Anda di halaman 1dari 21

DEMOKRASI DALAM PERSPEKTIF POLITIK HUKUM ISLAM

DI INDONESIA

Lusi Rahma Yuni


Fakultas Syariah
Prodi Hukum Pidana Islam
UIN Syech M.Djamil Djambek Bukittinggi

ABSTRAK
Negara demokrasi adalah negara yang menganut paham kedaulatan
rakyat, kekuasaan yang sesungguhnya adalah milik rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Sedangkan politik Islam merupakan sistem pemerintahan yang
sama sekali berbeda dengan sistem-sistem pemerintahan yang ada di dunia,
baik dari segi atas berdirinya, pemikiran, standar, dan aspek hukum yang
dipergunakan untuk melayani kepentingan masyarakat maupun dari aspek
undang-undang dasarnya, ataupun dari aspek bentuk yang menggambarkan
negara Islam dan bentuk pemerintahan Islam. Demokrasi bisa sejalan dengan
ajaran Islam, sebab prinsip-prinsip dalam ajaran Islam mengandung nilai-nilai
demokrasi, yakni adanya prinsip persamaan (al-musawwah), syura’
(musyawarah), kebebasan (al-hurriyyah), al-‘adalah, al-amanah, dan al-
masuliyyah. Akan tetapi, hal tersebut bukan berarti demorasi sepenuhnya bisa
sesuai dengan semangat dan nafas Islam. Jadi, prinsip-prinsip demokrasi pada
dasarnya memang dapat diterima dan tidak bertentangan dengan Islam, tetapi
hal itu bukan berarti Islam identik dengan demokrasi.
Prinsip-prinsip demokrasi di Indonesia mungkin sebagian belum
terwujud, sementara sebagian yang lainnya sudah tampak meski dengan
perwujudan yang masih minimal. Namun, tentu saja upaya mewujudkan
demokrasi tersebut tergantung pada demokratisasi yang mewarnai
perkembangan politik masyarakat itu sendiri.
Kata Kunci : Teori, Demokrasi, dan Politik Islam

1
A. Pendahuluan
Sebagian orang seringkali menilai istilah politik Islam diartikan sebagai
politik menurut perspektif Islam, hal itu sebagai bentuk kewajaran karena
dalam dunia nyata, kita selalu disuguhkan praktik politik yang kurang atau
sama sekali menyimpang dengan ajaran Islam. Sehingga muncul pertanyaan
apakah politik Islam itu ada? Apakah Islam punya konsep khusus tentang
politik yang berbeda dengan konsep politik pada umumnya?
Sifat terbuka Islam dalam masalah politik ini tidak terlepas dari
kenyataan bahwa Islam tidaklah menetapkan konsep politiknya secara amat
rinci. Dalam hal ini, Islam memang harus memiliki corak politik. Akan tetapi,
politik bukanlah satu-satunya corak yang dimiliki Islam. Sebab, jika Islam
hanya bercorak politik tanpa ada corak yang lain yang seharusnya ada, maka
Islam yang demikian ialah Islam yang parsial. Berbicara tentang corak Islam,
ada sebuah konsep yang dikait-kaitkan dengan politiknya yaitu demokrasi.
Seperti yang kita tahu Indonesia merupakan negara yang mayoritas Islam dan
merupakan negara yang sangat menjunjung demokrasi dalam politiknya demi
kedaulatan rakyat.
Demokrasi merupakan sebuah istilah yang sangat populer. Tidak ada
istilah lain dalam wacana politik yang banyak dibicarakan orang, aktivis,
politisi maupun akademisi, melebihi istilah demokrasi. Istilah ini juga
didambakan semua orang terutama yang mempunyai kesadaran politik, untuk
mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka percaya bahwa demokrasi
akan lebih banyak membawa kemaslahatan manusia ketimbang implikasi
negatifnya, yakni mahal dan kompleksnya dalam proses pembuatan kebijakan
politik. Begitu juga dengan Islam, Islam punya pandangan tersendiri akan
demokrasi dan politik. Islam sangat menjunjung demokrasi dalam
menjalankan sebuah peran dalam beragama.
Mendiskusikan pandangan Islam dengan demokrasi pada dasarnya
memiliki banyak pemikiran dari para pakar demokrasi Islam. Demokrasi
merupakan bagian dari ruang lingkup Islam, karena Islam merupakan agama
dan risalah yang mengandung asas-asas yang mengatur ibadah, akhlak, dan
muamalat manusia. Permasalahan demokrasi dengan Islam ini berakar pada

2
sebuah “ketegangan teologis” antara rasa keharusan memahami doktrin yang
telah mapan oleh sejarah-sejarah dinasti muslim dengan tuntutan untuk
memberikan pemahaman baru pada doktrin tersebut sebagai respons atas
fenomena sosial yang telah berubah. Perdebatan dan perselisihan dalam
masyarakat Islam sesungguhnya adalah perbedaan dalam masalah
interpretasi, dan merupakan gambaran dari pencarian bentuk pengamalan
agama yang sesuai dengan konteks budaya dan sosial. Misalnya dalam
menilai persoalan-persoalan tentang hubungan politik dan agama yang
diakitkan dengan persoalan kekuasaan dan suksesi kepemimpinan.
Hubungan antara Islam dengan demokrasi merupakan hubungan yang
memiliki banyak kaitan dengan banyak kajian didalamnya. Sebab, dunia
islam tidak hidup dalam keseragaman ideologis sehingga banyak pemikiran
terkait hubungan antara Islam dengan demokrasi ini. Ada sebagian orang atau
organisasi yang melahirkan sikap otoriter dan sekan-akan dialah yang paling
tahu akan demokrasi menurut pandangan Islam dari firman Allah yang berada
dalam Al-qur’an.
Meskipun Al-qur’an tidak secara spesifik dan eksplisit menunjukkan
preferensi terhadap satu bentuk pemerintahan tertentu, tetapi dengan
gambling memaparkan seperangkat nilai social dan politik penting dalam
suatu pemerintahan untuk muslimin. Di antaranya adalah tiga nilai penting
yaitu keadilan melalui kerja sama sosial dan prinsip saling membantu,
membangun suatu sistim pemerintahan konsultatif yang tidak otokratis,
melembagakan kasih sayang dalam interaksi social.
Demokrasi tidak sepenuhnya bertentangan dan tidak sepenuhnya sejalan
dengan Islam. Agar demokrasi selaras dengan pandangan islam dapat
terwujud, langkah yang harus dilakukan adalah harus adanya pemahaman
yang benar tentang demokrasi dalam pandangan Islam paling tidak
memahami demokrasi dalam pandangan Islam seperti dalam tujuan yang
termuat dalam artikel ini yaitu mengetahui dasar demokrasi Islam, memahami
prinsip nilai demokrasi, mengetahui contoh praktek demokrasi dalam Islam
serta memahami pertentangan antara demokrasi dan Islam serta mengetahui

