Anda di halaman 1dari 16

KEDAULATAN RAKYAT SEBAGAI WUJUD

PERSATUAN DALAM BERNEGARA

OLEH :
RESMI SAFITRI
( B111 15 399)

PEMENUHAN TUGAS PENGGANTI MID


MATAKULIAH POLITIK HUKUM
PRODI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau,


baik besar maupun kecil. Keadaan geografis ini menyebabkan terjadinya
heterogenitas masyarakat yang hidup menyebar di pulau yang ada. Dengan
heterogenitas masyarakat tersebut perlu adanya suatu undang-undang yang
mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara secara menyeluruh. Untuk
menjamin hak-hak individu dan masyarakat yang beragam tersebut.

Jaminan perlindungan hak individu dalam kehidupan bermasyarakat dan


bernegara pada umumnya diatur dalam Undang-Undang Dasar (UUD) atau
konstitusi masing-masing negara. Dalam kacamata konstitusi di Indonesia telah
mengamanatkan dengan sangat jelas dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 bahwa
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar”.

Penempatan UUD sebagai peraturan tertinggi dalam kehidupan


bernegara merupakan pencerminan pelaksanaan negara hukum (rechstaat) atau
disebut pula sebagai rule of law. Unsur klasik rechstaat yang pada umumnya
dimuat dalam UUD meliputi hak-hak manusia, pemisahan atau pembagian
kekuasaan untuk menjamin hak, pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan,
dan peradilan administrasi dalam perselisihan (Slaf dalam Budiardjo, 1986:57).

Sedang unsur rule of law yang hampir sama posisinya dengan rechstaat
meliputi supremasi aturan-aturan hukum, kedudukan yang sama menghadapi
hukum, dan terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang (Dicey dalam
Budiarjo, 1986:58). Unsur-unsur tersebut menegaskan bahwa konsep rechstaat
dan rule of law mengarahkan pada sasaran yang utama, yakni pengakuan
perlindungan terhadap hak asasi manusia (Huda, 2005:73-74). Konsep inilah
yang disebut dengan negara hukum, artinya dalam penyelenggaraan negara
dilakukan berdasarkan aturan hukum dengan isi menjunjung tinggi hukum.

Aturan hukum tertinggi dalam sebuah negara adalah konstitusi atau


UUD. Konstitusi berkembang dari paham konstitusionalisme yang artinya
pembatasan kekuasaan. Caranya bisa melalui pembagian wewenang dan
kekuasan dalam menjalankan pemerintahan. Karena itu pula, konstitusi menjadi
sangat penting untuk menjamin hak-hak asasi warga negara sehingga tidak
terjadi perlakuan yang sewenang-wenang dari pemerintah yang kekuasaannya
dibatasi.

Selain itu, didalam negara hukum terdapat aturan-aturan hukum sebagai


penjabaran UUD yang melindungi hak warga negara. Salah satu hak individu
yang harus dilindungi adalah hak setiap individu untuk mengeluarkan pendapat,
baik secara lisan maupun tertulis. Jaminan hak mengeluarkan pendapat
merupakan manisfestasi kehidupan demokrasi. Demokrasi sebagai kekuasaan
pokoknya diakui dan berasal dari rakyat, dan karena itu rakyatlah yang
sebenarnya menentukan dan memberi arah serta yang sesungguhnya
menyelenggarakan kehidupan kenegaraan (Ashidiqqie, 2008:335).

Di dalam konsep demokrasi terdapat beberapa ciri atau nilai-nilai yang


mendasarinya. Dalam buku Introduction to Democratic Teory karangan Henry
B. Mayo, memaparkan nilai-nilai demokrasi antara lain menyelesaikan
perselisihan dengan damai dan secara melembaga, menjamin terselenggaranya
perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah,
menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur, membatasi pemakaian
kekerasan sampai minimum, mengakui serta menganggap wajar adanya
keanekaragaman, dan menjamin tegaknya keadilan (Mayo dalam Budiardjo,
1986:62-64).

Konsep negara hukum pada umumnya tidak akan terpisahkan dengan


konsep dari demokrasi. Karena tegaknya demokrasi sebagai tata kehidupan
berbangsa dan bernegara sangat bergantung pada tegaknya unsur penompang
demokrasi itu sendiri. Unsur-unsur penompang demokrasi antara lain: negara
hukum, masyarakat madani, infrastruktur politik, dan pers yang bebas dan
bertanggungjawab (Rosyada, dkk., 2003:117). Dengan demikian unsur negara
hukum merupakan penopang penting untuk terselenggaranya negara demokrasi.
Oleh karena itu dalam perkembangan teori kenegaraan, pengertian negara
hukum sering dikaitkan dengan pengertian demokrasi.

