Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demokrasi yang merupakan sistem politik dan ideology dari barat.

menyiratkan arti kekuasaan politik atau pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat,

dari rakyat, dan untuk rakyat ditandai dengan adanya partisipasi warga yang sudah

dewasa dalam partisipasinya.

Demokrasi ini kemudian dibangun dan dikembangkan sebagai suatu

rangkaian institusi dan praktek berpolitik yang telah sejak lama dilaksanakan untuk

merespon perkembangan budaya, dan berbagai tantangan sosial dan lingkungan di

masing-masing negara. Ketika demokrasi Barat mulai ditransplantasikan ke dalam

negara-negara non-Barat dan beberapa negara bekas jajahan yang memiliki sejarah

dan budaya yang sangat berbeda, demokrasi tersebut memerlukan waktu untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan, dan mengalami berbagai perubahan dalam

penerapannya sesuai dengan lingkungan barunya yang berbeda.

Terdapat sesuatu hal yang sering muncul menjadi permasalahan dalam

praktek demokrasi, yaitu masalah bagaimana pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat

dan untuk rakyat itu diimplementasikan dan direalisasikan, sehingga efektif dalam

praktek dan dalam kenyataan.

Tulisan ini hendak menyajikan pemaparan konsep sebagai bahan pemikiran

yang bertalian dengan konsep demokrasi, praktik demokrasi, serta sejauhmana

sekolah telah berfungsi sebagai laboratorium demokrasi.

Oleh karenanya dalam pembahasan makalah ini, kami akan membahas

tentang konsep demokrasi, pendidikan demokrasi, dan sekolah sebagai

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 1
Laboratorium demokrasi. Dimana, sistem demokrasi yang merupakan suatu bentuk

tindakan menghargai perbedaan prinsip , keberagaman nilai – nilai dan budaya

dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara dapat memberikan kebebasan

bertindak sesuai dengan pola hidup bebas dalam batasan normatif tertentu.

Saat ini, budaya demokrasi yang terbentuk dan berkembang di negara kita

turut ditentukan oleh penerapan sistem Pendidikan yang berlaku , sehingga

Pendidikan akan memberikan implikasi pada peningkatan taraf kepedulian

masyarakat terhadap hak dan kewajibannya dalam menggunakan pikiran , tenaga ,

dan suaranya , dengan begitu masyarakat khususnya di kalangan pendidik

mempunyai pola pikir yang kreatif serta daya inovasi yang tinggi dalam menerapkan

demokrasi bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan sitem demokrasi yang

dianutnya.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Konsep Demokrasi?

2. Bagaimana Praktik Pendidikan Demokrasi?

3. Sudahkah Sekolah berfungsi sebagai Laboratorium Demokrasi?

C. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan

lebih jauh tentang Konsep Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi, serta Bagaimana

Sekolah menjadi Laboratorium Demokrasi. Hal mana dimaksudkan untuk

meningkatkan kemampuan mahasiswa (guru) untuk mengaplikasikannya dalam

proses pembelajaran PKn di SD dan juga untuk meningkatkan rasa percaya diri (self

confident) pada setiap penyampaian materi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan (Paikem).

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Demokrasi

Konsep demokrasi secara etimologi berarti rakyat berkuasa atau “government

or rule by the people”(Budiardjo, 1992:50)

Istilah demokrasi berasal dari dua kata, yang mengacu pada sistem

pemerintahan zaman Yunani-Kuno yang disebut ‘demokratia’, yaitu ‘demos’ dan

‘kratos atau kratein’. Menurut artinya secara harfiah yang dimaksud dengan

demokrasi, yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos atau cratein yang berarti

memerintah, pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat. Demokrasi menyiratkan

arti kekuasaan politik atau pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat, dari rakyat

dan untuk rakyat (Warren, 1963: 2), warga masyarakat yang telah terkonsep

sebagai warga negara.

Dengan demikian dilihat dari arti kata asalnya, demokrasi mengandung arti

pemerintahan oleh rakyat. Sekalipun sejelas itu arti istilah demokrasi menurut

bunyi kata-kata asalnya, akan tetapi dalam praktek demokrasi itu dipahami dan

dijalankan secara berbeda-beda.

Pada zaman Yunani-Kuno, kata demokrasi digunakan untuk menunjuk pada

‘government by the many’ (pemerintahan oleh orang banyak), sebagai lawan dari

‘government by the few’ (pemerintahan oleh sekelompok orang). Mac Gregor

Bums, dalam Government by the People (1989: 3), memberikan pengertian

demokrasi, sebagai:

“A system of government in which those who have authority to make decisions


(that have the force of law) acquire and retain this authority either directly or
indirectly as the result of winning free elections in which the great majority of
adult citizens are al-lowed to participate.”

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 3
Henry B. Mayo dalam An Introduction to Democratic Theory (1960: 70),

memberikan pengertian demokrasi, sebagai:

“A democratic political system is one in which public politicies are made on


majority basis, by representatives subject to effective popular control at periodic
elections which are conducted on the principle of political equality and under
conditions of political freedom.”