3
cara menghadapi perbedaan sehingga aspirasi yang disampaikan tidak keluar
dari ajarannya.

B. Pengertian Demokrasi
Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang tepatnya diutarakan
di Athena kuno pada bad ke-lima SM. Negara tersebut dianggap sebagai
contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi
modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dn
definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan
perkembangan sistem demokrasi di banyak negara.1
Demokrasi secara etimologis terdiri dari kata demos yang berarti rakyat
atau penduduk suatu tempat dan cratein atau cratos yang berarti kekuasaan
atau kedaulatan. Jadi, demos-cratein/demos-cratos adalah
kekuasaan/kedaulatan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan
rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.2
Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri di bidang ilmu
politik. Hal ini disebabkan karena demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai
indikator perkembangan politik suatu negara.
Kemudian secara terminologis dapat dikemukakan beberapa pendapat
para pakar berikut :3
1. Joseft A. Schmeter, demokrasi merupakan perencanaan institusional
untuk mencapai keputusan politik, dimana individu-individu
memperoleh kekuasaan untuk memutuskan dengan cara perjuangan
kompetitif atas suara rakyat.
2. Moh. Mahfud. MD, dari sudut organisasi, demokrasi berarti
pengoraganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas
persetujuan rakyat, karena kedaulatan berada ditangan rakyat.
3. Henry B. Mayo, demokrasi merupakan system politik yang
menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas

1
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, Cetakan Pertama, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 109
2
Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna Respon Intelektual Muslim
Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi 1966-1993, (Yogyakarta:Tiara Wacana, 1999), h.71
3
Kurniawan, Civic Educations: Pendidikan Kewarganegaraan, Bengkulu: LP2 STAN Curup,
2010, Cet. I, hlm. 170-172
4
oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam
pemilihan-pemilihan berkala, yang didasarkan atas prinsip kesamaan
politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan
politik.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian
kekuasaan dalam suatu negara. Pembagian kekuasaan dalam negara pada
umumnya berdasarkn konsep dan prinsip Trias Politica, yakni kekuasaan
negara yang diperoleh dari rakyat juga haru digunakan untuk kesejahteraan
rakyat dan kemakmuran rakyat.4
Prinsip semacam Trias Politica ini menjadi sangat penting untuk
diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah
(eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk
masyarakat yang adil dan beradap, bahkan kekuasaan absolut pemerintah
sering kali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain,
misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri
anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan
aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat. Setiap lembaga
negara bukan saja harus akuntabel, tetapi harus ada mekanisme formal yang
mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini
mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan
lembaga negara tersebut.

C. Sejarah Singkat Demokrasi


Demokrasi dijadikan pilihan oleh banyak orang, didasari pada tiga
dasar pemikiran yaitu ;
1. Demokrasi tidak saja merupakan bentuk final dan terbaik bagi sistem
pemerintahan, melainkan juga sebagai doktrin politik luhur yang akan
memberikan manfaat bagi kebanyakan negara.
2. Demokrasi sebagai sistem politik dan pemerintahan dianggap
mempunyai akar sejarah yang panjang (sejak Yunani kuno), sehingga

4
Nadrilun, Mengenal Lebih Dekat Demokrasi di Indonesia, Jakarta Timur: PT Balai Persero,
2012, Hal. 7

5
tahan banting dan dapat menjamin terselenggaranya suatu lingkungan
politik yang stabil.
3. Demokrasi dipandang sebagai sistem yang paing alamiah dan
manusiawi.
Menurut penulis, orang-orang lebih cenderung memilih demokrasi ini
sebagai bentuk kedaulatan rakyat karena dengan kedaulatan rakyat ini akan
menciptakan sebuah balance (keseimbangan) antara kekuasaan pemerintah
dengan kekuasaan rakyat. Dengan begitu, pemerintah tidak bisa semena-mena
terhadap rakyat, dengan adanya demokrasi akan terjadi sebuah ‘pembatasan
kekuasaan’ kepada pemerintah yang diintervensi kuat oleh peran rakyat
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara. Dan dengan
adanya demokrasi maka rakyat bisa menentukan sebuah kebijakan politik dan
demokrasi ini sebagai bentuk partisipasi rakyat dalam haknya sebagai warga
negara terhadap berjalannya pemerintahan.
Untuk konsep demokrasi itu sendiri lahir dari pemikiran mengenai
hubungan negara hukum di Yunani Kuno dan dipraktikkan dalam hidup
bernegara antara abad ke-4 SM sampai dengan 6 M.5 demokrasi yang
berlangsung pada masa tersebut adalah demokrasi langsung (direct
democracy), artinya rakyat dalam menyampaikan haknya untuk membuat
keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara,
berdasarkan prosedur mayoritas. Sifat langsung tersebut berjalan secara
efektif, karena negara kota Yunani kuno berlangsung dalam kondisi
sederhana dengan wilayah negara yang hanya terbatas pada sebuah kota kecil
dengan jumlah penduduk sekitar 300.000 orang.6
Menjelang akhir abad pertengahan, spirit dan keinginan untuk
menjalankan demokrasi tumbuh kembali, yang ditandai dengan lahirnya
magna charta (piagam besar) sebagai suatu piagam yang memuat perjanjian
antara kaum bangsawan dan raja John (Inggris) dengan bawahannya.
Kelahiran Magna Charta, disebut sebagai tonggak baru kemunculan
demokrasi yang mana dalam Magna Charta tersebut memuat dua prinsip