Keterkaitan konsep negara hukum dengan demokrasi di Indonesia


terlihat dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Dalam konsepsi negara
hukum Indonesia, kekuasaan yang dilakukan pemerintahan harus berdasar dan
berawal dari ketentuan undang-undang, sedangkan dalam pelaksanaan
demokrasi Indonesia berpedoman dengan UUD 1945. Dari hal tersebut dapat
terlihat demokrasi di Indonesia berkaitan erat dengan dengan konsep negara
hukum yang memang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Hubungan antara hukum dan demokrasi dapat diibaratkan dengan dua


sisi mata uang, dalam arti bahwa kualitas hukum suatu negara
menentukan kualitas demokrasinya. Artinya, Negara-negara yang
demokratis akan melahirkan pula hukum-hukum yang berwatak
demokratis, sedangkan Negara-negara yang otoriter atau non demokratis
akan lahir hukum-hukum yang non demokratis” (Mahfud MD dalam
Iswari, 2013).

Indonesia sebagai negara yang dalam proses menjalankan


pemerintahannya didasarkan pada hukum dan demokrasi, sudah seharusnya
menjalankan prinsip-prinsip dari konsep negara hukum dan demokrasi yang
sebagaimana mestinya.
Namun realitanya, perkembangan hukum dan demokrasi dewasa ini
belum menunjukkan konsistensinya, sehingga memicu kekecewaan pada
sebagian masyarakat. Banyak gejala-gejala yang menjadi prasyarat sebuah
negara demokrasi, seperti kebebasan menyatakan pendapat, kemerdekaan
berserikat, adanya pemilihan langsung, kebebasan pers dan lainnya, namun
belum dilaksanakan secara maksimal.
Melalui visi dan misi dari kedua pasangan calon presiden dan wakil
presiden di tahun 2019 ini lebih beraroma pengusungan kembali nilai-nilai
demokrasi atau mengedepankan konsep kedaulatan rakyat sehingga demikian
cukup menarik antusiasme kalangan akademisi hukum dan publik dalam
mencari alih-alih meresapi konsep demokrasi yang ideal sebagai wujud
persatuan dalam bernegara.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah konsep negara hukum dalam kaitannya dengan paham


demokrasi yang berlaku?

2. Bagaimana sinkronisasi konsep kedaulatan rakyat sebagai wujud


persatuan dalam bernegara?

METODE PENELITIAN
Penelitian berangkat dari pemenuhan tugas pengganti mid semester
dengan menilik lebih dahulu visi dan misi duan calon presiden 2019.
Mencantum beragam masalah terkait yang berdasarkan pertanyaan-pertanyaan
reflektif-kritis yang bersesuaian dengan rumasan masalah.
Metode penelitian dirancang melalui langkah-langkah penentuan jenis
dan sumber data, metode pengumpulan data. Dalam melakukan penelitian
dibutuhkan adanya suatu metode, cara atau taktik sebagai langkah-langkah yang
harus ditempuh oleh seorang peneliti dalam memecahkan suatu permasalahan
untuk mencapai suatu tujuan.Adapun metode yang penulis gunakan dalam
penelitian adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yang merupakan riset
yang bersifat penejalasan dan menggunakan analisis
Menurut Sugiyono (2012 : 5) pengertian dari metode penelitian adalah
sebagai beriku:
“Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga
pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisispasi masalah”.
Dengan metode ini penulis bermaksud mengumpulkan data dari literatur
dan pustaka tertentu yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti oleh
penulis sehingga akan memperoleh data-data yang dapat mendukung
penyusunan laporan penelitian. Data-data yang diperoleh tersebut kemudian
diproses dan dianalisi lebih lanjut dengan dasar teori yang telah dipelajari
sehingga memperoleh gambaran mengenai objek tersebut dan dapat ditarik
kesimpulan mengenai masalah yang diteliti.

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam suatu penelitian diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang


telah ada sebelumnya yang berkiatan dengan penetian tersebut.

Dari penelitian Awaluddin berjudul “Konsepsi Negara Demokrasi


Yang Berdasarkan Hukum” menguraikan dalam mewujudkan sistem
demokrasi yang baik, maka perlu dituangkan kedalam kaidah hukum dalam
suatu sistem pemerintahan. Dalam suatu negara demokrasi harus dikedepankan
adanya persamaan dalam hukum, yang mencerminkan ketaatan akan hukum
yang ada. Dengan demikian prinsip rule of law harus dijalankan oleh segenap
warga negara tanpa membedakan latar belakang.

Sedangkan dari penelitian Aleksius Jemadu dengan judul “Demokrasi


Dan Kemakmuran” memudahkan untuk menelisik pengembangan sikap positif
terhadap demokrasi yang secara tak terelakkan merupakan keniscayaan sejarah
peradaban modern. Dan memberikan penggambaran nyata bahwa proses
demokratisasi di Indonesia tidak disertai oleh pembenahan dalam lembaga-
lembaga pemerintahannya. Selain birokrasi yang masih merupakan warisan
Orde Baru yang korup dan boros, lembaga-lembaga pemerintahan lainnya juga
tidak berfungsi sebagaimana mestinya seperti pengadilan dan perbankan yang
independen, jaminan atau perlindungan atas hak milik (security of property
rights).

