Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PERAN KELUARGA DALAM MEMBANGUN DEMKRASI YANG BERADAB.

OLEH :
YULITA MALLISA
050724011
PERAN KELUARGA DALAM MEMBANGUN DEMKRASI YANG BERADAB.

Berikut pengertian Keluarga dan Demokrasi.


Pengertian keluarga
Menurut ( Safrudin, 2015:15) keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh
suatu ikatan perkawinan, lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai suatu gabungan yang khas dan
bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan ketentraman
semua anggota yang ada di dalam keluarga tersebut.
Menurut (Safrudin, 2015:15) keluarga adalah suatu kelompok sosial yang ditandai oleh tempat
tinggal bersama, kerjasama ekonomi, dan reproduksi yang dipersatukan oleh pertalian perkawinan
atau adopsi yang disetujui secara sosial, yang saling berinteraksi sesuai dengan peranan-peranan
sosialnya. Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial.
Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh
hubungan darah antara satu dengan lainnya.
Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan
keluarga inti. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan
sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara
satu dengan lainnya, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah (Shochib, 2015:
17).
Dari beberapa pengertian di atas, keluarga adalah sekelompok orang yang terdiri dari kepala
keluarga dan anggotanya dalam ikatan nikah yang hidup dalam satu tempat tinggal, memiliki
aturan yang ditaati secara bersama dan mampu mempengaruhi antar anggotanya serta memiliki
tujuan dan program yang jelas.

Pengertian Demokrasi
makna demokrasi ini dapat dilacak dari sudut pandang etimologis atau asal kata, historis atau dari
segi sejarah, dan terminologis atau dari segi istilah. Dikaji dari asal katanya, istilah demokrasi
berasal dari kata di dalam bahasa Yunani, yaitu kata “demos” yang berarti “rakyat” dan “kratein”
atau “kratos” yang berarti “kekuasaan” (Kaelan dan Zubaidi, 2007). Berdasarkan arti kata secara
etimologis tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata demokrasi secara umum berarti “kekuasaan
rakyat” atau “rakyat berkuasa” yang dalam bahasa Inggris sering disebut dengan ungkapan
government of rule by the people. Melihat definisi demokrasi secara etimologis tersebut, dapat
diketahui bahwa di dalam sistem demokrasi, rakyat adalah figur utama yang memegang peranan
paling penting. Menjadi masuk akal oleh karenanya ketika Abraham Lincoln secara singkat
mendefinisikan demokrasi ini sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehidupan dan kemauan
rakyat. Demokrasi adalah salah satu dari sekian banyak istilah di dalam bidang politik yang
banyak menjadi bahan kajian pada saat ini. Demokrasi menjadi fenomena politik global, sehingga
demokrasi pun pada akhirnya menjadi bahan kajian dan pembahasan banyak tokoh. Istilah
demokrasi secara singkat dapat diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Menurut konsep demokrasi, kekuasaan yang dimaksudkan di dalam
pengertian tersebut menyiratkan arti politik dan pemerintahan. Sedangkan rakyat beserta warga
masyarakat di dalam pengertian tersebut didefinisikan sebagai warga negara. Pengertian warga
negara yang dimaksudkan di dalam demokrasi tersebut, namun demikian bukan lantas berarti
bahwa yang setiap warga negara memiliki hak untuk menentukan arah kebijakan negara.
Kenyataannya, hak politik itu tidak melekat dalam diri setiap warga negara, dan hanya melekat
pada golongan-golongan rakyat tertentu saja. Pada masa Yunani kuno misalnya, hak politik warga
negara tersebut hanya melekat pada laki-laki dewasa dan yang merdeka, dalam arti bukan laki-laki
yang menjadi budak. Sementara wanita, anak-anak, dan budak tidak mendapatkan kesempatan
yang sama. Kini, ribuan tahun pasca-diperkenalkannya konsep politik demokrasi tersebut
pemberian hak politik kepada warga negara tersebut telah mengalami banyak perkembangan. Saat
ini, bukan hanya laki-laki saja yang memiliki hak politik, tetapi bahkan wanita pun juga memiliki
hak yang sama, bukan hanya untuk memilih orang-orang yang akan duduk di pemerintahan, tetapi
bahkan memiliki hak untuk duduk dan mencalonkan diri di dalam pemerintahan tersebut.
Meskipun demikian, bagaimana pun di dalam sistem politik demokrasi, pembatasan hak warga
negara tersebut tetaplah ada. Demos, yang dimaksudkan di dalam demokrasi bukanlah rakyat
dalam pengertian rakyat secara keseluruhan, melainkan dalam arti populus tertentu, yaitu mereka
yang berdasarkan tradisi atau kesepakatan formal memiliki akses untuk mengontrol sumber-
sumber kekuasaan dan bisa melakukan klaim atas hak-hak prerogatif dalam proses pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan urusan publik atau pemerintahan (Sumarsono, dkk., 2007
Indonesia menganut sistem Demokrasi Pancasila yang tercermin didalam Pancasila yaitu sila ke-4
(Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan).

