KONSTITUSI INDONESIA
Untuk Memenuhi Nilai Pada Beban SKS
Mata Kuliah
KONSTITUSI INDONESIA
Dosen Pengampuh :
DOSEN.
Dr. ROIDA HUTABALIAN, SH, MH
FAKULTAS HUKUM
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM UMEL MANDIRI JAYAPURA
JAYAPURA
2022
A. PENDAHULUAN
Setiap negara di seluruh dunia pasti memiliki konstitusinya, apa itu konstitusi ?.
Konstitusi ( constituante ). Istilah ini berkaitan dengan kata jus atau ius, yang berarti hukum
atau prinsip. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang terperinci, melainkan hanya
menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi peraturan-peraturan lainnya. Dalam
kasus bentukan negara, konstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan
hukum. Istilah ini merujuk secara khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai
prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentukan struktur,
prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan negara pada umumnya. Konstitusi
umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada warga masyarakatnya. Istilah konstitusi
dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.
Dalam bentukan organisasi konstitusi menjelaskan bentuk, struktur, aktivitas, karakter, dan
aturan dasar organisasi tersebut. Jenis organisasi yang menggunakan konsep konstitusi yaitu,
organisasi pemerintahan (transnasional, nasional atau regional), organisasi sukarela,
persatuan dagang, partai politik, perdagangan beras dan rempah-rempah. Konstitusi pada
umumnya bersifat kodifikasi yaitu sebuah dokumen yang berisi aturan-aturan untuk
menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara. Namun dalam pengertian ini, konstitusi
harus diartikan dalam artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis (formal). Menurut para
ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus diterjemahkan termasuk kesepakatan
politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan distribusi maupun alokasi.
Konstitusi bagi organisasi pemerintahan negara yang dimaksud terdapat beragam bentuk dan
kompleksitas strukturnya, terdapat pula konstitusi politik atau hukum akan tetapi
mengandung pula arti konstitusi ekonomi.
Sudah menjadi sebuah kenyataan bahwa tidak ada satu pun negara di dunia ini yang tidak
memiliki konstitusi. Oleh karena itu, negara dan kontitusi merupakan dua lembaga yang tak
terpisahkan dalam kehidupan demokrasi suatu bangsa, sebab negara sebagai sebuah lembaga
adalah suatu arena kehidupan yang netral, di mana pewarnaannya sangat tergantung pada
bentuk-bentuk kekuasaan dan pengisian kekuasaan tersebut. Masalah dasar yang sering
muncul dalam sebuah negara – kaitannya dengan pengisian kekuasaan dan penyelenggaraan
kekuasaan – adalah mengenai bagaimana legitimasi dari kekuasaan dan ruang batas
kekuasaan itu diberikan dan dijalankan? Masalah berikutnya yang juga selalu mengiringi
adalah mengenai prinsip-prinsip umum dari penyelengaraan kekuasaan itu sendiri. Konstitusi
sebagai wujud kristalisasi kehidupan bangsa, pada dasarnya merupakan kerangka masyarakat
politik yang diorganisir dengan dan melalui hukum mengenai pengaturan pendirian dan
pelaksanaan lembaga-lembaga kekuasaan serta jaminan kehidupan akan hak-hak politik
warga negara. Legitimasi kekuasaan yang dimiliki oleh sebagian dan/atau sekelompok orang
(pemerintah) untuk berkuasa atas yang lainnya – di samping karena proses politik, juga
karena dibenarkan dan/atau dengan melalui konstitusi untuk menjamin keberlangsungan
hidup bersama. Karena itu, konstitusi juga pada prinsipnya mengandung unsur pokok dari
asas-asas penyelenggaraan kekuasaan secara luas, dan jaminan konstitusional atas hak-hak
yang diperintah serta hubungan antara keduanya.
Serta suatu negara-bangsa (nation state), konstitusi lahir dengan latar belakang sejarah
tertentu. Sebagaimana dijelaskan oleh Hawgood, tentang tiga model lahirnya konstitusi
(revolutionary constitution, parlementarian constitution, dan neo-national contitution),16 di
dalamnya terdapat bukan saja tentang prinsip-prinsip hukum yang mengatur tentang
penyelenggaraan kekuasaan negara, tetapi juga mengandung dasar, cita-cita, harapan dan
tujuan negara bangsa itu sendiri, karena konstitusi suatu negara biasanya mengandung suatu
rumusan yang di dalamnya sangat komprehensif meliputi pernyataan kemerdekaan, dasar,
cita-cita, harapan dan tujuan dari negara bangsa itu sendiri.
Dengan demikian dapat dimengerti, bahwa konstitusi lahir bukan sekedar sebagai dasar
hukum atas berdirinya suatu negara. Lebih dari itu, konstitusi juga merupakan landasan
kehidupan bangsa yang dalam kehidupan bernegara sebagai landasan kehidupan demokrasi.
Oleh sebab itu, konsitusi juga harus dimaknai sebagai jaminan terhadap hak-hak politik
rakyat sebagai hak konstitusional warga negara. Dalam melihat keberlangsungan demokrasi,
Slamet Efendi Yusuf memberikan pengertian dan batasanbatasan terhadap konstitusi sebagai:
Pertama, seperangkat norma yang mengandung dasar, cita-cita, harapan, dan tujuan negara.