Dalam jurnalnya Christian Siregar “Pancasila, Keadilan Sosial, Dan


Persatuan Indonesia” mengutarakan pendapat dari Darmodihardjo (1979),
persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam corak yang beraneka
ragam menjadi satu kebulatan; sedangkan Indonesia yang dimaksudkan dalam
sila ke-3 ini mengandung makna bangsa dalam arti politis, yaitu bangsa yang
hidup di dalam wilayah tersebut. Jadi ‘Persatuan Indonesia’ ialah persatuan
bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia ini bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan
yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat (Darmodihardjo,
1979)

Menurut Armatya Sen (2001) ada tiga hal yang diberikan oleh demokrasi
tetapi rezim politik yang lain tidak mampu dan mau menawarkannnya. Pertama,
kebebasan politik merupakan bagian dari kebebasan kemanusiaan pada
umumnya dan ini sangat penting bagi setiap individu sebagai makluk sosial
untuk mengembangkan segala potensi kemanusiaannya. Di bawah rezim Orde
Baru potensi manusia Indonesia tidak bisa berkembang secara optimal.
Dalam tulisannya yang berjudul "Reorganizing political power in
Indonesia: a reconsideration of so-called `democratic transitions"', Vedi R.
Hadiz (2003) mengungkapkan bahwa teoriteori transisi demokrasi mengabaikan
beroperasinya kekuatan-kekuatan sosial ekonomi dari rezim sebelumnya yang
memanfaatkan kekuatan-kekuatan sosial ekonomi dari rezim sebelumnya yang
memanfaatkan institusi-institusi demokrasi untuk mempertahankan kepentingan
ekonomi dan politiknya.

Melalui buku Introduction to Democratic Theory karangan Henry B.


Mayo, memaparkan nilai-nilai demokrasi antara lain menyelesaikan perselisihan
dengan damai dan secara melembaga, menjamin terselenggaranya perubahan
secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah, menyelenggarakan
pergantian pimpinan secara teratur, membatasi pemakaian kekerasan sampai
minimum, mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman, dan
menjamin tegaknya keadilan (Mayo dalam Budiardjo, 1986:62-64).

Dalam buku karangan Jimly Ashiddiqie (Pokok-Pokok Hukum Tata


Negara Indonesia) merumuskan 13 prinsip pokok Negara hukum yang
merupakan pilar-pilar utama yang menyangga berdiri tegaknya satu Negara
modern sehingga dapat disebut sebagai Negara hukum yang demokratis, atau
negara demokrasi yang berdasarkan hukum, yang meliputi:

1. Supremasi hukum
2. Persamaan dalam hukum
3. Asas legalitas
4. Adanya pembatasan kekuasaan berdasarkan undang-undang dasar
5. Berfungsinya organ-organ Negara yang independen dan saling mengendalikan
6. Prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak
7. Tersedianya upaya peradilan tata usaha Negara
8. Tersedianya upaya peradilan tata Negara
9. Adanya jaminan perlindungan hak asasi manusia
10. Bersifat demokratis
11. Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bernegara
12. Adanya pers yang bebas dan prinsip pengelolaan kekuasaan Negara yang
transparan dan akuntabel dengan efektifnya mekanisme control sosial yang terbuka
13. Ber-Ketuhanan yang Maha Esa;

Miriam Budiharjo (Mahfud MD: 2003), mengatakan ada beberapa faktor


yang menyebabkan lahirnya kecaman atas Negara hukum formal yang pluralis
dan liberal ini antara lain adalah ekses-ekses dalam industrialisasi dan system
kapitalis, tersebarnya paham sosialisme yang menginginkan pembagian
kekuasaan secara merata serta kemenangan beberapa partai sosialis di negara
tersebut.

Dalam bukunya “Demokrasi dan Konstitusi Di Indonesia” Mahfud


MD membahas perihal konsepsi Negara hukum membaginya dengan dua
bagian, yaitu negara hukum formal dan Negara hukum material. Negara hukum
klasik (formal) mempunyai ciri-ciri sesuai dengan apa yang pernah
dikemukakan oleh Friedrich Julius Stahl yang menyebutkan karakteristik atau
unsur-unsur rechtstaat sebagai berikut:
a. Pengakuan Hak-hak asasi manusia
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasi
manusia itu yang biasa kita kenal sebagai trias politika.
c. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan
e. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasi
manusia itu yang biasa kita kenal sebagai trias politika
f. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
g. Peradilan administrasi dalam perselisihan.

Iswari mengraikan dalam Mahfud MD bahwa hubungan antara hukum


dan demokrasi dapat diibaratkan dengan dua sisi mata uang, dalam arti bahwa
kualitas hukum suatu negara menentukan kualitas demokrasinya. Artinya,
Negara-negara yang demokratis akan melahirkan pula hukum-hukum yang
berwatak demokratis, sedangkan Negara-negara yang otoriter atau non
demokratis akan lahir hukum-hukum yang non demokratis

Hadjon menguraikan dalam Mahfud, mengemukakan elemen-elemen


penting Negara hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah:
a. Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan.
b. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
Negara.
c. Penyelesaiaan sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan
sarana terakhir jika musyawarah gagal.
d. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.