5
Ni’matul Huda, Ilmu Negara, Cetakan Ketujuh, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 200
6
Moh. Mahfud MD, Dasar dan Struktur Kenegaraan Indonesia, Jakarta: PT Rineka
Cipta,2001, h.71
6
dasar yaitu adanya pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih
penting daripada kedaulatan raja.7
Selanjutnya perkembangan demokrasi diilhami oleh gerakan-gerakan
kultural yang muncul di Eropa Barat, yaitu renaissance dan gerakan
reformasi. Renaissance di Eropa yang berintikan akal pikiran bertujuan untuk
mencipta dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengilhaminya. Pada
masa ini semua ikatan yang ada digantikan dengan kebebasan bertindak
seluas-luasnya sepanjang sesuai dengan yang dipikirkan. Sedangkan gerakan
reformasi merupakan suatu gerakan revolusi agama (pada abad ke-16), yang
bertujuan untuk memperbaiki keadaan dalam gereja Katolik, saat kekuasaan
gereja dominan dalam menentukan tindakan warga negaranya. Gerakan
reformasi intinya memberikan penegasan pemisahan antara kekuasaan gereja
dengan negara. Dari sinilah ilham gerakan demokrasi Barat di abad
pertengahan mencuat.8
Sedangkan demokrasi pada masa modern ini tidak lagi didasarkan atas
pemikiran demokrasi Yunani tersebut, melainkan dikembangkan dari ide-ide
lembaga-lembaga dari masa renaissance yang dimulai pada abad ke-16.
Secara umum, dalam sejarah perkembangannya ada dua model demokrasi,
yaitu demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung. Dalam demokrasi
langsung keputusan politik ditentukan ole warga negara dalam suatu
pertemuan bersama. Ini hanya dimungkinkan bila penduduknya kecil.
Sedangkan demokrasi tidak langsung, bisa berbentuk seperti demokrasi
perwakilan lebih dominan diterapkan pada masa modern ini. Seperti
pemilihan umum secara teratur, hak pilih bagi warga negara dewasa,
kebebasan mendirikan sebuah organisasi/partai politik, oposisi, kebebasan
berbicara, hak-hak sipil minoritas merupakan bagian dari demokrasi
perwakilan pada masa modern ini.
Negara masa kini sudah berbeda dengan negara Athena Yunani kuno
dahulu, wilayah negara masa kini sangat luas, rakyatnya pun sangat banyak.
Kenyataan itu membuat sangat sukar mengumpulkan rakyat negara di suatu
tempat untuk bermusyawarah membuat keputusan publik. Kesukaran itu
7
Kurniawan, Civic Education…,, h.175.
8
Ibid, h. 176.
7
melahirkan demokrasi tidak langsung (indirect democracy), yaitu rakyat
menyalurkan kehendaknya melalui wakil-wakilnya yang duduk dalam Dewan
Perwakilan Rakyat yang dipilih secara periodik melalui pemilihan umum.
Pada saat ini, semua negara di dunia menerapkan demokrasi perwakilan atau
demokrasi tidak langsung. Menurut paham demokrasi modern, negara dan
masyarakat demokrasi selain menajmin hak-hak politik (HAM) dalam suatu
kerangka hukum, juga menjamin kesejateraan sosial ekonomi masyrakatnya.9

D. Prinsip-prinsip Demokrasi
Untuk dapat melaksanakan demokrasi dengan baik, terlebih dahulu
rakyat, terutama para pelaksana kekuasaan, harus mengetahui dan memahami
dengan baik prinsip-prinsip demokrasi.
Pertama, pemilik negara adalah rakyat, sehingga otoritas rakytlah yang
memiliki kekuasaan tertinggi.10 Oleh sebab itu, setiap warga negara memiliki
hak untuk turut serta memilih wakil-wakil rakyat yang akan mewakilinya
dalam memegang kekuasaan tertinggi, dan juga memiliki hak untuk bisa
dipilih bagi jabatan tersebut atau jabatan di bidang kekuasaan lainnya. Para
wakil rakyat dan pejabat negara haruslah terdiri dari orang-orang yang
repsentative mewakili sebanyak mungkin golongan masyarakat dan partai
politik. Jadi, tidak boleh hanya berasal dari satu golongan atau partai politik
saja (mayoritas tunggal), karena mayoritas tunggal merupakan suatu bentuk
kekuasaan absolut, dan hal inilah yang memudahkan demokrasi berubah
menjadi otoriter, yang merupakan sumber timbulnya Kolusi, Korupsi, dan
Nepotisme (KKN) dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Lebih dari
itu, mayoritas tunggal merupakan doktrin komunisme dan fasisme.
Kedua, orang-orang yang mewakili rakyat untuk memegang kekuasaan
tertinggi dalam suatu negara, dengan status selaku anggota suatu lembaga
kekuasaan tertinggi yang lazim disebut parlemen (lembaga legislatif), harusla
dipilih melalui suatu pemilihan umum yang diadakan setiap 5 tahun sekali.
Parlemen ini berstatus sebagai badan lagislatif, yakni badan yang memiliki