Dari rumusan tersebut memberikan sifat pemahaman umum terhadap suatu

negara yang menganut sistem demokrasi, yaitu: demokrasi adalah suatu sistem

pemerintahan yang mempunyai elemen-elemen yang saling terkait dan tidak

dapat dipisahkan; orang-orang yang memegang kekuasaan atas nama

demokrasi dapat mengambil keputusan untuk menetapkan dan menegakkan

hukum; kekuasaan untuk mengatur dalam bentuk aturan hukum tersebut

diperoleh dan dipertahankan melalui pemilihan umum yang bebas dan diikuti

oleh sebagian besar warga negara dewasa.

Dari tiga sifat pemahaman umum tersebut, suatu negara demokrasi

mempunyai tiga pemahaman utama yakni; hakekat, proses, dan tujuan

demokrasi (Huntington, 1995: 4). Huntington, melihat demokrasi dalam tiga

pendekatan umum yaitu: sumber wewenang bagi pemerintah; tujuan yang

dilayani oleh pemerintah; dan prosedur untuk membentuk pemerintahan.

Demokrasi adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum

ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh

rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip

kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan

politik (Henry B. Mayo, 1960: 70).

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 4
Dengan kata lain demokrasi adalah sistem pemerintahan yang dibentuk

melalui pemilihan umum untuk mengatur kehidupan bersama berdasar aturan

hukum yang berpihak pada rakyat banyak.

Harris G. Warrant dalam Our Democracy at Work (1963: 2), memberikan

rumusan pengertian demokrasi sebagai, “a government of the people, by the

people, for the people”. Bryan A. Garner dalam Black’s Law Dictionary (1999:

444), memberikan arti demokrasi sebagai “government by the people, either

directly or through representatives”.

Dari pemahaman mengenai demokrasi di atas, maka pilihan terhadap negara

demokrasi akan mempunyai konsekuensi- demokrasi yang harus diperhatikan,

yakni memberi-kan kesempatan kepada rakyat selaku warga negara untuk

menjalankan hak dan kewajiban politiknya dalam bernegara. Dikemukakan oleh

Robert A. Dahl dalam On Democracy (1998: 38), bahwa :

“Democracy provides opportunities for effective participation; equality in


voting; gaining enlightened understanding; exercising final control over the
agenda; inclusion of adults”.

Artinya, bahwa dengan demokrasi akan memberikan kesempatan- kepada

rakyat untuk partisipasi yang efektif; persamaan dalam memberikan suara;

mendapatkan pemahaman yang jernih; melaksanakan pengawasan akhir

terhadap agenda; dan pencakupan warga dewasa.

Konsekuensi demokrasi tersebut akan memberikan standar ukuran umum

dalam melihat suatu negara sebagai negara demokrasi. Dengan kata lain, ketika

kesempatan--kesempatan yang merupakan konsekuensi dari standar ukuran

umum negara demokrasi tersebut tidak dijalankan, maka negara tersebut tidak

dapat dikualifikasikan sebagai negara demokratis.

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 5
Secara umum tegaknya Negara demokrasi ditandai dengan adanya lembaga

legislatif yaitu lembaga Perwakilan Rakyat (DPR/MPR), lembaga eksekutif yaitu

lembaga yang melaksanakan system pemerintahan (lembaga kepresidenan),

dan lembaga yudikatif yaitu lembaga penegak hukum (MK, MA, KY).

Secara konseptual Torres (1998:145-146; dalam Winatapura,2001;54, dalam

modul 7.5-7.6) bahwa demokrasi di samping sebagai system pemerintahan, juga

diperlukan proses demokrasi yang meliputi 4 hal, yaitu:

1. Mengutamakan kepentingan khalayak (pasar).

2. Manusia sebagai makhluk memiliki potensi untukmengembangkan kekuasaan

dan kemampuan.

3. Memperhatikan keseimbangan antara partisipasi dan apatisme.

4. Untuk partisipasi perlu adanya perubahan terlebih dahulu.

Dinamika perkembangan demokrasi di Indonesia sejak proklamasi

kemerdekaanIndonesia 17 Agustus 1945 dengan merujuk kepada konstitusi yang

pernah dan sedang berlaku,yaitu UUD 1945,Konstitusi RIS1949, dan UUDS

1950 adalah demokrasi dengan kabinet parlementer dan kabinet presidensial.

Tumbuh kembang pula demokrasi secara praktis sejalan dengan

perkembangan bangsa Indonesia adalah Demokrasi Terpimpin (Orde Lama),

Demokrasi Pancasila (Orde Baru), dan Demokrasi Reformasi (Masa Reformasi)

Ada beberapa teori lain sebagai landasan berpikir untuk solusi terbaik

dalam mengembangakan demokrasi dan membangun hubungan yang ideal

antara wakil rakyat dan yang diwakilinya (rakyat yang memilihnya) , antara lain

teori mandat Jean Jacques Rousseau; teori organ Von Gierke; teori sosiologi

Reiker; teori hukum obyektif Leon Duguit; teori Gilbert Abcarian dan teori A.

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 6
Hoogerwerf (lihat Koesnardi dan Saragih, 1985: 189; Saragih, 1988: 82-86;

Busroh, 2001: 144-149).

1. Teori mandat, adalah teori yang melihat si wakil duduk di lembaga perwakilan

karena mandat dari rakyat sehingga disebut mandataris. Teori mandat

dipelopori oleh Jean Jacques Rousseau, muncul di Perancis sebelum

revolusi. Teori ini menyesuaikan diri seiring perkembangan zaman, sehingga

dalam teori mandat dikenal adanya mandat imperatif, mandat bebas dan

mandat representatif.

