OLEH :
YULITA MALLISA
050724011
PERAN KELUARGA DALAM MEMBANGUN DEMKRASI YANG BERADAB.
Pengertian Demokrasi
makna demokrasi ini dapat dilacak dari sudut pandang etimologis atau asal kata, historis atau dari
segi sejarah, dan terminologis atau dari segi istilah. Dikaji dari asal katanya, istilah demokrasi
berasal dari kata di dalam bahasa Yunani, yaitu kata “demos” yang berarti “rakyat” dan “kratein”
atau “kratos” yang berarti “kekuasaan” (Kaelan dan Zubaidi, 2007). Berdasarkan arti kata secara
etimologis tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata demokrasi secara umum berarti “kekuasaan
rakyat” atau “rakyat berkuasa” yang dalam bahasa Inggris sering disebut dengan ungkapan
government of rule by the people. Melihat definisi demokrasi secara etimologis tersebut, dapat
diketahui bahwa di dalam sistem demokrasi, rakyat adalah figur utama yang memegang peranan
paling penting. Menjadi masuk akal oleh karenanya ketika Abraham Lincoln secara singkat
mendefinisikan demokrasi ini sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehidupan dan kemauan
rakyat. Demokrasi adalah salah satu dari sekian banyak istilah di dalam bidang politik yang
banyak menjadi bahan kajian pada saat ini. Demokrasi menjadi fenomena politik global, sehingga
demokrasi pun pada akhirnya menjadi bahan kajian dan pembahasan banyak tokoh. Istilah
demokrasi secara singkat dapat diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Menurut konsep demokrasi, kekuasaan yang dimaksudkan di dalam
pengertian tersebut menyiratkan arti politik dan pemerintahan. Sedangkan rakyat beserta warga
masyarakat di dalam pengertian tersebut didefinisikan sebagai warga negara. Pengertian warga
negara yang dimaksudkan di dalam demokrasi tersebut, namun demikian bukan lantas berarti
bahwa yang setiap warga negara memiliki hak untuk menentukan arah kebijakan negara.
Kenyataannya, hak politik itu tidak melekat dalam diri setiap warga negara, dan hanya melekat
pada golongan-golongan rakyat tertentu saja. Pada masa Yunani kuno misalnya, hak politik warga
negara tersebut hanya melekat pada laki-laki dewasa dan yang merdeka, dalam arti bukan laki-laki
yang menjadi budak. Sementara wanita, anak-anak, dan budak tidak mendapatkan kesempatan
yang sama. Kini, ribuan tahun pasca-diperkenalkannya konsep politik demokrasi tersebut
pemberian hak politik kepada warga negara tersebut telah mengalami banyak perkembangan. Saat
ini, bukan hanya laki-laki saja yang memiliki hak politik, tetapi bahkan wanita pun juga memiliki
hak yang sama, bukan hanya untuk memilih orang-orang yang akan duduk di pemerintahan, tetapi
bahkan memiliki hak untuk duduk dan mencalonkan diri di dalam pemerintahan tersebut.
Meskipun demikian, bagaimana pun di dalam sistem politik demokrasi, pembatasan hak warga
negara tersebut tetaplah ada. Demos, yang dimaksudkan di dalam demokrasi bukanlah rakyat
dalam pengertian rakyat secara keseluruhan, melainkan dalam arti populus tertentu, yaitu mereka
yang berdasarkan tradisi atau kesepakatan formal memiliki akses untuk mengontrol sumber-
sumber kekuasaan dan bisa melakukan klaim atas hak-hak prerogatif dalam proses pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan urusan publik atau pemerintahan (Sumarsono, dkk., 2007
Indonesia menganut sistem Demokrasi Pancasila yang tercermin didalam Pancasila yaitu sila ke-4
(Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan).
Sistem demokrasi adalah sistem yang dibangun dengan berdasar pada ide dan gagasan bahwa
negara, baik dalam wujudnya sebagai lembaga maupun sebagai kekuasaan, adalah milik bersama
rakyat. Setiap warga negara dengan kata lain memiliki hak atas negaranya sehingga setiap
kepentingan warga negara, adalah kepentingan yang harus selalu diperhatikan, betapapun kecilnya
kepentingan tersebut. Bertolak dari kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam negara
demokrasi, adanya perbedaan, pluralisme, dan keragaman, adalah hal yang wajar. Perbedaan yang
ada di kalangan warga negara bukanlah satu hal yang harus dihilangkan, tetapi justru menjadi aset
yang harus dijaga oleh pemerintah dan negara. Hal ini dapat dijelaskan dengan dua alasan.