9
Nadrilun, Mengenal Lebih Dekat Demokrasi di Indonesia..,, h.8
10
Ibid, h. 9

8
wewenang kekuasaan untuk merancang dan menetapkan segl hukum dan UU
yang akan diberlakukan bagi suatu negara. Segala ketetapan badan legislatif
ini harus diputuskan oleh minimal 2/3 dari jumlah anggotanya.
Ketiga, tidak boleh ada pengistimewaan kepada seseorang ataupun
kepada golongan atau partai tertentu. Diantaranya tidak boleh ada pemilihan
istimewa kepada jabatan apapun karena adanya ketetapan UUD atau UU
walau dengan alasan apapun.
Keempat, harus ada UU yang mengatur tentang struktur organisasi
kekuasaan dalam negara dan mekanisme pelaksanaan kerjanya.
Keempat hal tersebut merupakan prinsip-prinsip demokrasi, sehingga
setiap negara yang telah menetapkan dirinya menerapkan sistem demokrasi,
struktur organisasi kekuasaan dan UUD-nya harus mengikuti prinsip-prinsip
tersebut.
Namun, di beberapa sumber yang lain dikemukakan beberapa macam
prinsip dan asas demokrasi oleh para ahli. Salah satunya menurut Henry
Bertram Mayo daam An Introduction to Demoratic Theory (1960),
mengungkapkan prinsip-prinsip demokrasi yang akan mewujudkan suatu
sistem politik yang demokratis, yaitu ;11
a) Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga.
b) Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang sedang berubah.
c) Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur.
d) Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum.
e) Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman.
f) Menjamin tegaknya keadilan.
Sedangkan menurut Abdillah, prinsip-prinsip demokrasi adalah ;
a) Persamaan. Memberi penegasan bahwa setiap warga negara (rakyat
biasa atau pejabat), mempunyai persamaan kesempatan dan kesamaan
kedudukan di muka hukum dan pemerintahan.

11
Henry B.Mayo, An Introduction to Democratic Theory, New York: Oxford Univercity Pres,
New York, 1960, h. 70.

9
b) Kebebasan. Menegaskan bahwa setiap individu warga negara atau
rakyat, memiliki kebebasan menyampaikan pendapat dan membentuk
perserikatan.
c) Pluralisme. Memberikan penegasan dan pengakuan baawa keragaman
budaya, bahasa, etnis, agama dan pemikiran atau lainnya, merupakan
sesuatu yang tidak bisa terelakkan.
Prinsip-prinsip demokrasi tersebut merupakan nilai-nilai yang
diperlukan untuk mengembangkan suatu bentuk pemerintahan yang
demokratis. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, sebuah pemerintahan yang
demokratis dapat ditegakkan. Sebaliknya tanpa prinsip-prinsip tersebut,
bentuk pemerintah yang demokratis akan sulit ditegakkan.

E. Ciri-ciri Demokrasi
Kata demokrasi, seiring waktu memiliki sangat banyak pengertian.
Namun, di antara banyaknya pengertian yang berbeda, terdapat juga sejumlah
persamaan penting yang menunjukkan universalitas konsep demokrasi
berdasarkan kriteria-kriteria yang menjadi cerminan perwujudan konsep
tersebut. Henry B.Mayo misalnya mencatat setidaknya ada delapan ciri utama
yang harus diperhatikan untuk menilai apakah suatu masyarakat bersifat
demokratis atau tidak, yaitu: (1) adanya penyelesaian perselisihan dengan
damai dan sukarela; (2) adanya jaminan bagi terjadinya perubahan secara
damai dalam sutu masyarakat yang sedang berubah; (3) adanya pergantian
penguasa yang berlangsung secara teratur; (4) adanya pembatasan atas
pemakaian kekerasan (paksaan) cara minimum; (5) adanya pengakuan dan
penghormatan atas keanekaragaman; (6) adanya jaminan penegakan keadilan;
(7) adanya upaya memajukan ilmu pengetahuan; (8) adanya pengakuan dan
penghormatan terhadap kebebasan.12
Namun, secara umum ciri-ciri demokrasi itu adalah : 13
1) Penghargaan terhadap individu. Disini demokrasi merupakan sebuah
pandangan yang lebih menonjolkan aspek individu daripada kolektivitas.

12
Henry B.Mayo, An Introduction to Democratic Theory..,, hlm.210
13
Nadrilun, Mengenal Lebih Dekat Demokrasi di Indonesia, hlm. 12-13
10
2) Kebebasan dalam empat hal, yaitu berpendapat, berkumpul atau
mengadakan rapat, kebebasan memperoleh informasi, dan kebebasan
beragama.
3) Adanya persamaan kedudukan bagi warga negara di depan hukum tanpa
kecuali. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlakuan hukum yang
adil tanpa membedakan asal maupun latar belakang sosial.
4) Adanya pemilihan pemimpin lembaga sosial dan pemerintahan yang
dilakukan secara berkala.
5) Adanya hak yang dimiliki oleh setiap warga negara untuk dipilih dan
memilih dalam pelaksanaan pemilu yang dilaksanakan secara berkala.
6) Adanya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan yang
mengikat secara kolektif.
7) Adanya hak masyarakat untuk menyampaikan protes dan atau menjadi
oposisi berhadapan dengan penguasa.
8) Adanya penghargaan terhadap cara persuasif daripada kekerasan dalam
menciptakan perubahan.
9) Adanya penghargaan terhadap hak-hak minoritas dalam kehidupan politik.
10) Pentingnya cara bermusyawarah mufakat dilakukan dalam penyelesaian
setiap perkara masyarakat.
Semua kriteria di atas kiranya dapat dijadikan basis konseptual untuk
menilai ada tidaknya dmeokrasi dalam kehidupan bermasyarakat. Kriteria-
kriteria tersebut mungkin sebagian belum terwujud, sementara sebagian yang
lainnya sudah tampak meski dengan perwujudan yang masih minimal.
Namun, tentu saja upaya mewujudkan berbagai kriteria demokrasi tersebut
tergantung pada demokratisasi yang mewarnai perkembangan politik
masyarakat itu sendiri.