2. Teori mandat imperatif, mengajarkan bahwa si wakil bertugas dan bertindak

di lembaga perwakilan sesuai instruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya.

Si wakil tidak boleh bertindak di luar instruksi tersebut dan apabila ada hal-hal

baru yang tidak terdapat dalam instruksi tersebut, maka si wakil harus

mendapat instruksi baru dari yang diwakilinya, kemudian baru dapat

melaksanakannya. Kalau setiap kali ada masalah baru harus minta mandat

baru, hal ini berarti akan menghambat tugas lembaga perwakilan tersebut,

maka lahirlah teori mandat baru yang disebut ‘mandat bebas’.

3. Teori mandat bebas, dipelopori oleh Abbe Sieyes di Perancis dan Black

Stone di Inggris. Teori mandat bebas, mengajarkan bahwa si wakil dapat

bertindak tanpa tergantung dari instruksi yang diwakilinya. Menurut teori ini, si

wakil adalah orang-orang yang terpercaya dan terpilih serta memiliki

kesadaran hukum masyarakat yang diwakilinya, sehingga si wakil dapat

bertindak atas nama mereka yang diwakilinya atau atas nama rakyat.

4. Teori mandat representatif, mengajarkan bahwa si wakil dianggap bergabung

dalam suatu lembaga perwakilan (parlemen). Rakyat memilih dan

memberikan mandat pada lembaga perwakilan (parlemen), sehingga si wakil

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 7
sebagai individu tidak ada hubungan dengan pemiliknya dan tidak ada

pertanggungjawaban. Lembaga perwakilan (parlemen) yang

bertanggungjawab kepada rakyat.

5. Teori organ Von Gierke, adalah teori yang memandang negara sebagai suatu

organisme yang mempunyai alat-alat perlengkapan seperti eksekutif,

parlemen dan mempunyai rakyat, yang semuanya mempunyai fungsi sendiri-

sendiri dan saling tergantung satu sama lain. Oleh karena itu dalam konteks

hubungan antara wakil dan yang diwakilinya, teori organ mengajarkan bahwa

setelah rakyat memilih lembaga perwakilan mereka tidak perlu lagi

mencampuri lembaga perwakilan tersebut dan lembaga ini bebas berfungsi

sesuai dengan wewenang yang diberikan oleh Undang-undang Dasar. Teori

organ ini didukung oleh Paul Laband dan George Jellinek.

6. Teori sosiologi Rieker, menganggap bahwa lembaga perwakilan bukan

merupakan bangunan politis, tetapi merupakan bangunan masyarakat

(sosial). Si pemilih akan memilih wakil-wakilnya yang benar-benar ahli dalam

bidang kenegaraan dan yang akan benar-benar membela kepentingan si

pemilih sehingga terbentuk lembaga perwakilan dari kepentingan-kepentingan

yang ada dalam masyarakat.

7. Teori hukum obyektif Leon Duguit, melihat bahwa dasar hubungan antara

rakyat dan parlemen adalah solidaritas. Wakil rakyat dapat melaksanakan

tugas-tugas kenegaraannya hanya atas nama rakyat. Sedangkan rakyat tidak

akan dapat melaksanakan tugas-tugas kenegaraannya tanpa mendukung

wakilnya dalam menentukan wewenang pemerintahan.

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 8
Seperti telah dikemukakan bahwa demokrasi adalah sistem politik ideal

dan ideologi yang berasal dari Barat. Demokrasi ini kemudian dibangun dan

dikembangkan secara pesat sebagai suatu rangkaian institusi dan praktek

berpolitik yang telah sejak lama dilaksanakan untuk merespon perkembangan

budaya, dan berbagai tantangan sosial dan lingkungan di masing-masing negara.

Ketika demokrasi Barat mulai ditransplantasikan ke dalam negara-negara

non-Barat dan beberapa negara bekas jajahan yang memiliki sejarah dan budaya

yang sangat berbeda, demokrasi tersebut memerlukan waktu untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan, dan mengalami berbagai perubahan dalam

penerapannya sesuai dengan lingkungan barunya yang berbeda,

(Wignjosoebroto, 2002: 485-493).

1. Konsep Demokrasi Elitis

Demokrasi elitis, melihat bahwa rakyat sebagai orang yang tidak perlu

dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan publik, karena rakyat

dianggap tidak mampu dan tidak berwenang untuk menyelesaikan persoalan-

-persoalan yang kompleks dalam masalah-masalah pemerintahan. Selain itu

rakyat lebih baik apatis dan bijaksana untuk tidak menciptakan tindakan-

tindakan yang merusak budaya, masyarakat dan kebebasan (Walker,1987)

Rakyat dianggap sudah cukup berperan dalam kehidupan negara melalui

penyelenggaraan pemilihan umum yang dilakukan secara periodik dalam

negara. Melalui pemilihan umum, rakyat sudah melakukan hak dan

kewajibannya sebagai warga negara.

Dalam demokrasi elitis, peran rakyat digantikan oleh sekelompok elit politik

dalam melaksanakan pemerintahan. Setelah dilakukannya pemilihan umum,

maka proses bernegara dalam pengambilan keputusan-keputusan publik,

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 9
sepenuhnya diwakili oleh lembaga perwakilan. Lembaga perwakilan akan

menjalankan tugas dan fungsinya secara bebas tanpa dibayangi oleh kontrol

dan protes dari rakyatnya.