PEMBAHASAN

A. Konsepsi Negara Hukum dalam Kaitannya terhadap Paham Demokrasi

Dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 disebutkan bahwa, “Negara Indonesia
ialah Negara hukum.” Ketentuan mengenai negara hukum ini secara tegas
tercantum dalam rumusan UUD RIS Tahun 1949 dan UUDS Tahun 1950, tetapi
tidak tercantum secara eksplisit dalam Pasal UUD 1945.
UUD 1945 hanya menyebutkan dianutnya prinsip Negara hukum ini
dalam penjelasanya, yang dengan menyatakan bahwa Indonesia menganut
paham Negara hukum atau “Rechstaat” bukan “Machstaat” atau Negara
kekuasaan. Dalam perubahan (amandemen) keempat pada tahun 2002 , konsepsi
Negara hukum atau Rechstaat yang sebelumnya hanya tercantum dalam
penjelasan itu, baru dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945.
Jimly Asshiddiqie lebih jauh lagi menguraikan bahwa dalam konsep
Negara hukum tersebut, diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam
dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik atau ekonomi.
Karena itu, jargon yang biasa digunakan untuk menyebut prinsip Negara hukum
adalah “the rule of law, not a man”. Semula rezim pemerintahan yang
dipraktekkan dalam sejarah umat manusia adalah prinsip “rule of man”, yaitu
kekuasaan pemerintahan sepenuhnya ditangan orang kuat.
Prinsip ini kemudian berubah menjadi “rule by law”, dimana manusia
mulai memperhitungkan pengtingnya peranan hukum sebagai alat kekuasaan.
Baru pada tahap perkembangan terakhir ini, pada pokoknya,yang disebut
sebagai pemerintahan adalah hukumitu sendiri sebagai satu system. Sedangkan,
orang per orang yang menjalankan hukum itu hanya bertindak sebagai “wayang”
dari skenario sistem yang mengaturnya.
Dalam sejarah modern, gagasan Negara hukum itu sendiri dibangun
dengan mengembangkan perangkat hukum sebagai system yang fungsional dan
berkeadilan, denga menata supra dan infra struktur kelembagaan politik,
ekonomi dan sosial yang tertib dan teratur, sertamembangun budaya dan
kesadaran hukum yang rasional dan impersonal dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu system hukum perlu
dibangun dan ditegakkan sebagaimana mestinya, dimulai dengan konstitusi
sebagai hukum yang tertinggi.
Mahfud MD. Dalam membahas perihal konsepsi Negara hukum
membaginya dengan dua bagian, yaitu negara hukum formal dan Negara hukum
material. Negara hukum klasik (formal) mempunyai cirri-ciri sesuai dengan apa
yang pernah dikemukakan oleh Friedrich Julius Stahl yang menyebutkan
karakteristik atau unsur-unsur rechtstaat sebagai berikut:
a. Pengakuan Hak-hak asasi manusia
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasi
manusia itu yang biasa kita kenal sebagai trias politika
c. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan
e. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasi
manusia itu yang biasa kita kenal sebagai trias politika
f. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
g. Peradilan administrasi dalam perselisihan.

Sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga cirri penting dalam setiap
Negara hukum yang disebutnya dengan istilah The Rule Of Law, yaitu :
a. Supremasi hukum ,dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan
sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
b. Kedudukan yang sama di depan hukum baik bagi rakyat biasa maupun
bagi pejabat.
c. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang dan keputusan
keputusan pengadilan.
Dalam proses perjalanannya konsep Negara hukum formal mendapat
kecaman dan gugatan menjelang pertengahan abad ke-20. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan lahirnya kecaman atas Negara hukum formal yang pluralis
dan liberal ini, antara lain menurut Miriam Budiharjo (Mahfud MD: 2003),
antara lain adalah ekses-ekses dalam industrialisasi dan system kapitalis,
tersebarnya paham sosialisme yang menginginkan pembagian kekuasaan secara
merata serta kemenangan beberapa partai sosialis di Eropa.1
Gagasan bahwa pemerintah dilarang campur tangan dalam urusan warga
Negara baik di bidang sosial maupun ekonomi bergeser kea rah gagasan baru
bahwa pemerintah harus bertanggungjawab atas kesejahteraan rakyat. Gagasan
baru inilah yang biasa disebut dengan Negara hukum material (dinamis) dengan
cirri-ciri yang berbeda dengan yang dirumuskan dalam konsep negar hukum
klasik (formal).
Perumusan cirri-ciri Negara hukum yang dilakukan oleh Stahl dan Dicey
kemudian ditinjau lagi sehingga dapat memperlihatkan perluasan tugas
pemerintahan yang tidak boleh lagi bersifat pasif. Olehnya itu unsure-unsur yang
terdapat pada negara hukum material, dapat dilihat dari hasil konferensi
”international Commision of Jurist” yang diselenggarakan di Bangkok pada
tahiun 1965.
Yang menekankan bahwa di samping hak-hak politik bagi rakyat harus
diakui pula adanya hak-hak sosial dan ekonomi sehingga perlu dibentuk standar-
standar dasar sosial ekonomi. Komisi ini merumuskan syarat-syarat
pemerintahan yang demokratis di bawah rule of law sebagai berikut:
a. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu,
konstitusi harus pula menentukan cara procedural untuk memperoleh
perlindungan atas hak-hak yang dijamin
b. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
c. Pemilihan umum yang bebas.
d. Kebebasan menyatakan pendapat.
e. Kebebasan berserikat dan beroposisi
f. Pendidikan kewarganegaraan.

