Anda di halaman 1dari 14

PERTEMUAN V-VI

DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI

Konsepsi ”Civic Education”( pendidikan kewarganegaraan) sebagai wahana pendidikan


demokrasi. Dan pedoman Konstitusi Indonesia secara umum Pendidikan kewarganegaraan
sebagai pendidikan nilai, sikap dan keterampilan hidup berdemokrasi di indonesia ,dalam
konteks pergaulan mastrakat antar bangsa secara khususnya. Dari situ di harapkan terjadi
penghayatan baru terhadap pendidikan kewarganegaraan, yang pada gilirannya dapat
menumbuhkan ”civic Intellegence” dan ”Civic Responsibility”sebagai warganegara dan sebagai
dosen pendidik yang demokratis.
A. Daftar istilah kunci
 Demokrasi
 Demokrasi konstitusi
 Pendidikan demokrasi
 Demokratisasi
 Communitarian Culture
 Political culture
 Civic culture
 Civic knowledge
 Civic disposition
 Civic responsibility
 Civic participation
 Peradaban demokrasi
 Warganegara indonesia yang cerdas dan baik
 Pendidikankewarganegaraan untuk pembangunan watak dan peradaban demokrasi
 Pembelajaran demokrasi
 Kelas pendidikan kewarganegaraan sebagai laboratorium demokrasi
 Masyarakat luas sebagai kelas global yang terbuka
 Praktik-balajar kewarganegaraan .... kami bangsa Indonesia

B. Teori dan konsepsi


Pada bagian ini di bahas bagaimana kaitan konseptual dan fungsional demokrasi
pendidikan demokrasi. Yang di maksud dengan kaitan konseptual adalah hubungan logis
demokrasi sebagai suatu konsep dasar politik dengan pendidikan demokrasi sebagai suatu
konsep pendidikan. Sedangkan yang dimaksud dengan kaitan fungsional adalah hubungan
antara demokrasi sebagai substansi dan proses pendidikan bagi segenap warganegara.
1. Konsep dan Nilai Demokrasi
Kata demokrasi berasal dari bahasa latin “demos” dan Cratein atau
Cratos”,kemudian di serap ke dalam bahasa inggris “democracy” kini sudah menjadi
kosakata umum yang sudah biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun
demikian demokrasi merupakan “......konsep yang masih disalahpahami dan
disalahgunakan manakala rezim-rezim totaliter dan diktator militer berusaha memperoleh
dukungan rakyat dengan menempelkan label demokrasi pada diri mereka
sendiri”(USIS,1991: 4)
Didalam”The Advanced learner’s Dictionaryof current English (Hornby, dkk:261)
di kemukakan bahwa yang di maksud dengan “democracy” adalah”

(1)country with principlesof government in which all adult citizens share


trough their ellected representatives; (2)coutry with government which
encourages and allows right of citizenship such as freedom of
speech,religion, opinion, and association, the assention of rule of law,
majority rule, accompanied by respect for rights of minority.(3)society in
which there is treatment of each other by citizens as equals”