Demokrasi elitis adalah demokrasi yang semu, hanya diperankan oleh

sekelompok or-ang yang mengatasnamakan rakyat melalui justifikasi

pemilihan umum.

2. Konsep Demokrasi Partisipatoris

Demokrasi partisipatoris, menuntut peran aktif berbagai komponen

demokrasi secara keseluruhan. Komponen demokrasi adalah organ-organ

kelembagaan, kekuatan-kekuatan masyarakat dan kekuatan--kekuatan

individual yang akan saling menunjang dan melengkapi dalam berjalannya

sistem demokrasi.

Dalam demokrasi partisipatoris, akan memberikan peluang yang luas

kepada rakyat untuk berpartisipasi secara effektif dalam proses pengambilan

keputusan yang menyangkut kebijakan publik. Prinsip dalam demokrasi

partisipatoris adalah persamaan bagi seluruh warga negara dewasa untuk

ikut menentukan agenda dan melakukan kontrol terhadap pelaksanaan

agenda yang telah diputuskan secara bersama. Hal ini dilakukan agar

perjalanan kehidupan bernegara mendapatkan pemahaman yang jernih pada

sasaran yang tepat dalam rangka terwujudnya pemerintahan yang baik (Dahl,

2001: 157).

Demokrasi partisipatoris pada hakekatnya adalah demokrasi yang

secara sadar akan memberdayakan rakyat dalam rangka mewujudkan

pemerintahan ‘dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan bersama rakyat’.

Adanya pemberdayaan rakyat yang akan berupa partisipasi langsung ini

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 10
penting, karena sistem perwakilan rakyat melalui lembaga perwakilan tidak

pernah dapat diandalkan sebagai satu-satunya saluran aspirasi rakyat.

Karena itulah, prinsip ‘representation in ideas’ dibedakan dari ‘rep­resentation

in presence’, karena perwakilan fisik saja belum tentu mencerminkan

keterwakilan gagasan atau aspirasi (Dahl, 2001: 168-169).

Menurut Samuel P. Huntington, partisipasi masyarakat dalam

demokrasi partisipatoris dapat terjadi ketika pembangunan sosial ekonomi

berhasil mencapai tingkat pemerataan yang lebih besar, sehingga melahirkan

stabilitas politik dan pada gilirannya memunculkan partisipasi politik yang

demokratis. Partisipasi ini dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu partisipasi

mobilisasi dan partisipasi otonom. Landasan sebagai pijakan dari partisipasi

ini dapat berupa kelas, kelompok, lingkungan, partai dan golongan (faction)

(Samuel P. Hutington dan Joah Nelson, 1994: 9-27).

Dari pemahaman konsep demokrasi partisipatoris tersebut,

keberadaan lembaga perwakilan merupakan salah satu komponen dalam

demokrasi. Dinamika demokrasi modern dalam ‘nation state’, selain lembaga

perwakilan yang diisi melalui pemilihan umum, masih terdapat elemen

demokrasi lainnya yang mempunyai hak dan kedudukan yang sama dalam

penyelenggaraan pemerintahan.

Di sinilah arti pentingnya, interest group, presure group, tokoh

masyarakat, pers, dan partai politik, ikut ambil bagian dalam proses

penyelenggaraan pemerintahan. Kekuatan-kekuatan politik ini merupakan

kekuatan infra struktur politik yang perlu diberikan tempat secara proposional

dalam demokrasi partisipatoris. Peran dari elemen-elemen masyarakat ini

sangat diperlukan dalam rangka menciptakan demokrasi partisipatoris.

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 11
Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, termasuk bidang

pemben-tukan undang-undang, telah menjadi issue penting dalam konteks

global (Craig dan Mayo, 1995: 1).

3. Konsep Partisipasi Demokrasi

Munculnya konsep partisipasi dalam sistem demokrasi sehingga

melahirkan ‘participatory democracy’, berkaitan dengan adanya gerakan ‘New

Left’ sebagai pengaruh dari ‘legitimation crisis’ pada tahun 1960-an. Gerakan

‘New Left’ yang memunculkan demokrasi partisipatoris, adalah ‘the main

counter-models on the left to the legal democracy’. Legal democracy

bertumpu pada premis ‘pluralist theory of politics’ yang mengacu kepada teori

‘overloaded government’, sedangkan demokrasi partisipatoris bertumpu pada

premis ‘Marxist’ yang mengacu kepada teori ‘legitimation crisis’ (David Held,

241-264).

Gerakan dalam upaya memberdayakan masyarakat untuk turut serta

dalam proses pengambilan keputusan pemerintahan telah merambah ke

berbagai negara, termasuk Indonesia yang menganut sistem demokrasi. Oleh

karena itu, wacana tentang partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan

keputusan pemerintahan telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam proses

berdemokrasi di Indonesia.

Huntington memberikan definisi ‘partisipasi politik’, sebagai “kegiatan

yang dilakukan oleh para warga negara dengan tujuan mempengaruhi

pengambilan keputusan pemerintah. Partisipasi dapat secara spontan, secara

kesinambungan atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal

atau ilegal, efektif atau tidak efektif.”

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 12
Dari definisi partisipasi politik tersebut, terlihat bahwa substansi dari

partisipasi adalah kegiatan untuk mempengaruhi keputusan pemerintah,

tanpa melihat bentuk, sifat dan hasil dari partisipasi yang dilakukannya.