1
Mahfud MD., 2003, Demokrasi dan Konstitusi Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta
Sehubungan dengan hal tersebut di atas Philipus M. Hadjon (dalam Mahfud
MD:1999) mengatakan bahwa Negara hukum Indonesia agak berbeda dengan
rechsstaat atau the rule of law. Rechstaat mengedepankan wetmatigheid yang kemudian
menjadi rechtsmatigeheid, the rule of law mengutamakan prinsip equality before the
law, sedangkan Negara hukum Indonesia menghendaki keserasian hubungan antara
pemerintah dan rakyat yang mengedepankan asas kerukunan.2
Dari prinsip ini terlihat pula adanya elemen lain dari Negara hukum Pancasila
yakni terjalinnya gubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
Negara, penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan sarana
terakhir, sedangkan sejauh menyangkut dengan pelaksanaan hak-hak asasi manusia
yang ditekankan bukan hanya hak atau kewajiban, tetapi juga jalinan yang seimbang
antara keduanya.
Lebih lanjut Hadjon (Mahfud MD.:1999), mengemukakan elemen-elemen
penting Negara hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah:
e. Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan.
f. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
Negara.
g. Penyelesaiaan sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan
sarana terakhir jika musyawarah gagal.
h. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.3
Berdasarkan elemen-elemen tersebut di atas Mahfud MD. Menguraikan arti
penting perlindungan hukum bagi masyarakat yang mengarah pada :
a. Upaya mencegah terjadinya sengketa atau mengurangi terjadinya
sengketa ssehingga sarana perlindungan hukum yang preventif perlu lebih
diutamakan daripada perlindungan hukum yang represif.
b. Upaya penyelesaian sengketa antara pemerintah dan rakyat secara
musyawarah dan penuh kekeluargaan.
c. Penyelesaian sengketa melalui peradilan merupakan jalan terakhir dan
bukan forum konfrontasi sehingga darinya tercermin suasana damai dan
tenteram melalui hukum acaranya.

Menurut Arief Sidharta dalam (Jimly Asshiddiqie: 2007) unsur-unsur dan asas-asas
negara hukum itu meliputi lima hal sebagai berikut:
1. Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan hak asasi manusia yang berakar
dan pemghormatan atas martabat manusia
2. Berlakunya asas kepastian hukum. Negara hukum bertujuan menjamin bahwa
kepastian hukum terwujud dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk
mewujudkan kepastian hukum dan prediktabilitas yang tinggi, sehingga

2
Samuel P. Hungtington, 1991, The Third Wave Democratization In the Late Twentieth Century
3
Mahfud MD. 1999, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Gama Media, Yogyakarta
dinamika kehidupan bersama dalam masyarakat bersifat “predictable”. Asas-
asas yang terkait dengan kepastian hukum itu adalah:
a. asas legalitas, konstitusionalitas, dan supremasi hukum
b. asas undang-undang menetapkan berbagai perangkat peraturan tentang cara
pemerintah dan para pejabatnya melakukan tindakan pemerintahan
c. Asas non-retroactif, dimana undang-undang, sebelum mengikat harius lebih
dulu diundangkan dan diumumkan secara layak
d. Asas peradilan bebas, independent, imparsial, dan objektif, rasional, adil dan
manusiawi
e. Asas non-liquet, hakim tidak boleh menolak perkara karena alasan undang-
undangnya tidak ada atau tidakjelas
f. hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin perlindungannya dalam
undang-undang atau UUD;

3. Berlakunya persamaan bahwa dalam Negara hukum, pemerintah tidak boleh


mengistimewakan orang atau kelompok orang tertentu, atau mendiskriminasikan
orang atau kelompok orang tertentu. Di dalam prinsip ini , terkandung
a. adanya jaminan persamaan bagi semua orang di hadapan hukum dan
pemerintahan
b. tersedianya mekanisme untuk menuntut perlakuan yang sama bagi semua
warga negara