Komponen mendasar di dalam demokrasi tersebut adalah sebagai berikut :.


1. Kedaulatan rakyat
2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah
3. Kekuasaan mayoritas
4. Hak-hak minoritas
5. Jaminan hak asasi manusia
6. Pemilihan yang bebas dan jujur
7. Persamaan di depan hukum
8. Proses hukum yang wajar
9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional
10. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik
11. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat

Sistem demokrasi adalah sistem yang dibangun dengan berdasar pada ide dan gagasan bahwa
negara, baik dalam wujudnya sebagai lembaga maupun sebagai kekuasaan, adalah milik bersama
rakyat. Setiap warga negara dengan kata lain memiliki hak atas negaranya sehingga setiap
kepentingan warga negara, adalah kepentingan yang harus selalu diperhatikan, betapapun kecilnya
kepentingan tersebut. Bertolak dari kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam negara
demokrasi, adanya perbedaan, pluralisme, dan keragaman, adalah hal yang wajar. Perbedaan yang
ada di kalangan warga negara bukanlah satu hal yang harus dihilangkan, tetapi justru menjadi aset
yang harus dijaga oleh pemerintah dan negara. Hal ini dapat dijelaskan dengan dua alasan.
Pertama, perbedaan menjadi aset bagi negara demokrasi karena perbedaan itulah yang membuat
demokrasi menjadi kaya. Pemikiran dari masing-masing orang adalah pemikiran yang unik, yang
harus dihargai. Bukan karena seseorang hanya berasal dari rakyat biasa lantas kemudian
pendapatnya tidak diperhatikan. Di dalam demokrasi, yang terjadi seharusnya adalah berkebalikan
dengan proses tersebut. Demokrasi dibangun dengan satu pemahaman bahwa ide-ide besar tidak
selalu berasal dari orang-orang yang duduk di dalam pemerintahan. Ide-ide besar untuk
memajukan negara tersebut bisa saja berasal dari rakyat. Oleh karena itu, dalam negara demokrasi,
ide-ide yang berasal dari rakyat, dari kalangan mana pun adalah pendapat yang harus diperhatikan,
dan karenanya harus dihargai. Inilah salah satu alasan yang membuat demokrasi menjadi sistem
politik yang sangat populer di dunia sekarang ini. Dalam demokrasi perbedaan tersebut dihargai.
Di dalam demokrasi, perbedaan-perbedaan tersebut dirayakan dan dianggap sebagai sesuatu yang
baik dan tidak selalu negatif. Sebagai sebuah sistem politik, demokrasi sebenarnya adalah sistem
yang lebih berperan sebagai sarana bagi sebuah negara untuk mencapai tujuannya. Di antara
berbagai macam tujuan tersebut, salah satunya adalah untuk mengembangkan dan menjaga nilai-
nilai yang penting bagi demokrasi tersebut. Nilai-nilai kebebasan, toleransi, pluralitas, kesetaraan,
keadilan, kemanusiaan, adalah nilai-nilai penting yang harus dijunjung tinggi di dalam demokrasi.
Penghargaan atas nilai-nilai tersebut juga menjadi salah satu tolok ukur untuk menentukan tingkat
demokratis dan tidaknya sebuah negara yang mengklaim menganut sistem demokrasi. Mengapa
demikian, karena sikap sebuah negara di dalam menjaga dan mengupayakan nilai-nilai tersebut
mempengaruhi praktek negara dan pemerintah di dalam hal yang lain. Misalnya adalah di dalam
penegakan hukum. Hukum dalam negara demokrasi adalah satu aspek yang penting. Supremasi
hukum menjadi salah satu hal yang harus ada di dalam negara penganut sistem demokrasi karena
dengan supremasi hukum itulah kewibawaan negara pada akhirnya dapat dibangun. Sepak terjang
pemerintah di dalam menegakkan hukum juga menjadi ukuran bagus dan tidaknya negara tersebut
di dalam menerapkan prinsip-prinsip dasar demokrasi. Tidak hanya memastikan hukum bisa
ditegakkan, tetapi negara juga harus mampu menunjukkan bahwa hukum di negara demokrasi
ditegakkan dengan cara yang adil. Setiap orang memiliki kedudukan yang sama di dalam hukum,
dan tidak ada satu pihak pun, sama sekali, yang mendapatkan perlakuan istimewa di depan hukum.
Selain itu, dalam penegakan hukum, negara demokrasi juga harus mampu memastikan bahwa
lembaga peradilan berjalan secara independen dalam arti bebas dari intervensi pihak mana pun,
khususnya pemerintah. Demokrasi adalah sistem politik yang menjunjung tinggi keadilan, dalam
arti memastikan bahwa setiap warga negara mendapatkan hak yang sama di dalam berbagai aspek
pemerintahan. Dalam hal pendidikan, kesempatan kerja, politik, hukum, dan sebagainya, setiap
warga negara harus memiliki kesempatan yang sama. Negara, sebagai institusi yang memiliki
wewenang untuk mengatur hal tersebut, harus memastikan bahwa hak-hak warga negara tersebut
dapat terpenuhi. Tanpa adanya keadilan dan aturan main yang jelas dan fair tersebut, maka
demokrasi akan semakin terkikis. Apabila terus menerus dibiarkan, kondisi ini akan menggerogoti
kepercayaan publik kepada lembaga-lembaga pemerintahan yang pada akhirnya akan berujung
pada ketidakpercayaan publik kepada lembaga negara