Dalam definisi tersebut terdapat empat hal pokok, yaitu:

1. Partisipasi, adalah mencakup ‘kegiatan­-kegiatan’, tidak memasukkan di

dalamnya yang berupa ‘sikap-sikap’ terhadap orientasi politik;

2. Partisipasi, adalah kegiatan politik warga negara perorangan dalam

peranannya sebagai warga negara biasa; artinya, bukan kegiatan dari

orang-orang yang memang berkecimpung dalam profesi politik atau

pemerintahan;

3. Partisipasi, adalah hanya merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk

mempengaruhi pengambilan keputusan peme-rintah;

4. Partisipasi mencakup semua kegiatan yang dimaksudkan untuk

mem-pengaruhi pemerintah, tanpa mempedulikan apakah kegiatan itu

benar-benar mempunyai dampak untuk itu atau tidak.

Dari definisi partisipasi politik yang di dalamnya mengandung empat

hal pokok tersebut, diambil pemahaman bahwa gerakan memberdayakan

masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan

pemerintahan, pada dasarnya berpangkal pada adanya desirability dari

masyarakat untuk mewujudkan self-government dalam demokrasi

partisipatoris (William N. Nelson, 1980: 51).

Dengan asumsi demikian, rakyat melakukan partisipasi yang dilakukan

dalam berbagai bentuk partisipasi politik yang dapat berupa konvensional

maupun non-konvensional.

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 13
Dalam kaitan partisipasi dalam proses politik, terdapat faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi seseorang, yaitu kesadaran

politik dan kepercayaan kepada pemerintah (sistem politik). Kesadaran politik,

adalah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang dapat

berupa pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat dan politik,

serta minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan

politik tempat ia hidup.

Sedangkan yang dimaksud dengan sikap dan kepercayaan kepada

pemerintah, ialah penilaian sseorang terhadap pemerintah, apakah ia menilai

pemerintah dapat dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak (Surbakti, 1999:

144).

Berkaitan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tinggi dan

rendahnya partisipasi seseorang dalam melihat suatu persoalan dalam

lingkungannya, dikemukakan adanya empat tipe partisipasi, yaitu: (Jeffry M

Paige, dalam Surbakti, 1999: 144)

o Apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada

pemerintah yang tinggi, maka partisipasi politik cenderung aktif;

o Apabila seseorang tingkat kesadaran politik dan kepercayaan kepada

pemerintah rendah, maka partisipasi politik cenderung pasif-tertekan

(apatis);

o Apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah

sangat rendah, maka akan melahirkan militan radikal; dan

o Apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi kepercayaan kepada

pemerintah sangat tinggi, maka akan melahirkan partisipasi yang tidak

aktif (pasif).

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 14
Dari berbagai hal yang berkaitan dengan partisipasi di atas, terlihat bahwa

problematika partisipasi dalam kehidupan berdemokrasi menjadi suatu masalah

yang dapat diperdebatkan.

Tuntutan adanya partisipasi dalam suatu negara demokrasi pada satu sisi

merupakan suatu keniscayaan, namun di sisi yang lain dipertanyakan apakah

partisipasi itu dapat dilakukan dalam kerangka kebebasan dan persamaan warga

negara dalam penyelenggaraan suatu negara.

Permasalahan tersebut kemudian menuntun pada pertanyaan, apakah

pemerintahan yang demokratis itu tergantung pada ada dan tidaknya partisipasi

dari masyarakat dalam membuat keputusan pemerintahan. Jika adanya

partisipasi ini menjadi suatu ukuran dalam proses pengambilan keputusan yang

demokratis, maka ukuran apakah untuk menentukan bahwa suatu partisipasi

masyarakat itu merupakan keinginan bersama dalam masyarakat.

Partisipasi masyarakat hakekatnya merupakan persoalan nilai-nilai yang

bertalian dengan morality suatu masyarakat. Ketika permasalahan partisipasi

terkait dengan permasalahan moral, maka akan sulit menentukan nilai-nilai moral

dari masyarakat yang ukurannya niscaya berbeda--beda. Dengan demikian,

dalam demokrasi bergantung pada penyerapan nilai-nilai moral yang baik di

dalam masyarakat.

Pada akhirnya problematika dalam pemaparan di atas telah menyangkut

persoalan definisi dan ukuran demokrasi. Keberadaan lembaga perwakilan, baru

mewakili masyarakat dari aspek political rep-resentative. Sedangkan di dalam

masyarakat masih terdapat functional representative, regional representative dan

idea representative.

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 15
Dalam partisipasi demokrasi, dikatakan oleh Joan Nelson bahwa “the

participation theo-rist have failed to provide us with such a theory, and their

arguments therefore radically incom­plete”. Partisipasi sebagai suatu intrumen

demokrasi yang sangat diharapkan dalam membangun self-government bagi

suatu negara demokrasi, ternyata tidak dapat bekerja secara utuh sebagai suatu

teori, dan telah gagal dalam membangun argumen--argumennya secara

fundamental.