4. Asas demokrasi dimana setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yan sama
untuk turut serta dalam pemerintahan atau untuk mempengaruhi tindakan-
tindakan pemerintahan. Untuk itu asas demokrasi itu diwujudkan melalui
beberapa prinsip, yaitu:
a. adanya mekanisme pemilihan pejabat-pejabat public tertentu yang bersifat
langsung, umum, bebas,rahasia, jujur, dan adil yang diselenggarakan secara
berkala;
b. Pemerintah bertanggung jawab dan dapat dimintai pertanggungjawaban oleh
badan perwakilan rakyat
c. Semua warga Negara memiliki kemungkinan dan kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan politik dan
mengontrol pemerintah;
d. Semua tindakan pemerintahan terbuka bagi kritik dan kajian rasional oleh
semua pihak ;
e. Kebebasan berpendapat/berkeyakinan dan menyatakan pendapat;
f. Kebebasan pers dan lalu lintas informasi;
g. Rancangan undang-undang harus dipublikasikan untuk memungkinkan
partisipasi rakyat secara efektif;

5. Pemerintah dan pejabat mengemban amanat sebagai pelayan masyarakat dalam


rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan bernegara
yang bersangkutan. Dalam asas ini terkandung hal-hal sebagai berikut :

a. Asas-asas umum pemerintahan yang baik;


b. Syarat-syarat fundamental bagi keberadaan manusia yang bermartabat
manusiawi dijamin dan dirumuskan dalam aturan perundang-undangan,
khusunya dalam konstitusi;
c. Pemerintah harus secara rasional menata setiap tindakannya,memiliki tujuan
yang jelas dan berhasil guna. Artinya ,pemerintahan itu harus
diselenggarakan secara efektif dan efisien.4
Sedangkan Jimly Asshiddiqie sendiri merumuskan 13 prinsip pokok Negara
hukum yang merupakan pilar-pilar utama yang menyangga berdiri tegaknya satu
Negara modern sehingga dapat disebut sebagai Negara hukum yang demokratis, atau
negara demokrasi yang berdasarkan hukum, yaitu:
1. Supremasi hukum
2. Persamaan dalam hukum
3. Asas legalitas
4. Adanya pembatasan kekuasaan berdasarkan undang-undang dasar
5. Prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak
6. Tersedianya upaya peradilan tata usaha Negara
7. Tersedianya upaya peradilan tata Negara
8. Adanya jaminan perlindungan hak asasi manusia
9. Bersifat demokratis
10. Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bernegara
11. Adanya pers yang bebas dan prinsip pengelolaan kekuasaan Negara yang
transparan dan akuntabel dengan efektifnya mekanisme control sosial yang
terbuka
12. Ber-Ketuhanan yang Maha Esa
13. Berfungsinya lembaga-lembaga yang independen dan tidak saling
memengaruhi.

B. Demokrasi Sebagai Wujud Persatuan

Menerapkan demokrasi atau memberikan kedaulatan penuh di tangan


rakyat cukup membawa kontrofersi tersendiri dikalangan kritikus. dengan huru-
hara kepentingan yang memenuhi roda pemerintahan, tak lantas memberikan
penggambaran bahwa demokrasi telah mewujudkan persatuan.

Dalam faktanya, demokrasi mengandung efek-efek negatif yang tak


terbantahkan, tidak ada alternatif lain yang lebih baik dari system tersebut.
Dikatakannya, pemilihan umum merupakan mekanisme yang paling adil untuk
menetapkan kekuasaan yang baru menyusul kejatuhan suatu rezim otoriter. Bila
demokratisasi telah dimulai, maka tidak ada jalan lain kecuali melanjutkan dan
menyempurnakan kualitasnya.5

Dilain sisi, tidak serta merta fokus menengadah pada lubang hita dari
sistem pemerintahan yang demikian. Kunci awal agar unggul dalam persaingan
4
Jimly Asshiddiqie, 2007, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, BIP, Jakarta
5
Wibowo, I.. "Demokrasi untuk Indonesia". Kompas (8 Oktober 2003).
global adalah persatuan di antara para warga negara. Dengan bersatu, maka
rakyat dapat berdaulat. Kedaulatan pada gilirannya menghasilkan perilaku adil
untuk mencapai kesejahteraan.6 (Zulkifli)

Menurut Armatya Sen (2001) ada tiga hal yang diberikan oleh demokrasi
tetapi rezim politik yang lain tidak mampu dan mau menawarkannnya. Pertama,
kebebasan politik merupakan bagian dari kebebasan kemanusiaan pada
umumnya dan ini sangat penting bagi setiap individu sebagai makluk sosial
untuk mengembangkan segala potensi kemanusiaannya. Di bawah rezim Orde
Baru potensi manusia Indonesia tidak bisa berkembang secara optimal.

