Anda di halaman 1dari 103

MAKALAH

PANCASILA DASAR NEGARA KESATUAN REPUBLIK


INDONESIA (DALAM KORTEKS KETATANEGARAAN
REPUBLIK INDONESIA)
A. UUD dan Konstitusi

Konstitusi atau Undang-undang Dasar (bahasa Latin: constitutio)


dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan
pada pemerintahan negara - biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen
tertulis - Dalam kasus bentukan negara, konstitusi memuat aturan dan
prinsip-prinsip entitas politik dan hukum, istilah ini merujuk secara khusus
untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik,
prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentukan struktur, prosedur,
wewenang dan kewajiban pemerintahan negara pada umumnya,
Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada warga
masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh hukum
yang mendefinisikan fungsi pemerintahan negara. Dalam bentukan
organisasi konstitusi menjelaskan bentuk, struktur, aktivitas, karakter, dan
aturan dasar organisasi tersebut.

Pengertian konstitusi
Konstitusi pada umumnya bersifat kodifikasi yaitu sebuah dokumen
yang berisian aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi
pemerintahan negara, namun dalam pengertian ini, konstitusi harus
diartikan dalam artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis (formal).
namun menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus
diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara, kekuasaan,

pengambilan keputusan, kebijakan dan distibusi maupun alokasi

[1]

Konstitusi bagi organisasi pemerintahan negara yang dimaksud terdapat


beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya, terdapat konstitusi politik
atau hukum akan tetapi mengandung pula arti konstitusi ekonomi

[2]

Dewasa ini, istilah konstitusi sering di identikkan dengan suatu


kodifikasi atas dokumen yang tertulis dan di Inggris memiliki konstitusi
tidak dalam bentuk kodifikasi akan tetapi berdasarkan pada yurisprudensi
dalam ketatanegaraan negara Inggris dan mana pula juga.
Istilah konstitusi berasal dari bahasa inggris yaitu Constitution dan
berasal dari bahasa belanda constitue dalam bahasa latin
(contitutio,constituere) dalam bahasa prancis yaitu constiture dalam
bahsa jerman vertassung dalam ketatanegaraan RI diartikan sama
dengan Undang undang dasar. Konstitusi / UUD dapat diartikan
peraturan dasar dan yang memuat ketentuan ketentuan pokok dan
menjadi satu sumber perundang- undangan. Konstitusi adalah
keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur secara mengikat cara suatu pemerintahan diselenggarakan
dalam suatu masyarakat negara

Pengertian konstitusi menurut para ahli


1. K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem
ketatanegaraaan suatu negara yang berupa kumpulan
peraturan yang membentuk mengatur /memerintah dalam
pemerintahan suatu negara.
2. Herman heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada
UUD. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis tetapi juga
sosiologis dan politis.
3. Lasalle, konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang
terdapat di dalam masyarakat seperti golongan yang
mempunyai kedudukan nyata di dalam masyarakat misalnya
kepala negara angkatan perang, partai politik, dsb.

4. L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis


maupun peraturan tak tertulis.
5. Koernimanto Soetopawiro, istilah konstitusi berasal dari
bahasa latin cisme yang berarti bersama dengan dan statute
yang berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi
berarti menetapkan secara bersama.

Konstitusi dalam arti absolut mempunyai 4 sub


pengertian yaitu;

1. Konstitusi sebagai kesatuan organisasi yang mencakup hukum


dan semua organisasi yang ada di dalam negara.
2. Konstitusi sebagai bentuk negara.
3. Konstitusi sebagai faktor integrasi.
4. Konstitusi sebagai sistem tertutup dari norma hukum yang
tertinggi di dalam negara .
Konstitusi dalam arti relatif dibagi menjadi 2 pengertian yaitu
konstitusi sebagai tuntutan dari golongan borjuis agar haknya dapat
dijamin oleh penguasa dan konstitusi sebagai sebuah konstitusi dalam arti
formil (konstitusi dapat berupa tertulis) dan konstitusi dalam arti materiil
(konstitusi yang dilihat dari segi isinya). konstitusi dalam arti positif
adalah sebagai sebuah keputusan politik yang tertinggi sehingga mampu
mengubah tatanan kehidupan kenegaraan.konstitusi dalam arti ideal yaitu
konstitusi yang memuat adanya jaminan atas hak asasi serta
perlindungannya.

Tujuan konstitusi yaitu:


1. Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang
wenang maksudnya tanpa membatasi kekuasaan penguasa,
konstitusi tidak akan berjalan dengan baik dan bisa saja kekuasaan
penguasa akan merajalela Dan bisa merugikan rakyat banyak.
2. Melindungi HAM maksudnya setiap penguasa berhak menghormati
HAM orang lain dan hak memperoleh perlindungan hukum dalam
hal melaksanakan haknya.
3. Pedoman penyelenggaraan negara maksudnya tanpa adanya
pedoman konstitusi negara kita tidak akan berdiri dengan kokoh.

Nilai konstitusi yaitu:


1. Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh
suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku
dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata berlaku dalam
masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara
murni dan konsekuen.
2. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum
berlaku, tetapi tidak sempurna. Ketidaksempurnaan itu disebabkan
pasal pasal tertentu tidak berlaku / tidsak seluruh pasal pasal
yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh wilayah negara.
3. Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk
kepentingan penguasa saja. Dalam memobilisasi kekuasaan,
penguasa menggunakan konstitusi sebagai alat untuk
melaksanakan kekuasaan politik.

Macam macam konstitusi


1. Menurut CF. Strong konstitusi terdiri dari:

Konstitusi tertulis (dokumentary constiutution / writen


constitution) adalah aturan aturan pokok dasar negara ,
bangunan negara dan tata negara, demikian juga aturan
dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di
dalam persekutuan hukum negara.

Konstitusi tidak tertulis / konvensi (nondokumentary


constitution) adalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang
sering timbul.\

Adapun syarat syarat konvensi adalah:


1. Diakui dan dipergunakan berulang ulang dalam praktik
penyelenggaraan negara.
2. Tidak bertentangan dengan UUD 1945.
3. Memperhatikan pelaksanaan UUD 1945.

Secara teoritis konstitusi dibedakan menjadi:

Konstitusi politik adalah berisi tentang norma- norma dalam


penyelenggaraan negara, hubungan rakyat dengan pemerintah,
hubuyngan antar lembaga negara.
Konstitusi sosial adalah konstitusi yang mengandung cita cita
sosial bangsa, rumusan filosofis negara, sistem sosial, sistem
ekonomi, dan sistem politik yang ingin dikembangkan bangsa itu.

Berdasarkan sifat dari konstitusi yaitu:


1. Fleksibel / luwes apabila konstitusi / undang undang dasar
memungkinkan untuk berubah sesuai dengan perkembangan.
2. Rigid / kaku apabila konstitusi / undang undang dasar jika sulit untuk
diubah.

Unsur /substansi sebuah konstitusi yaitu:


Menurut Sri Sumantri konstitusi berisi 3 hal pokok yaitu

Jaminan terhadap Ham dan warga negara.


Susunan ketatanegaraan yang bersifat fundamental.
Pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan.

Menurut Miriam Budiarjo, konstitusi memuat tentang

Organisasi negara.
HAM.
Prosedur penyelesaian masalah pelanggaran hukum.
Cara perubahan konstitusi.

Menurut Koerniatmanto Soetopawiro, konstitusi berisi tentang

Pernyataan ideologis.
Pembagian kekuasaan negara.
Jaminan HAM (Hak Asasi Manusia).
Perubahan konstitusi.
Larangan perubahan konstitusi.

Syarat terjadinya konstitusi yaitu:


1. Agar suatu bentuk pemerintahan dapat dijalankan secara demokrasi
dengan memperhatikan kepentingan rakyat.
2. Melindungi asas demokrasi.
3. Menciptakan kedaulatan tertinggi yang berada ditangan rakyat.
4. Untuk melaksanakan dasar negara.
5. Menentukan suatu hukum yang bersifat adil.

Kedudukan konstitusi/UUD yaitu:


1. Dengan adanya UUD baik penguasa dapat mengetahui aturan /
ketentuan pokok mendasar mengenai ketatanegaraan.
2. Sebagai hukum dasar.
3. Sebagai hukum yang tertinggi.

Perubahan konstitusi/UUD yaitu:


Secara revolusi, pemerintahan baru terbentuk sebagai hasil revolusi
ini yang kadang kadang membuat sesuatu UUD yang kemudian
mendapat persetujuan rakyat. Secara evolusi, UUD/konstitusi berubah
secara berangsur angsur yang dapat menimbulkan suatu UUD, secara
otomatis UUD yang sama tidak berlaku lagi.

Keterkaitan antara dasar negara dengan konstitusi


yaitu:
Keterkaitan antara dasar negara dengan konstitusi nampak pada
gagasan dasar, cita cita dan tujuan negara yang tertuang dalam
pembukaan UUD suatu negara. Dasar negara sebagai pedoaman
penyelenggaraan negara secara tertulis termuat dalam konstitusi suatu
negara.

Keterkaitan konstitusi dengan UUD yaitu:


Konstitusi adalah hukum dasar tertulis dan tidak ter tulis sedangkan
UUD adalah hukum dasar tertulis. UUD memiliki sifat mengikat oleh
karenanya makin elastik sifatnya aturan itui makin baik, konstitusi
menyangkut cara suatu pemerintahan diselenggarakan.

B.

Fungsi Undang-Undang Dasar 1945

UUD 1945 sebagai sumber pokok sistem pemerintahan RI, terdiri


atas:Hukum Dasar Tertulis : UUD 1945 (Pembukaan, Batang Tubuh
dan Penjelasan) Hukum Dasar Tidak Tertulis:
Undang-Undang Dasar suatu negara merupakan Hukum Dasar yang
tertinggi dalam negara tersebut. Undang-Undang Dasar ini dapat
tertulis maupun tidak tertulis. Undang- Undang Dasar adalah
merupakan program yang sengaja dibuat yang memuat segala hal
yang diaggap menjadi asas fundamental dari negara waktu itu,
sehingga Undang- Undang Dasar tertulis menjamin kepastian
hukum. Undang-Undang Dasar biasanya mengandung :
1.Ketentuan-ketentuan tentang Organisasi negara dan
pemerintahannya
2.Batas tugas dan kekuasaan Negara dan aparatur Pemerintah
3.Hubungan antara Aparaturnya dengan warga negara dan
sebaliknya
4.Kewajiban-kewajiban dan hak-hak pokok dari warga negaranya
Sebagai hukum dasar UUD 45 mengatur dan membatasi kekuasaan
yang bersifat mengikat & harus menjadi acuan bagi setiap kebijakan
dalam kehidupan bernegara.
Pemahaman materi UUD 45 mutlak diperlukan bagi segenap
komponen bangsa baik para pejabat, pemimpin/tokoh masyarakat
dan juga masyarakat umum.
Sosialisasi materi UUD 45 setelah amandemen masih relatif sangat
kurang. Diharapkan dapat dirumuskan suatu metoda penyampaian
dan penjelasan materi uud 45 hasil amandemen yang bekerja
efektif, teratur serta dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Pada masa pemerintahan ORBA banyak terjadi penyimpangan baik
di bidang Pol dan Ekonomi, karena tidak adanya kontrol terhadap
jalannya kekuasaan, kurangnya semangat para pemimpin bangsa &
adanya beberapa kelemahan dalam UUD 45 sehingga cita-cita
bangsa yg terkandung dalam pembukaan UUD 45 tidak dapat

diwujudkan melalui mekanisme bernegara yang terkandung didalam


pasal-pasalnya.
Selama ini peranan UUD 45 sangat penting :
- Sebagai simbol kemerdekaan dan perlawanan terhadap penjajah
- Sebagai lambang kesetiaan kepada NKRI dan lambang persatuan
dan kesatuan bangsa.
- Sebagai lambang perlawanan dalam menegakkan kebenaran dan
keadilan.

C. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,


atau disingkat UUD 1945 atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis
(basic law), konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini.

[1]

UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI


pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di
Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di
Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali
memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR
pada tanggal 22 Juli 1959.

Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali


perubahan (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga
dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.

Naskah Undang-Undang Dasar 1945


Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan,
Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal
yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang
terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan
Tambahan), serta Penjelasan.
Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 37
pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Dalam Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah Perbantuan dan Kompilasi Tanpa
Ada Opini.

D.Pembukaan UUD 1945


1. Makna Pembukaan UUD 1945 Bagi Perjuangan Bangsa Indonesia
Yaitu bahwa pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi
perjuangan dan tekad bangsa indonesia, yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita
moral yang ingin ditegakkan baik dalam lingkungan nasional, maupun dalam hubungan
pergaulan bangsa bangsa di Dunia.
2. Makna Alinea Alinea Pembukaan UUD 1945
Makna Alinea Pertama
1.Mengungkapkan suatu pernyataan objektif , yaitu bahwa penjajajhan
tidak sesuai dengan perikemanusaan dan perikeadilan , karena harus ditentang

dan dihapuskan agar semua bangsa di dunia ini dapat menjalankan hak
kemerdekaanya.
2. Mengandung sutau pernytaan subjektif yaitu aspirasi bangsa Indonesia
untuk membebaskan diri dari penjajahan.

Makna Alinea Kedua


1. Bahwa perjuangan pergerakan bangsa Indonesia telah smapai pada
tngkat yang menentukan.
2. Bahwa momentum yang telah tercapai tersebut harus dimanfaatkan
untuk menyatakan kemerdekaan.
3. Bahwa kemerdekaan tersebut bukan tujuan akhir tetapi masih harus
diisisi dengan mewujudkan negara yang merdeka, bersatu , dan adil.

Makna Alinea Ketiga


1. Mengandung makna keyakinan bangsa atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
2. Hanya karena rahmat dan berkah-NYA bangs Indonesia mampu merdeka dan
mempertahankannya.
3. Mengandung motivasi spiritula, religius untuk berjuang dan merdeka.
Makna Alinea Keempat
1. Merumuskan tujuan negara :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
b. Memajukkan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia , berdasarkan kemerdekaan , perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
2. Penegasan adanya ketentuan UUD
3. Menyatakan asas politik negara : Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat.
4. Memuat rumusan dasar rohaniah negara , yaitu Pancasila.
3. Pokok Pokok Pikiran Dalam Pembukaan UUD 1945
Pokok Pikiran Pertama.
Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dengan berdasar atas persatuan, dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Hal ini menunjukkan pokok pikiran persatuan. Dengan
pengertian yang lazim, negara penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib
mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan ataupun perorangan.
Pokok Pikiran Kedua.
Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pokok pikiran ini menempatkan suatu tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai dalam
Pembukaan, dan merupakan suatu kausa finalis (sebab tujuan). Ini merupakan pokok
pikiran keadilan sosial yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia mempunyai
hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
masyarakat.
Pokok Pikiran Ketiga
Negara yang berkedaulatan rakyat,berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan / perwakilan. Pokok pikiran ini dalam Pembukaan mengandung

konsekuensi logis bahwa sistem negara yang terbentuk dalam Undang-Undang Dasar
harus berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan berdasarkan permusyawaratan /
perwakilan. Ini adalah pokok pikiran kedaulatan rakyat yang menyatakan bahwa
kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR).
Pokok Pikiran Keempat
Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. Pokok pikiran keempat dalam Pembukaan ini
mengandung konsekuensi logis bahwa Undang-Undang Dasar harus mengandung isi
yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara
budi pekerti kemanusiaan yang luhur.
4. Hubungan Antara Pancasila Dengan Pembukaan UUD 1945
Hubungan Formal
Pancasila merupakan norma dasar hukum yang positif. Dengan demikian tata
kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, politik dan ekonomi saja,
akan tetapi juga perpaduan asas-asas kultural, religius dan kenegaraan yang unsurnya terdapat
dalam Pancasila.
Hubungan Secara Material
Pembukaan UUD 1945 adalah tertib hukum yang tertinggi, yang bersumber dari
Pancasila. Deengan kata lain Pancasila merupakan sumber tertib hukum Indonesia. Secara
material tertib hukum Indonesia adalah dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
5. Hubungan Pembukaan UUD 1945 Dengan Proklamasi 17 Agustus 1945
Proklamasi kemerdekaan mempunyai hubungan yang erat,tidak dapat di pisahkan dan
merupakan satu kesatuan dengan Undang-Undang Dasar 1945,terutama bagian pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945,yang di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 memuat
prinsip-prinsip,asas-asas, dan tujuan dari pada bangsa Indonesia yang akan di wujudkan
dengan jalan bernegara.

E. Pasal- pasal UUD 1945


Secara rinci, pasal pasal dalam UUD 1945 Adalah sbb :
BAB I :
Bentuk dan kedaulatan Negeri terdiri, 1 pasal 3 ayat
BAB II :
Majelis Permusyawaratan Rakyat(MPR), terdiri 2 pasal 6 ayat
BAB III :
Kekuasaan pemerintahan negara, terdiri 17 pasal 38 ayat
BAB IV :
Dewan Pertimbnagan Agung(DPA) telah dihapuskan.
BAB V :
Kementrian Negara terdiri dari 1 pasal 4 ayat
BAB VI :
Pemerintahan Daerah, terdiri 3 pasal 11 ayat

BAB VII :
Dewan Perwakilan Rakyat(DPR), TERDIRI 7 PASAL 18 AYAT
BAB VIIA :
Dewan Perwakilan Daerah(DPD), terdiri 2 pasal 8 ayat
BAB VIIB
Pemilihan Umum (Pemilu), terdiri 1 pasal 6 ayat
BAB VIII
Hal Keuangan, terdiri 5 pasal 7 ayat
BAB VIIIA
Badan Pemeriksa Keuangan(BPK), terdiri 3 pasal 7 ayat
BAB IX
Kekuasaan Kehakiman, terdiri 5 pasal 7 ayat
BAB IXA
Wilayah Negara, terdiri 1 pasal 1 ayat
BAB X
Warga negara dan Penduduk, terdiri 3 pasal 7 ayat
BAB XA
Hak Asasi Manusia(HAM), terdidri 10 pasal 26 ayat
BAB XI
Agama, terdiri 1 pasal 2 yat
BAB XII
Pertahanan dan Keamanan Negara, terdiri 1 pasal 5 ayat
BAB XIII
Pendidikan dan Kebudayaan, terdiri 1 pasal 5 ayat
BAB XIV
Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial, terdiri 2 pasal 9 ayat
BAB XV
Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, 4 pasal 5 ayat
BAB XVI
Perubahan UUD, terdiri 1 pasal 5 ayat
Pasal pasal UUD tersebut mangandung semangat dan merupakan perwujudan dari pokok
pokok pikiran yang terkanduung dalam pembukaan UUD 1945, dan pasal pasalnya
merupakan rangkaian kesatuan yaang bulat dan terpadu.
Pasal Pasal Sesudah Amandemen Dan Sebelum Amandemen
Amandemen UUD 1945 merupakan salah satu cara untuk
menyempurnakan UUD yang sudah ada supaya tetap sesuai dengan
perkembangan zaman.Wewenang, prosedur, dan putusan perubahan UUD
1945 dilakukan melalui sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
oleh Panitia Ad Hoc (PAH) Badan Pekerja MPR yang diatur dengan undang-

undang. Komitmen mereka dalam melakukan amandemen UUD 1945


adalah:

Tidak mengubah Pembukaan Undang-Undang Dasar1945,


sistematika, aspek kesejarahan dan orisinalitasnya.