Dengan demikian dari pemaparan di atas terlihat adanya keterkaitan

konsep demokrasi, partisipasi demokrasi dan kehidupan bernegara yang

demokratis, yang secara umum dapat disimpulkan bahwa;

Negara demokrasi adalah Negara yang pemerintahannya dilaksanakan

dengan prinsip “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 16
B. Demokrasi Pendidikan

Demokrasi Pendidikan diartikan sebagai hak setiap warga Negara atas

kesempatan yang seluas – luasnya untuk menikmati Pendidikan , yang sesuai

dengan bunyi pernyataan Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 4 ayat

( 1) yaitu “ Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan

serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asai manusia , nilai

keagamaan nilai kultural , dan kemajemukan bangsa. Dua hal yang penting

dalam mengikuti pendidikan yaitu :

Pertama : memperoleh pengetahuan , ketrampilan dan kemampuan

dalam batas tertentu yakni pada level pendidikan dasar

Sembilan tahun

Kedua : adanya peluang untuk memilih satuan pendidikan sesuai

dengan karakteristiknya.

Demokrasi Pendidikan bukan hanya sekedar prosedur , tetapi juga nilai

– nilai pengakuan dalam kehormatan dan martabat manusia. Melalui upaya

Demokratisasi Pendidikan diharapkan mampu mendorong munculnya individu

yang kreatif , kritis , dan produktif tanpa keterbukaan dalam kehidupan

berpolitik. Proses ini menuntut adanya relasi kemasyarakatan yang

Demokratis. Tanggung jawab dari pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional

dalam transformasi sosial yang tengah berlangsung adalah menanamkan dan

mengoperasikan ethos , nilai dan moralitas bangsa dalam menerima dan

mengelola informasi yang silih berganti menjadi aset dalam meningkatkan

kualitas dirinya.

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 17
Pengakuan terhadap hak asasi setiap individu anak bangsa untuk

menuntut pendidikan pada dasarnya telah mendapatkan pengakuan secara

legal sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang – Undang Dasar 1945

pasal 31 (1) yang berbunyi bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan

Pendidikan. Oleh karena itu seluruh komponen bangsa yang mencakupi

orang tua , masyarakat , dan pemerintah memiliki kewajiban dalam

bertanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui

pendidikan.

Mengenai tanggung jawab pemerintah secara tegas telah menyatakan

bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistim

pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur

dengan Undang – Undang.

Dengan demikian tampaknya Demokrasi Pendidikan merupakan

pandangan hidup yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta

perlakuan yang sama didalam berlangsungnya proses pendidikan antara

pendidikan dan anak didik serta juga dengan pengelola pendidikan.

UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nassional yang

bunyinya adalah memberikan kesempatan yang sama untuk menikmati

pendidikan yang diatur oleh UU Sistem Pendidikan Nasional.

o Pasal 5 yang bunyinya adalah tiap warga Negara mempunyai

hak yang sama untuk memperoleh pendidikan.

o Pasal 6 yang bunyinya adalah tiap warga berhak atas

kesempatan mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan ,

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 18
kemampuan , dan ketrampilan yang setara dengan tamatan pendidikan

dasar.

o Pasal 7 bunyinya adalah penerimaan seseorang sebagai

peserta didik dalam suatu satuan pendidikan tidak membedakan jenis kelamin

, agama , suku , ras , kedudukan sosial dan kemampuan ekonomi.

o Pasal 8 yang menyebutkan bahwa warga Negara yang memiliki

kelainan fisik atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa , dan

warga Negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak

memperoleh perhatian khusus.

Dalam kepustakaan asing, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

disebut Civic Education yang batasannya ialah seluruh kegiatan

sekolah,rumah,dan masyarakat yang dapat menumbuhkan demokrasi

(Somantri, 2001) Artinyabahwa PKn merupakan pendidikan demokrasi. Atau

disebut juga bahwa Pendidikan Demokrasi merupakan essensi dari

Pendidikan Kewarganegaraan. PKn yang disusun melaluihierarki tingkat

pengetahuan ilmu sosial, yaitu fakta,konsep, generalisasi, dan teori hukum

sehingga membentuk ide fundamental Ilmu Kewarganegaraan (IKN) yang

bersumber kepada Social Studies sebagai turunan daripada ilmu-ilmu sosial

(social science).

Gandal dan Finn (1992) menegaskan bahwa “democracy doesnot

teach itself. If the strengts, benefits, and responsibilities of democracy arenot

made clear to citizens, they will be ill-equipped to defend on it” artinya bahwa

demokrasi tidak dapat mengajarkannya sendiri. Kalau kekuatan,

kemanfaatan,dan tanggung jawab demokrasi tidak difahami dan dihayati

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 19
dengan baik oleh warga Negara, sukar diharapkan mereka mau betjuang

untukmempertahankannya.

Thomas Jefferson sebagai penulis “Deklarasi Kemerdekaan Amerika”

dalam Wahab (2001), menyatakan bahwa; “that the knowledge,skills,

behaviors of democratic citizenship donot just occur naturallity in oneself,but

rather theymust be taught consciously through schooling to teach new

generation, i.e. they are learned behaviors”. Maksudnya, bahwa

pengetahuan, kemampuan, dan perilaku warga Negara yang demokratis tidak

akan terjadi dengan sendirinya, tetapi harus diajarkan kepada generasi

penerus.