Menghadapi era globalisasi yang penuh persaingan manusia Indonesia


secara individu maupun kolektif harus tangguh membangun kemampuan daya
saingnya. Potensi itu hanya bisa berkembang dalam alam demokrasi. Kedua,
karena evaluasi terhadap kekuasaan politik dalam demokrasi dilakukan secara
reguler melalui pemilihan umum yang jujur dan adil maka para penguasa
memiliki systemic incentives untuk senantiasa mempedulikan apa yang menjadi
kebutuhan rakyatnya termasuk kebutuhan ekonomi.

Selain itu proses evaluasi politik melalui pemilu mengandung pendidikan


politik bagi rakyat bahwa setiap kekuasaan politik harus dipertanggungjawabkan
kepada rakyat yang memberikannya. Ketiga, dalam alam demokrasi selalu
tersedia peluang terjadinya kontestasi diskursus sosial dan politik melalui
kebebasan mengemukakan pendapat dan artikulasi kepentingan.7 Petukaran ide
dan nilai yang berlangsung secara terbuka bisa membuat anggota-anggota
masyarakat saling belajar satu dengan yang lain sehingga tumbuhlah sikap
reasonableness sebagai unsure dasar keadilan sosial (John Rawls, 1971).8

Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam corak yang


beraneka ragam menjadi satu kebulatan; sedangkan Indonesia yang
dimaksudkan dalam sila ke-3 ini mengandung makna bangsa dalam arti politis,
yaitu bangsa yang hidup di dalam wilayah tersebut. Jadi ‘Persatuan Indonesia’
ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Bangsa yang
mendiami wilayah Indonesia ini bersatu karena didorong untuk mencapai
kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan
berdaulat (Darmodihardjo, 1979)

Mengingat persoalan bangsa kita yang sebenarnya terletak dalam


pengembangan institusi pemerintahan (governing institutions) dan mengingat
nilai-nilai intrinsic demokrasi yang sudah dikemukakan di atas, maka sangatlah
tidak bijaksana apabila kita mencampakkan begitu saja pembangunan
demokrasi. Demokrasi hendaknya lebih dilihat sebagai kata kerja aktif dan
bukan sebagai kata benda dalam arti proses yang sudah selesai. Mungkin benar

6
Kompas.com - 17/09/2018, 10:29 WIB
7
Sen, Amartya. 2001. "Democracy and Social Justice" dalam Farrukh Iqbal and Jong-Il You (eds.),
Democracy, Market Economics and Development: An Asian Perspective. Washington: The World Bank.
8
Rawls, John. 1971. A Theory of Justice. Oxford: Oxford University Press
apa yang dikatakan oleh orang bijak: there is no road to democracy, democracy
is the road.

Dilain hal Apabila proses pelembagaan pemerintahan mendiskreditkan


demokrasi yang secara intrinsic mengandung pengakuan dan penghargaan
terhadap nilai-nilai kemanusian. Sedangkan sistem otokratik seperti yang
dipraktekkan oleh Singapur dan Cina, meskipun bisa menjamin birokrasi yang
efisien dan security of property rights, secara intrinsic sistem ini menyangkal
martabat dan otonomi manusia (human worth and autonomy). Demokrasi tidak
akan datang dengan sendirinya karena kemakmuran yang semakin meningkat.
Demokratisasi adalah aktivitas moral yang tidak ada hentinya bahkan di negara
yang demokrasinya sudah mapan sekalipun.9

Optimisme yang berlebihan terhadap proses demokratisasi di Indonesia


sangat dipengaruhi oleh teori-teori tentang "democratic transition" yang
mengkondisikan kita untuk berpikir secara linear di mana kejatuhan rezim
otoriter seakan-akan dengan sendirinya diikuti oleh proses demokratisasi yang
menghasilkan demokrasi.

Dalam tulisannya yang berjudul "Reorganizing political power in


Indonesia: a reconsideration of so-called `democratic transitions"', Vedi R.
Hadiz (2003) mengungkapkan bahwa teoriteori transisi demokrasi mengabaikan
beroperasinya kekuatan-kekuatan sosial ekonomi dari rezim sebelumnya yang
memanfaatkan institusi-institusi demokrasi untuk mempertahankan kepentingan
ekonomi dan politiknya.10

Di dalam konsep demokrasi terdapat beberapa ciri atau nilai-nilai yang


mendasarinya. Dalam buku Introduction to Democratic Theory karangan Henry
B. Mayo, memaparkan nilai-nilai demokrasi antara lain menyelesaikan
perselisihan dengan damai dan secara melembaga, menjamin terselenggaranya
perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah,
menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur, membatasi pemakaian
kekerasan sampai minimum, mengakui serta menganggap wajar adanya
keanekaragaman, dan menjamin tegaknya keadilan (Mayo dalam Budiardjo,
1986:62-64).

Konsep negara hukum pada umumnya tidak akan terpisahkan dengan


konsep dari demokrasi. Karena tegaknya demokrasi sebagai tata kehidupan
berbangsa dan bernegara sangat bergantung pada tegaknya unsur penompang
demokrasi itu sendiri. Unsur-unsur penompang demokrasi antara lain: negara
hukum, masyarakat madani, infrastruktur politik, dan pers yang bebas dan
bertanggungjawab (Rosyada, dkk., 2003:117). Dengan demikian unsur negara
hukum merupakan penopang penting untuk terselenggaranya negara demokrasi.

