Kelas : C
Infrastruktur Politik
Komponen berikutnya yang dapat mendukung tegaknya demokrasi adalah infrastruktur
politik. Infrastruktur politik yang terdiri dari partai politik (political party), kelompok gerakan
(movement group) dan kelompok penekanan (pressure group). Partai politik merupakan
struktur kelembagaan politik yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan
cita-cita yang sama yaitu memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik
dalam mewujudkan kebijakan-kebijakannya. Pendapat lain mengatakan bahwa partai politik
merupakan organisasi dari aktivitas politik yang berusaha merebut kekuasaan pemerintah dan
merebut dukungan rakyat dalam rangka perjuangan politik.
Dalam menciptakan dan menegakkan demokrasi dalam kehidupan kenegaraan dan
pemerintahan, seperti yang dikatakan oleh Miriam Budiardjo partai politik mengemban
beberapa fungsi:
a. Sebagai sarana komunikasi politik
b. Sebagai sarana sosialisasi politik
c. Sebagai sarana rekrutmen politik
d. Sebagai sarana pengatur konflik
Keempat fungsi partai politik tersebut merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai
demokrasi yaitu adanya partisipasi, kontrol rakyat melalui partai politik terhadap kehidupan
kenegaraan dan pemerintahan serta adanya pelatihan penyelesaian konflik secara damai.
Begitu pula aktivitas yang dilakukan oleh kelompok gerakan dan kelompok penekan
merupakan perwujudan adanya kebebasan berorganisasi, kebebasan menyampaikan pendapat
dan melakukan oposisi terhadap negara dan pemerintah. Hal itu merupakan indikator bagi
tegaknya sebuah organisasi. Kaum cendekiawan, kalangan civitas akademika kampus
(perguruan tinggi), kalangan pers merupakan kelompok penekan yang banyak melakukan
tekanan dan kontrol kepada eksekutif untuk mewujudkan sistem demokratis dalam
penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Begitu pula aktivitas yang dilakukan oleh
kelompok gerakan merupakan wujud keterlibatan dalam melakukan kontrol terhadap
kebijakan yang diambil oleh negara. Dengan demikian partai politik, kelompok gerakan dan
kelompok penekan sebagai salah satu pilar tegaknya demokrasi
2. Negara Hukum (rechtsstaat dan the rule of law)
Dalam kepustakaan ilmu hukum di Indonesia istilah negara hukum sebagai terjemahan
dari rechtsstaat dan the rule of law sudah begitu populer. Konsepsi negara hukum
mengandung pengertian bahwa negara memberikan perlindungan hukum bagi warga negara
melalui pelembagaan peradilan yang bebas dan tidak memihak serta penjaminan hak asasi
manusia. Istilah rechtsstaat dan the rule of law yang diterjemahkan menjadi negara hukum
menurut Moh. Mahfud MD pada hakikatnya mempunyai makna berbeda. Istilah rechtsstaat
banyak dianut di negara-negara Eropa. Kontinental yang bertumpu pada sistem civil law,
sedangkan the rule of law banyak dikembangkan di negara-negara Anglo Saxon yang
bertumpu pada common law. Civil law menitik beratkan pada administration law, sedangkan
common law menitikberatkan pada judicial (Moh. Mahfud MD, 1999).
Konsep rechtsstaat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya perlindungan terhadap HAM
2. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan negara untuk menjamin perlindungan
HAM
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan
4. Adanya peradilan administrasi.
Sedangkan the rule of law dicirikan oleh:
1. Adanya supremasi aturan-aturan hukum
2. Adanya kesamaan kedudukan di depan hukum
3. Adanya jaminan perlindungan HAM (Moh. Mahfud MD, 1999)
Dengan demikian konsep negara hukum sebagai gabungan dari kedua konsep di atas
dicirikan sebagai berikut:
1. Adanya jaminan perlindungan terhadap HAM
2. Adanya supremasi hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan
3. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan negara
4. Adanya lembaga peradilan yang bebas dan mandiri
Selanjutnya dalam konferensi International Comission of Jurists di Bangkok seperti
yang diikuti oleh Moh. Mahfud MD disebutkan bahwa ciri-ciri negara hukum adalah sebagai
berikut:
1. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu, konstitusi harus
pula menentukan cara prosedural untuk memperoleh atas hak-hak yang dijamin.
2. Adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3. Adanya pemilu yang bebas
4. Adanya kebebasan menyatakan pendapat
5. Adanya kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi
6. Adanya pendidikan kewarganegaraan (Moh. Mahfud MD, 1999)
Dengan demikian dari penjelasan di atas, bahwa negara hukum baik dalam arti formal
yaitu penegakan hukum yang dihasilkan oleh lembaga legislatif dalam penyelenggaraan
negara, maupun negara hukum dalam arti material yaitu selain menegakkan hukum, aspek
keadilan juga harus diperhatikan menjadi prasyarat terwujudnya demokrasi dalam kehidupan
bernegara dan berbangsa termasuk pula dalam bermasyarakat. Tanpa hukum negara tersebut
suasana demokratis sulit dibangun.
