi ini merujuk untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip dasar dalam politik,
prinsip dasar hukum, prosedur, wewenang, dan kewajiban pemerintahan negara padaumumnya
dimana konstitusi pada umumnya merujuk pada penjaminan hak terhadap warga negaranya.

Definisi Konstitusi Menurut Ahli


Menurut seorang ahli bernama E.C. Wade, konstitusi
merupakan naskah yang memaparkan kerangka dan
tugas pokok dari badan pemerintahan suatu negara dan
menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut.
sedangkan menurut ahli Herman Heller, membagi
konstitusi menjadi tiga pengertian, yaitu :

1. Konstitusi bersifat politik sosiologis yang


mencerminkan kehidupan politik masyarakat.
2. Konsitusi bersifat politis yang ditulis dalam
sebuah naskah sebagai undang-undang.
3. Konstitusi bersifat yuris yang merupakan suatu
kesatuan kaidah yang hidup di masyarakat.
Kedudukan Konstitusi
Kedudukan konstitusi dalam berbangsa dan bernegara
sangat penting karena menjadi suatu ukuran untuk
mengetahui aturan pokok yang berlaku bagi
penyelenggara negara ataupun masyarakat dalam suatu
sistem ketatanegaraaan. Kedudukan konstitusi dapat
disebut sebagai :

1. Hukum Dasar
Hal ini dikarenakan dalam konstitusi terdapat aturan
aturan pokok mengenai penyelenggaraan negara
sebagai suatu badan dan lembaga pemerintahan yang
memberikan kekuasaan serta adanya suatu bentuk dan
prosedur penggunaan kekuasaan tersebut kepada
badan-badan pemerintahan.

2. Hukum Tertinggi
Hal ini dikarenakan konstitusi memunyai kedudukan
lebih tinggi dibandingkan peraturan-peratuan lain yang
ada dalam ketatanegaraan. Maka dari itu, aturan yang
tingkatannya berada di bawah konstitusi tidak akan dan
tidak boleh bertentangan dan tentunya tetap harus
disesuaikan dengan aturan yang ada dalam konstitusi.

Pemerintahan baru yang terbentuk sebagai hasil dari


revolusi ini terkadang membuat suatu konstitusi atau
UUD yang kemudian mendapatkan persetujuan dari
rakyat. Secara evolusi, konstitusi dapat berubah secara
berangsur-angsur yang menimbulkan konstitusi baru
dimana konstitusi lama nantinya tidak akan berlaku lagi.

Keterkaitan dasar negara dengan konstitusi nampak


pada adanya gagasan dasar, cita-cita, dan tujuan dari
negara yang tertuang dalam pembukaan konstitusi suatu
negara. Di Indonesia, hal ini tercantum dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Dasar negara sebagai sebuah pedoman penyelenggaraan


negara secara tertulis termuat dalam konstitusi suatu
negara.

Konstitusi merupakan suatu hukum dasar tertulis dan


juga hukum dasar yang tidak tertulis, sedangkan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
merupakan hukum dasar tertulis yang sifatnya
mengikatsehingga makin elastis sifatnya aturannya akan
menjadi semakin baik, konstitusi ini berkaitan erat
dengan cara suatu pemerintahan diselenggarakan oleh
organ-organnya.

Jenis-jenis Konstitusi
Jenis konstitusi terdiri dari dua macam, diantaranya
adalah :

1. Konstitusi tertulis berupa naskah yang menjelaskan


kerangka dan tugas pokok dari badan pemerintahan
dimana naskah tersebut turut menentukan cara kerja
dari suatu badan pemerintahan. konstitusi ini disebut
undang-undang dasar.
2. Konstitusi tidak tertulis berupa suatu aturan tetapi
tidak tertulis yang ada dan senantiasa dipelihara dalam
praktik penyelenggaraan sistem kenegaraan. Konstitusi
jenis ini biasa disebut sebagai konvensi. Syarat-syarat
agar suatu konstitusi dapat disebut sebagai konvensi
adalah konstitusi tersebut diakui dan digunakan
berulang-ulang dalam praktik penyelenggaraan negara,
tidak bertentangan dengan UUD 1945, dan
memperhatikan pelaksanaan UUD 1945.
Sedangkan secara teoritis, konstitusi dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :

1. Konstitusi politik yang berisikan norma-norma dalam


penyelenggaraan negara, hubungan rakyat dengan
pemerintah, dan hubungan antar lembaga.
2. Konstitusi sosial yang mengandung cita-cita sosial
bangsa, rumusan filosofis negara, sistem sosial, sistem
ekonomi, dan sistem politik yang ingin dikembangkan
oleh bangsa tersebut.
Unsur-unsur Konstitusi
Menurut seorang ahli bernama Lohman, unsur-unsur
yang harus ada dalam konstitusi adalah :
 Konstitusi sebagai suatu perwujudan kontak sosial
dimana konstitusi menjadi sebuah perjanjian yang
lahir dari kesepakatan antara warga negara dengan
Pemerintah.
 Konstitusi sebagai penjamin hak asasi manusia
yang menjadi penentu hak dan juga kewajiban warga
negara dan badan pemerintah.
 Konstitusi sebagai forma regiments yang
merupakan kerangka pembanguan dari pemerintah.
Sifat Konstitusi
Menurut pendapat dari C.F. Strong, suatu konstitusi
dapat bersifat kaku dan juga dapat bersifat supel
tergantung dari apakah prosedur untuk mengubah
konstitusi tersebut sudah sama dengan prosedur
membuat undang-undang dari negara yang bersangkutan
ataukah belum. Berdasarkan hal tersebut, sifat dari
konstitusi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Kaku
Konstitusi yang sifatnya kaku atau rigid, yang hanya
dapat diubah melalui prosedur berbeda dengan prosedur
membuat undang-undang pada negara yang
bersangkutan.

2. Supel
Konstitusi yang sifatnya supel atau flexibel dimana
konstitusi dapat diubah melalui sebuah prosedur yang
sama dengan prosedur membuat undang-undang pada
negara yang bersangkutan.

Tujuan Konstitusi
Konstitusi ada dengan tujuan membatasi kekuasaan
penyelanggara negara sehingga nantinya para
penyelenggara negara tidak dapat bertindak sewenang-
wenang dan dapat menjamin hak-hak dari para warga
negaranya. T

ujuan konstitusi yang satu ini merupakan sebuah


gagasan yang dikenal dengan nama konstitusionalisme.
Maksud konstitusionalisme adalah suatu gagasan yang
melihat kedudukan pemerintah atau penyelenggara
pemerintahan sebagai sebuah kegiatan yang
diselenggarakan oleh, untuk, dan atas nama rakyat.

Fungsi Konstitusi
Adanya konstitusi bagi suatu negara mempunyai fungsi
sebagai berikut :

1. Membatasi dan mengendalikan kekuasaan


penguasa agar dalam menjalankan kekuasaannya
terhindar dari kesewenang-wenangannya terhadap
rakyat.
2. Memberi suatu rangka dan dasar hukum untuk
perubahan masyarakat yang dicita-citakan dalam
tahap berikutnya.
3. Digunakan sebagai landasan penyelenggaraan
negara menurut sebuah sistem ketatanegaraan
tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga
negaranya, baik itu penguasa maupun rakyat serta
digunakan sebagai landasan struktural.
Nilai Konstitusi
Sebagai suatu dasar dalam berperilaku yang digunakan
untuk berbangsa dan bernegara, konstitusi mempunyai
nilai berupa :

1. Nilai semantik dimana suatu konstitusi hanya


berlaku untuk kepentingan penguasa saja. Dalam
melakukan suatu memobilisasi kekuasaan, penguasa
akan menggunakan konstitusi sebagai alat untuk
melaksanakan suatu kekuasaan politik.
2. Nilai normatif dimana suatu konstitusi bisa
diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka
konstitusi tidak hanya digunakan dalam artian hukum
atau legal saja, namun juga secara nyata berlaku
dalam masyarakat secara efektif serta dapat
dilaksanakan secara murni dan juga konsekuen.
3. Nilai nominal dimana suatu konstitusi menurut
hukum dapat berlaku, tetapi tidak sempurna.
Ketidaksempurnaan tersebut disebabkan karena
adanya pasal tertentu yang tidak seluruh pasalnya
yang terdapat dalam konstitusi dapat berlaku bagi
wilayah negara.
Parameter Pembentukan Pasal-
pasal Dalam UU
Parameter yang digunakan dalam pembentukan pasal
demi pasal dalam undang-undang atau konstitusi
diantaranya adalah :

1. Agar suatu pemerintahan dapat berjalan dengan


sistem demokrasi dengan tetap memperhatikan
segala bentuk kepentingan rakyat.
2. Mampu memberikan perlindungan terhadap asas
demokrasi.
3. Menciptakan suatu bentuk kedaulatan tertinggi
yang berada ditangan rakyat.
4. Melaksanakan dasar negara yang telah ditetapkan
sebelumnya, dan
5. Menentukan hukum yang bersifat adil.

Anda mungkin juga menyukai