9
Diamond, Larry. 1999. Developing Democracy: Towards Consolidation. Baltimore: The John Hopkins
University Press
10
Hadiz, Vedi R.. 2003. "Reorganizing Political Power In Indonesia: A Reconsideration Of SoCalled
'Democratic Transitions'. The Pacific Review, vol. 16 no. 4
Oleh karena itu dalam perkembangan teori kenegaraan, pengertian negara
hukum sering dikaitkan dengan pengertian demokrasi.

Keterkaitan konsep negara hukum dengan demokrasi di Indonesia


terlihat dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Dalam konsepsi negara
hukum Indonesia, kekuasaan yang dilakukan pemerintahan harus berdasar dan
berawal dari ketentuan undang-undang, sedangkan dalam pelaksanaan
demokrasi Indonesia berpedoman dengan UUD 1945. Dari hal tersebut dapat
terlihat demokrasi di Indonesia berkaitan erat dengan dengan konsep negara
hukum yang ada di negara Kita Kesatuan Republik Indonesia

Dengan demikian persoalan utama negara berkembang seperti Indonesia


dalam mencari model pembangunan yang tepat saat ini adalah mencari peran
yang tepat dan proposional bagi negara agar memaksimalkan dampak positifnya
sambil meminimilasasi dampak negatifnya (R. Gilpin, 2000).11

PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk mewujudkan sistem demokrasi yang baik maka perlu dituangkan


di dalam kaidah hukum dalam suatu sistem pemerintahan. Demikian juga
dengan lembaga-lembaga Negara yang ada. Karena , secara umum prinsip
demokrasi itu mempunyai empat pilar utama yang mempunyai peran yang
sangat signifikan, seperti lembaga legislative sebagai tempat wakil rakyat,
lembaga eksekutif sebagai penyelenggara pemerintahan Negara, lembaga
yudikatif sebagai tempat memberi putusan hukum dan keadilan dalam
pelaksanaan undang-undang serta pers sebagai alat kontrol masyarakat.

Dari tulisan ini dapat kita dapat menarik benang merah bahwa yang
harus dikedepankan dalam suatu Negara demokrasi adalah adanya persamaan
dalam hukum,yang berarti Negara demokratis hendaknya mencerminkan
ketaatan akan hukum yang ada. Untuk itu rule of law harus dijalankan oleh
seluruh warga Negara tanpa membedakan latar belakang. Jika hukum dapat
dijalankan sesuai dengan kaidah yang benar maka akan tercipta suatu tatanan
demokrasi yang baik.

B. Saran

Demokrasi tanpa hukum akan melahirkan sikap anarkhis dan chaos


sedang hukum saja tanpa demokrasi akan membuat bangsa ini kepangkuan
11
Gilpin, R.. 2001. Global Political Economy: Understanding the International Economic Order.
Princeton: Princeton University Press.
kediktatoran alam otoriterisme. Karena ,hukum bisa dibuat dan dimanipulasi
hanya sebagai alat untuk memberikan legitimasi bagi kekuasaan. Untuk itu, jika
ingin mengembangkan demokrasi haruslah dengan cara yang demokratis pula.
Intinya, kesediaan berbeda pendapat, kesediaan mendengar haruslah diiringi
dengan ketentuan hukum yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Jimly Asshiddiqie, 2007, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, BIP, Jakarta
Mahfud MD. 1999, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Gama Media, Yogyakarta
__________, 2003, Demokrasi dan Konstitusi Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta
Samuel P. Hungtington, 1991, The Third Wave Democratization In the Late Twentieth
Century
Kompas.com (17/09/2018) 10:29 WIB "Ketua MPR RI: Demokrasi Pancasila Ajarkan
Persatuan dalam Perbedaan"
Beetham, David. 1999. Democracy and Human Rights. London: Polity Press.
Diamond, Larry. 1999. Developing Democracy: Towards Consolidation. Baltimore:
The John Hopkins University Press.
Gilpin, R.. 2001. Global Political Economy: Understanding the International Economic
Order. Princeton: Princeton University Press.
Minxin, Pei. 2001. "Political Institutions, Democracy, and Development", dalam
Farrukh Iqbal and Jong-Il You (eds.), Democracy, Market Economics and
Development: An Asian Perspective. Washington: The World Bank.
Rawls, John. 1971. A Theory of Justice. Oxford: Oxford University Press. Sen,
Amartya. 2001. "Democracy and Social Justice" dalam Farrukh Iqbal and Jong-Il You
(eds.), Democracy, Market Economics and Development: An Asian Perspective.
Washington: The World Bank.
Wibowo, I.. "Demokrasi untuk Indonesia". Kompas (8 Oktober 2003).

Anda mungkin juga menyukai