Dari kutipan tersebut tampak bahwa kata bemokrasi merujuk kepada konsep
kehidupan negara atau masyarakat di mana warganegara dewasa turut berpartisipasi
dalam pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih; pemerintahannya mendorong dan
menjamin kemerdekaan berbicara, beragama, berpendapat, beserikat, menegakan “rule of
law”, adanya pemerintahan mayoritas yang menghormati hak-hak kelompok minoritas
dan masyarakat yang warganegara nya saling memberi perlakuan yang sama. Pengertian
itu pada dasarnya merujuk pkepada ucapan Abraham Licoln, mantan Presiden Amerika,
yang menyatakan bahwa, “demokrasi adalah suatu pemerintahan dari Rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakyat”, atau The government from people by the people, and for the
people.Karna people yang menjadi sentrumnya, demokrasi oleh Pabottinggi (2002)
disikapi sebagai pemerintahan yang memilii paradigma otocentricity atau otosentritas
yakni rakyatlah(people) yang harus menjadi kriteria dasar demokrasi. Sebagai suatu
konsep demokrasi di terima sebagai “…seperangkat gagasan dan prinsip tentang
kebebasan, ang juga mencakup seperangkat praktek dan prosedur yang terbentuk melalui
sejarah panjang dan sering berliku-liku. Pendeknya, demokrasi adalah pelembagaan
adalah kebebasan.”(USIS, 1995:5)
Sementara itu, CICED(1998) mengadopsi konsep demokrasi sebagai berikut.
Democracy which is conceptually perceived a frame of though of having the public
governance from the people has been universally accepted as paramount ideal, norm,
social, as well as, individual knowledge, attitudes and behavior needed to be contextually
subsatantiated, cherished and developed. Disini demokrasi yang secara konseptual
dipandang sebagai kerangka berfikir dalam melaukan pengaturan ide, norma, dan sistem
sosial maupun sebagai wawasan, sikap, dan perilaku individual yang secara konseptual
diwujudkan, dipelihara, dan dikembangkan. Apa yang sikemukakan oleh CICED
(1999)tersebut merupakan konsep demokrasi dilihat sebagai konsep yang bersifat
multidimensional, yakni secara filosofis demokrasi sebagai ide, norma prinsip, secara
sosiologis sebagai sistem sosial dan secara psikologis sebagai wawasan sikap dan prilaku
individu.
Sebagai suatu sistem kenegaraan, USIS (1995:6) mengintisarikan demokrasi
sebagai sistem yang memiliki 11(sebelas) pilar atau soko guru yakni “kedaulatan
rakyat,pemerintahan azasi manusia, pemelihan yang jujur, pesamaan di depan hukum,
proses hukum yang yang wajar, pembatasan pemerintahn secara konstitusional pluralisme
sosial,, ekonomi dan politik, dan nilai-nilai, toleransi, pragmatisme, kerjasama dan
mufakat.”di pihaklain Sanusi(1998:4-12) mengidentifikasi adanya 10 pilar demokrasi
konstitusinal menurut UUD 19945, yakni : “demokrasi yang berKetuhanan Ynag Maha
Esa, demokrasi dengan kecerdasan, yang berkedaulatan rakyat, demokrasi dengan “Rule
of the Law”, demokrasi dengan pembagian kekuasaan negara, demokrasi dengan Hak
Azasi Manusia, demokrasi dengan pengadilan yang merdeka, demokrasi dengan otonomi
daerah, demokrasi dengan kemakmuran, dan demokrasi dengan berkeadilan sosial”.bila
di bandingkan, sesungguhnya secara essensial terdapat kesesuaian antara 11 pilar
demokrasi universal ala USIS(1995) dengan 9 dari 10 pilar demokrasi ala Sanusi (1998).
Yang tidak terdapat dalam pilar demokrasi universal adalah salah satu pilar demokrasi
indonesia yakni “Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, dan inilah yang
merupakan khasnya demokrasi indonesia, yang dalam pandangan Mauludi dan kaum
muslim (elpiosito dan vol, 1999:28) disebut “teodemokrasi”, yakni demokrasi dalam
konteks kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa”.dengan kata lain demokrasi Univrsal adalah
demokrasi yang bernuansa sekuler, sedangkan demokrasi indonesia adalah demokrasi
yang berKetuhanan Yang Maha Esa.
Namun demikian Torres (1998)lebih condong melihat demokrasi dalam dua
aspek, yakni di satu pihak adalah formal Democrasy, dilain pihak subtantive democracy,
formal democracy Merujuk pada demokrasi dalam arti sistem pemerintahan, sedangkan
subtantive democracy, menunjuk pada proses demokrasi yang diidentivikasi dalam
empat bentuk demokrasi, pertama, konsep protective democrcy yang mernujuk pada
perumusan Jeremy Bentham dan James mil ditandai oleh….the hegemony of market
economy atau ekonomi kekuasaan ekonomi pasar dimana proses pemilhan umum di
lakukan secara reguler sebagai upaya … to advance market interest and to protect againts
the tyrany of the state within this setting, yakni untuk memajukan kepentingan pasar
danmelindungi dari tirani negara (Torres, 1998 :146) Kedua , “ development democracy’,