F. Mengenal Demokrasi di Indonesia


Dinamika demokrasi yang berkembang di Indonesia mulai terjadi pada
awal abad ke-20. Anak-anak nusantara yang berkenalan dengan pengetahuan
modern mulai tertarik dengan demokrasi. Demikian pula kebijakan
pemerintah kolonial yang mulai mengintrodusir elemen-elemen demokrasi,
walaupun dalam konteks yang terbatas pada awal abad ke-20. Dalam konteks

11
tersebut secara konseptual pemikiran demokrasi yang berkembang di
Indonesia banyak dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran demokrasi di
luar Indonesia. Proses pemilihan kepala suku dan pemilihan kepala desa di
berbagai wilayah Nusantara menunjukkan hal tersebut melalui konsep primus
inter pares (yang dulu sering disebut dengan istilah desa demokrasi).
Pada zaman modern seperti saat ini, kita mengenal berbagai macam
istilah demokrasi. Ada yang dinamakan demokrasi konstitusional, demokrasi
parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi rakyat, dan demokrasi nasional.
Semua konsep ini memakai istilah demokrasi yang menurut asal kata berarti
“rakyat berkuasa” atau “government or rule by the people”.
Sebelum melihat sejauh mana perkembangan demokrasi di Indonesia,
muncul pertanyaan cara pemerintahan yang bagaimanakah yang termasuk
dalam arti demokrasi itu? Menurut M. Durverger di dalam bukunya Les
Regimes Politiques, maka dalam artian demokrasi itu ialah termasuk cara
pemerintahan di mana golongan yang memerintah dan golongan yang
diperintah itu adalah sama dan tidak terpisah-pisah. Artinya, satu sistem
pemerintahan negara di mana dalam pokoknya semu orang (rakyat) adalah
berhak sama untuk memerintah dan juga untuk diperintah.14
Diantara sekian banyak aliran demokrasi, ada dua kelompok aliran yang
paling penting, yaitu demokrasi konstitusional dan satu kelompok aliran yang
menamakan dirinya demokrasi, tetapi pada hakikatnya mendasarkan dirinya
atas komunisme. Perbedaan fundamental di antara kedua aliran itu ialah
bahwa demokrasi konstitusional mencita-citakan pemerintah yang terbatas
kekuasaannya, suatu negara hukum (rechtstaat), yang tunduk pada rule of
law.15 Sebaliknya, demokrasi yang mendasarkan dirinya atas komunisme
mencita-citakan pemerintah yang tidak boleh dibatasi kekuasaannya dan yang
bersifat totaliter.
Ciri khas dari demokrasi konstitusional ialah gagasan bahwa
pemerintahan yang demokratis adalah pemerintah yang terbatas
kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap

14
Koencoro Poerbopranoto, Sistem Pemerintahan Demokrasi, (Bandung: Eresco,1987), hlm.6
15
Mirriam Budiarjo, Dasar-dasar… Op.Cit hlm. 107-108
12
warga negaranya. Kekuasaan negara dibagi sedemikian rupa sehingga
kesempatan penyalahgunaan diperkecil, yaitu dengan cara menyerahkannya
kepada beberapa orang atau badan dan tidak memusatkan kekuasaan
pemerintahan dalam satu tangan atau satu badan. Perumusan yuridis dari
prinsip-prinsip itu terkenal dengan rechstaat (negara hukum).16 Lalu apa
hubungan negara hukum dengan demokrasi? Atas dasar demokratis,
rechtstaat dikatakan sebagai negara kepercayan timbal balik, yaitu
kepercayaan dari rakyat pendukungnya bahwa kekuasaan yang diberikan
tidak akan disalahagunakan dan kepercayaan dari penguasa bahawa dalam
batas kekuasaannya dia mengharapkan kepatuhan dari rakyat pendukungnya.
Asas-asas demokratis yang melandasi rechtstaat, menurut S.W
Couwenberg meliputi lima asas, yaitu asas hak-hak politik, asas mayoritas,
asas perwakilan, asas pertanggungjawaban, dan asas publik.17
Atas dasar sifat-sifat tersebut, ciri-ciri dari negara hukum adalah ;
1. Adanya undang-undang dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan
tertulis tentang hubungan antara penguasa dan rakyat.
2. Adanya pembagian kekuasaan negara, yang meliputi, kekuasaan pembuat
undang-undang yang ada pada parlemen, kekuasaan kehakiman yang beba
yang tidak hanya menangani sengketa antara individu rakyat tetapi juga
antara penguasa dan rakyat, dan pemerintah yang mendasarkan
tindakannya atas undang-undang.
3. Diakui dan dilindunginya hak-hak kebebasan rakyat.
Dalam perkembangannya paham negara hukum tidak dapat dipisahkan
dari paham kerakyatan (demokrasi). Sebab pada akhirnya, hukum yang
mengatur dan membatasi kekuasaan negara atau pemerintah diartikan sebagai
hukum yang dibuat ats dasar kekuasaan atau kedaulatan rakyat. Begitu erat
tali-temali antara paham negara hukum, dan kerakytan sehingga ada sebutan
negara hukum yang demokratis.

16
Bagir Manan, Politik Perundang-undangan dalam Rangka Mengantisipasi Liberalisasi
Perekonomian, (Bandar Lampung: FH-UNILA,1996), hlm. 16
17
Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu,
1987), hlm. 74
13
Indonesia sebagai negara hukum juga menerapkan sistem demokrasi
dalam pemerintahannya. Penegasan Indonesia adalah negara hukum selama
ini diatur dalam penjelasan UUD 1945, dalam perubahan Uud 1945 telh
dingkat ke dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 3, berbunyi “Negara Indonesia
adalah negara hukum”.18 Konsekuensi ketentuan ini adalah bahwa setiap
sikap, kebijakan dan perilaku alat negara dan penduduk harus berdasar dan
sesuai dengan hukum. Sekaligus ketentuan ini untuk mencegah terjadinya
kesewenang-wenangan dan rognsi kekuasaan, baik yang dilakukan oleh alat
negara maupun penduduk.
Dalam paham negara hukum yang demikian, harus diadakan jaminan
bahwa hukum itu sendiri dibangun dan ditegakkan berdasarkan prinsip-
prinsip demokrasi. Karena prinsip supremasi hukum dan kedaulatan hukum
pada pokoknya berasal dari kedaulatan rakyat. Sungguhpun demokrasi sudah
menjadi pilihan politik yang diyakini sebagai salah satu bentuk sistem politik
yang terbaik untuk mencapai efektivitas penyelenggaraan pemerintahan
negara, tetapi dalam kurun waktu lebih kurang 70 tahun bangsa Indonesia
merdeka, praktik kehidupan demokrasi masih mengalami pasang surut,
seiring dengan arah dinamika pembangunan politik yang masih dalam proses
menentukan format sistem politik ideal yang sesuai dengan cita-cita
demokrasi.
Praktik kehidupan demokratis sebagaimana banyak terjadi di negara-
negara berkembang termasuk Indonesia, sering terkecoh pada format politik
yang kelihatannya demokratis tetapi dalam praktiknya berwujud otoriter. Hal
ini terlihat ketika UUD 1945 ditetapkan kembali melalui Dekrit Presiden 5
Juli 1959, dan bertekad untuk melaksanakan UUD 1945 dan Pancasila secara
murni dan konsekuen.19 Akan tetapi, pelaksanaannya belum dapat terwujud
pada Demokrasi Terpimpin (1959-1966) karena pemerintahan Orde Lama
waktu itu cenderung memusatkan kekuasaannya pada Presiden saja yang
menyebabkan Indonesia pada akhirnya (1965) berada di ambang kehancuran,

