A. Latar Belakang
1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi
1
Azyumardi Azra,Demokrasi,Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Prenada
Media,2000) hlm. 110.
2
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat
dewasa.
c) Philipe C. Schmitterdan Terry Lynn Karl menyatakan demokrasi
sebagai suatu system pemerintahan di mana pemerintah dimintai
tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah public
oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui
kompetisi dan kerjasama dengan para wakil mereka yang telah
terpilih,
d) Henry B. Mayo menyatakan demokrasi sebagai system politik
merupakan suatu system yang menunjukkan bahwa kebijakan
umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang
diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan
berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
e) Affan Gaffar (2000) memaknai demokrasi dalam dua bentuk
yaitu pemaknaan secara normatif (demokrasi normatif) dan
empirik (demokrasi empirik) Demokrasi normatif adalah
demokrasi yang secara ideal hendak dilakukan oleh sebuah
Negara. Sedangkan demokrasi empirik adalah demokrasi dalam
perwujudannya pada dunia politik praktis2.
2
Ibid,hlm.111.
3
B. Pengertian Pendidikan Demokrasi
3
A.Ubaidillah,Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani,(Jakarta;ICCE Syarif
Hidayatullah,2000)hlm.243.
4
pengetahuan dan kesadaran demokrasi warga negaranya. Pendidikan pada
umumnya dan pendidikan demokrasi pada umumnya akan diberikan seluas-
luasnya bagi warganya. Warga negara yang berpendidikan dan memiliki
kesadaran politik tinggi sangat diharapkan oleh negara demokrasi. Hal ini bertolak
belakang dengan negara otoriter atau model diktator yang takut dan merasa
terancam oleh warganya yang berpendidikan. Dengan demikian, demokrasi
pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutarakan persamaan hak dan
kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam berlangsungnya proses pendidikan
antara pendidik dan anak didik serta juga dengan pengelola pendidikan. Karena
itulah pendidikan demokratis dalam pengertian yang luas patut selalu dianalisis
sehingga memberikan manfaat dalam praktek kehidupan dan pendidikan yang
paling tidak mengandung hal-hal sebagai berikut :
4
Ibid,hlm.244.
5
Undang-Undang Dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer
dimana badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai kepala Negara konstitusional
(constitutional head) beserta menteri-menterinya yang mempunyai tanggung
jawab politik. Karena fragmentasi partai-partai politikusia kabinet pada masa ini
jarang dapat bertahan cukup lama5.
Ciri-ciri periode ini adalah dominasi dari Presiden, terbatasnya peranan partai
politik,berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai
unsur sosial politik. Dekrit Presiden 5 Juli dapat dipandang sebagai suatu usaha
untuk mencari jalan keluar dari kemacetan politik melalui pembentukan
kepemimpinan yang kuat. Undang-UndangDasar 1945 membuka kesempatan bagi
seorang Presiden untuk bertahan selama sekurang-kurangnya lima tahun. Akan
tetapi ketetapan MPRS No.III/1963 yang mengangkat Ir.Soekarno sebagai
Presiden seumur hidup telah “membatalkan pembatasan waktu lima tahun ini
(Undang-Undang Dasar memungkinkan seorang Presiden untuk dipilih kembali)
yang ditentukan Undang-Undang Dasar.
5
Azyumardi Azra,op.cit hlm.130.
6
Ibid,hlm.131.
6
demokrasi terpimpin,kita telah mengadakan tindakan koretif. Ketetapan MPRS
No. III/1963 yang menetapkan masa jabatan seumur hidup untuk Ir. Soekarno
telah dibatalkan dan jabatan presiden kembali menjadi jabatan elektif setiap lima
tahun. Ketetapan MPRS No. XIX/1966 telah menentukan ditinjaunya kembali
produk-produk legislatif dari masa Demokrasi Terpimpin dan atas dasar itu
Undang-Undang No. 19/1964 telah diganti dengan suatu undang-undang baru
(No. 14/1970) yang menetapkan kembali azas ”kebebasan badan-badan
pengadilan”. Dewan Perwakilan Rakyat-Gotong Royong diberi beberapa hak
kontrol,disampinginya tetap mempunyai fungsi untuk membantu pemerintah.
Pimpinannya tidak lagi mempunyai status menteri7.
7
6. Monolitisasi ideologi Negara
7. Inkorporasi lembaga non pemerintah
Runtuhnya rezim otoriter Orde Baru telah membawa harapan baru bagi
tumbuhnya demokrasi di indonesia. Bergulirnya reformasi yang mengiringi
keruntuhan rezim tersebut menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi
indonesia. Transisi demokrasi merupakan fase krusial yang kritis, karena dalam
fase ini akan di tentukan kemana arah demokrasi yang akan dibangun. Selain itu
dalam fase ini pula bias saja terjadi pembalikan arah perjalanan bangsa dan
Negara yang akan menghantar Indonesia kembali memasuki masa otoriter
sebagaimana yang terjadi pada periode orde lama dan orde baru.