yang ditandai oleh konsepsi ….the model of man as a possesive induvidualist atau model
manusia sebagai individuyan possesive, yakni manusia sebagai …Conflicting, self-
interested consummer andappropriators yang dikompromikan dengan konsepsi manusia
sebagai…a being capable of developing his power or capacity atau makhluk yangmampu
mengembangkan kekuasaan atau kemapuannya. Disamping itu, juga menempatkan
democratic participation sebagai central of route to self development ( Torres,
1998 :146). Ketiga, equilibrium democracy atau plurast democracy yang dikembangkan
oleh Joseph Schumpeter, yang berpandangan perlunya depreciatesthe value of
participation and appreciates the functional importanceof apathy.atau penyeimbangan
nilai partisipasi dan pentingnya apatisme, dengan alasan bahwa apathy amongmajority of
citizen no becomes functional to democracy, because intensive participation is ineffecient
to rasional individuals, yakni bahwa apatisme dikalangan mayoritas warganegara
menkadi fungsional bagi demokrasi karna partisipasi yang intensif sesungguhnya
dipandang tidak effisien bagi individu yang rasional. Selain itu di tambahkan bahwa
Participation activites the authoritarianism already latest in the messesand overloads the
system with demand which in cannot meet, yakni bahwa partisipasi membangkitkan
otoritarianisme yang laten dalam masa dan memberikan beban yang berat dengan
tuntutan yang taidak nbisa dipenuhi.(Torres, 1998:146-147) Keempat Parcipatory
democracy yang di teorikan oleh C.B Machperson yang di bangun dari pemikiran
Paradoks dari J.J Rosseau yang menyatakan : we cannot achieve more democratic
participation without a prior increase in social inequality an in conciousness without a
prior increase indemocraticparticipation, yakni bahwa kita tidak dapat mencapai
perubahan dalam ketakseimbangan sosial dan kesadaran sosial tanpa perubahan lebih
dulu dalam ketakseimbngan sosial dan partisipasi sosial perlu dikembangkan secara
bersamaan karna satu sama lainnya saling memilki ketergantungan.
Seperti dikutip dari pandangan Manbridge dalam Participation and democratic
theory “(Torres, 1998 : 147) dikatakan bahwa ..the major function of participatory and
democratic democracy is…an educative in a very widest sense, yakni bahwa fungsi
utama dari partisipasi dalam pandangan teori demokrasi partisipatif adalah bersifat
educative dalam arti yang sangat luas. Hal itu di nilai sangat penting karna seperti di
yakini oleh Pateman dalam Torres (1998 :147) bahwa pengalaman dalam partisipasi
demokrasi...will develop and foster the democratic personality atau akan mampu di
kembangkan dan memantapkan kepribadian yang demokratis. Olehkarna itu peran negara
demokratis harus dilihat dari dua sisi (Torres 1998: 149) yakni demokrasi sebagai
Method and Content sebagai method demokrasi pada pada dasarnya berkenaan dengan
politicalrepresentation yang mencakup regular voting procducers, free elections,
parliamentary and judicial system free from executive control, nation of check and
balance in the system, predominance of individual right overcollective right, and freedom
of speech .sedangkan sebagai content, sepanjang sejarahnya demokrasi telah dan terus
mengalami perkembangan yang dinamis sejalan dengan dinamika perkembangan
pemikiran manusia mengenai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat global.
Huntington(1991) dalam bukunya the third wave : democtratization in the late
twentieth century, yang di terjemahkanoleh Marjohan (1995) menjadi
“gelombangdemokrasi ketiga”. Membahas bagaimana dinamika pemikiran dan praksis
demokrasi sepanjang sejarah. Dalam mengkonseptualisasi demokrasi Huntington (1991)
mengacu pada tradis pemikiran demokrasi schumpeter (1942) yang mengajukan “metode
dmokratis” dalam arti….”prosedur kelembagaan untuk mencapai keputusan politik yang
di dalamnya individu memperoleh kekuasaan untukmembuat keputusan melalui
perjuangan kompetitive dalam rangka memperoleh suara rakyat “. Bertolak dari tradisi
tersebut Huntington (1991: 5) memberikan batasan sistem politik abad ke-20 di nilai
demokratis apabila...” para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sistem ini
dipilih melaluipemilihan umum yang adil, jujur, dan berkala, dan didalam sistem itu para
calon secara bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir semua penduduk
dewasa berhak memberikan suara”.
Dari definisi itu tampak bahwa Huntington (1991) Menempatkan pemilihan
umum untuk memilih para wakil rakyat yang akanberperan mengambil keputusan
tertinggi sebagai “essensi demokrasi”Namun demikian Hal itu bukanlah segalanya karna
setelah pemilihan umum terbentang tuntutan lainnya yakn “ pengkhiran rezim non
demokratis “(Huntington, 1991:8).karna itu pemilihan umum yang yang dilakukan secara
berkala jujur dan adil dianggap sebagai syarat minimal dari suatu proses demokrasi.
Diingagtkannya,( Huntington 8-12) pula bahwa walaupun pemilihan yang jujur dan adil
sudah terlaksana perlu diantisipasi berbagai hal, misalnya pemimpin yang terpilih itu
tidak sungguh-sungguh menjalankan kekuasaannya dengan baik;adanya kelemahan
sistem politik yang demokratis; menyikapan terhadap demokrasi dan non-demokrasi
sebagai dua hal yang dikhotomis atau dua titik dalam satu kontinum munculnya sikap
rezim non-demokratis yang tidak mau kompetisi dalam pemilihan umum.
Dari kajian Huntington (1991: 12-28)di temukan bahwa sesungguhnya sistem
polik yang demokratis itu telah berkembang secara bergelombang sepanjang sjarah dan
bukan hany ada dalam jaman modern(huntington,1991:13-16), di tegaskan bahwa
”...Bukanlah sekadar demokrasi desa, suku bangsa, atau negara kota; demokrasi modern
adalah demokrasi negara-kenagsaan, dan munculnya berkaitan dengan perkembanagn
negara-kebangsaan.
Secara evolusioner proses demokratisasi di masa modern yang dikategorikan ke
dalam tiga gelombang yakni, “gelombang panjang demokratisasi pertama (1828-1926),
yang berakar pada revolusi Perancis;gelombang balik pertama (1922-1942), yang
ditandai adanya kecendrungan demokrasi mengecil dan munculnya rezim otoriter
menjelangPerang Dunia II; gelombang pendek demokratisasi kedua( 1943-1962), yang
ditandai dengan munculnya lembaga-lembaga demokrasi di wilayah pendudukan sekutu
pada masa Perang Dunia II; gelombang demokratisasi ketiga (1974-…) yang ditandai
dengan munculnya rezim-rezim demokratis menggantokan rezim totaliter di sekitar30
negara dalam kurun 15-an tahun.
Dalam konteks teori Hintington (1991:26-27)pada saat ini dunia, termasuk
indonesia sedang berada dalam demoktratisasi ketiga yang dinilainya sangat spektakuler
kerena melanda seluruh penjuru dunia. Isu demokratisasi yangmenonjol pada gelombang
ke tiga ini antara lain hubungan timbal balik perkembangan ekonomi dengan proses
demokratisasi dan bentuk pemerintahan yang demokratis khususnya yang berkaitan
dengan kebebasan individu, stabilitas politik dan implikasinya terhadap hubungan
internasional. Selain itu dapat di tambahkan, karena proses demokratisasi ini menyangkut
partisipasi warganegara dalam proses politk, maka penyiapan warganegara mampu
berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab juga merupakan isssu penting dalam
proses demokratisasi saat ini. Sebagaimana di yakini saat ini bahwa ethos demokrasi
sesungguhnya tidaklah di wariska, tetapi di pelajari dan di alami. Olehkarna itu
pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan demokrasi dalam arti yang luas
memegang peran yang strategis, karna secara langsung menyentuh sasaran potensial
kewarganegaraan yang demokratis untuk berbagai usia. Proses demokrasi yang harus di
kembangkan bukan hanya untuk berdemokrasi hari ini tetapi jauh lagi untuk
berdemokrasi hari esok.
Di dalam menjawab permasalahan tentang faktor yang melatarbelakangi tumbuh
dan berkembangnya proses demokratisasi,wlaupun tidak dalam konteks hubungan sebab
akibat, Huntington (1991: 88-90) menyimpulkan adanya, “korelasi yang tinggi antara
agama kristen barat dengan Demokrasi”, dengan argumentasi statistik bahwa dari 68
negara yangdi anggap demokratis sebesar 57% merupakan negara yang dominan kristen
Barat dan hanya 12% dari 58 negara yang dominan agama lainnya merupakan
demokratis. Atas dasar itu pula di simpulkan bahwa “demokrasi sangat Jarang ditemukan
negara-negara dimana mayoritas penduduknya beragama islam, Budha, ataukonfusius”.
Terhadap kesimpulan tersebut kiranya perlu di kemukakan bagaimana sesungguhnya
hubungan islam dan demokrasi. Dengan demikian tidak cepat bersifat deterministik-
agamaterhadap demokrasi dan tidak segera menyimpulkan bahwa demokrasi akan
tumbuh subur di negara yang penduduknya menganut agama kristen Barat.
Didalam bukunya “Islam and Democracy” yang di terjemahkan menjadi “
demokrasi di Negara Muslim”John L.Esposito dan john O.Voll( 1996 :11)” kebangkitan
dan Demokratisasi di dunia muslim berlangsung dalam konteks global dan
dinamis”.dimana terjadi proses “
Pemilihan dan penetapan bentuk serta sistem demokrasi suatu Negara ,diwarnai
oleh falsafaf dan pandangan hidup serta nilai yang dianut oleh Bangsa tersebut .Inti dari
sebuah demokrasi adalah sebuah bentuk dari , oleh dan untuk rakyat. Menurut konsep
demokrasi, kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintahan, sedangkan rakyat
berserta warga masyarakat adalah sebagai warga negara. pendidikan kewarganegaraan

Pengertian Demokarasi
Demokrasi berasal kata Yunani yaitu demos dan Kratos. Demos berarti rakyat,
krators berarti pemerintahan. Jadi demokrasi berarti pemerintahan rakyat yaitu
pemerintahan yang rakyatnya memengang peranan yang menentukan.
Demokrasi adalah sebuah bentuk dan oleh dan untuk rakyat. Menurut konsep
demokrasi, kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintahan, sedangkan rakyat
berserta warga masyarakat adalah sebagai warga negara.
Pada umumnya Demokrasi terbagi atas :
1. Demokrasi Formal adalah :
Demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan dalam bidang politik tanpa
mengurangi kesenjangan dalam bidang ekonomi. Demokrasi formal sering disebut
orang demokrasi liberal
2. Demokrasi Material adalah :
Demokrasi yang memberikan pada upaya menghilangkan perbedaan dala bidang
ekonimi, sedangkan persamaan dala bidang politik kurang diperhatikan bahkan
dihilangkan. Demikian material sering disebut Demokrasi Sosialis.
3. Demokrasi Gabungan adalah :
Demokrasi yang mengambil kebaikan dari demokrasi formal dan material serta
membuang kejelekannya.
Dasar dari demokrasi adalah kepatuhan danketundukkan kepada system
nilai,norma dan moral yang telah disepakati.
Dilihat dari cara penyaluran kepada rakyat, demokrasi dapat dibagi atas::
1. Demokrasi langsung, adalah Rakyat secara lansung mengemukakan kehendaknya
dalam rapat yang dihadiri bersama .
2. Demokrasi perwakilan adalah
Yang mana rakyatnya menyalurkan kehendak dengan memilih wakil-wakil untuk
duduk di DPR.
3. Demokrasi referendum adalah
Demokrasi yang secara langsung yang dapat pengawasan secara langsung.
Konsep dasar demokrasi berarti “Rakyat berkuasa”. Adapun defenisi singakt
untuk istilah demokrasi yang diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari
rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
 Perkembangan demokrasi
Pengertian demokrasi pada zaman dahulu adalah suatu negara yang
seluruh rakyat secara langsung ikut serta dalam soal kenegaraan. Garis besar
pemerintahan ditetapkan oleh seluruh rakyat dalam satu rapat rakyat. Contohnya
pada zaman Yunani Kuno (Abad IV SM) negara kota rakyatnya sederhana dan
jumlahnya sedikit. Pada waktu itu demokrasi langsung. Pada zaman modern
penduduknya sudah maju dan jumlahnya banyak. Maka demokrasi yang dipakai
langsung tidak mungkin dilaksanakan. Demikrasi yang dipakai negara modern
disebut demokrasi modern atau demokrasi perwakilan.
 Sistem pemeritahan negara dan konsep sistem pemerintahan di Indonesia
1. Bentuk demokrasi
Ada berbagai bentuk demokrasi dalam sistem pemerintahan negara antara lain :
a. Pemerintahan monarki, monarki mutlak (absolut), monarki konstitusional dan
monarki parlementer.
b. Pemerintah republik, pemerintahan yang diajarkan oleh dan untuk kepentingan
orang banyak (rakyat)
2. Kekuasaan dalam pemerintahan
3. Cabang kekuasaan yaitu :
 Kekuasaan legislatif : Kekuasaan membuat UU yang digunakan parlemen
 Kekuasan Eksklusif : kekusan untuk melaksanakan UU yang dijalankan oleh
pemerintahan.
 Kekuasan Formulatif : Kekuasaan untuk menyatakan perang dan damai membuat
pemeriksaan dan tindakan-tindakan lain yang berkaitan dengan pihak luar negeri.
Kekuasaan Yudikatif (mengadili0 merupakan bagian dari kekuasaan Yudikatif.
4. Pemahaman tentang demokrasi Indonesia
Demokrasi Indonesia adalah pemerintahan rakyat yang berdasarkan nilai
filsafat pancasila/pemerintahan dari oleh dan untuk rakyat berdasarkan nilai-nilai
Pancasila berarti bahwa :
1) Demokrasi/pemerintahan rakyat yang digunakan oleh pemerintahan Indonesia
adalah sistem pemerintahan rakyat yang dijiwai dan dituntut oleh nilai-nilai
pandangan hidup bangsa Indonesia (Pancasila).
2) Demokrasi Indonesia pada dasarnya adalah transformasi nilai-nilai falsafat
pancasila.
3) Demokrasi Indonesia yang disusun oleh nilai-nilai pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen dibiadng pemerintahan/ politik.
4) Pelaksanaan Demokrasi Indonesia dengan baik menyiratkan pemahaman dan
penghayatan nilai-nilai filsafat pancasila.
5) Pelaksanaan demokrasi Indonesia dengan benar adalah pengamalan Pancasila
melalui politik pemerintah.
Demokrasi muncul sebagai satu sistem pemerintahan (pemerinah rakyat).
Karena adanya pemerintahan ditaktor yang otoriter yang membawa akibat buruk bagi
rakyat.
Akibat-akibat buruk tersebut antara lain :
1. Pemindahan dan eksploitasi terhadap rakyat teritama eksploitasi dan pikiran
rakyat hanya punya kewajiban tanpa hak.
2. Kondisi kehidupan masyarakat seperti diatas selalu mengakibatkan timbulnya
konflik dengan korban yang lebih banyak di pihak rakyat.
3. Kesejahteraan bertumpu pada para penguasa, sedangkan rakyat dibiarkan hidup
melarat tanpa jaminan masa depan.
Demokasi Indonesia adalah :
Satu sistem pemerintahan berdasarkan kedaulatan rakyat dalam bentuk
musyawarah untuk mufakat mencurahkan masasalah-masalah kehidupan
berbangsa dan bernegara demi terwujudnya suatu kehidupan masyarakat yang adil
dan makmur merata secara material dan spiritual
4. Demokrasi Formal adalah :
Demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan dalam bidang politik tanpa
mengurangi kesenjangan dalam bidang ekonomi. Demokrasi formal sering
disebut orang demokrasi liberal
5. Demokrasi Material adalah :
Demokrasi yang memberikan pada upaya menghilangkan perbedaan dala
bidang ekonimi, sedangkan persamaan dala bidang politik kurang diperhatikan
bahkan dihilangkan. Demikian material sering disebut Demokrasi Sosialis.
6. Demokrasi Gabungan adalah :
Demokrasi yang mengambil kebaikan dari demokrasi formal dan material
serta membuang kejelekannya.
Dasar dari demokrasi adalah kepatuhan
Dilihat dari cara penyaluran kepada rakyat, demokrasi dapat dibagi atas::
7. Demokrasi langsung, adalah Rakyat secara lansung mengemukakan kehendaknya
dalam rapat yang dihadiri bersama .
8. Demokrasi perwakilan adalah
Yang mana rakyatnya menyalurkan kehendak dengan memilih wakil-
wakil untuk duduk di DPR.
9. Demokrasi referendum adalah
Demokrasi yang secara langsung yang dapat pengawasan secara langsung.
Konsep dasar demokrasi berarti “Rakyat berkuasa”. Adapun defenisi
singakt untuk istilah demokrasi yang diartikan sebagai pemerintahan atau
kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
PERTEMUAN VII
PELAKSAANAN DEMOKRASI DI INDONESIA

A. Perkembangan Demokrasi di Indonesia(Dalam empat periode)


1. Periode 1945-1959
Ciri-cirinya :
a. Kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat lebih kuat dari pemerintah
b. Menteri negara betanggung jawab pada parlementer (Dewan Perwakilah Rakyat)
c. Program kebijaksanaan kabinet harus sesuai dengan tujuan politik sebagian besar
anggota parlemen, adanya anggota parlemen dapat dijatuhkan kabinet dengan
tidak percaya kepada pemerintah.
d. Kedudukan raja/pemerintah (presiden) hanya sebagai lamang atau simbol yang
tidak dapat diganggu gugat.

2. Periode 1959-1965
Masa demokrasi terpimpin yang banyak dalam aspek telah menyimpang dari
demokrasi konstitusional dan lebih menampilkan beberapa aspek dari demokrasi
rakyat. Masa ini ditandai dengan dominasi presiden, terbatasnya peran peran partai
politik, perkembagan pengaruh komunis dan peran ABRI sebagai unsur sosial politik
luas.

3. Periode 1966-1998
Masa demokrasi pancasila era orde baru merupakan demorasi konstitusional yang
menonjolkan sistem presidentil, landasan formal adalah pancasila, UUD 1945 dan
ketetapan MPR dalam rangka meluruskan kembali penyelewengan terhadap UUD
1945 yang terjadi di masa demokrasi terpimpin.
Demokrasi pancasila mengandung aspek-aspek :
a. Formal yuang menunjukkan bagaimana caranya rakyat berpartisipasi diatur dalam
penyelenggaraan pemeritah.
b. Material yang menegakkan pengakuan azas harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk tuhan yang menghendaki pemerintahan yang menbahagikan
danmemanusiakan warga negaranya dalam masyarakat negara.
c. Kaidah yang mengikat warga negara dalam bertindak dan menyelenggarakan hak dan
kewajiban serta wewenang.
d. Tujaun yang menunjukkan keinginan untuk tujuan yang mewujudkan masyarkat
yang sejahtera dalam negara hukum, negara kesejahteraan dan negara kebudayaan.
e. Organisasi yang mengambarkan perwujudan demokrasi pancasila dan organisasi
pemerintahan dalam kehidupan bernegara dan berbangsa.

4. DEMOKRASI PANCASILA
Demokrasi yang kita anut bukan demokrasi seperti yang berlangsung di negara-negara
Anglo Saxon (liberalis) bukan pula demokrasi model demokrasi rakyat (komunistis)
demokrasi yang kita anut adalah demokrasi yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia
sendiri yaitu demokrasi Pancasila karena dijiwai oleh Pancasila. Dalam Pancasila terkandung
sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, kerakyatan berarti bahwa Pemerintah bersama-sama rakyat mengambil
keputusan tentang kebijaksanaan negara.
Kerakyatan itu adalah melalui perwakilan, dalam perwakilan dilaksanakan musyawarah
untuk mencapai mufakat. Musyawarah itu harus melindungi dan memperhitungkan hidup
minoritasnya yang merupakan bagian essensial dalam masyarakat negara.
Karena pelaksanaan demokrasi Pancasila berdasarkan atas pengakuan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa maka konsekuensinya adalah bahwa dalam kehidupan kenegaraan ditolak
pengingkaran ataupun sikap ketidak acuhan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh kerana
itu Atheis dan Sekuralismejuga ditolak. Sebaiknya dikembangkan toleransi dalam kesadaran
hidup beragama, dalam hubungan dengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab, maka
kerakyatan dalam demokrasi Pancasila memiliki kaedah keagamaan dan keadilan. Pada
pokoknya ada 6 jenis keadilan justitia yaitu:
1. Justitia Commutativa atau keadilan timbal balik dengan memberikan kepada masing-
masing hak atau bagiannya atas dasar kesamaan prestasi yang sementara dengan kontra
prestasi, jasa setara dengan imbalan jasa.
2. Justitia Distributiva atau keadilan dalam membagi yaitu memberikan kepada masing-
masing hak atau bagiannya dengan mempertimbangkan kwalitas.
3. Justitia Vindicativa atau keadilan proporsional, yaitu dengan memberikan kepada
masing-masing pihak atas dasar proporsinya masing-masing, termasuk pula dalam hal
berat ringannya hukuman atas pelanggaran yang dilakukan.
4. Justitia Creativa atau keadilan dalam mencipta, yaitu dengan memberikan kebebasan
kepada semua pihak untuk memciptakan sesuatu sesuai dengan daya ciptanya, misalnya
dibidang kebudayaan.
5. Justitia Protektiva atau keadilan dalam memperoleh perlindungan, sehingga kekuasaan
yang ada ditangan manusia dan dikenakan terhadap manusia lain perlu dibatasi dan
diawasi, agar tidak terjadi kesewenang-wenangan oleh seseorang terhadap orang lain.
6. Justitia Legalis atau keadilan hukum, yaitu dengan memberikan hak atau bagian masing-
masing pihak sesuai dengan ketentuan hukum dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
umum dan keadilan sosial.
Dalam hubungan dengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab, didalamnya
terkandung toleransi yang tinggi serta keluwesan dalam pergaulan hidup antar manusia dan
antar bangsa.
Dalam hubungan dengan sila persatuan Indonesia, maka demokrasi Pancasila
menghendaki integralitas bangsa Indonesia. Perlu terus sipupuk sikap yang menuju
konvergensi dan konsentris, sebaliknya ditangkal berkembangnya sikap yang mengarah pada
divergensi, kesemuanya itu tertumpu pada kepribadian bangsa, disiplin nasional, tanpa
mengabaikan kemungkinan keragaman pendapat yang justru diharapkan menjadi kekayaan
khasanah bangsa.
Pelaksanaan demokrasi Pancasila menampilkan perwujudan yang integralistik,
berkeselarasan, dan berkeseimbangan dalam suasana kekeluargaan dan gotongroyong. Dalam
penampilannya itu pula, demokrasi Pancasila memperagakan fungsinya yaitu:
1. Untuk mempertahankan pola kehidupan atau pattern maintenance yang berkepribadian
Indonesia yaitu Pancasila
2. Untuk meredakan ketegangan (tension management) dalam hal terjadinya perbedaan
pendapat diantara sesama bangsa, sehingga tidak berkembang menjadi perselisishan dan
perpecahan. Untuk itu Pancasila telah berhasil menjadi titik orientasi dalam membentuk
konsensus diantara bangsa Indonesia dalam menghadapi saat gawat.
3. Untuk menyatu padukan bangsa (integration management), karena Pancasila
mengandung kaedah-kaedah yang mengarah kepada integralitas bangsa Indonesia.
4. Untuk mengembangkan daya penyesuaian (adaptation management) yang
memungkinkan bangsa Indonesia menyelaraskan diri dengan perkembangan yang
dihadapi.
5. Sebagai sarana untuk menentukan tujuan (goal management), sehingga kaedah Pancasila
juga sekaligus menggambarkan tujuan nasional yang hendak dicapai.
Dalam penampilannya demokrasi Pancasila juga mengandung aspek-aspek yang
kesemuanya membentuk suatu keutuhan yang perlu diwujudkan yaitu:
1. Aspek Formal, yang menunjukkan bahwa penampilan demokrasi Pancasila diwujudkan
dengan formalitas tertentu, sehingga setiap langkah dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara didasarkan atas peraturan perundangan yang sesuai dengan prinsip negara
berdasarkan hukum.
2. Aspek Materil, yang membawakan nilai materi atau maknawi yang terkandung dalam
Pancasila, yaitu menghargai manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang sama
kedudukannya terhadap hukum dan memperoleh kesempatan.
3. Aspek Normatif, atau kaedah yang menunjukkan bahwa penampilan demokrasi Pancasila
didasarkan atas kaedah-kaedah yang berlaku sebagai aturan permainan dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Dengan mengutamakan nilai persatuan dan
kesatuan bangsa, keadilan dan kebenaran.
4. Aspek Optatif, atau tujuan yaitu dalam melaksanakan demokrasi Pancasila diarahkan
untuk mencapai tujuan mewujudkan negara hukum, negara kesejahteraan dan negara
yang berkebudayaan tinggi,.
5. Aspek Organisasi, yang menunjukkan bahwa pelaksanaan demokrasi Pancasila adalah
dengan menggunakan organisasi atau struktur pemerintahan negara yang diatur dalam
UUD 1945 sebagai suprastruktur politik, dengan didukung oleh infrastruktur politik yang
menampung dan menyalurkan seluruh aspirasi rakyat.
6. Aspek Jiwa atau semangat, sesuai dengan penjelasan UUD 1945 bahwa: yang sangat
penting dalam pemerintahan dan dalam kehidupan negara ialah semangat para
penyelenggara negara, semangat para pemimpin pemerintahan. Aspek kejiwaan atau
aspek semangat tersebut menunjukkan bahwa penampilan demokrasi Pancasila bersifat
objektif rasional disertai semangat pengabdian yang patriotik dan dedikatif.

Periode 1999-sekarang

Masa demokrasi pancasila era reformasi dengan berarkar pada kekuatan multi partai yang
berusaha mengembalikan petimbangan kekuatan antara lembaga negara, antara eksekutid,
legislatif dan yudikatif.

Ciri-ciri demokrasi reformasi :


a. Penegakkan kedaulatan rakyat dengan memerdekakan penguasaan oleh lembaga negara,
lembaga politik kemasyarakatan.
b. Pembagian secara tegas wewenang kekuasaan antara eksekutif, legislatif dan yudikatif.
c. Penghormatan kepada keberagaman azas, ciri aspirasi dan program porpol yang
multipartai.
Azas Negara Hukum Pancasila Mengandung Prinsip :
1. Pengakuan dan perlindungan hak azasi yang mengandung persamaan dalam bidang
politik, hukum, sosial ekonomi, kultural dan pendidikan
2. Pengadilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh sesuatu kekuasaan
atau kekuatan apapun.
3. Jaminan kepastian hukum dalam semua persoalan yang dimaksudkan kapasitas hukum
yaitu bahwa ketentuan hukumnyan dapat dipahami dan dapat dilaksanakan serta aman
dalam melaksanakannya.

Anda mungkin juga menyukai