18
Ni’matul Huda, Ilmu Negara,.. hlm. 21
19
Jimly Ashhiddique, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran kekuasaan dalam UUD
1945, (Yogyakarta: FH UII Press, 2004), hlm. 83-84
14
baik secara politik, ekonomi, sosial, budaya serta juga pertahanan dan
keamanan.
Hal serupa terjadi pada masa rezim Soeharto pada masa pemerintahan
Orde Baru, yang ditandai dengan pemusatan kekuasaan pada diri Presiden,
telah membawa bangsa Indonesia di ambang krisis multidimensi dn akhirnya
Orde Baru jatuh pada tahun 1998. Sejak jatuhnya rezim Orde Baru, tuntutan
yang mengemuka ketika itu adalah otonomi daerah segera direalisasi atau
pilihan ke arah perubahan bentuk negara federal.
Bagaimana demokrasi di Indonesia saat ini? Menurut beberapa sumber,
salah satunya yang dijelaskan oleh dosen Departemen Ilmu Politik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjajaran menyatakan bahwa
kualitas demokrasi di Indonesia dalam dua tahun terakhir mengalami
penurunan. Ada banyak riset yang menjabarkan penyebab penurunan
demokrasi tersebut. Beberapa di antaranya laporan rutin The Economist
Intelligence Unit (EIU), indeks demokrasi Indonesia menunjukkan
pengurangan signifikan kebebasan sipil, pluralisme, dan fugsi pemerintahan.
Penurunan kualitas tersebut menunjukkan pergeseran pola demokrasi di
Indonesia, yang semula demokrasi elektoral menjadi demokrasi yang cacat.20
Pandemi Covid-19 juga turut berdampak pada demokrasi. Di awal pandemi
pemerintah cenderung belum optimal menangani pandemi. Salah satu respons
yang dilakukan adalah banyak pemerintahan suatu negara yang membatasi
informasi.21
Demokrasi Indonesia pada saat ini, dihadapkan pada dua isu yaitu
pembatasan kebebasan sipil dan pelemahan oposisi dimana bergabungnya
sejumlah partai oposisi ke dalam kabinet pemerintahan menyebabkan check
and balance serta fungsi kontrol sosial terhadap pemerintahan semakin
lemah. Diamna kebebasan sipil berkaitan dengan bebas berpendapat,
berserikat, dan berekspresi seperti dibatasi. Sedangkan, hak politik

20
Arief Maulana, “Dua Tahun Terakhir, Demokrasi Indonesia Alami Penurunan” (Artikel
Berita Universitas Padjajaran) Diakses tgl 10 Desember Pkl 18.00
21
Superadmin, “Kritik Demokrasi di Era Pandemi Covid-19”, (Artikel Ilmu Pemerintahan
UMY) Diakses tgl 10 Desember Pkl 19.25

15
berhubungan dengan bagaimana partisipasi masyarakat dalam kelembagaan
elektoral. Merosotnya demokrasi ini disebabkan oleh tiga faktor, yaitu
menguatnya semangat nasionalisme yang berlebihan dari negara, menguatnya
politik moralitas dari negara dan lemahnya gerakan sosial. Tak sampai disitu,
lemahnya demokrasi ini juga ditandai dengan menguatnya kembali
penggunaan taktik-taktik otoriter dari negara terhadap masyarakat dan
menguatnya pemusatan kekuasaan oleh oknum-oknum tertentu. Contoh lain,
demokrasi di depan umum seperti menyampaikan pendapat oleh kalangan
rakyat seperti dibatasi oleh pemerintah yang enggan mendengarkan aspirasi
masyarakat yang merasa tidak puas dengan kebijakan-kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Penulis menyebutnya dengan “demokrasi mati”.
Salah satu yang mengundang kontroversial adalah pelemahan kekusaan
lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang beberapa
kewenangannya dihapus dan diatur oleh pemerintah. Ini seakan-akan
menghapus kewenangan independen KPK sebagai lembaga yang berdiri
sendiri tanpa adanya intervensi oleh pemerintah. Namun pada kenyataannya,
semua hal sudah diintervensi oleh pemerintah tanpa adanya prinsip demokrasi
sebagai negara hukum.
Agaknya demokrasi dalam hal politik di Indonesia seperti dilemahkan,
namun disisi lain seperti dalam sosial masih dipertahankan sampai saat
sekarang dalam NKRI. Mengingat Indonesia yang memiliki beragam macam
agama, kelompok, ras dan budaya, ini tidak menjadikan masyarakat Indonesia
membeda-bedakan antara golongan yang ini dengan golongan yang itu. Kita
masih bersatu dalam rangkai Bhinneka Tunggal Ika.

