Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MATERI,FUNGSI DAN NILAI OTORITAS KONSTITUSI

NAMA : WEMPI I. RATU WEWO

NIM : 1902010604

KELAS : M

DOSEN PA :DR. YOHANES G. TUBA HELAN S,H MH

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan dan
karuniaNYA penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat
waktu. Doa serta salam tidak lupa saya sampaikan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan


teman-teman saya yang telah mendukung sehingga makalah ini
terselesaikan dengan baik. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih
kepada Bapak dosen pengajar. Tujuan saya dalam membuat makalah ini,
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah “Hukum konstituai” dengan judul
”Materi,fungsi dan nilai otoritas konstitusi”.
Sebagai penulis, saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun saya
harapkan guna kesempurnaan makalah ini. kami juga berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan membantu pembaca, terutama teman-
teman mahasiswa, untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam
tentang hukum konstitusi.

Kupang, 29 Oktober 2020

Penyusun,

Wempi i. Ratu wewo

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
…………………………………………………………………………….                  

KATA PENGANTAR
……………………………………………………………………            

DAFTAR
ISI ………………………………………………………………………………………           

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
………………………………………………….                          

B. Rumusan Masalah
………………………………………………………….                           

C.Tujuan Penulisan
…………………………………………………………….                           

BAB II PEMBAHASAN

A. Materi Konstitusi …………………………………………………….. 


B. Fungsi konstitusi........................................
C. Nilai otoritas konstitusi..............................                      

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan …………………………………………………………………..   
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang

Konstitusi merupakan hukum tertinggi di suatu negara. Konstitusi


berfungsi sebagai pegangan atau pedoman untuk menjalankan tata
pemerintahan di suatu bangsa. Adapun bentuk konstitusi ada yang tertulis
dan tidak tertulis.

Konstitusi tertulis di Indonesia disebut dengan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NRI 1945). Sedangkan konstitusi
tidak tertulis seperti konvensi kenegaraan.
Indonesia dalam perkembangan konstitusinya sudah terjadi perubahan
selama 4 (empat) periode, yakni semenjak digunakannya Undang - Undang
Dasar tahun 1945 (UUD NRI 1945), lalu Konstitusi Republik Indonesia
Serikat Tahun 1949, Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950dan
berlaku kembalinya UUD NRI 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Sistem pemerintahan merupakan salah satu hal yang diatur dalam
Konstitusi. Usep Ranawijaya mendefinisikan sistem pemerintahan
merupakan sistem antara hubungan eksekutif dan legislatif.

Pendapat serupa juga dikemukakan Jimly Asshiddiqie, sistem


pemerintahan terkait dengan pengertian regeringsdaad. yaitu
penyelenggaraan pemerintahahan oleh eksekutif dalam hubungannya
dengan legislatif. Adapun bentuk sistem pemerintahan dikemukakan Sri
Soemantri dengan tiga bentuk varian sistem pemerintahan, yaitu sistem
pemerintahan Parlementer, sistem pemerintahan Presidensial, dan sistem
pemerintahan Campuran.

Sistem pemerintahan parlementer didasarkan landasan parlemen


adalah pemegang kekuasaan tertinggi. sistem pemerintahan Presidensial
artinya Presiden tidak hanya sebagai kepala pemerintahan, tapi juga kepala
Negara serta memiliki kekuasaan dibidang legislatif dan yudikatif serta
sistem

B.Rumusan masalah

Bagaimana materi,fungsi dan nilai otoritas konstitusi

C.Tujuan makalah

Untuk mengetahui materi,fungsi dan otoritas konstitusi.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Materi konstitusi

Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu Negara


berupa kumpulan peraturan-peraturan yang membentuk, mengatur atau
memerintah dalam pemerintahan suatu Negara (K.C. Wheare, 1975).

mengandung norma-norma hukum yang membatasi kekuasaan yang


ada dalam Negara. Sedangkan Konstitusi dalam arti luas adalah
keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar, baik yang
tertulis atau pun tidak tertulis maupun campuran keduanya tidak hanya
sebagai aspek hukum melainkan juga non-hukum (Utomo, 2007:12).

Pengertian konstitusi dari asal kata bahasa Prancis, yaitu “Constituer”


yang berarti membentuk. Sedangkan di Negara dengan penggunaan bahasa
Inggris dipakai istilah “Constitution” (Soemantri, 1993:29). Dalam bahasa
latin, kata konstitusi merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “cume” dan
“statuere”. Cume adalah preposisi yang berarti bersama dengan, sedangkan
statuere mempunyai arti membuat sesuatu agar berdiri atau
mendirikan/menetapkan (Soetoprawiro, 1987:28–29).

Menurut Herman Heller (Syahuri, 2004:32) membagi pengertian konstitusi


menjadi tiga yaitu:

 Die Politische verfassung als geselschaftlich wirk lichkeit.


Konstitusi adalah mencerminkan kehidupan politik di dalam
masyarakat sebagai suatu kenyataan. Jadi mengandung
pengertian politis dan sosiologis.

 Die Verselbtandigte revhtsverfassung. Konstitusi merupakan


suatu kesatuan yang hidup dalam masyarakat. Jadi mengandung
pengertian yuridis.

 Die geshereiben verfassung. Konstitusi yang ditulis dalam suatu


naskah sebagai undang-undang yang tertinggi yang berlaku dalam
suatu negara.

 Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat


didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang
dianut dalam suatu negara. Jika negara itu menganut paham
kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah
rakyat. Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka
raja yang menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi, hal
inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent power yang
merupakan kewenangan yang berada di luar dan sekaligus di atas
sistem yang diaturnya. Karena itu, di lingkungan negara-negara
demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan berlakunya
suatu konstitusi (Utomo, 2007:7

B.Tujuan dan Fungsi Konstitusi

C.F Strong menyatakan bahwa pada prinsipnya tujuan konstitusi adalah


untuk membatasi kewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-
hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang
berdaulat. Oleh karena itu setiap konstitusi senantiasa memiliki dua tujuan,
yaitu (Utomo, 2007:12):

 Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap


kekuasaan politik.

 Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para


penguasa serta menetapkan batas-batas kekuasaan bagi penguasa.

 Tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya


kekuasaan dengan jalan membatasinya melalui aturan untuk
menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan penguasa
terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa
untuk mewujudkan tujuan Negara.

Menurut Henc Van Maarseven (Harahap, 2008:179) bahwa konstitusi


berfungsi menjawab berbagai persoalan pokok negara dan masyarakat,
yaitu:
Konstitusi menjadi hukum dasar suatu negara.

 Konstitusi harus merupakan sekumpulan aturan-aturan dasar


yang menetapkan lembaga-lembaga penting negara.
 Konstitusi melakukan pengaturan kekuasaan dan hubungan
keterkaitannya.

 Konstitusi mengatur hak-hak dasar dan kewajiban-kewajiban


warga negara dan pemerintah, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama.

 Konstitusi harus mengatur dan membatasi kekuasaan negara dan


lembaga-lembaga-nya.

 Konstitusi merupakan ideologi elit penguasa.

 Konstitusi menentukan hubungan materiil antara negara dan


masyarakat.

Keberadaan konstitusi tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan negara.


Konstitusi ditempatkan pada posisi ter-atas yang menjadi pedoman untuk
jalanya sebuah negara dan mencapai tujuan bersama warga negara. Adapun
Fungsi konstitusi, baik tertulis maupun tidak tertulis adalah sebagai berikut
(Asshiddiqie, 2006:122):

 Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara.

 Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.

 Fungsi pengatur hubungan antar organ negara dengan warga


negara.

 Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan


negara atau pun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.

 Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber


kekuasaan yang asli (yang dalam sistem demokrasi adalah rakyat)
kepada organ negara.
 Fungsi simbolik sebagai pemersatu.

 Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan


kebangsaan.

 Fungsi simbolik sebagai pusat upacara.

 Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat, baik dalam arti


sempit hanya dibidang politik maupun dalam arti luas yang
mencakup sosial dan ekonomi.

 Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat


(social engineering dan social reform), baik dalam arti sempit atau
pun luas.

C.Nilai otoritas Konstitusi

Sebagai suatu dasar dalam berperilaku yang digunakan untuk berbangsa dan bernegara,
konstitusi mempunyai nilai berupa :

1. Nilai semantik

 dimana suatu konstitusi hanya berlaku untuk kepentingan penguasa saja. Dalam melakukan
suatu memobilisasi kekuasaan, penguasa akan menggunakan konstitusi sebagai alat untuk
melaksanakan suatu kekuasaan politik.

2. Nilai normatif

Dimana suatu konstitusi bisa diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi
tidak hanya digunakan dalam artian hukum atau legal saja, namun juga secara nyata berlaku
dalam masyarakat secara efektif serta dapat dilaksanakan secara murni dan juga konsekuen.

3. Nilai nominal 

Dimana suatu konstitusi menurut hukum dapat berlaku, tetapi tidak sempurna.
Ketidaksempurnaan tersebut disebabkan karena adanya pasal tertentu yang tidak seluruh
pasalnya yang terdapat dalam konstitusi dapat berlaku bagi wilayah negara.
BAB III

PENUTUP

A.Simpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok

manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan

mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan

sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.

2. Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang tertulis

maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang

menopang berdirinya suatu negara.

3. Antara negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena

melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara.

4. Pancasila merupakan filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun


sawa. Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan

mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi tertutup, sehingga pancasila bukan

sebagai konstitusi melainkan UUD 1945 yang menjadi konstitusi di Indonesia.

3.2 Saran

Kepada para pembaca kami menyarankan agar lebih banyak membaca buku yang

berkaitan dengan Negara atau Konstitusi agar lebih memahami kedua hal tersebut.

Hr, Ridwan. 2002, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, PT. Raja Grafindo

Persada.

DAFTAR PUSTAKA

Lutfi, Mustafa dan Lutfi J Kurniawan, 2011, Perihal Negara Hukum dan

Kebijakan Publik, Malang, Setara Press.

Mahfud MD, Moh, 2000. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia,

Jakarta, Rineka Cipta.

Mahmud, Peter.2008, Penelitian Hukum, Jakarta. Kencana Prenada Media

Group, Edisi Pertama Cetakan ke-4.

Manan, Bagir, dan Kuntana Magnar, 1997, Beberapa Masalah Hukum Tata

Negara Indonesia, Bandung, Akumni.

Projodikoro, Wirjono, 1989, Asas asas Hukum Tata Negara di Indonesia,

Jakarta. Dian Rakyat.


Phillips, O. Hood, 1987 Constitutional and Administrative Law. 7th ed.

London: Sweet and Maxwell.

Raharjo, Satjipto,2006, Ilmu Hukum, Bandung : PT Citra Aditya Bakti

Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2008, Naskah

Komprehensif Perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, Jakarta, Sekretariat Jenderal MK.

Soekanto, Soejono, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Penerbit

Universitas

Anda mungkin juga menyukai