Demokrasi diterapkan di berbagai negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Namun,


demokrasi sebenarnya juga bisa diterapkan di keluarga.
Menurut KBBI, demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut
serta memerintah; atau pemerintahan rakyat.
Negara Indonesia menggunakan demokrasi Pancasila, di mana kedaulatannya berada di tangan
rakyat menurut Undang-Undang Dasar 1945.
Demokrasi Pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang berketuhanan, berperikemanusiaan yang adil dan beradab,
mempersatukan Indonesia, dan bertujuan mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Beberapa prinsip dari demokrasi Pancasila antara lain melindungi hak asasi manusia, dan
mengambil keputusan berdasarkan musyawarah mufakat.
Di dalam kehidupan bermasyarakat, demokrasi membantu melindungi hak asasi manusia,
mengawasi jalannya pemerintahan, dan berjalannya musyawarah mufakat.
Nah, dalam kehidupan di rumah dan keluarga, demokrasi berguna untuk meningkatkan kesadaran
kebebasan untuk berpendapat bagi masing-masing anggota keluarga.
Lalu, apa saja contoh sikap dan perilaku demokrasi dalam lingkungan rumah dan keluarga? Yuk,
simak!
Sebagai negara yang berdiri beberapa dekade lamanya, tentu banyak dinamika yang dialami oleh
negara ini, yang salah satunya berkaitan dengan pelaksanaan demokrasi. Sejak negara ini
memproklamasikan kemerdekaannya pada tangga 17 Agustus 1945, tercatat sudah terjadi
beberapa kali perubahan di dalam implementasi sistem demokrasi yang dianut oleh negara ini.
Indonesia pernah mengimplementasikan demokrasi dengan sistem liberal, serta pernah pula
mengimplementasikan demokrasi dengan sistem terpusat. Lebih rincinya, perkembangan
demokrasi di Indonesia ini dapat dibagi ke dalam empat periode, yaitu pertama, periode tahun
1945-1959; kedua, periode 1959-1965; ketiga, periode 1966-1998; dan keempat, periode 1999
hingga sekarang. Penjelasan lebih rinci tentang masing-masing periode tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut

Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila


Demokrasi Indonesia adalah pemerintahan rakyat yang berdasarkan pada nilai-nilai falsafah
Pancasila, atau pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat berdasarkan Pancasila. Menurut
Sumarsono, dkk., (2007) hal ini memiliki memiliki beberapa makna. 1. Demokrasi atau
pemerintahan rakyat yang digunakan oleh pemerintah Indonesia adalah sistem pemerintahan
rakyat yang dijiwan dan dituntun oleh nilai-nilai pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu
Pancasila. 2. Demokrasi Indonesia pada dasarnya adalah transformasi nilai-nilai falsafah Pancasila
menjadi suatu bentuk dan sistem pemerintahan khas Pancasila. 3. Demokrasi Indonesia yang
dituntun oleh-oleh nilai-nilai Pancasila adalah konsekuensi dari komitmen Pancasila dan UUD
NRI Tahun 1945 secara murni dan konsekuen di bidang pemerintahan atau politik. 4. Pelaksanaan
demokrasi Indonesia dengan baik mensyaratkan pemahaman dan penghayatan nilai-nilai falsafah
Pancasila. 5. Pelaksanaan demokrasi Indonesia dengan benar adalah pengamalan Pancasila
melalui politik pemerintahan. Makna demokrasi Pancasila sebagaimana dikemukakan di atas
memberikan satu pemahaman bahwa demokrasi Indonesia adalah demokrasi asli Indonesia atau
sistem pemerintahan yang tumbuh dari kesatuan masyarakat adat di Indonesia. Dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, demokrasi
berdasarkan hukum adat ini dikembangkan dan ditingkatkan menjadi demokrasi Indonesia
menjadi milik nasional (Sumarsono, dkk., 2007: 29). Bergulirnya masa reformasi, memang
memberikan banyak perubahan di dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Seiring dengan
dilakukannya amandemen UUD NRI Tahun 1945, banyak aspek di dalam demokrasi Indonesia
yang berubah khususnya apabila dibandingkan dengan UUD NRI Tahun 1945 non-amandemen.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia saat ini, tercantum secara eksplisit di dalam Batang Tubuh
UUD NRI Tahun 1945 Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Pasal ini dengan jelas menunjukkan bahwa satu-
satunya referensi atau rujukan bagi pelaksanaan demokrasi di Indonesia adalah UUD NRI Tahun
1945, sehingga penjabaran dari ketentuan sila keempat Pancasila dapat dilihat di dalam Batang
Tubuh UUD NRI Tahun 1945 tersebut. Di dalam ketentuan tersebut, di atur beberapa hal yang
menjadi karakter atau ciri dari negara penganut sistem demokrasi. Adapun ciri-ciri tersebut adalah
sebagai berikut (Kaelan dan Zubaidi, 2007: 69). 1. Keterlibatan warga negara di dalam pembuatan
keputusan politik; 2. Tingkat persamaan tertentu di antara warga megara; 3. Tingkat kebebasan
atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh warga negara; 4. Adanya suatu sistem
perwakilan; dan 5. Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas

Contoh Perilaku Demokrasi di Keluarga


1. Mendengarkan dan menghormati pendapat dari setiap anggota keluarga.
2. Tidak memaksakan kehendak atau keinginan pribadi.
3. Melakukan musyawarah ketika akan mengambil keputusan penting di keluarga.
4. Mendiskusikan tentang kebutuhan setiap anggota keluarga.
5. Mempunyai waktu mengobrol sesama anggota keluarga.
6. Memberikan kebebasan untuk mengungkapkan maksud atau keinginan masing-masing anggota
keluarga.
7. Saling membantu dalam menyelesaikan kewajiban di rumah.
8. Tidak melawan pendapat atau nasehat orang tua yang bertujuan baik untuk kepentingan
bersama.
9. Mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
10. Menghargai keputusan yang sudah disepakati keluarga.
11. Menentukan tujuan rekreasi dengan berdiskusi bersama anggota keluarga.
12. Memberi kesempatan kepada anggota keluarga termuda untuk menyampaikan keinginan atau
pendapatnya akan suatu hal.
13. Orang tua tidak memaksa anak.
14. Berbicara dengan baik dan sopan di dalam ruang diskusi keluarga.
15. Tidak menyepelekan perkataan saudara yang lebih muda.

Pentingnya Demokrasi di Keluarga


Bukan hanya di kehidupan bermasyarakat secara luas, demokrasi juga penting diterapkan dalam
kehidupan keluarga.
Dalam negara yang menganut sistem politik demokrasi, kekuasaan tertinggi berada di tangan
rakyat.
Sedangkan dalam keluarga yang demokratis, musyawarah dan mufakat untuk mencapai keputusan
bersama harus diutamakan dibandingkan pendapat individu.
Di Indonesia, para pembuat kebijakan memperhatikan seluruh aspirasi rakyat yang berkembang.
Di keluarga, orang tua yang memutuskan kesimpulan dan hasil diskusi juga harus memperhatikan
pendapat anggota keluarga lain.
Ini dilakukan agar keputusan yang diambil sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bersama,
bukan hanya menguntungkan salah satu individu.
Itulah alasan mengapa seharusnya semua anak berhak menyampaikan apa yang mereka inginkan
dan butuhkan kepada orang tuanya.

Anda mungkin juga menyukai