Dari uraian-uraian di atas dapat diartikan bahwa PKn merupakan mata

pelajaran yang tepat untuk mengajarkan Pendidikan Demokrasi dalam

prosempembelajaran di sekolah. Sehingga benar adanya bahwa Pendidikan

Demokrasi merupakan Essensi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 20
C. Sekolah Sebagai Laboratorium Demokrasi

Dalam konteks pendidikan formal, khususnya pada jenjang pendidikan

dasar, sekolah seyogyanya dikembangkan sebagai pranata atau tatanan

sosial-pedagogis yang kondusif atau memberi suasana bagi tumbuh-

kembangnya berbagai kualitas pribadi peserta didik. Oleh karena itu sekolah

sebagai bagian integral dari masyarakat perlu dikembangkan sebagai pusat

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, yang

mempu memberi keteladanan, membangun kamauan, dan mengembangkan

kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran demokrasi.

Sekolah dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 disebut “satuan

pendidikan” Sekolah Dasar (SD) sebagai satuan pendidikan merupakan suatu

entity (satuan utuh) wahana pendidikan nasional yang mencapai tujuan

pendidikan nasional.

Paradigma pendidikan demokrasi yang perlu dikembangkan dalam

lingkungan sekolah adalah pendidikan demokrasi yang bersifat

multidimensional atau bersisi jamak. Sifat multidimensional itu antara lain

terletak pada :

1. Pandangannya yang pluralistik-uniter (bermacam-macam tetapi menyatu

dalam pengertian Bhinneka Tunggal Ika)

2. Sikapnya dalam menempatkan individu, negara, dan masyarakat global

secara harmonis

3. Tujuannya yang diarahkan kepada semua dimensi kecerdasan (spiritual,

rasional, emosianal, dan sosial)

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 21
4. Konteks (setting) yang menghasilkan pengalaman belajarnya yang

terbuka, fleksibel atau luwes, dan bervariasi merujuk kepada dimensi

tujuannya.

Konsep “Learning democracy, in democracy, for democracy” yakni

belajar demokrasi dalam situasi yang demokratis, untuk membangun

kehidupan demokratis, dapat diwujudkan dengan menerapkan 3 hal:

1. Strategi Umum Pengembangan Warga Negara yang demokratis di

lingkungan sekolah.

Apabila ditampilkan dalam wujud program pendidikan paradigma baru,

salah satunya menuntut tersedianya sumber belajar yang dapat memfasilitasi

siswa untuk memahami penerapan demokrasi di negara lain sehingga

mereka memiliki wawasan yang luas tentang ragam ide dan sistem demokrasi

dalam berbagai konteks Strategi Umum Pengembangan Warga Negara yang

Demokratis di Lingkungan Sekolah

Strategi dapat diartikan sebagai serangkaian langkah yang dipilih untuk

mencapai tujuan atau target. Winataputra (2006) menjelaskan karakteristik

pokok untuk masing-masing strategi, yaitunya sebagai berikut:

a. Pertemuan kelas berita baru

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab

melalui pertemuan kelas guna membahas berita aktual yang ada di media

masa.

b. Cambuk bersiklus

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dengan tanggung

jawab melalui pertemuan saling bertanya dan menjawan secara

bergantian.

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 22
c. Waktu untuk penghargaan

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab

melalui pertemuan untuk memberikan penghargaan terhadap orang lain.

d. Waktu untuk yang terhormat

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab

melalui acara yang secara khusus diadakan atas inisiatif siswa untuk

memberi penghargaan untuk orang yang sangat dihormati.

e. Pertemuan perumusan tujuan

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab

melalui pertemuan yang sengaja diadakan atas inisiatif guru dan/atau

siswa untuk merumuskan visi atau tujuan sekolah.

f. Pertemuan legislasi

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab

melalui pertemuan untuk merumuskan norma atau aturan yang akan

dilakukan di sekolah.

g. Pertemuan evaluasi aturan

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab

untuk mengevaluasi pelaksanaan norma atau aturan yang telah disepakati

yang berlaku di sekolah.

h. Pertemuan perumusan langkah kegiatan

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab

melalui pertemuan untuk menetapkan prioritas atau tahapan kegiatan

yang akan dilakukan oleh siswa dibawah supervisi sekolah.

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 23
i. Pertemuan refleksi belajar

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab

melalui pertemuan pengendapan dan evaluasi terhadap proses hasil

belajar setelah selesai satu atau beberapa pertemuan.

j. Pertemuan pemecahan masalah

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab

melalui pertemuan terencana untukmemecahkan masalah yang ada di

lingkungan sekitar yang menyangkut kehidupan siswa.

k. Isu akademis

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab

melalui pertemuan untuk membahas akademis.

l. Pertemuan perbaikan kelas

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab

melalui pertemuan untuk membahas masalah yang menyangkut

kehidupan siswa.

m. Pertemuan tindak lanjut

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab

melalui pertemuan untuk membahas tundak lanjut suatu kegiatan

n. Pertemuan perencanaan

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab

melalui pertemuan untuk menyusun rencana bersama.

o. Pertemuan pengembangan konsep

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab

melalui pertemuan untuk menyusun gagasan baru untuk pemecahan

masalah yang pelik.

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 24
p. Pembahasan situasi pelik

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung

jawab melalui pertemuan untuk membahas masalah yang pelik.

q. Kotak saran

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab

melalui pengumpulan saran secara bebas dan rahasia.

r. Pertemuan dalam pertemuan

Merupakan strategi pengembangan sikap demokratis den tanggung jawab

melalui pertemuan kelompok kecil dalam konteks pertemuan klasikal atau

pertemuan besar.