Sementara itu istilah negara hukum di Indonesia dapat ditemukan dalam penjelasan
UUD 1945 bahwa “Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat) dan bukan
berdasar atas kekuasaan belaka (machtsstaat)”. Penjelasan tersebut merupakan gambaran
sistem pemerintahan negara Indonesia menganut salah satu sistem demokrasi. Karena itu
secara yuridis formal sistem demokrasi menjadi acuan dalam penyelenggaraan negara
Indonesia. Dalam kaitan dengan istilah negara hukum Indonesia, Padmo Wahyono
menyatakan bahwa konsep negara hukum Indonesia yang menyebut rechtsstaat dalam tanda
kurung memberi arti bahwa negara hukum Indonesia mengambil pola secara tidak
menyimpang dari pengertian negara hukum pada umumnya (genusbegrip) yang kemudian
disesuaikan dengan keadaan Indonesia. Jauh sebelum itu Moh. Yamin membuat penjelasan
tentang konsepsi negara hukum Indonesia bahwa kekuasaan yang dilakukan pemerintah
Indonesia harus berdasar dan berasal dari ketentuan undang-undang (Moh. Mahfud MD,
1999). Karena itu harus terhindar dari kesewenang-wenangan penggunaan kekuasaan oleh
penguasa negara. Negara hukum Indonesia juga memberikan pengertian bahwa bukan polisi
dan tentara (alat negara) sebagai pemegang kekuasaan atau kesewenang-wenangan negara
terhadap rakyat, melainkan adanya kontrol dari rakyat terhadap institusi negara dalam
menjalankan kekuasaan dan kewenangan yang ada pada negara. Seperti yang dikatakan oleh
Philipus M. Hadjon eleme-elemen penting dalam negara hukum Indonesia sebagai berikut:
1. Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan atas-asas kerukunan.
2. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan negara.
3. Penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan sarana terakhir jika
musyawarah gagal.
4. Keseimbangan penggunaan antara hak-hak dan kewajiban (Philipus M. Hadjon, 1997).
Mengacu pada ciri-ciri negara hukum seperti dijelaskan di atas bahwa negara hukum
menjadi prasyarat bagi tegaknya demokrasi. Dengan kata lain demokrasi tidak dapat tegak
tanpa negara hukum.
3. Pers yang Bebas dan Bertanggung jawab
Salah satu peran strategis pers adalah sebagai penyedia informasi bagi masyarakat yang
berkaitan dengan berbagi persoalan baik dalam kaitan dengan kehidupan kenegaraan dan
pemerintahan maupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Kebebasan
pers dalam menyajikan informasi baik berupa kritik maupun sebagai informasi pembangun
hanya dibatasi oleh aspek yuridis dan etika jurnalistik yang dijunjung tinggi oleh kalangan
jurnalis.
Untuk dapat melaksanakan peran dan fungsi secara maksimal, pers hendaknya diberikan
kebebasan dalam menyajikan informasi. Karena itu diperlukan adanya jaminan konstitusional
dan peraturan perundang-undangan yang tidak mengebiri peran pers. Dalam konteks
Indonesia, jaminan konstitusional ada pada pasal 28 UUD 1945. Selai itu jaminan kebebasan
pers ada pada pasal 19 pernyataan umum hak asasi manusia (freedom of information) dan
ketetapan MPR XVII/MPR/1998 tentang HAM dalam kaitan dengan kebebasan pers. Melaui
landasan konstitusional tersebut pers Indonesia dapat menjadi kekuatan keempat dalam
menegakkan kinerja demokrasi yaitu melalui peran pengawasan terhadap kerja pemerintahan
(A. Muis, 2000, 59). Begitu pula perundang-undangan pers sebagai penjabaran dari pasal 28
UUD 1945 dan pasal 19 pernyataan HAM PBB hendaknya memberikan jaminan bagi
bekerjanya pers nasional secara jujur, bertanggung jawab dan bebas. Karena lembaga sensor
dan bredel menjadi sesuatu yang tidak signifikan dalam undang-undang pers.
Prinsip-Prinsip Demokrasi
a. Prinsip persamaan
Persamaan dalam demokrasi berarti sebuah pemikiran dari rakyat yang sama
kemudian diperlakukan kepada seluruh rakyat dengan perlakuan yang sama.
Persamaan mengandung makna untuk memberikan perlakuan yang adil, sama atau
serupa terhadap pemberian hak-hak rakyat.
b. Prinsip kebebasan
Kebebasan diartikan sebagai kemampuan bertindak tanpa pembatasan-pembatasan
atau dengan pengekangan yang terbatas pada cara-cara khusus tertentu.
c. Prinsip pluralisme
Sebenarnya ia dapat diartikan sebagai agama, kebangsaan, pandangan politik,
yurisdiksi politik, dan pendapat perseorangan, yang kesemuanya berkumpul bersama
dalam suatu masyarakatYang menerima akan keberagaman budaya dalam suatu
kumpulan / wilayah / bahkan negara.
Untuk mengukur suatu negara ataupun suatu pemerintah dalam menjalankan tata
pemerintahannya dikatakn demokratis dapat dilihat dari empat aspek berikut ini: