Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia telah banyak menganut sistem pemerintahan pada awalnya.


Namun, dari semua sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era
reformasi 1998 sampai saat ini adalah sistem pemerintahan demokrasi.
Meskipun masih terdapat beberapa kekurangan dan tantangan disana sini.
Sebagian kelompok merasa merdeka dengan diberlakukannya sistem
demokrasi di Indonesia. Artinya, kebebasan pers sudah menempati ruang yang
sebebas-bebasnya sehingga setiap orang berhak menyampaikan pendapat dan
aspirasinya masing-masing.

Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem


pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau
negara yang dijalankan oleh pemerintah. Semua warga negara memiliki hak
yang setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara
langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum.

Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang


memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Demokrasi Indonesia dipandang perlu dan sesuai dengan pribadi bangsa
Indonesia. Selain itu yang melatar belakangi pemakaian sistem demokrasi di
Indonesia. Hal itu bisa kita temukan dari banyaknya agama yang masuk dan
berkembang di Indonesia, selain itu banyaknya suku, budaya dan bahasa,
kesemuanya merupakan karunia Tuhan yang patut kita syukuri.

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi

Demokrasi sebagai suatu sistem telah dijadikan alternatif dalam berbagai


tatanan aktivitas bermasyarakat dan bernegara di beberapa Negara. Seperti diakui
oleh Moh. Mahfud MD, ada dua alas an dipilihnya demokrasi sebagai system
bermasyarakat dan bernegara. Pertama, hamper semua Negara didunia ini telah
menjadikan demokrasi sebagai asas yang fundamental; Kedua, demokrasi sebagai
asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat
untuk menyelenggarakan Negara sebagai organisasi tertingginya. Karena itu
diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang benar pada warga masyarakat
tentang demokrasi1.

Pengertian dari demokrasi dapat dilhat dari tinjauan bahasa (etimologis)


dan istilah (terminologis). Secara etimologis “demokrasi” terdiri dari dua kata
yang berasal dari bahasa yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk
suatu tempat dan “cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan.
Jadi secara bahasa demos-cratein atau demos-cratos (demokrasi) adalah keadaan
Negara dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan
rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat
berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.

Sementara itu, pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana


dikemukakan para ahli sebagai berikut :

a) Menurut Joseph A. Schmeter, demokrasi merupakan suatu


perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik di
mana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
b) Sidney Hook berpendapat demokrasi adalah bentuk
pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintah yang
penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada

1
Azyumardi Azra,Demokrasi,Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Prenada
Media,2000) hlm. 110.

2
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat
dewasa.
c) Philipe C. Schmitterdan Terry Lynn Karl menyatakan demokrasi
sebagai suatu system pemerintahan di mana pemerintah dimintai
tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah public
oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui
kompetisi dan kerjasama dengan para wakil mereka yang telah
terpilih,
d) Henry B. Mayo menyatakan demokrasi sebagai system politik
merupakan suatu system yang menunjukkan bahwa kebijakan
umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang
diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan
berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
e) Affan Gaffar (2000) memaknai demokrasi dalam dua bentuk
yaitu pemaknaan secara normatif (demokrasi normatif) dan
empirik (demokrasi empirik) Demokrasi normatif adalah
demokrasi yang secara ideal hendak dilakukan oleh sebuah
Negara. Sedangkan demokrasi empirik adalah demokrasi dalam
perwujudannya pada dunia politik praktis2.

Dengan demikian makna demokrasi sebagai dasar hidup bermasyarakat dan


bernegara mengandung pengertian bahwa rakyatlah yang memberikan ketentuan
dalam masalah-masalah mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai
kebijakan Negara, karena kebijakan tersebut akan menentukan kehidupan rakyat.
Dengan demikian Negara yang menganut sistem demokrasi adalah Negara yang
diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Dari sudut
organisasi, demokrasi berarti pengorganisasian Negara yang dilakukan oleh rakyat
sendiri atau asas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat.

2
Ibid,hlm.111.

3
B. Pengertian Pendidikan Demokrasi

Pendidikan demokrasi pada hakikatnya adalah sosialisasi nilai-nilai demokrasi


agar dapat diterima dan dijalankan oleh warga negara. Pendidikan demokrasi
adalah upaya sistematis yang dilakukan oleh negara dan masyarakat untuk
memfasilitasi individu warga negara agar
memahami,menghayati,mengamalkan,dan mengembangkan konsep, prinsip,dan
nilai demokrasi sesuai dengan status dan perannya di masyarakat (Udin
S.Winataputra,2012)3.

Pendidikan demokrasi bertujuan mempersiapkan warga masyarakat untuk


berperilaku dan bertindak demokratis,melalui aktifitas yang menanamkan pada
generasi muda akan pengetahuan,kesadaran, dan nilai-nilai demokrasi.
Pengetahuan dan kesadaran akan nilai demokrasi itu meliputi tiga hal.
Pertama,kesadaran bahwa demokrasi adalah pola kehidupan yang paling
menjamin hak-hak warga masyarakat itu sendiri,demokrasi adalah pilihan terbaik
diantara yang buruk tentang pola hidup bernegara.Kedua,demokrasi adalah
sebuah learning process yang lama dan tidak sekedar meniru dari masyarakat
lain.Ketiga, kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan
mentransformasikan nilai-nilai demokrasi pada masyarakat (Zamroni,2001).
Lebih lanjut dikatakan pendidikan demokrasi harus mampu melahirkan manusia-
manusia yang demokratis. Tanpa manusia yang memegang teguh nilai-nilai
demokrasi, masyarakat yang demokratis hanya akan merupakan impian belaka
(Zamroni,2011).

Pada tahap selanjutnya,pendidikan demokrasi akan menghasilkan masyarakat


yang mendukung sistem politik yang demokratis.Sistem politik demokrasi hanya
akan langgeng apabila didukung oleh masyarakat demokratis,yaitu masyarakat
yang berlandaskan pada nilai-nilai demokrasi serta berpartisipasi aktif mendukung
kelangsungan pemerintahan demokrasi di negaranya. Oleh karena itu,setiap
pemerintahan demokrasi akan melaksanakan sosialisasi nilai-nilai demokrasi
kepada generasi muda. Kelangsungan pemerintahan demokrasi bersandar pada

3
A.Ubaidillah,Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani,(Jakarta;ICCE Syarif
Hidayatullah,2000)hlm.243.

4
pengetahuan dan kesadaran demokrasi warga negaranya. Pendidikan pada
umumnya dan pendidikan demokrasi pada umumnya akan diberikan seluas-
luasnya bagi warganya. Warga negara yang berpendidikan dan memiliki
kesadaran politik tinggi sangat diharapkan oleh negara demokrasi. Hal ini bertolak
belakang dengan negara otoriter atau model diktator yang takut dan merasa
terancam oleh warganya yang berpendidikan. Dengan demikian, demokrasi
pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutarakan persamaan hak dan
kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam berlangsungnya proses pendidikan
antara pendidik dan anak didik serta juga dengan pengelola pendidikan. Karena
itulah pendidikan demokratis dalam pengertian yang luas patut selalu dianalisis
sehingga memberikan manfaat dalam praktek kehidupan dan pendidikan yang
paling tidak mengandung hal-hal sebagai berikut :

1. Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia


2. Setiap manusia memiliki perubahan kearah pikiran yang sehat.
3. Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama4.

C. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami pasang-surut (fluktuasi)


dari masa kemerdekaan sampai saat ini. Dalam perjalanan bangsa dan Negara
indonesia, masalah pokok yang dihadapi adalah bagaimana demokrasi
mewujudkan dirinya dalam berbagai sisi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dari segi waktu dibagi dalam 4
periode yaitu,

1. Demokrasi Pada Periode 1945-1959

Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer.


Sistem parlementer yang mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan di
proklamirkan dan kemudian diperkuat dalam UUD 1945 dan 1950,ternyata
kurang cocok untuk Indonesia.

4
Ibid,hlm.244.

5
Undang-Undang Dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer
dimana badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai kepala Negara konstitusional
(constitutional head) beserta menteri-menterinya yang mempunyai tanggung
jawab politik. Karena fragmentasi partai-partai politikusia kabinet pada masa ini
jarang dapat bertahan cukup lama5.

2. Demokrasi Pada Periode 1959-1965

Ciri-ciri periode ini adalah dominasi dari Presiden, terbatasnya peranan partai
politik,berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai
unsur sosial politik. Dekrit Presiden 5 Juli dapat dipandang sebagai suatu usaha
untuk mencari jalan keluar dari kemacetan politik melalui pembentukan
kepemimpinan yang kuat. Undang-UndangDasar 1945 membuka kesempatan bagi
seorang Presiden untuk bertahan selama sekurang-kurangnya lima tahun. Akan
tetapi ketetapan MPRS No.III/1963 yang mengangkat Ir.Soekarno sebagai
Presiden seumur hidup telah “membatalkan pembatasan waktu lima tahun ini
(Undang-Undang Dasar memungkinkan seorang Presiden untuk dipilih kembali)
yang ditentukan Undang-Undang Dasar.

Dalam pandangan A.Syafi’i Ma’arif demokrasi terpimpin sebenarnya ingin


menempatkan Soekarno sebagai Ayah dalam family besar yang bernama
Indonesia dengan kekuasaan terpusat berada ditangannya . Dengan demikian
kekeliruan yang sangat besar dalam demokrasi terpimpin Soekarno adalah adanya
pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu absolutisme dan terpusatnya
kekuasaan hanya pada diri pemimpin,sehingga tidak ada ruang kontrol sosial dan
chek and balance dari legislatif terhadap eksekutif6.

3. Demokrasi Pada Periode 1965-1998

Landasan formil dari periode ini adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar


1945 serta ketetapan-ketetapan MPRS. Dalam usaha untuk meluruskan kembali
penyelewengan terhadap Undang-Undang Dasar yang telah terjadi dalam masa

5
Azyumardi Azra,op.cit hlm.130.
6
Ibid,hlm.131.

6
demokrasi terpimpin,kita telah mengadakan tindakan koretif. Ketetapan MPRS
No. III/1963 yang menetapkan masa jabatan seumur hidup untuk Ir. Soekarno
telah dibatalkan dan jabatan presiden kembali menjadi jabatan elektif setiap lima
tahun. Ketetapan MPRS No. XIX/1966 telah menentukan ditinjaunya kembali
produk-produk legislatif dari masa Demokrasi Terpimpin dan atas dasar itu
Undang-Undang No. 19/1964 telah diganti dengan suatu undang-undang baru
(No. 14/1970) yang menetapkan kembali azas ”kebebasan badan-badan
pengadilan”. Dewan Perwakilan Rakyat-Gotong Royong diberi beberapa hak
kontrol,disampinginya tetap mempunyai fungsi untuk membantu pemerintah.
Pimpinannya tidak lagi mempunyai status menteri7.

Beberapa perumusan tentang demokrasi pancasila sebagai berikut:

a. Demokrasi dalam bidang politik pada hakekatnya adalah


menegakkan kembali azas-azas Negara hokum dan kepastian
hukum;
b. Demokrasi dalam bidang ekonomi pada hakekatnya adalah
kehidupan yang layak bagi semua warga Negara indonesia
c. Demokrasi dalam bidang hokum pada hakekatnya bahwa
pengakuan dan perlindungan HAM, peradilan yang bebas yang
tidak memihak.

Namun demikian “Demokrasi Pancasila” dalam rezim Orde Baru hanya


sebagai retorika dan gagasan belum sampai pada tataran praksis atau penerapan.
Karena dalam praktik kenegaraan dan pemerintahan, rezim ini sangat tidak
memberikan ruang pada kehidupan berdemokrasi. Seperti dikatakan oleh M. Rusli
Karim rezim Orde Baru ditandai oleh :

1. Dominannya peranan ABRI


2. Birokratisasi dan Sentralisasi pengambilan keputusan politik
3. Pengabirian peran dan fungsi partai politik
4. Campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan partai politik
dan publik
5. Masa mengambang
7
Ibid,hlm.133.

7
6. Monolitisasi ideologi Negara
7. Inkorporasi lembaga non pemerintah

Tujuh ciri tersebut menjadikan hubungan Negara versus masyarakat secara


berhadap-hahadapan dan subordinat, dimana Negara atau pemerintah sangat
mendominasi .Dengan demikian nilai-nilai demokrasi juga belum ditegakkan
dalam demokrasi pancasila Soeharto.

4. Demokrasi Pada Periode 1998-Sekarang

Runtuhnya rezim otoriter Orde Baru telah membawa harapan baru bagi
tumbuhnya demokrasi di indonesia. Bergulirnya reformasi yang mengiringi
keruntuhan rezim tersebut menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi
indonesia. Transisi demokrasi merupakan fase krusial yang kritis, karena dalam
fase ini akan di tentukan kemana arah demokrasi yang akan dibangun. Selain itu
dalam fase ini pula bias saja terjadi pembalikan arah perjalanan bangsa dan
Negara yang akan menghantar Indonesia kembali memasuki masa otoriter
sebagaimana yang terjadi pada periode orde lama dan orde baru.

Sukses atau gagalnya suatu transisi demokrasi sangat bergantung pada


empat faktor kunci, yakni;

1. Komposisi elite politik


2. Desain institusi politik
3. Kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik dikalangan
elite dan non elite
4. Peran civil society (masyarakat madani).

Keempat faktor itu harus jalan secara sinergis dan berkelindan sebagai
modal untuk mengonsolidasikan demokrasi. Karena itu seperti dikemukakan oleh
Azyumardi Azralangkah yang harus dilakukan dalam trasisi Indonesia menuju
demokrasi sekurang-kurangnya mencakup reformasi dalam tiga bidang besar
(Azyumardi Azra,2002)8.

8
Ibid,hlm.135.

8
Pertama, reformasi sistem(constitutional reform) yang menyangkut
Perumusan kembali falsafah, kerangka dasar, dan perangkat legal sistem politik.
Kedua, reformasi kelembagaan (institutional reform and empowerment) yang
menyangkut pengembangan dan pemberdayaan lembaga-lembaga politik.
Ketiga,pengembangan kultur atau budaya politik (political culture) yang lebih
demokratis.

Indikasi ke arah terwujudnya kehidupan demokratis dalam era transisi


menuju demokrasi di Indonesia antara lain adanya reposisi dan redefinisi TNI
dalam kaitannya dengan keberadaannya pada sebuah Negara demokrasi,
diamandemennya pasal-pasal dalam konstitusi Negara RI (amandemen I-IV) ,
adanya kebebasan pers, dijalankannya kebijakan otonomi daerah, dan sebagainya.
Akan tetapi sampai saat ini pun masih dijumpai indikasi-indikasi kembalinya
kekuasaan status quo yang ingin memutar balikkan arah demokrasi Indonesia
kembali ke periode sebelum orde reformasi. Oleh sebab itu, kondisi transisi
demokrasi Indonesia untuk saat ini masih berada di persimpangan jalan yang
belum jelas kemana arah pelabuhannya. Perubahan sistem politik melalui paket
amandemen konstitusi (amandemen I-IV) dan pembuatan paket perundang-
undangan politik (UU Partai Politik,UU Pemilu, UU Pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden, UU Susunan dan Kedudukan DPR, DPRD, dan DPD) mampu
mengawal transisi menuju demokrasi, masih menjadi pertanyaan besar.

D. Pola Pendidikan Demokrasi

Pendidikan demokrasi dapat dilakukan baik secara informal,formal,dan


nonformal. Secara Informal, pendidikan demokrasi bisa dilakukan di lingkungan
keluarga yang menumbuh kembangkan nilai nilai demokrasi.Secara
formal,pendidikan demokrasi dilakukan disekolah,baik dalam bentuk intra atau
ekstrakulikuler. Sedangkan secara nonformal pendidikan demokrasi berlangsung
pada kelompok masyarakat,lembaga swadaya, partai politik, pers, dan lain-lain.

Hal yang sangat penting dalam pendidikan demokrasi di sekolah adalah


mengenai kurikulum pendidikan demokrasi yang menyangkut dua hal, yaitu
penataan dan isi materi. Penataan menyangkut pemuatan pendidikan demokrasi

9
dalam suatu kegiatan kulikuler,apakah secara eksplisit dimuat dalam suatu mata
pelajaran atau mata kuliah,ataukah disisipkan kedalam mata pelajaran umum.
Merujuk pada prinsip-prinsip pemerintah yang demokratis dibawah Rule Of Law,
maka pendidikan kewarganegaraan memegang posisi penting guna membangun
kultur warga negara yang demokratis.

Selain masalah penataan, yang lebih penting lagi adalah masalah isi materi
dari pendidikan demokrasi. Agar benar-benar berfungsi sebagai pendidikan
demokrasi maka materinya perlu ditekankan pada empat hal, yaitu asal usul
sejarah demokrasi, sejarah demokrasi di Indonesia, jiwa demokrasi Indonesia
berdasar Pancasila dan UUD 1945, dan masa depan demokrasi. Asal-usul
demokrasi akan membelajarkan anak mengenai perkembangan konsep demokrasi
dari mulai konsep awal hingga menjadi konsep global saat ini. Materi masa depan
demokrasi akan membangkitkan kesadaran anak mengenai pentingnya demokrasi
serta memahami tantangan demokrasi yang akan muncul dimasa depan. Untuk
menghindari terjadinya indoktrinasi, materi-materi yang berisi doktrin-doktrin
Negara sedapat mungkin diminimalkan dan diganti dengan pendekatan historis
dan ilmiah, serta dikenalkan dengan fakta-fakta yang relevan9.

E. Teori Dan Konsep Demokrasi

Ada beberapa teori-teori demokrasi yaitu :

1. Teori Demokrasi Klasik

Demokrasi, dalam pengertian klasik, pertama kali muncul pada abad ke-5 SM
tepatnya di Yunani. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi dilakukan secara
langsung, dalam artian rakyat berkumpul pada suatu tempat tertentu dalam rangka
membahas pelbagai permasalahan kenegaraan.

Bentuk negara demokrasi klasik lahir dari pemikiran aliran yang dikenal
berpandangan a tree partite classification of state yang membedakan bentuk
negara atas tiga bentuk ideal yang dikenal sebagai bentuk negara kalsik-

9
Winarmo,Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,(Jakarta,Bumi Aksara,2010)hlm.135.

10
tradisional. Para penganut aliran ini adalah Plato, Aristoteles, Polybius dan
Thomas Aquino.

Plato dalam ajarannya menyatakan bahwa dalam bentuk demokrasi,


kekuasaan berada di tangan rakyat sehingga kepentingan umum (kepentingan
rakyat) lebih diutamakan. Secara prinsipil, rakyat diberi kebebasan dan
kemerdekaan. Akan tetapi kemudian rakyat kehilangan kendali, rakyat hanya
ingin memerintah dirinya sendiri dan tidak mau lagi diatur sehingga
mengakibatkan keadaan menjadi kacau, yang disebut Anarki. Aristoteles sendiri
mendefiniskan demokrasi sebagai penyimpangan kepentingan orang-orang
sebagai wakil rakyat terhadap kepentingan umum. Menurut Polybius, demokrasi
dibentuk oleh perwalian kekuasaan dari rakyat. Pada prinsipnya konsep
demokrasi yang dikemukakan oleh Polybius mirip dengan konsep ajaran Plato.
Sedangkan Thomas Aquino memahami demokrasi sebagai bentuk pemerintahan
oleh seluruh rakyat dimana kepentingannya ditujukan untuk diri sendiri. Prinsip
dasar demokrasi klasik adalah penduduk harus menikmati persamaan politik agar
mereka bebas mengatur atau memimpin dan dipimpin secara bergiliran10.

2. Teori Civic Virtue

Pericles adalah negarawan Athena yang berjasa mengembangkan demokrasi.


Prinsip-prinsip pokok demokrasi yang dikembangkannya adalah:

1. Kesetaraan warga negara


2. Kemerdekaan
3. Penghormatan terhadap hukum dan keadilan
4. Kebajikan bersama

Prinsip kebajikan bersama menuntut setiap warga negara untuk mengabdikan


diri sepenuhnya untuk negara, menempatkan kepentingan republik dan
kepentingan bersama diatas kepentingan diri dan keluarga.

10
Tim Penyusun Kemenristekdikti,Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan
Kewarganegaraan,(Jakarta;Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kemenristekdikti,2016) hlm.145.

11
Di masa Pericles dimulai penerapan demokrasi langsung (direct democrazy).
Model demokrasi ini bisa diterapkan karena jumlah penduduk negara kota masih
terbatas, kurang dari 300.000 jiwa, wilayah nya kecil, struktur sosialnya masih
sederhana dan mereka terlibat langsung dalam proses kenegaraan.

3. Teori Social Contract

Teori kontrak sosial berkembang dan dipengaruhi oleh pemikiran Zaman


Pencerahan (Enlightenment) yang ditandai dengan rasionalisme, realisme, dan
humanisme, yang menempatkan manusia sebagai pusat gerak dunia. Pemikiran
bahwa manusia adalah sumber kewenangan secara jelas menunjukkan
kepercayaan terhadap manusia untuk mengelola dan mengatasi kehidupan politik
dan bernegara. Dalam perspektif kesejarahan, Zaman Pencerahan ini adalah
koreksi atau reaksi atas zaman sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walau
demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di Zaman Pencerahan tidaklah
semuanya baru. Seperti telah disinggung di atas, teori kontrak sosial yang
berkembang pada Zaman Pencerahan ternyata secara samar-samar telah
diisyaratkan oleh pemikir-pemikir zaman-zaman sebelumnya seperti Kongfucu
dan Aquinas. Yang jelas adalah bahwa pada Zaman Pencerahan ini unsur-unsur
pemikiran liberal kemanusiaan dijadikan dasar utama alur pemikiran.

4. Teori Trias Politica

Trias politica atau teori mengenai pemisahan kekuasaan, di latar belakangi


pemikiran bahwa kekuasaan-kekuasaan pada sebuah pemerintahan yang berdaulat
tidak dapat diserahkan kepada orang yang sama dan harus dipisahkan menjadi dua
atau lebih kesatuan kuat yang bebas untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan
oleh pihak yang berkuasa. Dengan demikian diharapkan hak-hak asasi warga
negara dapat lebih terjamin.

Dalam bukunya yang berjudul L’esprit des Louis Montesquieu membagi


kekuatan negara menjadi tiga kekuasaan agar kekuasaan dalam negara tidak
terpusat pada tangan seorang raja penguasa tunggal, yaitu sebagai berikut.

12
1. Legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk undang-undang.
2. Eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang-undang.
3. Legislatif, yaitu kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang
(mengadili).

Ide pemisahan kekuasaan tersebut, menurut Montesquieu dimaksudkan untuk


memelihara kebebasan politik, yang tidak akan terwujud kecuali bila terdapat
keamanan masyarakat dalam negeri. Montesquieu menekankan bahwa satu orang
atau lembaga akan cenderung untuk mendominasi kekuasaan dan merusak
keamanan masyarakat tersebut bila kekuasaan terpusat padanya. Oleh karenanya,
dia berpendapat bahwa agar pemusatan kekuasaan tidak terjadi, haruslah ada
pemisahan kekuasaan yang akan mencegah adanya dominasi satu kekuasaan
terhadap kekuasaan lainnya.

F. Esensi Demokrasi Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Sejak diproklamasikan kemerdekaan RI dan disahkan UUD 1945 sebagai


konstitusi negara pada tanggal18 Agustus 1945 oleh PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia). Secara formal indonesia menganut demokrasi
konstitusional. Namun,sejak proklamasi kemerdekaan sampai sekarang telah
terjadi perubahan konstitusi negara sebagai berikut:
a. Periode 1945-1949 menggunakan UUD 1945
b. Periode 1949-1950 menggunakan UUD RIS
c. Periode 1950-1959 menggunakan UUDS
d. 1959-sekarang menggunakan UUD 1945

Perubahan penggunaan UUD ini berimplikasi pada sistem


pemerintahan,begitu pula praktik pemerintahannya tidak jarang menyimpang dari
landasan parlementer,sampai digunakan UUD RIS dan UUDS bentuk
pemerintahan menggunakan sistem parlementer. Jadi,sistem presidensial murni
dapat dilakukan setelah dekrit presiden 1959. Maka untuk melihat perkembangan
demokrasi di Indonesia secara sederhana,kita dapat membagi menjadi 3
periode,yaitu:

13
a. Masa demokrasi parlementer tahun 1945-1949
b. Masa demokrasi terpimpin tahun 1959-1965
c. Masa demokrasi pancasila tahun 1965 sampai sekarang

Dalam pelaksanaan pemilu meskipun dirasakan kekurangan,namun kalau


kita lihat dari proses perkembangan tampak adanya kemajuan. Beberapa
pelanggaran terjadi oleh peserta pemilu sebagai akibat dari upaya masing-masing
peserta pemilu untuk mendapat dukungan masyarakat. Hal yang perlu dicatat pada
masa orde baru adalah adanya upaya pengembangan demokrasi pancasila yaitu
demokrasiyang dilandasi nilai-nilai pancasila. Dalam demokrasi pancasial ada dua
nilai dasar yang dikembangkan sebagai budaya politik yaitu tidak dikenalnya
istilah oposisi dan nilai musyawarah untuk mencapai mufakat. Budaya politik
oposisi sebagai wujud budaya barat tidak dikenal atau sekurang-kurangnya belum
dapat diaplikasikan dalam masyarakat Indonesia.(Serli Marlina,2011:80)11.

Salah satu wujud dan mekanisme demokrasi di daerah adalah pelaksanaan


pemilihan umum kepala daerah (pilkada) secara langsung. Selain sebagai sarana
manifestasi kedaulatan dan pengukuhan bahwa pemilih adalah masyarakat di
daerah,pilkada juga memiliki fungsi penting dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah.

Pertama,memilih kepala daerah sesuai kehendak bersama masyarakat di


daerah sehingga diharapkan dapat memahami dan mewujudkan kehendak
masyarakat di daerah.

Kedua,melalui pilkada diharapkan pilihan masyarakat di daerah didasarkan


pada visi,misi,serta kualitas dan integritas calon kepala daerah,yang sangat
menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan di daerah.

Ketiga,pilkada merupakan sarana pertanggungjawaban dan sekaligus


menjadi sarana evaluasi dan kontrol publik secara politik terhadap seorang kepala
daerah dan kekuatan politik yang menopang.

11
Saputra,I.,Nawawi,J.,dan Rahmatullah,Demokrasi Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Jurnal Ilmu Pemerintahan(2014)hlm.109.

14
Karena itu, pilkada sebagai bagian dari pemilu harus dilaksanakan secara
demokratis sehingga betul-betul dapat memenuhi peran dan fungsi tersebut.
Pelanggaran dan kelemahan yang dapat menyesatkan atau membiaskan esensi
demokrasi dalam pilkada harus diperbaiki dan dicegah.

15
PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Demokrasi diartikan


sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Istilah demokrasi ini memberikan posisi penting bagi rakyat sebab dengan
demokrasi, hak-hak rakyat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi Negara
dijamin.
Penerapan demokrasi di berbagai Negara di dunia memiliki ciri khas dan
spesifikasi masing-masing, lazimnya sangat dipengaruhi oleh ciri khas masyarakat
sebagai rakyat dalam suatu negara. Indonesia sendiri menganut demokrasi
pancasila di mana demokrasi itu dijiwai dan diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur
Pancasila sehingga tidak dapat diselewengkan begitu saja.
Implementasi demokrasi pancasila terlihat pada pesta demokrasi yang
diselenggarakan tiap lima tahun sekali. Dengan diadakannya Pemilihan Umum
baik legislatif maupun presiden dan wakil presiden terutama di era reformasi ini,
aspirasi rakyat dan hak-hak politik rakyat dapat disalurkan secara langsung dan
benar serta kedaulatan rakyat yang selama ini hanya ada dalam angan-angan
akhirnya dapat terwujud.
Dari pengalaman masa lalu bangsa kita, kelihatan bahwa demokrasi belum
membudaya. Kita memang telah menganut demokrsai dan bahkan telah di
praktekan baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam kehidupan bebangsa
dan bernegara. Akan tetapi, kita belum membudanyakannya.
Namun, itu belum terjadi. Di media massa kita sering mendengar betapa
sering warga negara, bahkan pemerintah itu sendiri, melanggar nilai-nilai
demokrasi. Orang-orang kurang menghargai kebebasan orang lain, kurang
menghargai perbedaan, supremasi hukum kurang ditegakan, kesamaan kurang di
praktekan, partisipasi warga negara atau orang perorang baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam kehidupan politik belum maksimal, musyawarah
kurang dipakai sebagai cara untuk merencanakan suatu program atau mengatasi
suatu masalah bersama, dan seterusnya.

16
Daftar Pustaka

A.Ubaidillah,Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani,Jakarta;ICCE Syarif


Hidayatullah,2000.
Azyumardi Azra,Demokrasi,Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani,Jakarta:
Prenada Media,2000.
Saputra,I.,Nawawi,J.,dan Rahmatullah,Demokrasi Dalam Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Jurnal Ilmu Pemerintahan,2014

Tim Penyusun Kemenristekdikti,Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum


Pendidikan Kewarganegaraan,Jakarta;Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kemenristekdikti,2016.

Winarmo,Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,Jakarta,Bumi


Aksara,2010.

17

Anda mungkin juga menyukai