2. Fungsi dan Peran Sekolah dalam mengembangkan Warga Negara yang

Demokratis.

Sekolah sebagai organisasi mempunyai struktur dan kultur. Sebagai

bagian dari strukturbirokrasi pendidikan, Pendidikan SD merupakan satuan

pendidikan dalam lingkungan pemerintah daerah kabupaten/kota yang

pembinaannya langsung di bawah dinas pendidikan. Oleh karenanya sekolah

juga merupakan satuan komunitas yang terdiri dari; pendidik, peserta didik,

dan tenaga kependidikan.

Kaitan dengan fungsi dan peran sekolah dalam mengembangkan

warga Negara yang demokratis, maka sudah pasti sekolah sangat berperan

dalam proses pembelajaran demokrasi sesuai muatan kurikulum yang

dikembangkan.

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 25
3. Mekanisme kerja dalam konteks kesisteman sekolah

Sebagai penyelenggara pendidikan sebagaimana tertuang dalam PP

RI nomor 19 tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan dalam pasal 4

ayat 3 dinyatakan bahwa: “Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang

hayat.” Yang selanjutnya dalam pasal 4 ayat 4 dinyatakan: bahwa

“Pendidikan diselenggrakan dengan memberikan keteladanan, membangun

kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses

pemberdayaan.” Begitu juga pada pasal 4, ayat 6, dinyatakan bahwa “

Pendidikan diselenggrakan dengan memberdayakan semua komponen

masyarakat melalui peran serta dalam pemnyelenggaraan dan pengendalian

mutu layanan pendidikan.”

Dalam hal ini sekolah sebagai penyelenggara pendidikan harus

memberdayakan seluruh komponen yang terkait dengan struktur organisasi

sekolah, yaitu :

a. Kepala Sekolah
b. Wakil Kepala Sejkolah
c. Tata Usaha
d. Dewan Guru
e. Unit Laboratorium
f. Unit Perpustakaan
g. OSIS
h. Komite Sekolah.

Semua komponen tersebut mempunya peran yang harus difungsikan

sesuai dengan deskripsi tugas masing-masing, sehingga tujuan pendidikan

dapat tercapai, dan upaya untuk menjadikan sekolah sebagai Laboratorium

Demokrasi dapat terwujudkan

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 26
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Secara praktis, Negara demokrasi adalah Negara yang menerapkan

sistem perwakilan sebagai lembaga legislatif yang bersinergi dengan

lembaga eksekutif dan lembaga yudikatif.

Paradigma pendidikan yang mengarah pada era demokrasi banyak

memberikan konsekuensi logis dalam mempersiapkan kondisi masa transisi

budaya. Masyarakat yang mengalami situasi demokrasi umumnya lebih

menghargai perbedaan pandangan dan keberagaman status sosial. Tidak

hanya pemerintah yang memikirkan konsep dan sistem pendidikan yang ideal

tetapi merupakan tanggung jawab bersama.

Oleh karena itu bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang tepat

untuk mengajarkan Pendidikan Demokrasi dalam proses pembelajaran di

sekolah. Sehingga menjadikan pembenaran bahwa Pendidikan Demokrasi

merupakan Essensi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Untuk menjadikan sekolah sebagai laboratorium demokrasi, situasi

sekolah dan kelas dikembangkan sebagai “democratic labaratoy” atau lab

demokrasi dengan lingkungan sekolah yang diperlakukan sebagai “micro

cosmos of democracy” atau lingkungan kehidupan yang demokratis, dan

memperlakukan masyarakat luas sebagai “open global classroom” atau

sebagai kelas global yang terbuka, yang tentunya dengan memfungsikan

peran struktural semua elemen sekolah sesuai dengan deskripsi tugasnya

masing-masing..

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 27
HARAPAN

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan

kita tentang konsep dan praktik demokrasi , serta pendidikan demokrasi,

dimana pada saatnya nanti sekolah dapat berfungsi sebagai laboratorium

demokrasi yang mengantarkan peserta didik ke arah pemahaman praktis

berdemokrasi dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

DAFTAR PUSTAKA

Winatapura, Udin S.2014, Pembelajaran PKn di SD, Buku Materi Pokok

Modul 7 Universitas Terbuka Jakarta.

Asshiddiqie, Jimly, 1994, Gagasan Kedaulafan Rakyat Dalam Konstitusi dan

Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta: Ikhtiar Baru van Hoeve.

_____, 2002, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia di Masa Depan,

Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UI.

Beetham, David, (ed.), 1994, Defining and Mea-suring Democracy, London-

Thousand Oaks-New Delhi: Sage Publications.

Budiardjo, Miriam, 1983, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia.

Google.co.id.

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 28
KONSEP DAN PRAKTIK DEMOKRASI
SERTA PENDIDIKAN DEMOKRASI
Makalah Mata Kuliah Pembelajaran PKn di SD

Oleh :

FAUZIAH : NIM 825507416


IID ROSYIDAH : NIM

PROGRAM PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS TERBUKA


TAHUN 2015

Makalah: “Konsep dan Praktik Demokrasi serta Pendidikan Demokrasi” Fauziah & Iid Rosyidah 29

Anda mungkin juga menyukai