Tetap mempertahankan Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI).

Mempertegas Sistem Pemerintahan Presidensial.

Penjelasan UUD 1945 ditiadakan serta hal-halnormatif dalam


penjelasan dimasukkan dalam pasal-pasal.

Perubahan dilakukan dengan cara adendum.

Hingga saat ini UUD 1945 telah mengalami Amandemen sebanyak IV kali.
Berikut dibawah Amandemen UUD 1945 dari pertama hingga ke-IV :
Naskah UUD 1945 Sebelum dan Sesudah Amandemen
Amandemen I
Melalui: SU MPR tangga 14-21 Oktober1999, oleh 25 orang Panitia Ad Hoc
Pengesahan: 19 Oktober 1999
Perubahan: 9 pasal (Ps.5; Ps.7; Ps.9; Ps.13; Ps.14; Ps.15; Ps.17; Ps.20 ; dan
Ps.21)
Inti Perubahan: Pergeseran kekuasaan Presiden yang
dipandang terlampau kuat (executive heavy)
Amandemen II
Melalui: SU MPR 7-8 Agustus 2000, oleh 47 orang Panitia Ad Hoc
Pengesahan: 18 Agustus 2000
Perubahan: 5 Bab dan 25 pasal: (Ps.18; Ps.18A; Ps.18B; Ps.19; Ps.20;
Ps.20A ; Ps.22A ; Ps.22B; Bab IXA, Ps.25E; Bab X, Ps.26 ; Ps.27; Bab XA,
Ps.28A; Ps.28B; Ps.28C; Ps.28D; Ps.28E; Ps.28F; Ps.28G; Ps.28H; Ps.28I;
Ps.28J; Bab XII, Ps.30; BabXV, Ps.36A; Ps.36B; dan Ps.36C)
Inti Perubahan: Pemerintah Daerah, DPR dan Kewenangannya, Hak Asasi
Manusia, Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan
Amandemen III
Melalui: ST MPR 1-9 November 2001, oleh 51 orang Panitia Ad Hoc
Pengesahan: 10 November 2001

Perubahan: 3 Bab dan 22 Pasal: (Ps.1; Ps.3; Ps.6; Ps.6A; Ps.7A; Ps.7B;
Ps.7C ; Ps.8; Ps.11; Ps.17, Bab VIIA, Ps.22C; Ps.22D; Bab VIIB, Ps.22E;
Ps.23; Ps.23A; Ps.23C; Bab VIIIA, Ps.23E; Ps.23F; Ps.23G; Ps.24; Ps.24A;
Ps.24B; dan Ps.24C)
Inti Perubahan: Bentuk dan Kedaulatan Negara, Kewenangan MPR,
Kepresidenan, Impeachment, Keuangan Negara, Kekuasaan Kehakiman
Amandemen IV
Melalui: ST MPR 1-11 Agustus 2002, oleh 50 orang Panitia Ad Hoc
Pengesahan: 10 Agustus 2002
Perubahan: 2 Bab dan 13 Pasal: (Ps.2; Ps.6A; Ps.8; Ps.11; Ps.16; Ps.23B;
Ps.23D; Ps.24; Ps.31; Ps.32; Bab XIV, Ps.33; Ps.34; dan Ps.37)
Inti Perubahan: DPD sebagai bagian MPR, Penggantian Presiden,
pernyataan perang, perdamaian dan perjanjian, mata uang, bank sentral,
pendidikandan kebudayaan, perekonomian nasional dan kesejahteraan
sosial, perubahan UUD.
Komposisi Perbahan terdiri dari: 25 butir tidak diubah, 46 butir
diubah/ditambah dengan ketentuan lainnya sehingga seluruhnya
berjumlah 199 butir ketentuan, 174 ketentuan baru (>300% isi UUD 1945)

F. Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945


Berdasarkan undang undang dasar 1945 sistem pemerintahan Negara
Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan kekuasaan belaka.
2. Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas)
3. Kekuasaan Negara yang tertinggi berada di tangan majelis permusyawaratan rakyat.
Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi dibawah MPR.
Dalam menjalankan pemerintahan Negara kekuasaan dan tanggung jawab adalah
ditangan prsiden. 5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. Presiden harus
mendapat persetujuan dewan perwakilan rakyat dalam membentuk undang undang
dan untuk menetapkan anggaran dan belanja Negara. 6. Menteri Negara adalah
pembantu presiden yang mengangkat dan memberhentikan mentri Negara. Menteri
Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR.
7. Kekuasaan kepala Negara tidak terbatas. presiden harus memperhatikan dengan
sungguh sungguh usaha DPR.

1.
2.
3.
4.

Kekuasaan pemerintahan Negara Indonesia menurut undangundang dasar 1


sampai dengan pasal 16. pasal 19 sampai dengan pasal 23 ayat (1) dan ayat (5),
serta pasal 24 adalah:
Kekuasaan menjalan perundang undangan Negara atau kekuasaan eksekutif yang
dilakukan oleh pemerintah.
Kekuasaan memberikan pertimbangan kenegaraan kepada pemerintah atau kekuasaan
konsultatif yang dilakukan oleh DPA.
Kekuasaan membentuk perundang undang Negara atau kekuasaan legislatif yang
dilakukan oleh DPR.
Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan Negara atau kekuasaan eksaminatif
atau kekuasaan inspektif yang dilakukan oleh BPK.
Kekuasaan mempertahankan perundang undangan Negara atau kekuasaan yudikatif
yang dilakukan oleh MA.

Berdasarkan ketetapan MPR nomor III / MPR/1978 tentang kedudukan dan


hubungan tata kerja lembaga tertinggi Negara dengan atau antara Lembaga
lembaga Tinggi Negara ialah sebagai berikut:
1. Lembaga tertinggi Negara adalah majelis permusyawaratan rakyat. MPR sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dalam Negara dengan pelaksana kedaulatan rakyat
memilih dan mengangkat presiden atau mandataris dan wakil presiden untuk
melaksanakan garis garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan putusan putusan
MPR lainnya.
Lembagalembaga tinggi Negara sesuai dengan urutan yang terdapat dalam UUD
1945 ialah presiden (pasal 4 15), DPA (pasal 16), DPR (pasal 19-22), BPK (pasal
23), dan MA (pasal 24).

G.Kelembagaan Negara Menurut UUD 1945


Yang dimaksud dengan Lembaga-Lembaga Negara adalah alat
perlengkapan Negara sebagaimana dimaksudkan oleh Undang-undang
Dasar 1945, sebagai berikut:
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah salah satu lembaga negara
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yang terdiri atas anggota
Dewan Perwakilan Rakyat dan anggotaDewan Perwakilan Daerah.
Dahulu sebelumReformasi MPR merupakan Lembaga Negara Tertinggi,
yang terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Utusan Daerah,
dan Utusan Golongan.
Jumlah anggota MPR periode 20092014 adalah 692 orang, terdiri atas

560 Anggota DPR dan 132 anggota DPD. Masa jabatan anggota MPR
adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota MPR yang
baru mengucapkan sumpah/janji.
Tugas dan Wewenang MPR
Mengubah dan menetapkan (Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
1945), (Undang-Undang Dasar)
Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan
umum.
Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan (Mahkamah Konstitusi)
untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden dalam masa
jabatannya.
Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat,
berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya
dalam masa jabatannya.
Memilih Wakil Presiden dari 2 calon yang diajukan Presiden apabila
terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya.
Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara
bersamaan dalam masa jabatannya.
Anggota MPR memiliki hak mengajukan usul perubahan pasal-pasal
UUD, menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan putusan, hak
imunitas, dan hak protokoler. Setelah Sidang MPR 2003, Presiden dan
wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat tidak lagi oleh MPR. MPR
bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.
Sidang MPR sah apabila dihadiri:
sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah Anggota MPR untuk memutus usul
DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk mengubah
dan menetapkan UUD
sekurang-kurangnya 50%+1 dari jumlah Anggota MPR sidang-sidang
lainnya
Putusan MPR sah apabila disetujui:
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir untuk
memutus usul DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden

sekurang-kurangnya 50%+1 dari seluruh jumlah Anggota MPR untuk


memutus perkara lainnya.
Sebelum mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih
dahulu diupayakan pengambilan putusan dengan musyawarah untuk
mencapai mufakat.
Presiden dan Wakil Presiden
Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD, dan
dalam melakukan kewajibannya dibantu oleh Wakil Presiden. (Pasal 4)
Presiden berhak mengajukan RUU, dan menetapkan Peraturan
Pemerintah untuk menjalankan UU (Pasal 5).
Tugas dan Wewenang Presiden
Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL dan AU (Pasal 10).
Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
Negara lain dengan persetujuan DPR, terutama yang menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi Negara (Pasal 11).
Menyatakan keadaan bahaya, yang syarat dan akibatnya ditetapkan
dengan UU (Pasal 12).
Mengangkat dan menerima duta dan konsul dengan memperhatikan
pertimbangan DPR (Pasal 13).
Presiden memberikan grasi dengan pertimbangan MA, dan
memberikan amnesty dan abolisi dengan pertimbangan DPR (Pasal
14).
Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan
menurut UU (Pasal 15).
Presiden membentuk dewan pertimbangan yang bertugas memberi
nasehat dan pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16).
Presiden juga berhak mengangkat menteri-menteri sebagai pembantu
Presiden (Pasal 17).
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Dewan Perwakilan Rakyat adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraanIndonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat
dan memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. DPR memiliki
fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. DPR terdiri atas anggota
partai politik peserta pemilihan umum, yang dipilih berdasarkan hasil

Pemilihan Umum. Masa jabatan anggota DPR adalah 5 tahun, dan


berakhir bersamaan pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan
sumpah/janji.
Tugas dan Wewenang DPR
Membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama
Membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang
Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang
berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam
pembahasan
Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta
kebijakan pemerintah
Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan
pertimbangan DPD
Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas
pertanggungjawaban keuangan negara yang disampaikan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan;
Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan
pemberhentian anggota Komisi Yudisial
Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi
Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden
Memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya
kepada Presiden untuk ditetapkan;
Memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat duta,
menerima penempatan duta negara lain, dan memberikan
pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi
Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang,
membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain
Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat

Memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang


APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama;
Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh
DPD terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat
dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
Pada anggota DPR melekat hak ajudikasi dan legislasi yakni berupa hak
interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat. Anggota DPR
juga memiliki hak mengajukan RUU, mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak imunitas, serta
hak protokoler.
Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR,
DPD, dan DPRD, dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, DPR
berhak meminta pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum,
atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan. Jika
permintaan ini tidak dipatuhi, maka dapat dikenakan panggilan paksa
(sesuai dengan peraturan perundang-undangan). Jika panggilan paksa
ini tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah, yang bersangkutan dapat
disandera paling lama 15 hari (sesuai dengan peraturan perundangundangan).

Alat Kelengkapan DPR


Pimpinan
Kedudukan Pimpinan dalam DPR dapat dikatakan sebagai Juru Bicara
Parlemen. Fungsi pokoknya secara umum adalah mewakili DPR secara
simbolis dalam berhubungan dengan lembaga eksekutif, lembagalembaga tinggi negara lain, dan lembaga-lembaga internasional, serta
memimpin jalannya administratif kelembagaan secara umum,
termasuk memimpin rapat-rapat paripurna dan menetapkan sanksi
atau rehabilitasi. Pimpinan DPR bersifat kolektif kolegial, terdiri dari
seorang ketua dan 4 orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh

Anggota DPR dalam Sidang Paripurna DPR.


Komisi
Komisi adalah unit kerja utama di dalam DPR. Hampir seluruh aktivitas
yang berkaitan dengan fungsi-fungsi DPR, substansinya dikerjakan di
dalam komisi. Setiap anggota DPR (kecuali pimpinan) harus menjadi
anggota salah satu komisi. Pada umumnya, pengisian keanggotan
komisi terkait erat dengan latar belakang keilmuan atau penguasaan
anggota terhadap masalah dan substansi pokok yang digeluti oleh
komisi.
Pada periode 2009-2014, DPR mempunyai 11 komisi dengan ruang
lingkup tugas dan pasangan kerja masing-masing:
Komisi I, membidangi pertahanan, luar negeri, dan informasi.
Komisi II, membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah,
aparatur negara, dan agraria.
Komisi III, membidangi hukum dan perundang-undangan, hak asasi
manusia, dan keamanan.
Komisi IV, membidangi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan,
perikanan, dan pangan.
Komisi V, membidangi perhubungan, telekomunikasi, pekerjaan umum,
perumahan rakyat, pembangunan pedesaan dan kawasan tertinggal.
Komisi VI, membidangi perdagangan, perindustrian, investasi, koperasi,
usaha kecil dan menengah), dan badan usaha milik negara.
Komisi VII, membidangi energi, sumber daya mineral, riset dan
teknologi, dan lingkungan.
Komisi VIII, membidangi agama, sosial dan pemberdayaan perempuan.
Komisi IX, membidangi kependudukan, kesehatan, tenaga kerja dan
transmigrasi.
Komisi X, membidangi pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata,
kesenian, dan kebudayaan.
Komisi XI, membidangi keuangan, perencanaan pembangunan
nasional, perbankan, dan lembaga keuangan bukan bank.

Badan Musyawarah
Bamus merupakan miniatur DPR. Sebagian besar keputusan penting
DPR digodok terlebih dahulu di Bamus, sebelum dibahas dalam Rapat
Paripurna sebagai forum tertinggi di DPR yang dapat mengubah
putusan Bamus. Bamus antara lain memiliki tugas menetapkan acara
DPR, termasuk mengenai perkiraan waktu penyelesaian suatu
masalah, serta jangka waktu penyelesaian dan prioritas RUU).
Pembentukan Bamus sendiri dilakukan oleh DPR melalui Rapat
Paripurna pada permulaan masa keanggotaan DPR. Anggota Bamus
berjumlah sebanyak-banyaknya sepersepuluh dari anggota DPR,
berdasarkan perimbangan jumlah anggota tiap-tiap Fraksi. Pimpinan
Bamus langsung dipegang oleh Pimpinan DPR.
Badan Anggaran
Badan Anggaran DPR dibentuk oleh DPR dan merupakan alat
kelengkapan DPR yang bersifat tetap yang memiliki tugas pokok
melakukan pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Susunan keanggotaan Badan Anggaran ditetapkan pada permulaan
masa keanggotaan DPR. Susunan keanggotaan Badan Anggaran terdiri
atas anggota-anggota seluruh unsur Komisi dengan memperhatikan
perimbangan jumlah anggota Fraksi.
Badan Kehormatan
Badan Kehormatan (BK) DPR merupakan alat kelengkapan paling muda
saat ini di DPR. BK merupakan salah satu alat kelengkapan yang
bersifat sementara. Pembentukan DK di DPR merupakan respon atas
sorotan publik terhadap kinerja sebagian anggota dewan yang buruk,
misalnya dalam hal rendahnya tingkat kehadiran dan konflik
kepentingan.
BK DPR melakukan penelitian dan pemeriksaan terhadap dugaan
pelanggaran yang dilakukan oleh Anggota DPR, dan pada akhirnya
memberikan laporan akhir berupa rekomendasi kepada Pimpinan DPR
sebagai bahan pertimbangan untuk menjatuhkan sanksi atau

merehabilitasi nama baik Anggota. Rapat-rapat Dewan Kehormatan


bersifat tertutup. Tugas Dewan Kehormatan dianggap selesai setelah
menyampaikan rekomendasi kepada Pimpinan DPR.
Badan Legislasi
Badan Legislasi (Baleg) merupakan alat kelengkapan DPR yang lahir
pasca Perubahan Pertama UUD 1945, dan dibentuk pada tahun 2000.
Tugas pokok Baleg antara lain: merencanakan dan menyusun program
serta urutan prioritas pembahasan RUU untuk satu masa keanggotaan
DPR dan setiap tahun anggaran. Baleg juga melakukan evaluasi dan
penyempurnaan tata tertib DPR dan kode etik anggota DPR.
Badan Legislasi dibentuk DPR dalam Rapat paripurna, dan susunan
keanggotaannya ditetapkan pada permulaan masa keanggotaan DPR
berdasarkan perimbangan jumlah anggota tiap-tiap Fraksi.
Keanggotaan Badan Legislasi tidak dapat dirangkap dengan
keanggotaan Pimpinan Komisi, keanggotaan Badan Urusan Rumah
Tangga (BURT), dan keanggotaan Badan Kerjasama Antar Parlemen
(BKSAP).
Badan Urusan Rumah Tangga
Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR bertugas menentukan
kebijakan kerumahtanggaan DPR. Salah satu tugasnya yang berkaitan
bidang keuangan/administratif anggota dewan adalah membantu
pimpinan DPR dalam menentukan kebijakan kerumahtanggaan DPR,
termasuk kesejahteraan Anggota dan Pegawai Sekretariat Jenderal DPR
berdasarkan hasil rapat Badan Musyawarah.
Badan Kerja Sama Antar-Parlemen
Badan Kerja Sama Antar-Parlemen, yang selanjutnya disingkat BKSAP,
dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat
tetap. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan BKSAP pada
permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.
Jumlah anggota BKSAP ditetapkan dalam rapat paripurna menurut

perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada


permulaan masa keanggotaan DPR dan pada permulaan tahun sidang.
Pimpinan BKSAP merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat
kolektif dan kolegial, yang terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling
banyak 3 (tiga) orang wakil ketua, yang dipilih dari dan oleh anggota
BKSAP berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan
proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut
perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi.
BKSAP bertugas: Membina, mengembangkan, dan meningkatkan
hubungan

persahabatan dan kerja sama antara DPR dan parlemen

negara lain, baik secara bilateral maupun multilateral, termasuk


organisasi internasional yang menghimpun parlemen dan/atau a
nggota parlemen negara lain;
Menerima kunjungan delegasi parlemen negara lain yang menjadi
tamu DPR;
Mengoordinasikan kunjungan kerja alat kelengkapan DPR ke luar
negeri;
Memberikan saran atau usul kepada pimpinan DPR tentang masalah
kerja sama antarparlemen.
Panitia Khusus
Jika dipandang perlu, DPR (atau alat kelengkapan DPR) dapat
membentuk panitia yang bersifat sementara yang disebut Panitia
Khusus (Pansus). Komposisi keanggotaan Pansus ditetapkan oleh rapat
paripurna berdasarkan perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi.
Pansus bertugas melaksanakan tugas tertentu yang ditetapkan oleh
rapat paripurna, dan dibubarkan setelah jangka waktu penugasannya
berakhir atau karena tugasnya dinyatakan selesai. Pansus
mempertanggungjawabkan kinerjanya untuk selanjutnya dibahas
dalam rapat paripurna.
DPR dalam permulaan masa keanggotaan dan permulaan tahun sidang
DPR membuat susunan dan keanggotaan Badan Akuntabilitas
Keuangan Negara (BAKN) yang beranggotakan paling sedikit tujuh

orang dan paling banyak sembilan orang atas usul dari fraksi-fraksi
DPR yang selanjutnya akan ditetapkan dalam rapat paripurna dengan
tugas untuk penelaahan setiap temuan hasil pemeriksaan Badan
Pemeriksaan Keuangan (BPK)
DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Dan untuk itu
DPR diberikan hak-hak interpelasi, angket, menyatakan pendapat,
mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul, dan pendapat serta
imunitas (Pasal 20). Fungsi DPR adalah sebagai berikut:
Fungsi legislasi berkaitan dengan wewenang DPR dalam pembentukan
undang-undang.
Fungsi anggaran, berwenang menyusun dan menetapkan RAPBN
bersama presiden.
Fungsi pengawasan, melakukan pengawasan terhadap pemerintah.
DPR diberikan hak-hak yang diatur dalam pasal-pasal UUD 1945,
antara lain:
Hak interpelasi, hak DPR untuk meminta keterangan pada presiden.
Hak angket, hak DPR untuk mengadakan penyelidikan atas suatu
kebijakan Presiden/ Pemerintah.
Hak menyampaikan pendapat.
Hak mengajukan pertanyaan.
Hak Imunitas, hak DPR untuk tidak dituntut dalam pengadilan.
Hak mengajukan usul RUU
Anggota DPR berhak mengajukan usul RUU (Pasal 21). Dalam hal
kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan Perpu, dan
pada masa persidangan DPR berikutnya Perpu tersebut harus
dimintakan persetujuan DPR. Apabila DPR tidak menyetujuinya maka
Perpu harus dicabut(Pasal 22). Anggota DPR dapat diberhentikan dari
jabatannya, dengan syarat-syarat dan tata cara yang diatur dengan
undang-undang (Pasal 22B).

Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


Anggota DPD dipilih dari setiap provinsi melalui pemilu, setiap provinsi
jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggta DPD tidak lebih dari 1/3
jumlah anggota DPR. DPD bersidang sedikitnya sekali dalam setahun

(Pasal 22C).
DPD berhak mengajukan RUU kepada DPR dan ikut membahasnya
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat-daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan SDA dan SDE serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat-daerah, serta memberi pertimbangan atas RUU APBN
yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama (Pasal 22D). DPD
dapat melakukan pengawasan terhadap UU yang usulan dan
pembahasannya dimiliki oleh DPD.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 49 dan 50 Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan
DPRD bahwa Anggota DPD mempunyai hak dan kewajiban sebagai
berikut:
Hak
Menyampaikan usul dan pendapat;
Memilih dan dipilih;
Membela diri;
Imunitas;
Protokoler;
Keuangan dan administratif.
Mengamalkan Pancasila;
Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan menaati segala peraturan perundang-undangan;
Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan;
Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan
negara kesatuan Republik Indonesia;
Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat;
Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat dan daerah;
Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok,
dan golongan;
Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih

dan daerah pemilihannya;


Menaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib DPD; dan
Menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya.
Kewajiban
Berkenaan dengan kewajiban tersebut, hal itu mempertegas fungsi politik
legislatif Anggota DPD RI yang meliputi representasi, legislasi dan
pengawasan yang dicirikan oleh sifat kekuatan mandatnya dari rakyat
pemilih yaitu sifat otoritatif atau mandat rakyat kepada Anggota; di
samping itu ciri sifat ikatan atau binding yaitu ciri melekatnya pemikiran
dan langkah kerja Anggota DPD RI yang semata-mata didasarkan pada
kepentingan dan keberpihakan pada rakyat daerah.
Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Dalam rangka pelaksanaan Pemilu agar terselenggara sesuai asas
(Iuberjudil), maka dibentuklah sebuah komisi pemilihan umum yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri (Pasal 22E). KPU selain ada ditingkat
pusat, juga terdapat KPU daerah baik di provinsi maupun kabupaten/kota.
Bank Sentral
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan,
kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan UU
(Pasal 23D).
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK)
Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan UndangUndang. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.
Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945 tersebut telah dikeluarkan Surat
Penetapan Pemerintah No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946 tentang
pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan, pada tanggal 1 Januari 1947

yang berkedudukan sementara dikota Magelang. Pada waktu itu Badan


Pemeriksa Keuangan hanya mempunyai 9 orang pegawai dan sebagai
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan pertama adalah R. Soerasno. Untuk
memulai tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan dengan suratnya tanggal
12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan kepada semua instansi di
Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan kewajibannya dalam
memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara, untuk sementara
masih menggunakan peraturan perundang-undangan yang dulu berlaku
bagi pelaksanaan tugas Algemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa
Keuangan Hindia Belanda), yaitu ICW dan IAR.
Dalam Penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember 1948
tempat kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari
Magelang ke Yogyakarta. Negara Republik Indonesia yang ibukotanya di
Yogyakarta tetap mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23
ayat (5) UUD Tahun 1945; Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang
diangkat berdasarkan SK Presiden RI tanggal 31 Januari 1950
No.13/A/1950 terhitung mulai 1 Agustus 1949.
Dengan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat (RIS)
berdasarkan Piagam Konstitusi RIS tanggal 14 Desember 1949, maka
dibentuk Dewan Pengawas Keuangan (berkedudukan di Bogor) yang
merupakan salah satu alat perlengkapan negara RIS, sebagai Ketua
diangkat R. Soerasno mulai tanggal 31 Desember 1949, yang sebelumnya
menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta. Dewan
Pengawas Keuangan RIS berkantor di Bogor menempati bekas kantor
Algemene Rekenkamer pada masa pemerintah Netherland Indies Civil
Administration (NICA).
Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1950, maka Dewan Pengawas Keuangan RIS yang berada di
Bogor sejak tanggal 1 Oktober 1950 digabung dengan Badan Pemeriksa
Keuangan berdasarkan UUDS 1950 dan berkedudukan di Bogor
menempati bekas kantor Dewan Pengawas Keuangan RIS. Personalia
Dewan Pengawas Keuangan RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa
Keuangan di Yogyakarta dan dari Algemene Rekenkamer di Bogor.

Pada Tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang menyatakan


berlakunya kembali UUD Tahun 1945. Dengan demikian Dewan Pengawas
Keuangan berdasarkan UUD 1950 kembali menjadi Badan Pemeriksa
Keuangan berdasarkan Pasal 23 (5) UUD Tahun 1945.
Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-ubah menjadi Dewan
Pengawas Keuangan RIS berdasarkan konstitusi RIS Dewan Pengawas
Keuangan RI (UUDS 1950), kemudian kembali menjadi Badan Pemeriksa
Keuangan berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan pelaksanaan
kegiatannya masih tetap menggunakan ICW dan IAR.
Dalam amanat-amanat Presiden yaitu Deklarasi Ekonomi dan Ambeg
Parama Arta, dan di dalam Ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960 serta
resolusi MPRS No. 1/Res/MPRS/1963 telah dikemukakan keinginankeinginan untuk menyempurnakan Badan Pemeriksa Keuangan, sehingga
dapat menjadi alat kontrol yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu maka
pada tanggal 12 Oktober 1963, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 7 Tahun 1963 (LN No. 195
Tahun 1963) yang kemudian diganti dengan Undang-Undang (PERPU) No.
6 Tahun 1964 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Gaya Baru.
Untuk mengganti PERPU tersebut, dikeluarkanlah UU No. 17 Tahun 1965
yang antara lain menetapkan bahwa Presiden, sebagai Pemimpin Besar
Revolusi pemegang kekuasaan pemeriksaan dan penelitian tertinggi atas
penyusunan dan pengurusan Keuangan Negara. Ketua dan Wakil Ketua
BPK RI berkedudukan masing-masing sebagai Menteri Koordinator dan
Menteri.
Akhirnya oleh MPRS dengan Ketetapan No.X/MPRS/1966 Kedudukan BPK
RI dikembalikan pada posisi dan fungsi semula sebagai Lembaga Tinggi
Negara. Sehingga UU yang mendasari tugas BPK RI perlu diubah dan
akhirnya baru direalisasikan pada Tahun 1973 dengan UU No. 5 Tahun
1973 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah
mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan
Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga
pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan

dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan


kembali kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya
lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan peranannya perlu
lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan profesional.
Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI
dalam UUD Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen BPK RI
hanya diatur dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5) kemudian
dalamPerubahan Ketiga UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab
tersendiri (Bab VIII A) dengan tiga pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh
ayat.
Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat
Undang-Undang di bidang Keuangan Negara, yaitu;
UU No.17 Tahun 2003 Tentang keuangan Negara
UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah Agung adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan
kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi.
Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan :
Peradilan Umum pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Negeri,
pada tingkat banding dilakukan olehPengadilan Tinggi dan pada tingkat
kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung
Peradilan Agama pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Agama,
pada tingkat banding dilakukan olehPengadilan Tinggi Agama dan pada
tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung
Peradilan Militer pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Militer,
pada tingkat banding dilakukan olehPengadilan Tinggi Militer dan pada
tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung
Peradilan Tata Usaha negara pada tingkat pertama dilakukan oleh
Pengadilan Tata Usaha negara, pada tingkat banding dilakukan oleh

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dan pada tingkat kasasi dilakukan
oleh Mahkamah Agung
Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang MA
adalah:
Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangundangan di bawah Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya
yang diberikan oleh Undang-Undang
Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi
Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden member grasi dan
rehabilitasi
Mahkamah Agung dipimpin oleh seorang ketua. Ketua Mahkamah Agung
dipilih dari dan oleh hakim agung, dan diangkat oleh Presiden. Ketuanya
sejak 15 Januari 2009 adalah Harifin A. Tumpa.
Pada Mahkamah Agung terdapat hakim agung sebanyak maksimal 60
orang. Hakim agung dapat berasal dari sistem karier (hakim), atau tidak
berdasarkan sistem karier dari kalangan profesi atau akademisi.
Calon hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada Dewan
Perwakilan Rakyat, untuk kemudian mendapat persetujuan dan ditetapkan
sebagai hakim agung oleh Presiden.
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, dan
dilakukan oleh sebuah MA dan badan peradilan yang ada dibawahnya
dalam lingkungan peradilan umum, agama, militer, tata usaha Negara,
dan sebuah Mahkamah Konstitusi (Pasal 24). MA berwenang mengadili
pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan dibawah UU
terhadap UU. Hakim Agung harus memiliki integritas dan kepribadian
yang tidak tercela, adil, professional, dan berpengalaman di bidang
hukum. Calon Hakim Agung diusulkan komisi yudisial kepada DPR untuk
mendapat persetujuan dan ditetapkan oleh Presiden. Ketua dan Wakil MA
dipilih dari dan oleh Hakim Agung (Pasal 24A).
Komisi Yudisial (KY)
Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan

pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka


menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim. Anggota komisi yudisial harus memiliki pengetahuan dan
pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian
yang tidak tercela. Anggota komisi yudisial diangkat dan diberhentikan
oleh Presiden dengan persetujuan DPR (Pasal 24B).
Mahkamah Konstitusi (MK)
Mahkamah Konstitusi adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan
kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung.
Sejarah berdirinya MK diawali dengan Perubahan Ketiga UUD 1945 dalam
Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C, dan Pasal 7B yang disahkan pada 9
November 2001. Setelah disahkannya Perubahan Ketiga UUD 1945, maka
dalam rangka menunggu pembentukan Mahkamah Konstitusi, MPR
menetapkan Mahkamah Agung menjalankan fungsi MK untuk sementara
sebagaimana diatur dalam Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945 hasil
Perubahan Keempat.
DPR dan Pemerintah kemudian membuat Rancangan Undang-Undang
tentang Mahkamah Konstitusi. Setelah melalui pembahasan mendalam,
DPR dan Pemerintah menyetujui secara bersama Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi pada 13 Agustus 2003 dan
disahkan oleh Presiden pada hari itu. Dua hari kemudian, pada tanggal 15
Agustus 2003, Presiden mengambil sumpah jabatan para hakim konstitusi
di Istana Negara pada tanggal 16 Agustus 2003.
Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang MK
adalah:
Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang
Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus pembubaran partai
politik, dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum
Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat

mengenai dugaan pelanggaran olehPresiden dan/atau Wakil Presiden


menurut UUD 1945.
MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji UU terhadap UUD, memutus
sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan
oleh UUD, memutus pembubaran parpol dan perselisihan hasil pemilu. MK
wajib memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil menurut UUD. MK mempunyai
9 anggota hakim konstitusi yang ditetapkan Presiden masing-masing 3
orang diajukan oleh MA, DPR, dan Presiden. Ketua dan wakil ketua MK
dipilih dari dan oleh hakim konstitusi. Hakim konstitusi harus memiliki
integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan, yang
menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai
pejabat Negara (Pasal 24C0). MK dibentuk selambat-lambatnya pada 17
Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan
oleh MA (Pasal III AP).
Saat ini masih banyak pihak belum memahami secara utuh tatanan
kelembagaan negara dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sehingga
sering timbul perdebatan publik dan masalah hubungan antarlembaga
negara.
Apalagi, lembaga- lembaga negara telah mengalami perubahan mendasar
hasil UUD 1945 Perubahan yang tentu tidak dapat dipahami berdasarkan
paradigma UUD 1945 sebelum perubahan. Perubahan mendasar yang
memengaruhi tatanan kelembagaan negara adalah perubahan Pasal 1
ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut UUD. Sebelum perubahan,kedaulatan
rakyat dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR. Perubahan tersebut
mengakibatkan :
MPR tidak lagi menjadi lembaga negara tertinggi.
Lemmbaga-lembaga negara yang diatur dalam UUD 1945 merupakan
pelaksana kedaulatan rakyat sesuai dengan kedudukan,tugas,dan fungsi
masing- masing.Hal tersebut mengakibatkan Ketetapan MPR Nomor
III/MPR/ 1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata Kerja Lembaga

Tertinggi dengan/ atau antar-Lembaga-Lembaga Tinggi Negara tidak


berlaku lagi. Kelembagaan negara berdasarkan UUD 1945 dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kategori.Pertama, lembaga-lembaga
utama yang melaksanakan cabang kekuasaan tertentu. Kedua, lembagalembaga negara yang bukan pelaksana salah satu cabang kekuasaan,
tetapi keberadaannya diperlukan untuk mendukung salah satu lembaga
pelaksana cabang kekuasaan tertentu.
Lembaga-lembaga yang ditentukan untuk melaksanakan kekuasaan
tertentu tanpa mengatur nama dan pembentukan lembaganya.
Lembaga yang ditentukan secara umum dan menyerahkan pengaturan
lebih lanjut kepada undang-undang.Kelima, lembaga-lembaga yang
berada di bawah presiden untuk melaksanakan fungsi-fungsi
tertentu.Keenam, lembaga- lembaga di tingkat daerah. Berdasarkan
pembagian fungsi kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam UUD
1945,dapat diketahui lembaga-lembaga negara yang melaksanakan tiap
kekuasaan tersebut.
Sebagai pemegang kekuasaan eksekutif tertinggi adalah presiden.
Pemegang kekuasaan legislatif adalah DPR.Untuk kekuasaan yudikatif
ditentukan pelakunya adalah MA dan MK. Selain lembaga-lembaga negara
tersebut, terdapat lembaga negara lain yang diperlukan dalam
penyelenggaraan negara dan kedudukannya sederajat. Lembaga negara
lain tersebut adalah MPR yang memegang kekuasaan mengubah dan
menetapkan UUD,BPK sebagai pelaksana kekuasaan auditif serta DPD
yang walaupun tidak memegang kekuasaan legislatif memiliki peran
dalam proses legislasi (co-legislator).
Dengan demikian lembaga-lembaga itu sesungguhnya adalah bagian dari
organisasi pemerintahan secara nasional walaupun ada yang menjalankan
fungsi legislasi di tingkat daerah. Jika penataan lembaga negara melalui
ketentuan peraturan perundang undangan telah dilakukan, setiap
lembaga negara dapat menjalankan wewenang sesuai dengan kedudukan
masing-masing. Hal itu akan mewujudkan kerja sama dan hubungan yang
harmonis demi pencapaian tujuan nasional dengan tetap saling

mengawasi dan mengimbangi agar tidak terjadi penyalahgunaan dan


konsentrasi kekuasaan.

H.Pemerintah Daerah
Pemerintahan Daerah menurut Ketentuan Pasal 1 ayat 2 UndangUndang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia
tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota
dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah.
Asas- Asas Pemerintah Daerah
Sentralisasi yaitu sistem pemerintahan di mana segala kekuasaan
dipusatkan di pemerintah pusat. Desentralisasi yaitu penyerahan
wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
Tugas Pembantuan yaitu penugasan dari pemerintah kepada daerah
dan/atau desa, dari pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota dan/atau
desa, dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan
tugas tertentu.
Otonomi Daerah
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan
kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna


dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan
terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Sedangkan yang di maksud Otonomi Daerah adalah wewenang untuk
mengatur dan mengurus rumah tangga daerah, yang melekat pada
Negara kesatuan maupun pada Negara federasi. Di Negara kesatuan
otonomi daerah lebih terbatas dari pada di Negara yang berbentuk
federasi.
Dampak Positif Otonomi Daerah
Dampak positif otonomi daerah adalah memunculkan kesempatan
identitas lokal yang ada di masyarakat. Berkurangnya wewenang dan
kendali pemerintah pusat mendapatkan respon tinggidari pemerintah
daerah dalam menghadapi masalah yang berada di daerahnya sendiri.
Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan
melalui jalur birokrasi dari pemerintah pusat. Dana tersebut
memungkinkan pemerintah lokal mendorong pembangunan daerah serta
membangun program promosi kebudayaan dan juga pariwisata.
Kebijakan-kebijakan pemerintah daerah juga akan lebih tepat sasaran dan
tidak membutuhkan waktu yang lama sehingga akan lebih efisien.
Dampak Negatif Otonomi Daerah
Dampak negative dari otonomi daerah adalah munculnya
kesempatan bagi oknum-oknum di tingkat daerah untuk melakukan
berbagai pelanggaran, munculnya pertentangan antara pemerintah
daerah dengan pusat, serta timbulnya kesenjangan antara daerah yang
pendapatannya tinggi dangan daerah yang masih berkembang.