Keempat faktor itu harus jalan secara sinergis dan berkelindan sebagai
modal untuk mengonsolidasikan demokrasi. Karena itu seperti dikemukakan oleh
Azyumardi Azralangkah yang harus dilakukan dalam trasisi Indonesia menuju
demokrasi sekurang-kurangnya mencakup reformasi dalam tiga bidang besar
(Azyumardi Azra,2002)8.
8
Ibid,hlm.135.
8
Pertama, reformasi sistem(constitutional reform) yang menyangkut
Perumusan kembali falsafah, kerangka dasar, dan perangkat legal sistem politik.
Kedua, reformasi kelembagaan (institutional reform and empowerment) yang
menyangkut pengembangan dan pemberdayaan lembaga-lembaga politik.
Ketiga,pengembangan kultur atau budaya politik (political culture) yang lebih
demokratis.
9
dalam suatu kegiatan kulikuler,apakah secara eksplisit dimuat dalam suatu mata
pelajaran atau mata kuliah,ataukah disisipkan kedalam mata pelajaran umum.
Merujuk pada prinsip-prinsip pemerintah yang demokratis dibawah Rule Of Law,
maka pendidikan kewarganegaraan memegang posisi penting guna membangun
kultur warga negara yang demokratis.
Selain masalah penataan, yang lebih penting lagi adalah masalah isi materi
dari pendidikan demokrasi. Agar benar-benar berfungsi sebagai pendidikan
demokrasi maka materinya perlu ditekankan pada empat hal, yaitu asal usul
sejarah demokrasi, sejarah demokrasi di Indonesia, jiwa demokrasi Indonesia
berdasar Pancasila dan UUD 1945, dan masa depan demokrasi. Asal-usul
demokrasi akan membelajarkan anak mengenai perkembangan konsep demokrasi
dari mulai konsep awal hingga menjadi konsep global saat ini. Materi masa depan
demokrasi akan membangkitkan kesadaran anak mengenai pentingnya demokrasi
serta memahami tantangan demokrasi yang akan muncul dimasa depan. Untuk
menghindari terjadinya indoktrinasi, materi-materi yang berisi doktrin-doktrin
Negara sedapat mungkin diminimalkan dan diganti dengan pendekatan historis
dan ilmiah, serta dikenalkan dengan fakta-fakta yang relevan9.
Demokrasi, dalam pengertian klasik, pertama kali muncul pada abad ke-5 SM
tepatnya di Yunani. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi dilakukan secara
langsung, dalam artian rakyat berkumpul pada suatu tempat tertentu dalam rangka
membahas pelbagai permasalahan kenegaraan.
Bentuk negara demokrasi klasik lahir dari pemikiran aliran yang dikenal
berpandangan a tree partite classification of state yang membedakan bentuk
negara atas tiga bentuk ideal yang dikenal sebagai bentuk negara kalsik-
9
Winarmo,Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,(Jakarta,Bumi Aksara,2010)hlm.135.
10
tradisional. Para penganut aliran ini adalah Plato, Aristoteles, Polybius dan
Thomas Aquino.
10
Tim Penyusun Kemenristekdikti,Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan
Kewarganegaraan,(Jakarta;Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kemenristekdikti,2016) hlm.145.
11
Di masa Pericles dimulai penerapan demokrasi langsung (direct democrazy).
Model demokrasi ini bisa diterapkan karena jumlah penduduk negara kota masih
terbatas, kurang dari 300.000 jiwa, wilayah nya kecil, struktur sosialnya masih
sederhana dan mereka terlibat langsung dalam proses kenegaraan.
12
1. Legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk undang-undang.
2. Eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang-undang.
3. Legislatif, yaitu kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang
(mengadili).
13
a. Masa demokrasi parlementer tahun 1945-1949
b. Masa demokrasi terpimpin tahun 1959-1965
c. Masa demokrasi pancasila tahun 1965 sampai sekarang
11
Saputra,I.,Nawawi,J.,dan Rahmatullah,Demokrasi Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Jurnal Ilmu Pemerintahan(2014)hlm.109.
14
Karena itu, pilkada sebagai bagian dari pemilu harus dilaksanakan secara
demokratis sehingga betul-betul dapat memenuhi peran dan fungsi tersebut.
Pelanggaran dan kelemahan yang dapat menyesatkan atau membiaskan esensi
demokrasi dalam pilkada harus diperbaiki dan dicegah.
15
PENUTUP
Kesimpulan
16
Daftar Pustaka
17