Kedua, seperangkat peraturan yang mengatur pembagian dan pembatasan kekuasaan dalam
negara. Ketiga, seperangkat peraturan yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara.
Keempat, seperangkat peraturan yang memberikan jaminan perlindungan hak-hak politik dan
hak-hak asasi manusia kepada warga negara dan penduduk negara.
Konstitusi bukanlah suatu hal yang kaku (statis) sifatnya, yang hanya mampu memilah
mana yang benar dan yang salah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi lebih dari
itu, konstitusi juga merupakan landasan dan motivator atas pertumbuhan dan perkembangan
bangsa dan negara. Eksistensi konstitusi merupakan perwujudan dari kristalisasi kehidupan
bangsa dan negara yang setiap saat tumbuh dan berkembang secara dinamis. Maka evaluasi,
pembaharuan dan penyempurnaan terhadap konstitusi setiap saat bagi negara yang
demokratis adalah suatu keniscayaan.
Dari kenyataan di atas, sulit untuk dibayangkan sebuah demokrasi terwujud dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa adanya kepastian yang terwujud melalui landasan
konstitusi. Seolah menjadi keyakinan dunia bahwa keberlanjutan demokrasi hanya dapat
terjaga dengan melalui landasan konstitusi yang kokoh, dalam arti konstitusi yang dapat
dijadikan landasan yang utuh dan sistematis bagi kehidupan demokrasi bangsa dalam negara.
Selain itu, sebuah negara yang diatur menurut konstitusi, merupakan landasan yang paling
logis dan paling kuat untuk menjaga keberlanjutan demokrasi. Karena di dalam konstitusi itu
sendiri, berisikan prinsip-prinsip dasar bagi demokrasi yang dibangun dan melindunginya
dari ancaman yang berlawanan dengan prinsip-prinsip demokrasi. Demokrasi yang seperti itu
adalah demokrasi konstitusional (constitutional democracy) yang dalam kehidupan bernegara
dikenal konstitusionalisme dalam sistem ketatanegaraan.
Pengertian konstitusi dari asal kata bahasa Prancis, yaitu “Constituer” yang berarti
membentuk. Sedangkan di Negara dengan penggunaan bahasa Inggris dipakai istilah
“Constitution” (Soemantri, 1993:29). Dalam bahasa latin, kata konstitusi merupakan gabungan
dari dua kata, yaitu “cume” dan “statuere”. Cume adalah preposisi yang berarti bersama
dengan, sedangkan statuere mempunyai arti membuat sesuatu agar berdiri atau
mendirikan/menetapkan (Soetoprawiro, 1987:28–29).
Menurut Herman Heller (Syahuri, 2004:32) membagi pengertian konstitusi menjadi tiga yaitu:
Jenis-jenis Konstitusi
K.C. Wheare (1975) membagi konstitusi menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut:
Tujuan dan Fungsi Konstitusi Konstitusi menjadi hukum dasar suatu negara. pokok negara
dan masyarakat, yaitu:
C.F Strong menyatakan bahwa pada prinsipnya tujuan konstitusi adalah untuk membatasi
kewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Oleh karena itu setiap konstitusi senantiasa memiliki
dua tujuan, yaitu (Utomo, 2007:12):
Dari penjelasan di atas, UUD sebagai sebuah konstitusi negara disebut sebagai
hukum tertulis. Selain itu juga dipergunakan untuk menunjuk pengertian hukum dasar
(droit constitutionel). Dalam penjelasan tersebut juga diakui bahwa selain UUD
sebagai hukum dasar tertulis, juga ada hukum tidak tertulis sebagai bagian dari
peraturan perundang-undangan di luar UUD.
Menurut Joeniarto, yang dimaksud dengan UUD adalah sekumpulan dari pada
ketentuan di dalam suatu kodifi kasi mengenai hal-hal yang dasar-dasar atau pokok-
pokok dari pada ketatanegaraan suatu negara. Di dalamnya diberikan sifat yang kekal
dan luhur, sedangkan untuk merubahnya diperlukan cara yang istimewa. Termasuk
juga UUD 1945 sebagai hasil seleksi dari serangkaian pemikiran the founding father
kita, termaktub dalam sebuah dokumen resmi negara di mana untuk mengoreksi dan
mengevaluasinya dibutuhkan cara dan mekanisme yang sifatnya istemewa. Dibilang
istimewa, karena tidak seperti peratuaran perundangundangan lainnya yang dapat
diubah melalui sebuah kebijakan politik oleh lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD.