I.

Pemilu dan Sistem Pemilu Di Indonesia

Defenisi Pemilu
Menurut Nohlen pemilu adalah satu-satunya metode demokratik untuk

memilih wakil rakyat.


Menurut Aurel Croissant, dkk mendefenisikan pemilu adalah kondisi
yang diperlukan bagi demokrasi. tetapi pemilu saja tidak menjamin
demokrasi, karena demokrasi memerlukan lebih dari sekedar pemilu.
pemilu bukan hanya seharusnya mencerminkan kehendak rakyat dan
mengintegrasikan warga negara kedalam proses politik saja, melainkan
juga meligitimasi dan mengontrol kekuasaan pemerintahan. sarana
penting untuk mencapai sasaran-sasaran ini ialah siatem pemilu.
Bnejuino Theodore memberikan defenisi sistem pemilihan umum
sebagai rangkaian atruran yang menurutnya pemilihan mengekperesikan
preferensi politik mereka dan suara dari pemilih diterjemahkan menjadi
kursi.
Tipe-Tipe Sistem Pemilu
menurut G.Y Wolhof terdapat dua sistem/tipe sistem pemilu yaitu:
1. Sistem pemilihan organis adalah melihat sebagai sebuah kelompok
yang bagi dalam organ-organ idividu, kelompok ini bisanya berdasarkan
genekologis, lapisan masyarakat, organisasi kelembagaan. dengan
demikian pada sistem organik hak suara terletak pada kelompok.
Contoh: indonesia di zaman orde baru dlam komposisi MPRnya tidak
hanya berasal dari kalangan partai politik yang di pilih memalui pemilu
tapi juga ada utusan daerah dan utusan golongan yang mereka itu semua
diangkat berdasarkan golongan dan wilayahnya. begitu juga ABRI yang
diangkat untuk mewakili golongan ABRI (TNI/Polri)
2. Sistem pemilihan mekanik adalah melihat rakyat terdiri atas Individuindividu dimana hak suara berada pada masing-masing individu. Sistem
pemilihan mekanis biasanya dibagi atas dua sistem yaitu sistem distrik
dan sistem proporsional.
Perwakilan Berimbang
Gagasan pokok sistem perwakilan berimbang (proporsional representation
atau yang sering disebut multi- member constituency) ialah bahwa jumlah
kursi parlemen yang diperoleh suatu golongan atau partai adalah sesuai

dengan jumlah suara yang diperolehnya dalam masyarakat.sistem


proporsional dapat dilakukan dengan bervariasi seperti hare system dan
list system.Hare system, dimana pemilih diberi kesempatan untuk memilih
pilihan pertama, kedua dan seterusnya, dari distrik pemilih yang
bersangkutan. jumlah imbangan suara yang diperlukan untuk pemilih
ditentukan dan segera jumlah keutamaan pertma dipenuhi dan apabila
ada sisa suara, maka kelebihan ini dapat dipindahkan kepada calon
berikutnya dan seterusnya.
List system, pemilih diminta memilih diantara daftar calon yang berisi
sebanyak mungkin nama-nama wakil rakyat yang akan dipilih dalam
pemilihan umum.
Sistem perwakilan berimbang sering dikombinasikan dengan prosedur lain
seperti list system. sistem perwakilan berimbang dipakai di Belanda,
Swedia dan Belgia. indonesia memakai sistem perwakilan berimbang
dikombinasikan dengan sistem terdaftar di zaman orde baru dan hal ini
mengalami sedikit perubahan di zaman era refomrasi dimana sistem
peroporsional dengan sistem daftar terbuka berdasarkan nomor urut,
suatu sistem yang masih abu-abu dan tidak mencerminkan representasi
yang sebenarnya karena bisa saja orang yang menempati urutan pertama
tidak populer dan dapat suara tapi menjadi anggota dewan karena
berada pada nomor urut satu (Jadi), yang ini semua bisa dibuat oleh partai
politik jadi akan membuat orang menjadi wakil partai bukan wakil rakyat.
Kelebihan sistem pemilu proporsional:
1. dari aspek perwakilan politik, untuk sistem ini terdapat lebih dari
satu wakil dalam setiap daerah pemilihan
2. demokratis karena setiap suara dihitung dan suara yang hilang
terbatas
3. sistem ini dianggap representatip karena jumlah suara partai
diparlemen sesuai dengan suara yang diperolehnya dari masyarakat
dalam pemilu.
4. sistem proporsional mengarah pada terbentuknya pmerintahan
koalesi

5. masyarakat heterogen lebih tertarik pada sistem ini oleh karena


dianggap mewakili setiap golongan.
6. wakil rakyat yang dipilih melalui sistem ini diharapkan lebih
ceenderung untuk mengutamakan kepentingan nasional daripada
kepentingan daerahnya.
Kelemahanan sstem pemilu proporsional
1. pemilih tidak memiliki-atau hampir tidak memiliki-pengarih atas
penetapan kandidat, mereka tidak turut menentukan siapa wakil
mereka.
2. memberikan kedudukan kuat pada pimpinan parai untuk
menentukan wakilnya di parlemen merlalui stelsel daftar (list
system)
3. daftar calon partai tidak menjamin keterwakilan kelompok
masyarakat tradisional yang memang kurang terwakili, partai
berupaya membuat daftra calon yang sosiodemograds yang
homogen.
4. sistem ini mempermudah fragmentasi partrai dan timbulnya
partai-partai baru.
5. banyak partai mempersukar terbentuknya pemerintahan yang
stabil, oleh karena harus mendasarkan diri pada koalesi dari dua
partai atau lebih.
Catatan tambahan:
Sistem proporsional yang mendasrkan jumlah di Badan Perwakilan
Rakyat ang dibagi-bagikan kepada partai politik, sesuai dngan
imbangan jumlah penduduik yang ada pada suatu daerah
pemilihan, maka daerah duiluar pulau jkawa akan terwakili oleh
wakil-wakil yang jumlahnya sedikit dari pada dipulau jawa. yang
bisa jadi dalam membuat keputusan-ke[putusan akan lebih banyak
berdasarkan pertimbangan dari asal dan cara berpikir dari mana
seorang anggota dewan berasal.

Sistem Distrik
Distrik adalah wilayah geografis suatu negara yang batas-batasnya
melalui suatu pembangian untuk tujuan pemilihan umum. dengan
demikian luas sebuah distrik dapat sama besar dengan besar
wilayah administrasi pemerintahan dan dapat pula berbeda. yang
dimasksud dengan besar distrik adalah berapa banyak anggota
badan perwakilan yang akan dipilih dalam satu distrik pemilihan
besarna distrik bukabn berarti jumlah pemilih yang ada dalam
distrik tersebut. berdasrkan defenisi tersebut maka kita
dapatmembedakan distrik menjadi distrik beranggota tunggal
(single member distric) dan dstrik beraanggota banyak (multi
member district).
Sistem distrik disebutr juga dengan sistem pemilihan mayoritas atau
singkle member constituency, sistempemilihan dimana suatu
negara dibagi-bagi dalam suatu distrik yang jumlahnya sama
dengan wakil diparlemen.
Kelebihan sistem distrik:
1. distrik wilayahnya lebih kecil, maka pemilih dapat meneganli
calon-calon wakil rakyat yang akan dipilih didistrinya. terpilih
sesorang karena kepopulerannya dan pengorbanan dan perjuangan
terhadap masyarakat.
2. kandidat tidak terlalu tergantung kepada pimpinan partai, dan
oleh karena itu lebih bebas dalam mengambil keputusan, karena
tidak perlu masuk dalam daftar calon partai
3. para pemilih dapat melihat dan menilai penawaran yang
diberikan kandidat dalam satu distrik pemilihan.
4. lebih mudah bagi satu partai untuk mayoritas dalam parlemen,
sehingga tidak perlu koalesi dengan partai lain.
5. kecenderungan untuk integrasi partai lebih besar dan
fragmentasi partai dan untuk mendirikan partai baru lebih
tebendung, dan menciptakan kearah penyederhanaan partai.
6. mempermudah stabilitas politik

7. organisasi dalam penyelenggraan pemilu ini lebih sedrhana, tidak


perlu memakai banyak orang dalam kepanitiaan dan biaya yang
lebih murah.
8. sederhana dan mudah dilaksanakan.
Kelemahan pemilu distrik.
1. ada distorsi sehingga partai yang menang akan memperoleh
kursi lebih banyak dari persentasi suara yang diperolehnya dari
masyarakat, sehingga menjadi over represente seperti partai
korservatif (margaret Thatcher ) hanya memperoleh suara 42
persen dari jumlah suara dalam masyarakat (berarti 58 persen
memilih partai lain). akan tetapi berhasil menang dibanyak distrik
sebagai pemenang tungga, maka partai tersebut memperoleh kursi
375 atau 57 persen dari total kursi diparlemen
2. distorsi kurang menguntungkan partai kecil dan golongan
minoritas, persentasi kursdi lebih kecil dari persentasi suara
sehingga under represented partai liberal dan partai sosial
demokrat (aiansi) hanya memperoleh 22 kursi atau 3 persen dari
jumlah kursi padahal memperoleh suara 22 persen dari jumlah
suara masyarakat.
3. sistem ini kurang representatif darri partai yang ada dalam
lingkungan distriknya.
4. wakil-wakil lebih mementingkan daerahnya daripada kepentingan
nasional
5. ketidaktergatungan wakil terhadap pimpinan partai tidak hanya
sebagai keuntungan tapi juga bisa meimbulkan efek negatif, bisa
saja untuk deal dengan pemerintah seseorang bisa membuat
keputusan diluar partau dan bisa dibeli oleh pemerintah.
6. kerugian karena susunan parlemen tidak selalu mewakili
pendapat atau kepentingan rakyat
7. bahwa sistem ini dianggpa kurang mengakomodasi berbagai
kelompok dalam suatu masyarakat yang heterogen dan pluralis
sifatnya.

Catatan tambahan:
sistem ini akanmerugikan masyarakay yang [padat penduduknya
karena jumlah penduduk yang padat, akan diwakili oleh wakil-wakil
yang jumlahnya sedikit, karena itu pada wakil yang bersal dari
yangjumlah penduduknya padat akan susah untuk menyalurkan
aspirasi karena terdapat aspirasi yang beragam dan susah untuk
diakomodasi.
Sistem Campuran
Sistem Campuran adalah sistem yang mengobinasikan antara
distrik dan perwakilan berimbang salah satu negara yang
menggunkan sistem pemilu campuran adalah Jerman.
1. pemilihan anggora parlemen Jerman (Bundestag) dilakukan
dengan sistem proporsional yang besifat personal artinya ada
perpaduan anatar unsur distrik dan unsur proporsional.
2. unsur distrik terlihat pada sistem pemilihan calon secara

langsung. dimana 328 kursi di Bundestag disipakan untukkandidatkandidat yang dipilih secara langsung didalam setiap distrik,
sedangklan 328 kursi yang tersisa diisi oleh kandidat
yangmemperolehmandat dari partai melalui sistem perimbangan.]
3. jadi setiap pemilih dijerman mempunyai dua hak suara, suara

pertama digunakan untuk memilih salah satu calon dari wilayah


pemilihannya menurut sistem mayoritas relatif sehingga calon yang
mendapat suara terbanyak akan langsung mendapat mandat
langsung untuk mewakili distriknya di Bundestag,
4. sedangkanm suara kedua digunakan oleh pemilih untuk

menentukan wakil yang memperoleh mandat di Bundestag melalau


daftar calon negara bagian (bandesland) yang disusun oleh setiap
partai peserta pemilu.
5. disrtik diperhitungkan secara proporsional di tingkat nasional

untuk mengisi 328 kursi yang dipersiapkan melalui mandat partai,


sehingga antara jumlah suara danmandat yang diterima oleh partai
yang duduk di Bundestag akan relatif berimbang

J. Hal Keuangan
APBN DAN APBD
Pengertian APBN dan

ABPD,

Fungsi,

Tujuan,

Manfaat,

Sumber,

Kebijakan Pemerintah di Bidang Fiskal, Jenis Pendapatan dan Pengeluaran


Negara, Anggaran, Ekonomi - Dalam usaha meningkatkan pembangunan
ekonomi,

yang

biasanya

diukur

dengan

pertambahan

pendapatan

nasional, terdapat beberapa instrumen kebijakan yang dapat digunakan.


Salah satu instrumen kebijakan tersebut adalah kebijakan fiskal yang
berhubungan

erat

dengan

masalah

anggaran

penerimaan

dan

pengeluaran yang dilakukan pemerintah. Penerimaan dan pengeluaran


negara

berkaitan

penerimaan

dan

dengan

masalah

pengeluaran

keuangan

daerah

negara,

berkaitan

sedangkan

dengan

masalah

keuangan daerah. Seperti halnya keuangan negara yang identik dengan


APBN, keuangan daerah identik dengan APBD. Materi dalam bab ini akan
difokuskan

pada

kebijakan

pemerintah

dalam

mengatur

anggaran

penerimaan dan pengeluaran negara dan daerah yaitu APBN dan APBD.
Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah kebijakan
fiskal dalam konteks pembangunan Indonesia. Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara pada hakikatnya merupakan rencana kerja pemerintah
yang akan dilakukan dalam satu tahun yang dituangkan dalam angkaangka rupiah. Secara singkat, APBN didefinisikan sebagai daftar sistematis
yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu
tahun yang dinyatakan dalam rupiah. Anggaran mengandung sisi
penerimaan dan sisi pengeluaran dengan skala yang lebih besar dan jenis
kegiatan yang rumit.
Landasan hukum APBN, yaitu Pasal 23 ayat 1 UUD 1945, yang
mengatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud
dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan
undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Jika DPR tidak menyetujui
anggaran yang diusulkan pemerintah, pemerintah memakai anggaran
tahun lalu. Struktur dasar APBN terdiri atas sisi penerimaan dan sisi

pengeluaran negara. Sisi penerimaan negara terdiri atas penerimaan


dalam negeri (migas, pajak, dan bukan pajak), dan penerimaan luar
negeri

atau

bantuan

luar

negeri

yang

disebut

juga

penerimaan

pembangunan meliputi bantuan program dan bantuan proyek.


Adapun sisi pengeluaran negara, terdiri atas pengeluaran rutin
(antara lain: belanja barang, belanja pegawai, dan subsidi daerah
otonom),

dan

pengeluaran

pembangunan

yang

merupakan

biaya

pelaksanaan proyek-proyek pemerintah. Penerimaan pembangunan dalam


anggaran negara ditujukan untuk menutupi kekurangan penerimaan yang
lebih kecil.
Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Seperti halnya kebijakan fiskal dalam APBN, keuangan daerah yang
ditunjukkan dalam APBD juga menggambarkan tentang perkembangan
kondisi keuangan dari suatu pemerintahan daerah. APBD adalah suatu
gambaran tentang perencanaan keuangan daerah yang terdiri atas
proyeksi penerimaan dan pengeluaran suatu pemerintahan daerah dalam
suatu periode tertentu.
Landasan hukum APBD adalah Undang-Undang No. 22 Tahun 1999,
tentang Pemerintahan Daerah dalam pasal 78 ayat 1 yang menyatakan
bahwa penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dan DPRD dibiayai dari
dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Fungsi APBN dan APBD
APBN dilaksanakan berdasarkan kepercayaan bahwa sektor ekonomi
pemerintah sangat dibutuhkan untuk melaksanakan Trilogi Pembangunan:
pertumbuhan, pemerataan, dan stabilisasi. Trilogi Pembangunan ini
merupakan realisasi dari teori fungsi fiskal: alokasi barang publik
(allocation),

distribusi

pendapatan

(distribution),

dan

stabilisasi

perekonomian (stabilization).
1) Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi adalah fungsi dalam penyediaan barang publik
(seperti jembatan, jalan raya, penerangan, pertahanan, dan keamanan)
yang

diharapkan

menghasilkan

dampak

menguntungkan.

Misalnya,

meningkatnya kegiatan investasi yang sangat dibutuhkan untuk memacu


pertumbuhan ekonomi.
2) Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi adalah fungsi dalam rangka mem perbaiki distribusi
pendapatan masyarakat serta pemerataan pembangunan. Instrumen
yang digunakan adalah pajak dan subsidi, yang dapat mempengaruhi
atau

mengarahkan

keinginan

kerja

dan

konsumsi

masyarakat.

3) Fungsi Stabilisasi
Fungsi stabilisasi adalah fungsi dalam rangka men ciptakan
kestabilan ekonomi, pertahanan keamanan, dan lain-lain. Fungsi ini
bersifat

antisiklis.

(pertumbuhan

Misalnya,

ekonomi

jika

negara

menurun),

dalam

sebaiknya

keadaan

ditempuh

resesi

kebijakan

anggaran yang defisit, untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi. Adapun


dalam

kondisi

perekonomian

yang

membaik,

sebaiknya

ditempuh

kebijakan anggaran surplus untuk menekan laju inflasi.


Fungsi APBD
Undang-Undang. No 25 Tahun 1999 yang telah diubah dengan
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, berisi perimbangan keuangan antara
Pemerintah

Pusat

disebutkan

bahwa

dan
dalam

Daerah.
rangka

Dalam

Undang-Undang

menyelenggarakan

tersebut,

pemerintahan,

pelayanan masyarakat, dan pembangunan, APBD seperti halnya APBN,


memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan
fungsi stabilisasi.
Fungsi distribusi dan stabilisasi pada umumnya lebih tepat jika
dilakukan oleh pemerintah pusat. Adapun fungsi alokasi lebih efektif
dilaksanakan oleh pemerintah daerah karena daerah lebih mengetahui
kebutuhan dan standar pelayanan kepada masyarakatnya. Namun, dalam
pelaksanaannya perlu diperhatikan perbedaan situasi dan kondisi daerah
masing-masing. Dengan demikian, pembagian ketiga fungsi tersebut
penting sebagai landasan dalam penentuan dasar-dasar perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
Tujuan Penyusunan APBN dan APBD

Tujuan penyusunan APBN atau APBD adalah sebagai pedoman


penerimaan

dan

pengeluaran

negara

atau

daerah,

agar

terjadi

keseimbangan yang dinamis, demi tercapainya peningkatan produksi,


peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
Adapun tujuan akhirnya adalah mencapai masyarakat yang adil dan
makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan

UUD

1945,

pemerintah

wajib

menyusun

APBN.