G. Demokrasi Dalam Perspektif Islam


Al-qur’an tidak secara spesifik dan eksplisit menunjukkan preferensi
terhadap satu bentuk pemerintahan tertentu, tetapi dengan gamblang
memaparkan seperangkat nilai sosial dan politik penting dalam suatu
pemerintahan untuk muslimin. Di antaranya adalah tiga nilai penting, yaitu
keadilan melalui kerja sama sosial dan prinsip saling membantu, membangun

16
suatu sistem pemerintahan konsultatif yang tidak otokratis, melembagakan
kasih sayang dalam interaksi sosial.22
Masyuri Abdillah, juga melihat bahwa di dalam Al-Qur’an tidak dapat
ditemukan konsep negara, karena konsep negara adalah buah pemikiran yang
muncul belakangan.
Selain itu secara garis besar wacana Islam dan demokrasi terdapat tiga
kelompok pemikiran. Pertama, pandangan yang menyatakan jika Islam dan
demokrasi adalah dua sistem yang berbeda. Kelompok ini memandang jika
Islam sebagai sistem alternatif demokrasi sehigga demokrasi sebagai konsep
Barat tidak dapat dijadikan acuan dalam hidup bermasyrakat, berbangsa dan
bernegara. Pendeknya, demokrasi menurut kelompok ini merupakan sistem
kafir karena telah meletakkan kedaulatan negara di tangan rakyat, bukan di
tangan Tuhan dan mereka memandang sebagian besar dari aktivitas
demokrasi tertolak secara syar’I dan memandang bahwa prinsip pemilu secara
jelas melanggar asas wakalah (perwakilan) yaitu materi yang diwakilkan
didasarkan atas asas demokrasi adalah batil. Kedua, Islam berbeda dengan
dengan demokrasi, kelompok ini menyetujui adanya prinsip-prinsip
demokrasi dalam Islam, tapi tetap mengakui adanya perbedaan antar Islam
dan demokrasi kalau demokrasi didefinisikan secara prosedural seperti yang
dipahami dan dipraktekkan oleh negara Barat. Akan tetapi jika demokrasi
dimaknai secara substantif, yaitu kedaulatan di tangan rakyat, dan negara
merupakan terjemahan dari kedaulatan rakyat, maka Islam merupakan sistem
politik yang demokratis. Ketiga, Islam adalah sistem nilai yang membenarkan
serta mendukung demokrasi. Kelompok ini berpendapat bahwa Islam
merupakan sistem nilai yang membenarkan demokrasi dan substansi
demokrasi sesungguhnya berasal dari ajaran Islam. Tiga pandangan di atas
merupakan pandangan akumulasi yang berangkat dari kriteria umat Islam.
Di dalam Al-qur’an terdapat banyak ayat yang terkait dengan prinsip-
prinsip uatama demorasi, antara lain QS. Al-syura ayat 38 yang berbicara
tentang musyawarah, QS. Al-maidah ayat 8 berbicara tentang keadilan, Al-
Hujurat ayat 13 tentang persamaan, An-Nisa ayat 58 tentang amanah dan

22
Dr. HM. Zainudin, MA, Jurnal Islam dan Demokrasi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

17
banyak lainnya. Jika dilihat dari basis empiriknya, agama dan demokrasi
memang hal yang berbeda. Agama berasal dari wahyu sementara demokrasi
berasal dari pemikiran manusia. Namun walau begitu, tidak ada halangan
bagi agama untuk berdampingan dengan demokrasi. Elemen-elemen
demokrasi dalam perspektif islam meliputi syura, al-musawwah, al-‘adalah,
al-amanah, al-masuliyyah dan al-hurriyyah.23
Syura’ merupakan suatu prinsip tentang tata cara pengambilan
keputusan yang secara eksplisit ditegaskan dalam Al-qur’an. Al-‘adalah
adalah keadilan, artinya dalam menegakkan hukum termasuk rekrutmen
dalam berbagai jabatan pemerintahan harus dilakukan secara adil dan
bijaksana. Tidak boleh kolusi dan nepotisme. Al-musawwah adalah
kesejajaran, egaliter, artinya tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi dari
yang lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Penguasa tidak bisa
memaksakan kehendaknya kepada rakyat, berlaku otoriter dan eksploitatif.
Al-amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang diberikan seseorang
kepada orang lain. Dalam konteks, ketatanegaraan, pemimpin atau
pemerintah harus mampu menjaga kepercayaan rakyat dengan penuh
tanggung jawab. Al-Masuliyyah adalah tanggung jawab, artinya harus ada
rasa tanggung jawab dari seorang pemimpin terhadap rakyatnya. Al-Hurriyah
artinya bahwa setiap orang setiap warga masyarakat diberi hak dan kebebasan
untuk mengekspresikan pendapatnya. Sepanjang hal itu dilakukan secara
bijak dengan memperhatikan akhlaqul karimah.
Secara umum demokrasi itu kompatibel dengan nilai-nilai universal
Islam, seperti persamaan, kebebasan, permusyawaratan, dan keadilan.
Sebagai contoh, demokrasi sudah diterapkan pada masa Khulafaurrasyidin
dalam proses pengangkatan khalifah dilakukan secara musyawarah. Ini
merupakan implementasi bahwa demokrasi dimasa itu masih dipertahankan
dari pemerintahan rasulullah sebelumnya. Akan tetapi dalam implementatif
hal ini tidak terlepas dari problematika. Sebagai contoh ketika nilai-nilai
demokrasi berseberangan dengan hasil ijtihad para ulama. Contoh kecil
adalah kasus tentang orang yang pindah agama dari Islam. Menurut