Pertama, perbedaan menjadi aset bagi negara demokrasi karena perbedaan itulah yang membuat
demokrasi menjadi kaya. Pemikiran dari masing-masing orang adalah pemikiran yang unik, yang
harus dihargai. Bukan karena seseorang hanya berasal dari rakyat biasa lantas kemudian
pendapatnya tidak diperhatikan. Di dalam demokrasi, yang terjadi seharusnya adalah berkebalikan
dengan proses tersebut. Demokrasi dibangun dengan satu pemahaman bahwa ide-ide besar tidak
selalu berasal dari orang-orang yang duduk di dalam pemerintahan. Ide-ide besar untuk
memajukan negara tersebut bisa saja berasal dari rakyat. Oleh karena itu, dalam negara demokrasi,
ide-ide yang berasal dari rakyat, dari kalangan mana pun adalah pendapat yang harus diperhatikan,
dan karenanya harus dihargai. Inilah salah satu alasan yang membuat demokrasi menjadi sistem
politik yang sangat populer di dunia sekarang ini. Dalam demokrasi perbedaan tersebut dihargai.
Di dalam demokrasi, perbedaan-perbedaan tersebut dirayakan dan dianggap sebagai sesuatu yang
baik dan tidak selalu negatif. Sebagai sebuah sistem politik, demokrasi sebenarnya adalah sistem
yang lebih berperan sebagai sarana bagi sebuah negara untuk mencapai tujuannya. Di antara
berbagai macam tujuan tersebut, salah satunya adalah untuk mengembangkan dan menjaga nilai-
nilai yang penting bagi demokrasi tersebut. Nilai-nilai kebebasan, toleransi, pluralitas, kesetaraan,
keadilan, kemanusiaan, adalah nilai-nilai penting yang harus dijunjung tinggi di dalam demokrasi.
Penghargaan atas nilai-nilai tersebut juga menjadi salah satu tolok ukur untuk menentukan tingkat
demokratis dan tidaknya sebuah negara yang mengklaim menganut sistem demokrasi. Mengapa
demikian, karena sikap sebuah negara di dalam menjaga dan mengupayakan nilai-nilai tersebut
mempengaruhi praktek negara dan pemerintah di dalam hal yang lain. Misalnya adalah di dalam
penegakan hukum. Hukum dalam negara demokrasi adalah satu aspek yang penting. Supremasi
hukum menjadi salah satu hal yang harus ada di dalam negara penganut sistem demokrasi karena
dengan supremasi hukum itulah kewibawaan negara pada akhirnya dapat dibangun. Sepak terjang
pemerintah di dalam menegakkan hukum juga menjadi ukuran bagus dan tidaknya negara tersebut
di dalam menerapkan prinsip-prinsip dasar demokrasi. Tidak hanya memastikan hukum bisa
ditegakkan, tetapi negara juga harus mampu menunjukkan bahwa hukum di negara demokrasi
ditegakkan dengan cara yang adil. Setiap orang memiliki kedudukan yang sama di dalam hukum,
dan tidak ada satu pihak pun, sama sekali, yang mendapatkan perlakuan istimewa di depan hukum.
Selain itu, dalam penegakan hukum, negara demokrasi juga harus mampu memastikan bahwa
lembaga peradilan berjalan secara independen dalam arti bebas dari intervensi pihak mana pun,
khususnya pemerintah. Demokrasi adalah sistem politik yang menjunjung tinggi keadilan, dalam
arti memastikan bahwa setiap warga negara mendapatkan hak yang sama di dalam berbagai aspek
pemerintahan. Dalam hal pendidikan, kesempatan kerja, politik, hukum, dan sebagainya, setiap
warga negara harus memiliki kesempatan yang sama. Negara, sebagai institusi yang memiliki
wewenang untuk mengatur hal tersebut, harus memastikan bahwa hak-hak warga negara tersebut
dapat terpenuhi. Tanpa adanya keadilan dan aturan main yang jelas dan fair tersebut, maka
demokrasi akan semakin terkikis. Apabila terus menerus dibiarkan, kondisi ini akan menggerogoti
kepercayaan publik kepada lembaga-lembaga pemerintahan yang pada akhirnya akan berujung
pada ketidakpercayaan publik kepada lembaga negara