Sebelum menjadi APBN, pemerintah menyusun Rancangan Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN). Di Indonesia, pihak yang
bertugas menyusun RAPBN adalah pemerintah, dalam hal ini presiden
dibantu para menterinya. Biasanya, presiden menyusun RAPBN dalam
bentuk nota keuangan. Nota keuangan tersebut kemudian disampaikan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk disidangkan. RAPBN
biasanya disampaikan sebelum tahun anggaran yang akan dilaksanakan.
RAPBN yang diajukan presiden kepada DPR akan disidangkan dan dibahas
kelayakannya oleh DPR.
Pajak
Latar Belakang
Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum
dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang
terutang

oleh

orang

pribadi

atau

badan

yang

bersifat

memaksa

berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara


langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Dari pengertian atau fakta diatas mengungkapkan
bahwa tujuan pajak adalah untuk memakmurkan rakyat atau membuat
rakyat menjadi sejahtera. Ideal pemerintah tentang pajak sebagai usaha
untuk mencapai kemakmuran belum berjalan dengan baik karena didalam
pelaksanaannya masih banyak terdapat ketimpangan-ketimpangan yang
menghambat proses tersebut. Menjadi suatu masalah yang besar ketika
Negara kehilangan kepercayaan dari rakyatnya karena pajak tidak dapat
mencapai tujuannya. Hal itu diakibatkan pengelolaan dan pelaksana
pengelolaan yang tidak transparaan serta adanya penyelewengan atau
pelanggaran

ditubuh

instansi

yang

mengurus

pajak.

Jika Pajak didilihat dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya


sumber daya darisektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini
memberikan gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi
menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam
menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa.
Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan
barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat. Ini juga
berarti pemerintah mempunyai kuasa monopoli di dalam perekonomian
yang tercermin dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 2. Yang mana sumber
ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak, dikuasai dan dikelola
oleh Negara. Pajak mempunyai fungsi Fungsi anggaran (budgetair)
merupakan sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin
negara dan melaksanakan pembangunan. Pajak juga berfungsi sebagai
pengatur pertumbuhanekonomi dan menjaga stabilitas perekonomian
dalam

hal

yang

sehingga inflasi dapat

berhubungan
dikendalikan.

dengan

Pajak

stabilitas

mempunyai

andil

harga
dalam

pembentukkan harga pasar. Contoh dari fungsi pajak yaitu berkaitan


dengan harga minyak tanah yang di kendalikan mealalui pajak dan subsidi
agar

menjadi

stabil.

Keadaan perpajakkan di Indonesia tidak begitu baik karena terdapat


masalah dalam pengelolaan dan pelaksana kegiatan pajak itu sendiri. Di
tubuh instansi pajak terdapat kepincangan berupa penyalahgunaan surat
pajak atau NPWP dan surat denda keterlambatan membayar pajak yang
dipalsukan untuk kepentingan pribadi oknum pajak. Contoh kasus Gayus
Tambunan yang sedang hangat di media masa saat ini yang dikenal
dengan mafia pajak yang melakukan penipuan terhadap surat-surat
berkenaan pembayaran pajak oleh pemilik NPWP.
Fungsi anggaran (budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugastugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara
membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.

Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti


belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan
daritabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi
pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus
ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin
meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.
Fungsi mengatur (regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring
penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan
berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi
produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi
untuk produk luar negeri.
Fungsi stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain
dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan
pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
Fungsi redistribusi pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai
pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. [ Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas].
Indonesia, dari ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana terakhir telah diubah dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun 1994, khususnya yang mengatur mengenai
subjek pajak dan objek pajak, dapat disimpulkan bahwa Indonesia
menganut asas domisili dan asas sumber sekaligus dalam sistem
perpajakannya. Indonesia juga menganut asas kewarganegaraan

yang parsial, yaitu khusus dalam ketentuan yang mengatur mengenai


pengecualian subjek pajak untuk orang pribadi.
K. Wilayah Negara
1. Pengertian Negara
Negara adalah suatu organisasi yang di dalamnya terdapat rakyat,
wilayah yang permanen, dan pemerintahan yang sah. Dalam arti luas
negara merupakan sosial (masyarakat) yang diatur secara konstitusional
(berdasarkan undang undang) untuk mewujudkan kepentingan bersama.
Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbentang dari
Sabang sampai Merauke dengan luas wilayah kurang lebih km2, terdiri
dari ribuan pulau besar dan kecil (sehingga disebut negara kepulauan)
dan UUD45 sebagai konstitusinya.
2. Fungsi dan Tujuan Negara
Fungsi atau tugas negara adalah untuk mengatur kehidupan yang
ada dalam negara untuk mencapai tujuan negara. Fungsi negara, antara
lain menjaga ketertiban masyarakat, mengusahakan kesejahteraan
rakyat, membentuk pertahanan, dan menegakkan keadilan.
Tujuan negara Indonesia telah jelas tercantum dalam Pembukaan Undang
Undang Dasar 1945 alinea ke-4 yaitu :
1.

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia.
2.

Memajukan kesejahteraan umum.

3.

Mencerdaskan kehidupan bAangsa.

4.

Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial.


Menjaga ketertiban masyarakat adalah tugas seluruh rakyat bersama
aparatur negara dalam hal ini adalah POLRI.
3. Unsur-Unsur Negara
Unsur-unsur suatu negara itu meliputi berikut ini.

a. Rakyat
Rakyat adalah semua orang mendiami wilayah suatu negara. Rakyat
adalah unsur yang terpenting dalam negara karena rakyat yang
mendirikan dan membentuk suatu negara. Rakyat terdiri atas penduduk
dan bukan penduduk.
Penduduk, yaitu semua orang yang tinggal dan menetap dalam
suatu negara. Mereka lahir secara turun-temurun dan besar di dalam
suatu negara.
Bukan penduduk adalah orang yang tinggal sementara di suatu
negara. Misalnya, turis mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.
Penduduk dapat dibedakan menjadi warga negara dan orang asing.
Warga negara adalah semua orang yang menurut undang-undang diakui
sebagai warga negara. Sebaliknya, orang asing atau warga negara asing
adalah orang yang mendapat izin tinggal di suatu negara, bukan sebagai
duta besar, konsul, dan konsuler.
b. Wilayah
Wilayah merupakan tempat tinggal rakyat di suatu negara dan
merupakan tempat menyelenggarakan pemerintahan yang sah. Wilayah
suatu negara terdiri atas daratan, lautan, dan udara. Wilayah suatu
negara berbatasan dengan wilayah negara lainnya. Batas-batas wilayah
negara dapat berupa bentang alam contohnya sungai, danau,
pegunungan, lembah, laut; batas buatan contohnya pagar tembok, pagar
kawat berduri, patok; batas menurut ilmu pasti berdasarkan garis lintang,
garis bujur.
c. Pemerintahan yang Sah
Pemerintahan yang sah dan berdaulat adalah pemerintahan yang
dibentuk oleh rakyat dan mempunyai kekuasaan tertinggi. Pemerintahan
yang sah juga dihormati dan ditaati oleh seluruh rakyat serta
pemerintahan negara lain.
d. Pengakuan dari Negara Lain
Negara yang baru merdeka memerlukan pengakuan dari negara lain
karena menyangkut keberadaan suatu negara. Apabila negara merdeka
tidak diakui oleh negara lain maka negara tersebut akan sulit untuk

menjalin hubungan dengan negara lain. Pengakuan dari negara yang lain
ada yang bersifat de facto dan ada yang bersifat de jure.
Pengakuan de facto, artinya pengakuan tentang kenyataan adanya
suatu negara merdeka.Pengakuan seperti ini belum bersifat resmi.
Sebaliknya, pengakuan de jure, artinya pengakuan secara resmi
berdasarkan hukum oleh negara lain sehingga terjadi hubungan ekonomi,
sosial, budaya, dan diplomatik.

L. Hubungan Warga Negara dan Negara


Negara merupakan organisasi sekelompok orang yang bersamasama mendiami dan tinggal di satu wilayah dan mengakui suatu
pemerintahan. Unsur-unsur terbentuknya suatu negara secara konstitutif
adalah wilayah, rakyat, dan pemerintahan. Sesuai dengan UUD 1945
pasal 26 ayat 1, warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang bertempat tinggal di
Indonesia, dan mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap
setia kepada NKRI yang disahkan dengan UU. Indonesia menganut sistem
pemerintahan demokrasi sesuai dengan Pancasila. Dimana warga
negaranya diberi kebebasan untuk menyalurkan aspirasinya tetapi
tentunya dalam konteks yang positif. Sistem demokrasi ini menandakan
bahwa Indonesia sangat menghargai warga negaranya sebagai mahluk
ciptaan Allah SWT dan mengakui persamaan derajat manusia.
Sesuai dengan Pembukaan UUD 1945, Tujuan Negara Republik
Indonesia :
1) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia;
2) Memajukan kesejahteraan umum;
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa;
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Tidak akan ada negara tanpa warga negara. Warga negara merupakan
unsur terpenting dalam hal terbentuknya negara. Warga negara dan

negara merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya


saling berkaitan dan memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang
berupa hubungan timbal balik. Warga negara mempunyai kewajiban untuk
menjaga nama baik negara dan membelanya. Sedangkan negara
mempunyai kewajiban untuk memenuhi dan mensejahterakan kehidupan
warga negaranya. Sementara untuk hak, warga negara memiliki hak
untuk mendapatkan kesejahteraan dan penghidupan yang layak dari
negara, sedangkan negara memiliki hak untuk mendapatkan pembelaan
dan penjagaan nama baik dari warga negaranya. Dapat disimpulkan
bahwa hak negara merupakan kewajiban warga negara dan sebaliknya
kewajiban negara merupakan hak warga negara.
Selain itu, tentunya kita sebagai warga negara Indonesia yang baik,
memiliki banyak kewajiban yang harus kita laksanakan untuk negara.
Diantaranya yang terpenting adalah mematuhi hukum-hukum yang
berlaku. Negara membuat suatu peraturan dan hukum, pasti bertujuan
yang baik untuk kelangsungan hidup dan tertatanya suatu negara. Hukum
di Indonesia jika diklasifikasikan menurut wujudnya ada 2, yaitu Hukum
tertulis (UUD, UU, Perpu, PP) dan Hukum tidak tertulis (Inpres, Kepres).
Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa harus
diperintah dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara.
Membela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa diwujudkan
dengan cara yang mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti:
1. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling)
2. Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri
3. Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan atau PKn
4. Mengikuti kegiatan ekstraklurikuler seperti Paskibra, PMR dan Pramuka.
Dan masih banyak lagi cara untuk membela negara. Selain itu dengan
melakukan kegiatan-kegiatan di atas, kita juga dapat menumbuhkan rasa
bangga dan cinta terhadap tanah air Indonesia.
Sikap saling menghargai antar warga negara dan negaranya
(pemerintah) sangat diperlukan untuk terciptanya dan terwujudnya tujuan
NKRI yang tercantum di UUD 1945. Apabila warga negara mematuhi

hukum dan peraturan negara, dan negara (pemerintah) menanggapi dan


berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan negaranya, maka
terwujudlah Indonesia yang aman, tentram, damai, dan sejahtera. Marilah
kita saling menghargai satu sama lain demi Indonesia.
M. Hak Asasi Manusia (HAM)
1. Pengertian HAM
Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang
melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Dengan akal budinya dan nuraninya, manusia memiliki kebebasan
untuk memutuskan sendiri perbuatannya. Disamping itu, untuk
mengimbangi kebebasannya tersebut manusia memiliki
kemampuan untuk bertanggung jawab atas semua tindakan yang
dilakukannya.
Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut Hak Asasi
Manusia yang secara kodratnya melekat pada diri manusia sejak
manusia dalam kandungan yang membuat manusia sadar akan
jatidirinya dan membuat manusia hidup bahagia. Setiap manusia
dalam kenyataannyalahir dan hidup di masyarakat. Dalam
perkembangan sejarah tampak bahwa Hak Asasi Manusia
memperoleh maknanya dan berkembang setelah kehidupan
masyarakat makin berkembang khususnya setelah terbentuk
Negara. Kenyataan tersebut mengakibatkan munculnya kesadaran
akan perlunya Hak Asasi Manusia dipertahankan terhadap bahayabahaya yng timbul akibat adanya Negara, apabila memang
pengembangan diri dan kebahagiaan manusia menjadi tujuan.
Berdasarkan penelitian hak manusia itu tumbuh dan berkembang
pada waktu Hak Asasi Manusia itu oleh manusia mulai diperhatikan
terhadap serangan atau bahaya yang timbul dari kekuasaan yang

dimiliki oleh Negara. Negara Indonesia menjunjung tinggi Hak Asasi


Manusia dan kewajiban dasar manusia. Hak secara kodrati melekat
dan tidak dapat dipisahkan dari manusia, karena tanpanya manusia
kehilangan harkat dan kemanusiaan. Oleh karena itu, Republik
Indonesia termasuk pemerintah Republik Indonesia berkewajiban
secara hokum, politik, ekonomi, social dan moral untuk melindungi,
memajukan dan mengambil langkah-langkah konkret demi tegaknya
Hak Asasi Manusia dan kebebasan dasar manusia.
2. Landasan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia
Bangsa Indonesia mempunyai pandangan dan sikap mengenai Hak
Asasi Manusia yang bersumber dari ajaran agama, nilai moral
universal, dan nilai luhur budaya bangsa, serta berdasarkan pada
Pancasila dan Undang-undang dasar 1945.
Pengakuan, jaminan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia tersebut
diatur dalam beberapa peraturan perundangan berikut:
A. Pancasila
a) Pengakuan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa.
b) Pengakuan bahwa kita sederajat dalam mengemban kewajiban
dan memiliki hak yang sama serta menghormati sesamam manusia
tanpa membedakan keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan social, warna kulit, suku dan bangsa.
c) Mengemban sikap saling mencintai sesamam manusia, sikap
tenggang rasa, dan sikap tida sewenang-wenang terhadap orang
lain.
d) Selalu bekerja sama, hormat menghormati dan selalu berusaha
menolong sesame.
e) Mengemban sikap berani membela kebenaran dan keadilan serta
sikap adil dan jujur.
f) Menyadari bahwa manusia sama derajatnya sehingga manusia
Indonesia merasa dirinya bagian dari seluruh umat manusia.

B. Dalam Pembukaan UUD 1945


Menyatakan bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,
dan oleh karena itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan. Ini
adalah suatu pernyataan universal karena semua bangsa ingin
merdeka. Bahkan, didalm bangsa yang merdeka, juga ada rakyat
yang ingin merdeka, yakni bebas dari penindasan oleh penguasa,
kelompok atau manusia lainnya.
C. Dalam Batang Tubuh UUD 1945
a) Persamaan kedudukan warga Negara dalam hokum dan
pemerintahan (pasal 27 ayat 1)
b) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat
2)
c) Kemerdekaan berserikat dan berkumpul (pasal 28)
d) Hak mengeluarkan pikiran dengan lisan atau tulisan (pasal 28)
e) Kebebasan memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama
dan kepercayaanya itu (pasal 29 ayat 2)
f) hak memperoleh pendidikan dan pengajaran (pasal 31 ayat 1)
g) BAB XA pasal 28 a s.d 28 j tentang Hak Asasi Manusia
D. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
a) Bahwa setiap hak asasi seseorang menimbulkan kewajiban dasar
dan tanggung jawab untuk menghormati HAM orang lain secara
timbale balik.
b) Dalm menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orangbwajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan oleh UU.
E. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia

Untuk ikut serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin


pelaksanaan HAM serta member I perlindungan, kepastian, keadilan,
dan perasaan aman kepada masyarakat, perlu segera dibentuk
suatu pengadilan HAM untuk menyelesaikan pelanggaran HAM yan
berat.
F. Hukum Internasional tentang HAM yang telah Diratifikasi
Negara RI
a) Undang- undang republic Indonesia No 5 Tahun 1998 tentang
pengesahan (Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau
penghukuman lain yang kejam, ridak manusiawi, atau merendahkan
martabat orang lain.
b) Undang-undang Nomor 8 tahun 1984 tentang pengesahan
Konvensi Mengenai Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Wanita.
c) Deklarasi sedunia tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1948
(Declaration Universal of Human Rights).
3. Macam-Macam Hak Asasi Manusia
a) Hak asasi pribadi / personal Right
Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah
tempat
Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama
dan kepercayaan yang diyakini masing-masing
b) Hak asasi politik / Political Right
Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi
politik lainnya
Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

c) Hak azasi hukum / Legal Equality Right


Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan
Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
Hak mendapat layanan dan perlindungan hokum
d) Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutangpiutang, dll
Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
e) Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan,
penahanan dan penyelidikan di mata hukum.
f) Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
Hak mendapatkan pengajaran
Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat
dan minat
HAM adalah suatu sosiologi yang konkret karena meneliti situasi
kehidupan, khususnya masalah interaksi dengan pengaruh dan
psikologisnya.Jadi, interaksi mengakibatkan dan menghasilkan
penyesuaian diri secara timbal balik yang mencakup kecakapan
dalam penyesuaian dengan situasi baru (Cabotdan Kahl, 1967).
Hubungan antar manusia atau HAM adalah kemampuan mengenali
sifat, tingkah laku, pribadi seseorang. Ruang lingkup hubungan
antar manusia dalam arti luas adalah interaksi antara seseorang

dengan orang lain dalam suatu kehidupan untuk memperoleh


kepuasan hati. Dalam hal ini berusaha mencoba menemukan,
mengidentifikasi masalah dan membahasnya untuk mencari
pemecahan. Hubungan antar manusia merupakan suatu
pelaksanaan keterampilan dimana seseorang belajar
menghubungkan diri dengan lingkungan sosialnya.
Pada hakikatnya Hak Asasi Manusia terdiri atas dua hak dasar
yang paling fundamental, ialah hak persamaan dan hak kebebasan.
Dari kedua hak dasar inilah lahir hak-hak asasi lainnya atau tanpa
kedua hak dasar ini, hak asasi manusia lainnya sulit akan
ditegakkan.
Mengingat begitu pentingnya proses internalisasi pemahaman Hak
Asasi Manusia bagi setiap orang yang hidup bersama dengan orang
lainnya, maka suatu pendekatan historis mulai dari dikenalnya Hak
Asasi Manusia sampai dengan perkembangan saat ini perlu
diketahui oleh setiap orang untuk lebih menegaskan keberadaan
hak asasi dirinya dengan hak asasi orang lain.
HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar HAM tertuang dalam
deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of
Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik
Indonesia.
Seperti pada beberapa pasal dan ayat berikut ini :

Pasal 27 ayat 1 "Segala warga negara bersamaan kedudukannya


dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan

pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya"


Pasal 28 "Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan

undang-undang"
Pasal 29 ayat 2 "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat

menurut agamanya dan kepercayaannya itu"


Pasal 30 ayat 1 "Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta

dalam usaha pembelaan negara"


Pasal 31 ayat 1 "Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran

Beberapa Pengertian HAM (Hubungan Antar Manusia) menurut


beberapa ahli
1. Hugo Cabot dan Joseph A Kahl (1967) :
HAM adalah suatu sosiologiyang konkret karena meneliti situasi
kehidupan, khususnya masalah interaksi dengan pengaruh dan
psikologisnya. Jadi, interaksi mengakibatkan dan menghasilkan
penyesuaian diri secara timbal balik yang mencakup kecakapan dalam
penyesuaian dengan situasi baru.
2. H. Bonner (1975) :
Interaksi adalah hubungan antara dua atau lebihindividu
manusia dan perilaku individu yang satu mempengaruhi,mengubah, dan
memperbaiki perilaku individu lain atau sebaliknya.
3. Keith Davis Human Relation at Work :
Interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam situasi kerja
dan dalam organisasikekaryaan. Ditinjau dari kepimpinannya, yang
bertanggung jawab dalam suatu kelompok merupakan interaksi orangorang menuju situasi kerja yang memotivasi untuk bekerjasama secara
produktif, sehingga dicapai kepuasan ekonomi, psikologis dan sosial.
Landasan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia
Bangsa Indonesia mempunyai pandangan dan sikap mengenai
Hak Asasi Manusia yang bersumber dari ajaran agama, nilai moral
universal, dan nilai luhur budaya bangsa, serta berdasarkan pada
Pancasila dan Undang-undang dasar 1945.
Pengakuan, jaminan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia tersebut diatur
dalam beberapa peraturan perundangan berikut:
A. Pancasila
a) Pengakuan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
b) Pengakuan bahwa kita sederajat dalam mengemban kewajiban dan
memiliki hak yang sama serta menghormati sesamam manusia tanpa
membedakan keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
social, warna kulit, suku dan bangsa.

c) Mengemban sikap saling mencintai sesamam manusia, sikap tenggang


rasa, dan sikap tida sewenang-wenang terhadap orang lain.
d) Selalu bekerja sama, hormat menghormati dan selalu berusaha
menolong sesame.
e) Mengemban sikap berani membela kebenaran dan keadilan serta sikap
adil dan jujur.
f) Menyadari bahwa manusia sama derajatnya sehingga manusia
Indonesia merasa dirinya bagian dari seluruh umat manusia.
B. Dalam Pembukaan UUD 1945
Menyatakan bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, dan
oleh karena itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan. Ini adalah suatu
pernyataan universal karena semua bangsa ingin merdeka. Bahkan,
didalm bangsa yang merdeka, juga ada rakyat yang ingin merdeka, yakni
bebas dari penindasan oleh penguasa, kelompok atau manusia lainnya.
C. Dalam Batang Tubuh UUD 1945
a) Persamaan kedudukan warga Negara dalam hokum dan pemerintahan
(pasal 27 ayat 1)
b) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2)
c) Kemerdekaan berserikat dan berkumpul (pasal 28)
d) Hak mengeluarkan pikiran dengan lisan atau tulisan (pasal 28)
e) Kebebasan memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama dan
kepercayaanya itu (pasal 29 ayat 2)
f) hak memperoleh pendidikan dan pengajaran (pasal 31 ayat 1)
g) BAB XA pasal 28 a s.d 28 j tentang Hak Asasi Manusia
D. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
a) Bahwa setiap hak asasi seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan
tanggung jawab untuk menghormati HAM orang lain secara timbale balik.
b) Dalm menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orangbwajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan oleh UU.
E. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia

Untuk ikut serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin


pelaksanaan HAM serta member I perlindungan, kepastian, keadilan, dan
perasaan aman kepada masyarakat, perlu segera dibentuk suatu
pengadilan HAM untuk menyelesaikan pelanggaran HAM yan berat.
F. Hukum Internasional tentang HAM yang telah Diratifikasi
Negara RI
a) Undang- undang republic Indonesia No 5 Tahun 1998 tentang
pengesahan (Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau
penghukuman lain yang kejam, ridak manusiawi, atau merendahkan
martabat orang lain.
b) Undang-undang Nomor 8 tahun 1984 tentang pengesahan Konvensi
Mengenai Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita.
c) Deklarasi sedunia tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1948 (Declaration
Universal of Human Rights).
Sejarah Singkat HAM

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki seorang manusia
sejak dia lahir. Tetapi nyatanya banyak sekali pelanggaranpelanggaran yang dilakukan oleh Negara terhadap hak-hak asasi
warga negaranya, Hal ini mendorong pemikiran bahwa perlu adanya
aturan tertulis yang melindungi hak-hak asasi warga Negara agar
tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran hak di kemudian hari.

Hak asasi sendiri sudah menjadi pembahasan sejak abad XVII


setelah perang dunia ke II dan pada pembentukan PBB pada tahun
1945. Pada abad XX berkembang adanya konversi hak-hak asasi
manusia yang sifatnya kodrat menjadi hak-hak hukum (positif) dan
hak-hak sosial. Pada masa ini munculnya Piagam PBB. Pada tanggal
10 Desember 1948 PBB mendeklarasikan piagam Hak Asasi Manusia
yaitu Universal Declaration of Human Rights yang menjadi
Internasional yang mengilhami instrument tambahan dan deklarasi
HAM lainnya.
Perkembangan demokrasi dan HAM pada era orde baru belum

berjalan dengan baik. Meski demikian terdapat beberapa peraturan yang


menyangkut tentang HAM yang lahir pada masa orde baru. Hal tersebut

lebih disebabkan faktor keanggotan Indonesia sebagai anggota PBB,


penghormatan terhadap Piagam PBB dan Deklarasi Universal HAM serta
untuk perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan HAM sesuai
dengan prinsip-prinsip kebudayaan bangsa Indonesia, Pancasila dan
Negara berdasarkan atas Hukum telah menetapkan:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi
Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita
2. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan HakHak Anak,
3. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 Tentang Komisi Nasional
HAM.
Pada tanggal 15 Agustus 1998 Presiden B.J. Habibie telah menetapkan
berlakunya
Keppres Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-Hak
Asasi Manusia Indonesia 1998-2003 atau yang disebut RAN HAM. Dalam
Keppres tersebut ditegaskan bahwa RAN HAM akan dilaksanakan secara
bertahap dan berkesinambungan dalam program 5 (lima) tahunan yang
akan ditinjau dan disempurnakan setiap 5 (lima) tahun.
Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud
dengan pelanggaran hak asasi manusia setiap perbuatan seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan
hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku
Contoh:
a. Kasus Tanjung Priok (1984)
b. Kasus terbunuhnya Marsinah, seorang pekerja wanita PT Catur
Putera Surya Porong, Jatim (1994)
c. Kasus terbunuhnya wartawan Udin dari harian umum bernas (1996)
d. Peristiwa penculikan para aktivis politik (1998)

e. Peristiwa Trisakti dan Semanggi (1998)


f. Peristiwa kekerasan di Timor Timur pasca jejak pendapat (1999)
Kasus Ambon (1999)

N. Pertahanan dan Keamanan Negara


Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional adalah segala
usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
sebuah negara dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Jenis Pertahanan dalam Keamanan Negara
Di Indonesia, sistem pertahanan negara dalam menghadapi
ancaman militer menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai
"komponen utama (Tentara Nasional Indonesia) dengan didukung oleh
"komponen cadangan (Sumber Daya Nasional)" dan "komponen
pendukung (Sumber Daya Nasional, secara fisik). Sistem Pertahanan
Negara dalam menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan lembaga
pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai
dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh
unsur unsur lain dari kekuatan bangsa.

O. Pendidikan Nasional
Definisi dan Dasar Pendidikan Nasional
Definisi Sistem Pendidikan Nasional

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila


dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia


dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sistem
pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang
saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Dasar Sistem Pendidikan Nasional
Adanya tuntutan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 3
yang berbunyi Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang
diatur dengan undang-undang, maka diberlakukan UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.

P. Kebudayaan Nasional Indonesia


Budaya

Indonesia

adalah

seluruh

kebudayaan

nasional,

kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di


Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Kebudayaan nasional
Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai
identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II
tahun 1998, yakni:
Kebudayaan

nasional

yang

berlandaskan

Pancasila

adalah

perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan


keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan
harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan
wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang
kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan
pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Wujud,

Arti

dan

Puncak-Puncak

Kebudayaan

Lama

dan

Asli

bagi

Masyarakat Pendukungnya, Semarang: P&K, 199.


Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah
puncak-puncak

dari

kebudayaan

daerah.

Kutipan

pernyataan

ini

merujuk

pada

paham

kesatuan

makin

dimantapkan,

sehingga

ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya


berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa
nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari
peryataannya: yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun
asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga,
itulah kebudayaan nasional. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak
kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan
rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili
identitas bersama. Nunus Supriadi, Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan
Nasional
Pernyataan

yang

tertera

pada

GBHN

tersebut

merupakan

penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan
Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan
kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada
pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya
kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai
kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk
mengidentifikasi

kebudayaan

daerah

dan

kebudayaan

nasional.

Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang


terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia,
sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan
bangsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh
bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu
dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan mengalami persebaran
secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan
unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi
nasional.

Q. Perkonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial

Konstitusi memuat cita-cita yang akan dicapai dengan pembentukan


negara dan prinsip-prinsip dasar pencapaian cita-cita tersebut. Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) sebagai
konstitusi bangsa Indonesia merupakan dokumen hukum dan dokumen
politik

yang

memuat

cita-cita,

dasar-dasar

dan

prinsip-prinsip

penyelenggaraan kehidupan bernegara.


Cita-cita pembentukan negara atau tujuan nasional tertuang dalam
alenia keempat Pembukaan, yaitu : melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia; Memajukan kesejahteraan umum;
Mencerdaskan kehidupan bangsa ; dan Ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
Setelah mengalami perubahan atau amandemen sebanyak empat
kali, Undang-undang Dasar 1945 Pasal 33 dan Pasal 34 tetap berada
dalam satu bab, Dalam bab ini, diberi judul Perekonomian Nasional dan
Kesejahteraan Sosial. Dengan kata lain, perekonomian nasional Indonesia
diurus dan dikelola seperti apa pun harus berpangkal pada usaha bersama
dan berujung pada kesejahteraan sosial yaitu pada suatu kemakmuran
bersama (bukan kemakmuran orang-seorang). Ujar syamsul pada saat
menjadi narasumber dalam sosialisasi outbound (9/3).
Perekonomian nasional menjadi sangat vital dalam pemenuhan citacita

bangsa

yaitu

memajukan

kesejahteraan

umum

perekonomian

nasional harus dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu,


terarah, bertahap, dan berlanjut untuk memacu peningkatan kemampuan
nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan derajat
dengan bangsa lain yang telah maju.
Perekonomian

nasional

adalah dari,

oleh,

dan untuk

rakyat,

dilaksanakan di semua aspek kehidupan bangsa yang meliputi aspek


politik, ekonomi, sosial budaya, dan aspek pertahanan keamanan, dengan
senantiasa harus merupakan perwujudan Wawasan Nusantara serta
memperkukuh

Ketahanan

Nasional,

yang

diselenggarakan

dengan

membangun bidang bidang pembangunan diselaraskan dengan sasaran


jangka

pangjang

yang

ingin

diwujudkan.

Perekonomian

nasional

merupakan pencerminan kehendak untuk terus menerus meningkatkan


kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata,
serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan
negara yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila. Pungkasnya.
Setelah mengalami perubahan atau amandemen sebanyak empat
kali, Undang-undang Dasar 1945 Pasal 33 dan Pasal 34 tetap berada
dalam satu bab, namun bab ini mengalami perubahan, yaitu penambahan
ayat, yang tentu juga mengalami perubahan makna dan aplikasinya bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam bab ini, diberi judul
Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial. Dengan kata lain,
perekonomian nasional Indonesia diurus dan dikelola seperti apa pun
harus berpangkal pada usaha bersama dan berujung pada kesejahteraan
sosial (societal well-being), yaitu pada suatu kemakmuran bersama
(bukan kemakmuran orang-seorang). Judul Bab XIV yang demikian ini
menjadi pesan moral bagi Pasal 33 dan 34 UUD 1945 Amandemen IV yang
dipayunginya.
Secara utuh, redaksional Bab XIV UUD 1945 Amandemen IV, adalah:
BAB XIV
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip keadilan, kebersamaan efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.

Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan ticlak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.
Ditetapkannya Pasal 33 UUD 1945 merupakan wujud Nasionalisme
Ekonomi Indonesia, yaitu asas perorangan (individualisme) menjadi asas
nasional, yaitu kebersamaan dan asas kekeluargaan (mutualism and
brotherhood atau ukhuwah). Pasal 33 UUD 1945 telah memposisikan
rakyat

secara

substansial,

untuk

memperoleh

sebesar-besarnya

kemakmuran dari bumi, air dan kekayaan alam Indonesia.


Untuk itu sebesar-besar nilai-tambah ekonomi, melalui kontinum
jenjang-jenjang proses produksi pengolahan di dalam-negeri, sejauh
mungkin dapat terbentuk di Indonesia, sehingga sebanyak mungkin nilaitambah ekonomi yang dihasilkan dapat pula tertinggal di Indonesia untuk
selanjutnya dapat memperluas pasaran dalam-negeri Indonesia dan
membuka lapangan kerja. Rakyat harus senantiasa diberdayakan untuk
mampu mengolah sendiri kekayaan alam Tanah Air-nya. Inilah adagium
dan

doktrin

ekonomi

Indonesia

Indonesia

untuk

sebesar-besar

kemakmuran rakyat.
Dalam Pasal 33 UUD 1945 itu tercantum dasar Demokrasi Ekonomi,
yang

berati

individualisme.
mengabaikan

mengutamakan
Pengutamaan
hak-hak

individu

dasar

mutualisme,

kepentingan
secara

bukan

masyarakat

semena-mena

berdasar
ini

tidak

sebagaimana

dikemukakan Mohammad Hatta dalam Sidang BPUPKI tanggal 15 Juli 1945


tentang perlunya melindungi pula hak-hak warganegara orang-seorang.
Demokrasi Ekonomi dapat digambarkan sebagai berikut : bila
diterima bahwa di dalam Demokrasi Politik tidak boleh terjadi autokrasi
politik, maka di dalam Demokrasi Ekonomi tidak boleh pula terjadi

autokrasi ekonomi. Dengan demikian itu maka autokrasi ekonomi yang


berupa konsentrasi kekuatan dan kekuasaan ekonomi pada sekelompok
atau segolongan kecil anggota masyarakat, dilarang. Dalam paham
Demokrasi Ekonomi maka rakyat secara bersama memiliki kedaulatan
ekonomi.

Ekonomi

rakyat

(grassroots

economy)

memegang

peran

dominant dan menjadi tumpuan ekonomi nasional.


Pembangunan Nasional dilakukan untuk mencapai tujuan nasional,
yaitu : Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia,

memajukan

kesejahteraan

umum

dan

mencerdaskan

kehidupan bangsa, Dengan kata lain manusia Indonesia-nyalah yang


dibangun, bukan sekedar ekonominya. Dengan demikian itulah, maka
sebenarnya

pembangunan

ekonomi

adalah

derivate

dari

upaya

membangun manusia Indonesia. Pembangunan Nasional adalah untuk


manusia, bukan sebaliknya manusia untuk pembangunan. Pembangunan
manusia Indonesia selanjutnya menjadi dasar bagi pembangunan Bangsa
dan Negara Indonesia. Orientasi pembangunan yang menempatkan
manusia

Indonesia

dalam

posisi

sentral

ini

melahirkan

tuntutan

konstitusional yaitu Pasal 27 ayat 2, Pasal 28 H ayat 3, serta pasal 34 ayat


1, 2, 3 dan 4 UUD 1945 Amandemen IV.
Pada Pasal 27 ayat 2 Tiap-tiap warganegara berhak akan pekerjaan
dan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Berhak akan pekerjaan
artinya anti pengangguran. Kehidupan yang layak bagi kemanusiaan
artinya

anti

kemiskinan.

Dengan

demikian

Pembangunan

Nasional

ditujukan untuk membentuk suatu humane society. Cita-cita mulia Pasal


27 ayat 2 yang tak tersentuh amandemen ini jauh mendahului MDGs.
Pasal 27 (ayat 2) UUD 1945 mengenai hak pekerjaan dan kehidupan
rakyat yang layak bagi kemanusiaan yang hingga kini terabaikan ini akan
makin tersisih oleh kebijakan ekonomi yang tidak nasionalistik, yaitu yang
tidak mengutamakan produksi dalam-negeri dan yang tidak sebesarbesarnya menggunakan bahan-bahan dalam negeri (domestic contents)
dalam

proses

produksi

nasional

kita.

Sikap

konsumtif

(affluent)

masyarakat yang menggandrungi produk impor, yang membiarkan produk


dalam-negeri secara semena-mena tersaing dan tersisihkan oleh produk

impor, merupakan wujud rendahnya kesadaran nasional dan kesadaran


patriotisme

ekonomi,

hal

ini

akan

menambah

ancaman

terhadap

pengangguran dan kemiskinan.


Pada Pasal 28 H ayat 3 yang berbunyi Setiap orang berhak atas
jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat.
Sebagai keutuhan yang paripurnanya makna kebersamaan dan
untuk mencapai suatu humane society itu, berlakulah ketentuan Pasal 34
UUD 1945 Amandemen IV itu, yaitu : Fakir miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara oleh Negara Negara, Mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah
dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Dan, Negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
Dari Pasal 28 H ayat 3, serta pasal 34 ayat 1, 2, 3 dan 4 UUD 1945
Amandemen IV tersebut, maka lahirlah paradigma baru ditengah bangsa
Indonesia, berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang layak bagi segenap
rakyat. Yang melahirkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-undang Nomor 24
tahun 2011 tentang Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS). SJSN sendiri
memiliki 5 program yang mencakup, jaminan kesehatan, kecelakaan
kerja, kematian, jaminan hari tua dan jaminan pensiun. Ini berarti kita
telah memiliki tonggak sejarah, kedepan rakyat akan lebih terjamin
kehidupannya sebagai warga Negara. Dengan demikian, kita wajib untuk
mengawal dan mendorong amanah konstitusi ini dapat berjalan tepat
waktu pada 1 Januari 2014 nanti.