Selain itu, hal-hal yang pokok dan dasar dalam kehidupan kenegaran yang
diatur dan ditentukan dalam UUD 1945 menyangkut hak-hak konstitusional warga,
dasar-dasar ketatanegaraan, serta penegakkan hak konstitusional dalam sistem
ketatanegaraan. Namun mengenai ukuran materinya dalam beberapa konstitusi negara
di dunia tidak ada satu kesatun ukuran yang pasti. Hal ini terbukti bahwa materi yang
diatur dan ditentukan dalam masing-masing UUD suatu negara biasanya tidak sama,
sangat tergantung pada dinamika politik dan suasana kebatinan suatu negara di saat
UUD tersebut disusun. Dengan demikian, UUD 1945 di samping sebagai syarat
berdirinya negara, di dalamnya juga termasuk cita-cita, tujuan dan mekanisme
penyelenggaraan negara yang baik. Hal ini sudah menjadi kelaziman negaranegara
modern, apalagi bagi Indonesia sebagai negara baru pada waktu itu, UUD 1945 perlu
adanya, bahkan lebih dari pada itu, harus ada karena UUD 1945 merupakan puncak
dari kristalisasi perjuangan kemerdekaan bangsa.
Dalam suasana kehidupan bernegara, adanya UUD 1945 baik bagi penguasa
maupun masyarakat, kedua pihak akan dengan mudah mengetahui, mengarahkan dan
menjaga agar selalu dijunjung tinggi nilai-nilai dan pokok-pokok ketatanegaraan yang
terkandung di dalamnya. Dengan kesadaran konstitusional bersama dapat dijamin
suatu sistem ketatanegaran serta cara penyelengaraan kekuasaan negara dilaksanakan
dengan pasti dan dapat dimengerti oleh rakyat, sehingga dengan pasti dapat dijamin
juga apa yang menjadi hak-hak konstitusional warga negara beserta seluruh
kewajibannya yang dapat dituntut oleh negara kepada rakyatnya.
Sebagai hukum dasar tertinggi, UUD 1945 memiliki implikasi-implikasi
terhadap struktur dan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan. Lazimnya sebuah
konstitusi, UUD 1945 menurut Jimly Asshiddiqie menampung dasardasar konseptual
mengenai dua hal yang sifatnya strategis. Pertama, sebagai dasar struktur dan
penyelengaraan ketatanegaraan. Sebagai dasar dari struktur ketatanegaraan UUD
1945 memiliki implikasi terhadap sistem pembagian kekuasaan, hubungan
kelembagaan, dan mekanisme check and balances dalam kekuasaan. Kedua, sebagai
instrumen peraturan perundang-undangan. Sebagai Undang-Undang Dasar tertinggi,
segala peraturan perundang-undangan di bawahnya tidak boleh bertentangan dengan
UUD 1945, sebab peraturan perundang-undangan di bawahnya dibuat atas dasar
menerjemahkan terhadap UUD 1945 di mana lembaga yang berwenang
menerjemahkannya, kewenangannya diberikan oleh UUD 1945.
Pasca amandemen UUD 1945, isi dan kandungannya memiliki dampak pada
perubahan sistem ketatanegaraan yang cukup mendasar. Perubahan-perubahan
tersebut juga mempengaruhi struktur dan mekanisme organ-organ negara yang tidak
dapat lagi dijelaskan dan didefi nisikan menurut paradigma lama, sebagaimana yang
tertuang dalam UUD 1945 sebelum amandemen. Menurut Jimly Asshiddiqie,
sedikitnya ada empat pokok-pokok pemikiran baru yang diadopsikan ke dalam UUD
1945 hasil amandemen:
Penegasan Cita Demokrasi dan Nomokrasi. Negara Indonesia menganut paham
kedaulatan rakyat atau democracy. Dalam sistem konstitusional UUD 1945,
pelaksanaan kedaulatan rakyat itu disalurkan dan diselenggarakan menurut
prosedur konstitusional yang ditetapkan dalam hukum atau konstitusi
(constitutional democracy). Karena itu, prinsip kedaulatan rakyat (democratie)
dan kedaulatan hukum (nomocratie) hendaknya dilaksanakan secara beriringan
sebagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Pemisahan Kekuasaan dan Prinsip Checks and Balannces. Dalam UUD 1945
hasil amandemen, prinsip kedaulatan rakyat dibagi secara horizontal dengan
cara memisahkan kekuasaan (separation of power) ke dalam fungsi lembaga-
lembaga negara yang sederajat dan saling mengendalikan satu sama lain
bedasarkan prinsip checks and balances.
Sistem Pemerintahan Presidentil. Dalam rangka pemisahan kekuasaan dan
prinsip cheks and balances, UUD 1945 menegaskan sistem pemerintahan
Indonesia adalah sistem pemerintahan presidensiil.
Cita Persatuan dan Keberagaman. Prinsip persatuan dan keragaman kembali
ditegaskan dalam UUD 1945 karena kenyataan bahwa bangsa Indonesia sangat
majemuk.
Salah satu bentuk perubahan yang mempengaruhi struktur dan mekanisme organ-organ
negara tersebut adalah dibentuknya Mahkamah Konstitusi, sebagai salah satu cabang
kekuasaan kehakiman yang mengadili sengketa pelaksanaan kaidah UUD 1945. (Keberadaan
Mahkamah Konstitusi adalah penegasan akan eksistensi pelaksanaan negara hukum dan
demokrasi dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang menganut sistem pemisahan
kekuasaan (separation of power) dengan prinsip checks and balances.).