23
Ibid.

18
pandangan Islam berdasarkan hadist “man baddala dinahu faqtuluhu”
mereka disuruh taubat dahulu, jika mereka tidak mau maka dia boleh dibunuh
atau diperangi. Dalam sistem demokrasi hal ini tidak dibolehkan terjadi,
sebab membunuh berarti melanggar kebebasan mereka dan melanggar hak
asasi manusia (HAM).
Kemudian dalam demokrasi ada prinsip persamaan antar warga negara.
Namun dalam Islam ada beberapa hal yang sangat tegas disebut dalam Al-
qur’an bahwa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, misalnya
tentang poligami. Di samping itu, demokrasi sangat menghargai toleransi
dalam kehidupan sosial, termasuk dalam maksiat sekalipun. Seperti pacaran
dan perzinahan, kalau di antara laki-laki dan perempuan (bukan suami istri)
melakukan hubungan persetubuhan suka sama suka itu tidak jadi masalah
atau dengan kata lain dibolehkan. Sedangkan dalam Islam hal ini jelas-jelas
dilarang dalam Al-qur’an. Demikian juga dalam Islam dibedakan antara hak
dan kewajiban kafir dzimmi dengan yang muslim. Hal ini dalam demokrasi
tidak boleh terjadi, sebab tidak lagi menjunjung nilai persamaan.
Melihat adanya problematika di atas, berarti tidak semuanya dmeokrasi
kompatibel dengan ajaran Islam. Dalam dataran prinsip, ide-ide demokrasi
ada yang sesuai dan selaras dengan Islam, namun pada tingkat implementatif
sering kali nilai-nilai demokrasi berseberangan dengan ajaran Islam dalam
Al-qur’an, sunnah dan ijtihad para ulama. Namun, tidak seharusnya berada
dalam pertentangan hubungan Islam dengan demokrasi, akan tetapi yang
lebih penting untuk dilakukan umat Islam dalam pelaksanaan demokrasi
mengacu kepada ajaran kemaslahatan, keadilan, ijtihad, toleransi, kebebasan,
persamaan, kejujuran serta tanggung jawab.
Untuk melihat hubungan Islam dengan demokrasi, setidaknya harus
dilihat dari sisi sistem, dasar-dasar politik dan nilainya. Akan tetapi, jika
demokrasi didefinisikan secara prosedural seperti yang dipahami dan
dipraktekkan di negara-negara barat maka demokrasi akan bertentangan
dengan ajaran Islam.24

24
Alumni Pascasarjana Magister Studi Islam UII Yogyakarta, Antara Islam dan Demokrasi,
Jurnal UII Yogyakarta

19
Salah satu bentuk kontribusi umat Islam dalam perpolitikan Indonesia
di setiap era adalah pada era reformasi. Bulan Mei 1997, merupakan awal dari
era reformasi. Saat itu rakyat Indonesia bersatu untuk menumbangkan rezim
tirani Soeharto. Perjuangan reformasi tidak lepas dari peran para pemimpin
Islam pada saat itu. Beberapa pemimpin Islam yang turut mendukung
reformasi adalah K.H Abdurrahman Wahid, ketua Nahdatul Ulama. Muncul
juga nama Nurcholis Majid, cendikiawan yang lahir dari kalangan santri. Juga
muncul Amin Rais dari kalangan Muhammadiyah. Bertahun-tahun reformasi
bergilir, kiprah umat Islam dalam panggung politik pun semakin
diperhitungkan.
Perpolitikan Islam selama masa Reformasi juga berhasil menjadikan
Pancasila bukanlagi sebagai satu-satunya asas. Partai-partai politik juga boleh
menggunakan asas Islam. Kemudian muncullah partai-partai politik
berlabelkan Islam seperti PKB, PKU, PNU, PKS, dan lain-lain. Dalam
kondisi bangsa yang sangat memprihatinkan sekarang, sudah waktunya umat
Islam terjun dalam perjuangan politik yang lebih serius. Politik islam harus
mampu mempresentasikan idealismenya sebagai rahmatan lil alamin dan
dapat memberikan kontribusi yang besar bagi bangsa ini.

H. Penutup
Demokrasi tidak sepenuhnya bertentangan dan tidak sepenuhnya
sejalan dengan ajaran Islam. Agar demokrasi selaras dengan pandangan Islam
dapat terwujud, langkah yang harus dilakukan adalah harus adanya
pemahaman yang benar tentang demokrasi dalam pandangan Islam,
memahami prinsip nilai dmeokrasi, serta mengetahui cara menghadapi
perbedaan sehingga aspirasi yang disampaikan tidak keluar dari ajaran Islam.

20
DAFTAR PUSTAKA
Alumni Pascasarjana Magister Studi Islam UII Yogyakarta, Antara Islam
dan Demokrasi, Jurnal UII Yogyakarta.
Arief Maulana, “Dua Tahun Terakhir, Demokrasi Indonesia Alami
Penurunan” (Artikel Berita Universitas Padjajaran)
Bagir Manan, Politik Perundang-undangan dalam Rangka Mengantisipasi
Liberalisasi Perekonomian, Bandar Lampung: FH-UNILA,1996.
Dr. HM. Zainudin, MA, Jurnal Islam dan Demokrasi, UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Henry B.Mayo, An Introduction to Democratic Theory, New York: Oxford
Univercity Pres, New York, 1960.
Jimly Ashhiddique, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran
kekuasaan dalam UUD 1945, Yogyakarta: FH UII Press, 2004.
Koencoro Poerbopranoto, Sistem Pemerintahan Demokrasi, Bandung:
Eresco,1987.
Kurniawan, Civic Educations: Pendidikan Kewarganegaraan, Bengkulu:
LP2 STAN Curup, 2010, Cet. I.
Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna Respon Intelektual
Muslim Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi 1966-1993, Yogyakarta:Tiara
Wacana, 1999.
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, Cetakan Pertama,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Moh. Mahfud MD, Dasar dan Struktur Kenegaraan Indonesia, Jakarta: PT
Rineka Cipta,2001.
Nadrilun, Mengenal Lebih Dekat Demokrasi di Indonesia, Jakarta Timur:
PT Balai Persero, 2012.
Ni’matul Huda, Ilmu Negara, Cetakan Ketujuh, Jakarta: Rajawali Pers,
2015.
Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia,
Surabaya: Bina Ilmu, 1987.
Superadmin, “Kritik Demokrasi di Era Pandemi Covid-19”, (Artikel Ilmu
Pemerintahan UMY)

21

Anda mungkin juga menyukai