R. Lambang-Lambang Persatuan Indonesia dalam UUD


1945
Bab Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Semula bab ini berjudul Bab tentang Bendera dan Bahasa. Setelah
perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
judulnya menjadi Bab tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,

serta Lagu Kebangsaan. Jika sebelum perubahan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bab ini terdiri dari dua pasal, yaitu
Pasal 35 dan Pasal 36, maka setelah perubahan menjadi lima pasal, yaitu
Pasal 35, Pasal 36, Pasal 36A, Pasal 36B, dan Pasal 36C. Rumusannya
sebagai berikut.
Rumusanperubahan:
BAB XV
BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika.
Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.
Pasal 36C
Rumusan naskah asli:
BAB XV
BENDERA DAN BAHASA
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan diatur dengan undang-undang.
Rumusan mengenai hal ini sebelumnya belum diatur dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan hanya diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951.
Masuknya ketentuan mengenai lambang negara serta lagu
kebangsaan ke dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang melengkapi pengaturan mengenai bendera negara dan

bahasa negara yang telah ada sebelumnya merupakan ikhtiar untuk


memperkukuh kedudukan dan makna atribut kenegaraan di tengah
kehidupan global dan hubungan internasional yang terus berubah.
Dengan kata lain, kendatipun atribut itu tampaknya simbolis, hal tersebut
tetap penting karena menunjukkan identitas dan kedaulatan suatu negara
dalam pergaulan internasional.
Atribut kenegaraan itu menjadi simbol pemersatu seluruh bangsa
Indonesia di tengah perubahan dunia yang tidak jarang berpotensi
mengancam keutuhan dan kebersamaan sebuah negara dan bangsa, tak
terkecuali bangsa dan negara Indonesia.
Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Lambang negara Indonesia berbentuk
burung garuda yang kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai
berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh
Garuda. Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang
kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno.
Makna Lambang Garuda Pancasila
Burung Garuda melambangkan kekuatan.Warna emas pada burung
Garuda melambangkan kejayaan.Perisai di tengah melambangkan
pertahanan bangsa Indonesia. Masing-masing simbol di dalam perisai
melambangkan sila-sila dalam Pancasila, yaitu:

Bintang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa [sila ke-1].

Rantai melambangkan sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab


[sila ke-2].

Pohon Beringin melambangkan sila Persatuan Indonesia [sila ke3].

Kepala banteng melambangkan sila Kerakyatan Yang Dipimpin


Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan dan Perwakilan
[sila ke-4].

Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh


Rakyat Indonesia [sila ke-5].

Warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia.


Merah berarti berani dan putih berarti suci. Garis hitam tebal yang
melintang di dalam perisai melambangkan wilayah Indonesia yang
dilintasi Garis Khatulistiwa.
Makna Jumlah Bulu pada Burung Garuda
Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia
(17 Agustus 1945), antara lain:

Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17

Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8

Jumlah bulu dibawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19

Jumlah bulu pada leher berjumlah 45

Pita yg dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan negara


Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang berarti "walaupun berbeda
beda, tetapi tetap satu".
Beberapa aturan
Penggunaan lambang negara diatur dalam UUD 1945 pasal 36A dan
UU No 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan. (LN 2009 Nmr 109, TLN 5035). Sebelumnya
lambang negara diatur dalam Konstitusi RIS, UUD Sementara 1950, dan
Peraturan Pemerintah No. 43/1958 [7]
Lambang Negara menggunakan warna pokok yang terdiri atas:
1. warna merah di bagian kanan atas dan kiri bawah perisai;
2. warna putih di bagian kiri atas dan kanan bawah perisai;
3. warna kuning emas untuk seluruh burung Garuda;
4. warna hitam di tengah-tengah perisai yang berbentuk jantung; dan
5. warna alam untuk seluruh gambar lambang.
Lambang Negara wajib digunakan di:
1. dalam gedung, kantor, atau ruang kelas satuan pendidikan;
2. luar gedung atau kantor;
3. lembaran negara, tambahan lembaran negara, berita negara, dan
tambahan berita negara;

4. paspor, ijazah, dan dokumen resmi yang diterbitkan pemerintah;


5. uang logam dan uang kertas; atau
6. materai.
Dalam hal Lambang Negara ditempatkan bersama-sama dengan
Bendera Negara, gambar Presiden dan/atau gambar Wakil
Presiden, penggunaannya diatur dengan ketentuan:
1. Lambang Negara ditempatkan di sebelah kiri dan lebih tinggi daripada
Bendera Negara; dan
2. gambar resmi Presiden dan/atau gambar Wakil Presiden ditempatkan
sejajar dan dipasang lebih rendah daripada Lambang Negara.
Setiap orang dilarang:
1. mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat rusak Lambang
Negara dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan
kehormatan Lambang Negara;
2. menggunakan Lambang Negara yang rusak dan tidak sesuai dengan
bentuk, warna, dan perbandingan ukuran;
3. membuat lambang untuk perseorangan, partai politik, perkumpulan,
organisasi dan/atau perusahaan yang sama atau menyerupai Lambang
Negara; dan
4. menggunakan Lambang Negara untuk keperluan selain yang diatur
dalam Undang-Undang ini.

S. Perubahan UUD
Proses Perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Dengan adanya tuntutan reformasi diantaranya adalah amandemen
UUD 1945, maka UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan. Latar belakang
perubahan adalah :
1. Kekuasaan tertinggi ditangan MPR
2. Kekuasaan yang sangat besar pada presiden

3. Pasal-pasal yang terlalu luwes sehingga dapat menimbulkan


multitafsir
4. Kewenangan pada presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan
undang-undang
5. Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara belum
cukup didukung ketentuan konstitusi
Adapun tujuan perubahan yaitu untuk menyempurnakan aturan dasar,
mengenai: Tatanan negara, kedaulatan rakyat, Hak Asasi Manusia,
pembagian kekuasaan, kesejahteraan sosial, eksistensi negara demokrasi
dan negara hukum, hal-hal lain sesuai dengan perkembangan aspirasi
dan kebutuhan bangsa. Dasar yuridis perubahan adalah :Pasal 3 UUD
1945,

Pasal

37

UUD

1945,

Tap

MPR

No.IX/MPR/1999,

Tap

MPR

No.IX/MPR/2000, Tap MPR No.XI/MPR/2001


Kesepakatan dasar dalam mengamandemen UUD 1945 antara lain :
a. Tidak mengubah pembukaan UUD 1945
b. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
c. Mempertegas sistem presidensiil
d. Penjelasan yang memuat hal-hal normatif akan dimasukan kedalam
pasal- pasal
e. Perubahan dilakukan dengan cara adendum
Sebelum perubahan sistematiknya terdiri dari Pembukaan, Batang
Tubuh 16 Bab, 37 pasal, 49 ayat, 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat
aturan tambahan , penjelasan. Setelah melalui sidang Umum MPR tahun
1999, sidang tahunan MPR 2000, sidang tahunan MPR 2001 dan sidang
tahunan

MPR 2002

menghasilkan UUD 1945 dengan sistematika

Pembukaan, Pasal-pasal terdiri dari 16 Bab, 37 pasal ,170 ayat, 3 pasal


aturan peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.

Perubahan Pertama - Keempat UUD Negara Republik


Indonesia Tahun 1945
Perubahan Pertama UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa


Majelis Permusyawartan Rakyat
Republik Indonesia
Setelah mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan dengan
saksama dan sungguhsungguh hal-hal yang bersifat mendasar yang
dihadapi oleh rakyat, bangsa dan negara, serta dengan menggunakan
kewenangannya berdasarkan Pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia mengubah Pasal 5 Ayat (1), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13 Ayat (2),
Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 Ayat (2) dan (3), Pasal 20 dan Pasal 21
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sehingga
selengkapnya

menjadi

berbunyi

sebagai

berikut:
Pasal 5
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.
Pasal 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk
satu kali masa jabatan.
Pasal 9
(1)

Sebelum

memangku

jabatannya,

Presiden

dan

Wakil

Presiden

bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di


hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat
sebagai berikut:
Sumpah Presiden (Wakil Presiden):
"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden
Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaikbaiknya dan seadiladilnya, memegang teguh Undang-undang Dasar dan
menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan seluruslurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa".
Janji Presiden (Wakil Presiden):

"Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban


Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan
sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-undang
Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan
selurus-lurusnya

serta

berbakti

kepada

Nusa

dan

Bangsa".

(2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat


tidak dapat mengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah
di hadapan Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan
oleh Pimpinan Mahkamah Agung.
Pasal 13
(2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.
(3)

Presiden

menerima

penempatan

duta

negara

lain

dengan

memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.


Pasal 14
(1) Presiden memberi grasi dan rahabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung.
(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
Pasal 15
Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang
diatur dengan undang-undang.
Pasal 17
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dan pemerintahan.
Pasal 20
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undangundang.
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan
bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam
persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui


bersama untuk menjadi undang-undang.
Pasal 21
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan
undangundang. Naskah perubahan ini merupakan bagian tak terpisahkan
dari naskah Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Perubahan

tersebut

Permusyawaratan

diputuskan
Rakyat

dalam

Rapat

Republik

Paripurna

Indonesia

Majelis

ke

12

tanggal 19 Oktober 1999 Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat


Republik Indonesia, dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Oktober 1999.
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
KETUA
ttd.
Prof. Dr. H.M. Amien Rais, M.A.
Perubahan Kedua UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Majelis Permusyawartan Rakyat
Republik Indonesia
Setelah mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan dengan
saksama dan sungguhsungguh hal-hal yang bersifat mendasar yang
dihadapi oleh rakyat, bangsa, dan negara, serta dengan menggunakan
kewenangannya berdasarkan Pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia mengubah dan/atau menambah Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B,
Pasal 19, Pasal 20 Ayat (5), Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 22B, Bab IXA, pasal
25E, Bab X, pasal 26 Ayat (2) dan Ayat (3), Pasal 27 Ayat (3), Bab XA,
pasal 28A, Pasal 28B, Pasal 28C, Pasal 28D, Pasal 28E, Pasal 28F, Pasal
28G, pasal 28H, Pasal 28I, Pasal 28J, Bab XII, Pasal 30, Bab XV, Pasal 36A,
Pasal

36B,

dan

Pasal

36C

Undang-

Undang

Dasar

Negara

Republik

Indonesia

Tahun

1945

sehingga

selengkapnya berbunyi sebagai berikut:


Pasal 18
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang
tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota mempunyai pemerintah daerah,
yang

diatur

dengan

undang-undang.

(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur


dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas

pembantuan.

(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih
melalui

pemilihan

umum.

(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala


pemerintah

daerah

provinsi,

kabupaten,

dan

kota

dipilih

secara

demokratis.
(5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai
urusan Pemerintah Pusat.
(6) Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan

lain

untuk

melaksanakan

otonomi

dan

tugas

pembantuan.
(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur
dalam undang-undang.
Pasal 18A
(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan
kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan
dan

keragaman

daerah.

(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya


alam

dan

sumber

daya

lainnya

antara

pemerintah

pusat

dan

pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras


berdasarkan undang-undang.

Pasal 18B
(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan
daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur
dengan undang-undang.
(2) Negara
mengakui
dan

menghormati

kesatuan-kesatuan

masyarakat hukum adat beserta hakhak tradisionalnya sepanjang


masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang.
Pasal 19
(1)

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.

(2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-undang.


(3)

Dewan

Perwakilan

Rakyat

bersidang

sedikitnya

sekali

dalam

setahun.
Pasal 20
(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama
tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari
semenjak

rancangan

undang-undang

undang-undang

tersebut

sah

tersebut

menjadi

disetujui,

undang-undang

rancangan
dan

wajib

diundangkan.
Pasal 20A
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran
dan

fungsi

pengawasan.

(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasalpasal lain Undangundang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai
hak interpelasi, hak angket dan hak menyatakan pendapat.
(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-undang Dasar
ini, setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan
pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak
anggota Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.
Pasal 22A

Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang


diatur dengan undangundang.
Pasal 22 B
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya,
yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.
Bab IXA
Wilayah Negara
Pasal 25E
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah kepulauan yang
berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya
ditetapkan dengan undang-undang.
Bab X
Warga Negara dan Penduduk
Pasal 26
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat

tinggal

di

Indonesia.

(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undangundang.
Bab XA
Hak Asasi Manusia
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup
dan kehidupannya.
Pasal 28B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah
(2)

Setiap

berkembang

anak
serta

berhak
berhak

atas
atas

kelangsungan
perlindungan

hidup,
dari

tumbuh,

dan

kekerasan

dan

diskriminasi.
Pasal 28C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh

manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(2)

Setiap

orang

berhak

untuk

memajukan

dirinya

dengan

memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat,


bangsa dan negaranya.
Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama
dalam pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraannya.
Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas

memeluk

agama

dan beribadat menurut

agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,


memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2)

Setiap

orang

berhak

atas

kebebasan

meyakini

kepercayaan,

menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.


(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.
Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka
politik dari negara lain.
Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.
Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif
atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan
dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak
asasi

manusia

dijamin,

perundang-undangan.
Pasal 28J

diatur

dan

dituangkan

dalam

peraturan

(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(2) Di dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang
dengan

maksud

semata-mata

untuk

menjamin

pengakuan

serta

penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
BAB XII
Pertahanan dan Keamanan Negara
Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan

dan

keamanan

rakyat

semesta

oleh

Tentara

Nasional

Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai kekuatan


utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,
dan Angkatan Udara, sebagai alat negara bertugas mempertahankan,
melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai sebagai alat negara
yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum.
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia
dan

Kepolisian

tugasnya,
pertahanan

Negara

syarat-syarat
dan

Republik

Indonesia

keikutsertaan

keamanan

negara

warga
dalam

di

dalam

negara
usaha

menjalankan
dalam

usaha

pertahanan

dan

keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan


keamanan diatur dengan undang-undang.
Bab XV.
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan
Pasal 36A

Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka


Tunggal Ika.
Pasall 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.
Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan diatur dengan undang-undang.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 Agustus 2000
Perubahan Ketiga UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Majelis Permusyawartan Rakyat
Republik Indonesia
Setelah mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan dengan
saksama dan sungguh-sungguh hal-hal yang bersifat mendasar yang
dihadapi oleh rakyat, bangsa, dan negara, serta dengan menggunakan
kewenangannya berdasarkan Pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia mengubah dan/atau menambah Pasal 1 Ayat (2) dan (3); Pasal 3
Ayat (1), (3), dan (4); Pasal 6 Ayat (1), dan (2); Pasal 6A Ayat (1), (2), (3),
dan (5); Pasal 7A; Pasal 7B Ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), dan (7); Pasal 7C;
Pasal 8 Ayat (1) dan (2); Pasal 11 ayat (2) dan (3); Pasal 17 Ayat (4); Bab
VIIA, Pasal 22C Ayat (1), (2), (3), dan (4); Pasal 22D Ayat (1), (2), (3), dan
(4); Bab VIIb, Pasal 22E Ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6); Pasal 23 Ayat
(1), (2), (3); Pasal 23A; Pasal 23C; Bab VIIIA, Pasal 23E Ayat (1), (2), (3),
dan (4); Pasal 23F Ayat (1) dan (2); Pasal 23G Ayat (1) dan (2); Pasal 24
Ayat (1) dan (2); Pasal 24A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5); Pasal 24B Ayat
(1), (2), (3), dan (4); Pasal 24C Ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6) UndangUndang

Dasar

Negara

Republik

Indonesia

Tahun

1945

sehingga

selengkapnya berbunyi sebagai berikut:


Pasal 1
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar.

(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.


Pasal 3
(1)

Majelis

Permusyawaratan

Rakyat

berwenang

mengubah

dan

menetapkan Undang Undang Dasar.


(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil
Presiden.
(4) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan
Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
Undang-Undang Dasar.
Pasal 6
(1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus warga negara Indonesia
sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain
karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta
mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih
lanjut dengan undang-undang.
Pasal 6A
(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat.
(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum
pelaksanaan pemilihan umum.
(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara
lebih lama dari lima puluh presiden dari jumlah suara dalam pemilihan
umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.
(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih
lanjut diatur dalam undang-undang.
Pasal 7A
Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa
jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan
Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran
hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,

tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila


terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden.
Pasal 7B
(1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan
oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat
hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah
Agung untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan pendapat Dewan
Perwakilan

Rakyat

bahwa

Presiden

dan/atau

Wakil

Presiden

telah

melakukan pelanggaran hukum berupa penghiatan terhadap negara,


korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela;
dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
(2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden telah melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan
Rakyat.
(3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah
Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya
2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam
sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah
anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
(4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutuskan
dengan seadil-adilnya terhadap pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
tersebut paling lama sembilan puluh hari setelah permintaan Dewan
Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi.
(5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau
Wakil

Presiden

terbukti

melakukan

pelanggaran

hukum

berupa

pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat


lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggarakan

sidang paripurna untu merumuskan usul perberhentian Presiden dan/atau


Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang
untuk memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama
tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul
tersebut.
(7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian
Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna
Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya
3/4 dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurangkurangnya 2/3 dari
jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden
diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Pasal 7C
Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan
Perwakilan Rakyat.
Pasal 8
(1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh
Wakil Presiden sampai masa jabatannya.
(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya
dalam

waktu

enam

puluh

hari,

Majelis

Permusyawaratan

Rakyat

menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon


yang diusulkan oleh Presiden.
Pasal 11
(2). Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang
terkait

dengan

beban

keuangan

negara,

dan/atau

mengharuskan

perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan


Dewan Perwakilan Rakyat.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan
undang-undang.
Pasal 17

(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementrian negara


diatur dalam undangundang
BAB VIIA
Dewan Perwakilan Daerah
Pasal 22C
(1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui
pemilihan umum.
(2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya
sama dan jumlah Seluruh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah itu
tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan Perwakilan Daerah.
(3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.
(4) Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan
undang-undang.
Pasal 22D
(1)

Dewan

Perwakilan

Daerah

dapat

mengajukan

kepada

Dewan

Perwakilan Rakyat Rancangan Undang-undang yang berkaitan dengan


otonomi

daerah,

hubungan

pusat

dan

daerah,

pembentukan

dan

pemakaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam


dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah.
(2) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas Rancangan undang-undang
yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah;
pembentukan

pemekaran,

dan

penggabungan

daerah;

pengelolaan

sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran
pendapatan dan belanja negara dan Rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
(3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang mengenai: otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
pelaksanaan

anggaran

pendapatan

dan

belanja

negara,

pajak,

pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu


kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk
ditindaklanjuti.
(4)

Anggota

Dewan

Perwakilan

Daerah

dapat

diberhentikan

dari

jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undangundang.


BAB VIIB
Pemilihan Umum
Pasal 22E
(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.
(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai
politik.
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Daerah adalah perseorangan.
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum
yang bersifat nasional, tetap dan mandiri
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan
undang-undang.
Pasal 23
(1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undangundang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara
diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan
anggaran pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden,

Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun


yang lalu.
Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara
diatur dengan undangundang.
Pasal 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undnag.
BAB VIIIA
Badan Pemeriksa Keuangan
Pasal 23E
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan
negara diadakan satu badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan
mandiri.
(2)

Hasil

pemeriksa

keuangan

negara

diserahkan

kepada

Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan


Rakyat Daerah,sesuai dengan kewenangnnya.
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan
dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.
Pasal 23F
(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah
dan diresmikan oleh Presiden.
(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.
Pasal 23G
(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di Ibukota negara, dan
memiliki perwakilan di setiap provinsi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur
dengan undang-undang.
Pasal 24
(1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan

umum,

lingkungan

peradilan

agama,

lingkungan

peradilan

militer,

lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah


Konstitusi.
Pasal 24A
(1) Mahkamah Agung berwenang menjadi pada tingkat kasasi, menguji
peraturan

perundangundangan

di

bawah

undang-undang

terhadap

undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh


undang-undang.
(2) Hakim agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak
tercela, adil, professional, dan berpengalaman di bidang hukum.
(3)

Calon

hakim

agung

diusulkan

Komisi

Yudisial

kepada

Dewan

Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya


ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.
(4) Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim
agung.
(5) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah
Agung serta badan peradilan dibawahnya diatur dengan undang-undang.
Pasal 24B
(1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga

dan

menegakkan

kehormatan,

keluhuran

martabat,

serta

perilaku hakim.
(2)

Anggota

Komisi

Yudisial

harus

mempunyai

pengetahuan

dan

pengalaman dibidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian


yang tidak tercela.
(3) Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
(4) Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan
undang-undang.
Pasal 24C
(1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang
terhadap Undang-Undang Dasar, memutuskan sengketa kewenangan

lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang


Dasar,

memutuskan

pembubaran

partai

politik,

dan

memutuskan

perselisihan tentang hasil pemilihan umum.


(2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat
Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden
dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.
(3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim
konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing
tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan
Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.
(4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh
Hakim konstitusi.
(5) Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak
tercela, adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan,
serta tidak merangkap sebagai pejabat negara.
(6) Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara
serta ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan
undang-undang.
Naskah perubahan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari naskah
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Perubahan
tersebut diputuskan dalam Rapat Paripurna Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia ke-7 (lanjutan 2) tanggal 9 November 2001
Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, dan
mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Perubahan Keempat UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Majelis Permusyawartan Rakyat
Republik Indonesia
Setelah mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan dengan
saksema dan sungguh-sungguh hal-hal yang bersifat mendasar yang
dihadapi oleh rakyat, bangsa, dan negara serta dengan menggunakan
kewenangannya berdasarkan Pasal 3 dan Pasal 37 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat


Republik Indonesia menetapkan:
(a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sebagaimana telah diubah dengan perubahan pertama, kedua, ketiga dan
perubahan keempat ini adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan
diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959
serta dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan
Perwakilan Rakyat;
(b) Penambahan bagian akhir pada Perubahan Kedua Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan kalimat, "Perubahan
tersebut diputuskan dalam Rapat Paripurna Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Ke-9 tanggal 18 Agustus 2000 Sidang Tahunan
Mejelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dan mulai berlaku
pada tanggal ditetapkan,";
(c) Mengubah penomeran pasal 3 ayat (3) dan ayat (4) Perubahan Ketiga
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi
Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3); Pasal 25E Perubahan Kedua Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menajdi Pasal 25A;
(d) Penghapusan judul Bab IV tentang Dewan Pertimbangan Agund dan
pengubahan substansi Pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III
tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara;
(e) Pengubahan dan/atau penambahan Pasal 2 ayat (1); Pasal 6A ayat (4);
Pasal 8 ayat (3); Pasal 11 ayat (1); Pasal 16; Pasal 23B; Pasal 23D; Pasal
24 ayat (3); Bab XIII, Pasal 31 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan
ayat (5); Pasal 23 ayat (1) dan ayat (2); Bab XIV, Pasal 33 ayat (4) dan
ayat (5); Pasal 34 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4); Pasal 37 ayat
(1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5); Aturan Peralihan Pasal I, II,
dan III; Aturan Tambahan Pasal I dan II Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sehingga selengkapnya berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 2

(1)

Majelis

Permusyawaratan

Rakyat

terdiri

atas

anggota

Dewan

Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih


melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
Pasal 6A
(4). Dalam hal tidak adanya pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama
dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan
pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai
Presiden dan Wakil Presiden
Pasal 8
(3) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara
bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri,
Menteri

Dalam

Negeri,

Menteri

Pertahanan

secara

bersama-sama.

Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawatan


Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan
calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama
dan

kedua

dalam

pemilihan

sebelumnya,

sampai

berakhir

masa

jabatannya.
Pasal 11
(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan
membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain
Pasal 16
Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberi
nasehat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur
dalam undang-undang.
BAB IV
Dewan Pertimbangan Agung
Dihapus
Pasal 23B
Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan Undang-undang

Pasal 23D
Negara

memiliki

kewenangan,

suatu

bank

tanggungjawab,

sentral
dan

yang

susunan,

independensinya

kedudukan,

diatur

dengan

undang-undang.
Pasal 24
(3) Badan-badang lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman diatur dalam undang-undang.
BAB XIII
Pendidikan dan Kebudayaan
Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan
(2)

Setiap

warga

negara

wajib

mengikuti

pendidikan

dasar

dan

pemerintah wajib membiayainya


(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan undang-undang.
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan

dan

belanja

daerah

untuk

memenuhi

kebutuhan

penyelenggaraan pendidikan nasional.


(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung

tinggi

nilai-nilai

agama

dan

persatuan

bangsa

untuk

kemajuan peradapan serta kesejahteraan umat manusia


Pasal 32
(1)

Negara

peradaban

memajukan
dunia

kebudayaan

dengan

menjamin

nasional

Indonesia

kebebasan

di

masyarakat

tengah
dalam

memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.


(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional.
BAB XIV
Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial
Pasal 33

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi


ekonomi

dengan

berkelanjutan,

prinsip

berwawasan

kebersamaan,
lingkungan,

efisiensi

kemandirian,

berkeadilan,
serta

dengan

menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.


(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara
(2) Negara mengembangkan sistem jaringan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.
Pasal 37
(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan
dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh
sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan
secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk
diubah beserta alasannya.
(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan
dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu
anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak
dapat dilakukan perubahan.
Aturan Peralihan
Pasal I

Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku


selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.
Pasal II
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk
melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan
yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.
Pasal III
Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus
2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh
Mahkamah Agung.
Aturan Tambahan
Pasal I
Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan
terhadap materi dan status hokum Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat untuk diambil putusan pada sidang Majelis Permusyawaratan
Rakyat tahun 2003.
Pasal II
Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas
Pembukaan dan pasal-pasal.
Perubahan tersebut diputuskan dalam Rapat Paripurna Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-6 (lanjutan) pada tanggal
10 Agustus 2002 Sidang Tahunan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, dan mulai berlaku
pada tanggal ditetapkan.

T. Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan


Terhadap pasal-pasal pada Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan
juga dilakukan perubahan sesuai dengan tuntunan perkembangan. Hal
tersebut juga disebabkan oleh kedudukan dan fungsi Aturan Peralihan dan
Aturan Tambahan itu sendiri, dimana yang lama dipandang memang
sudah tidak diperlukan lagi karena bersifat eimaling berlakunya, sehingga

sudang usang. Bahkan beberapa pasal telah lama hanya bermakna


historis, seperti pasal I AT, pasal III AP, pasal IV AP, ayat I AT,dan ayat 2 AT.
Amademen terhadap UUD 1945 yang terakhir , menetapkan 3 pasal
Aturan Peralihan sebagai berikut: segala peraturan perundang-undangan
yang ada masih tetap berlaku selam belum diadakan yang baru menurut
UUD ini (pasal I), semua lembaga negara yang ada masih tetap
berfungsisepanjang untuk melaksanakan ketentuan UUD dan belum
diadakan yang baru menurut UUD ini (pasal II), Mahkamah Konstitusi
dibentuk selambat-lambatnya 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk
segala kewenangannya dilakukan oleh MA (pasal III).
Sedangkan Aturan Tambahan menjadi dua pasal yaitu: MPR ditugasi
untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum
ketetapan MPRS dan ketapan MPR untuk mengambil keputusan pada
sidang MPR tahun 2003 (pasal I) dan Dengan ditetapkannya UUD ini, UUD
Negara RI Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan Pasal-pasal (pasal III
AT).
Aturan Peralihan
Pasal I
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengatur dan
menyelenggarakan kepidahan Pemerintahan kepada Pemerintah
Indonesia.
Pasal II
Segala Badan Negara dan Peraturan yang ada masih langsung berlaku,
selama belum diadakan yang baru menurut Undang-undang Dasar ini.
Pasal III
Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Kemerdekaan Indonesia.
Pasal IV
Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Pertimbangan
Agung dibentuk menurut Undang-undang Dasar ini, segala kekuasaannya
dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional.

Aturan Tambahan
(1) Dalam enam bulan sesudah akhirnya peperangan Asia Timur Raya,
Presiden

Indonesia mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang


ditetapkan dalam

Undang-undang Dasar ini.

(2) Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan Rakyat dibentuk,


Majelis itu

bersidang untuk menetapkan Undang-undang Dasar.

U. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 di Indonesia


Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia
mengalami perkembangan yang pesat, hal ini secara tidak langsung juga
mempengaruhi hukum-hukum di beberapa Negara termasuk Indonesia.
Indonesia mengalami perubahan hukum yang mendasar, ditandai dengan
adanya amandemen pada UUD 1945. Pada awal terbentuknya, UUD 1945
memiliki 37 pasal, hingga sekarang setalah mengalami beberapa
amandemen UUD 1945 telah memiliki pasal seumlah 39 pasal.
Amandemen tersebut telah dilakukan sebanyak empat kali. Amandemen
pertama dimulai pada tanggal 19 oktober 1999 sebanyak dua pasal,
amandemen kedua pada tanggal 18 agustus 2000 sebanyak 10 pasal,
amandemen ke tiga pada tanggal 10 november 2001 sejumlah pasal, dan
amandemen keempat pada tanggal 10 agustus 2002 sejumlah 10 pasal
ditambah 3 pasal aturan peralihan dan aturan tambahan 2 pasal. pasalpasal yang di amandemen diharapkan dapat memberikan perubahan
bangsa kea rah yang lebih baik.
1. Pelaksanan UUD 1945 pada masa awal kemerdekaan (17
Agustus 1945 29 Desember 1949)
Pada awal kemerdekaan Indonesia, KNIP mengusung gagasan
pemerintahan parlementer karena khawatir dengan pemberian
kekuasaan yang begitu besar pada presiden oleh UUD. Karena itu
pada tanggal 7 oktober 1945, KNIP mengeluarkan momerandum
yang meminta presiden untuk segera membentuk MPR, menanggapi
hal itu, presiden mengeluarkan maklumat wakil presiden pada

tanggal 16 oktober 1945 yang berisi bahwa komite nasional pusat,


sebelum terbentuk MPR dan DPR diserahi kekuasaan legislative dan
ikut menetapkan GBHN, serta membentuk badan pekerjaan, dan
pada tanggal 3 november 1945, wakil presiden mengeluarkan
maklumat lagi tentang kebebasan membentuk banyak partai.
Terbentuknya cabinet pertama berdasarkan system parlementer
dengan perdana menteri syahrir pada tanggal 14 november 1945.
Hal itu berakibat pada kestabilan Indonesia di bidang ekonomi,
politik maupun pemerintahan.
Pada tanggal 27 desember 1949, dibentuklah negara federal
yaitu Negara kesatuan republic Indonesia Serikat yang berdasar
pada RIS. Dalam Negara RIS tersebut masih terdapat Negara bagian
republic Indonesia yang ber ibukota di Yogyakarta. Pada tanggal 17
agustus 1950, terjadi kesepakatan antara Negara RI yogyakarata
dengan Negara RIS untuk kembali membentuk Negara kesatuan
berdasarkan pada undang-undang dasar.
2. Pelaksanaan UUD pada masa orde lama (demokrasi
terpimpin) (5 juli 1959 11 maret 1966).
Pada tanggal 5 juli 1959 presiden menganggap NKRI dalam
bahaya, karena itu presiden mengeluarkan dekrit presiden yang
isinya :
a)

Menetapkan pembubaran konstituante.

b)

Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali bagi seluruh rakyat

Indonesia, dan terhitung mulai dari dikeluarkannya dekrit ini, UUD


1950 tidak diberlakukan lagi.
c)

Pembentukan MPR sementara yang beranggotakan DPR,

perwakilan daerah- daerah dan dewan agung sementara.


Sejak dikeluarkannya dekrit presiden tersebut, mulai berkuasa
kekuasaan orde lama yang secara ideologis banyak dipengaruhi
oleh faham komunisme. Penyimpanagan ideologis tersebut
berakibat pada penyimpangan konstitusional seperti Indonesia
diarahkan menjadi demokrasi terpimpin dan bersifat otoriter yang
jelas menyimpang dari apa yang tercantum dalam UUD 1945.

Puncaknya adalah adanya pemberontakan G30S.PKI yang berhasil


dihentikan oleh generasi muda Indonesia dengan menyampaikan
Tritula (Tri tuntutan Rakyat) yang isisnya:
1. Bubarkan PKI.
2. Bersihkan cabinet dari unsure-unsur KPI.
3. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga
mengakibatkan dikeluarkannya surat perintah 11 maret 1966 yang
memberiaka kekuasan pada Letnan Jenderal Soeharto untuk
mengambil langkah-langkah dalam mengembalikan keamanan
Negara.
3. Pelaksanaan UUD 1945 masa orde baru (11 maret 1966 22
mei 1998)
Masa orde baru berada dibawah kepemimpinan Soeharto dalam misi
mengembalikan keadaan setelah pemberontakan PKI, masa orde
baru juga mempelopori pembangunan nasional sehingga sering
dikenal sebagai orde pembangunan.
MPRS mengeluarkan berbagai macam keputusan penting, antara
lain :
1. Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang
menyatakan agar presiden menugasi pengemban Super Semar,
Jenderal Soeharto untuk segera membentuk kabinet Ampera.
2. Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan
maaf, menarik kembali pengangkatan pemimpin Besar Revolusi
menjadi presiden seumur hidup.
3. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR
mengenai sumber tertib hukum republik Indonesia dan tata urutan
perundang -undangan.
4. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan
kepartaian, keormasan dan kekaryaan.
5. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai komunis
Indonesia dan pernyataan tentang partai tersebut sebagai partai
terlarang diseluruh wilayah Indonesia, dan larangan pada

setiap kegiatan untuk menyebar luaskan atau mengembangkan


faham ajaran komunisme/Marxisme, Leninisme.
Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik
di bidang politik, ekonomi maupun keamanan. Oleh karena itu, pada bulan
februari 1967, GDRGR mengeluarkan suatu resolusi yaitu meminta MPR
agar mengadakan siding istimewa pada bulan maret 1967. Keputusan
yang diperoleh dari sidang istimewa tersebut sebagai berikut.
Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang
pemilihan/penunjukan wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabat
presiden dan mengangkat Jenderal Soeharto.
Pengembangan Tap. No. 6 IX/MPRS/1966, sebagai pejabat presiden
berdasarkan pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945 hingga dipilihnya
presiden oleh MPR hasil pemilihan umum. Dalam kaitan dengan itu di
bidang politik dilaksanakanlah pemilu yang dituangkan dalam UndangUndang No.15 tahun 1969 tentang pemilu umum, Undang-Undang No.16
tentang susunan dan kedudukan majelis permusyawaratan rakyat. Dewan
perwakilan rakyat dan dewan rakyat daerah.Atas dasar ketentuan undangundang tersebut kemudian pemerintah OrdeBaru berhasil mengadakan
pemilu pertama. Dengan hasil pemilu pertama tersebut pemerintah
bertekat untuk memperbaiki nasib bangsa Indonesia.
4. Pelaksanaan UUD 1945 masa Reformasi ( 22 Mei 1998
sekarang)
Masa Orde Baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto
sampai tahun 1998 membuat pemerintahan Indonesia tidak
mengamanatkan nilai-nilai demokrasi seperti yang tercantum dalam
Pancasila, bahkan juga tidak mencerminkan pelaksanaan demokrasi
atas dasar norma-norma dan pasal-pasal UUD 1945. Pemerintahan
dicemari korupsi, kolusi dan nepotisme(KKN). Keadaan tersebut
membuat rakyat Indonesia semakin menderita.Terutama karena
adanya krisis moneter yang melanda Indonesia yang membuat
perekonomian Indonesia hancur. Hal itu menyebabkan munculnya
berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh generasi muda
Indonesia terutama mahasiswa sebagai gerakan moral yang

menuntut adanya reformasi disegala bidang Negara. Keberhasilan


reformasi tersebut ditandai dengan turunnya presiden Soeharto dari
jabatannya sebagai presiden dan diganti oleh Prof. B.J Habibie pada
tanggal 21 mei 1998. Kemudian bangsa Indonesia menyadari bahwa
UUD 45 yang berlaku pada jaman orde baru masih memiliki banyak
kekurangan, sehingga perlu diadakan amandemen lagi. Berbagai
macam produk peraturan perundang-undangan yang dihasilkan
dalam reformasi hukum antara lain UU. Politik Tahun 1999, yaitu UU.
No.2tahun 1999, tentang partai politik, UU. No.3 tahun 1999,
tentang pemilihan umumdan UU. No. 4 tahun 1999 tentang susunan
dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD; UUotonomi daerah, yaitu
meliputi UU. No.25 tahun 1999. Tentang pemerintahandaerah, UU.
No.25 tahun 1999, tentang perimbangan keuangan antar
pemerintahanpusat dan daerah dan UU. No.28 tahun 1999 tentang
penyelenggaraan negara yangbersih dan bebas dari KKN.
Berdasarkan reformasi tersebut bangsa Indonesia sudah mampu
melaksanakan pemilu pada tahun 1999 dan menghasilkan MPR, DPR
dan DPRD hasil aspirasi rakyat secara demokratis.

Anda mungkin juga menyukai